Anda di halaman 1dari 2

1.

Bagaimana pengaturan pernikahan beda agama di Indonesia,


Pernikahan
Pernikahan merupakan sebuah perintah agama yang diatur oleh syariat Islam dan
merupakan satu-satunya jalan penyaluran seks yang disahkan oleh agama Islam. Dari
sudut pandang ini, maka pada saat orang melakukan pernikahan pada saat yang
bersamaan dia bukan saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama (syariat),
namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan biologisnya yang secara kodrat
memang harus disalurkan. Dalam kehidupan ini, manusia ingin memenuhi berbagai
kebutuhannya, begitu juga kebutuhan biologis sebenarnya juga harus dipenuhi. Sebagai
agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam telah menetapkan bahwa satu-satunya cara untuk
memenuhi kebutuhan biologis seeorang yaitu hanya dengan cara pernikahan, pernikahan
merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati kandungan makna
tentang masalah pernikahan ini. Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa di antara tujuan
pernikahan adalah agar pembelai laki-laki dan perempuan mendapatkan kedamaian
dalam hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan
hanya sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan seks namun lebih dari itu pernikahan
juga menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat
membangun surga dunia di dalamnya. Inilah hikmah disyari’atkannya pernikahan dalam
Islam, selain memperoleh ketenangan dan kedamain, juga dapat menjaga keturunan
(hifdzu al-nasli). Islam mensyari’atkan pernikahan untuk membentuk mahligai keluarga
sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan hidup. Islam juga mengajarkan pernikahan
merupakan suatu peristiwa yang patut disambut dengan rasa syukur dan gembira. Islam
telah memberikan konsep yang jelas tentang tatacara ataupun proses sebuah pernikahan
yang berlandaskan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih. Oleh karena itu, dalam artikel
ini, penulis mengeksplorasi pengertian nikah, dasar hukum, syarat dan rukun serta
hikmah disyariatkannya pernikahan.

Syarat sah pernikahan di Indonesia (Hukum islam dan UU1 thn 1974 pernikahan,
Syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 12 sebagai berikut :
1. Adanya persetujuan kedua calon mempelai (Pasal 6 ayat (1)).
2. Adanya izin kedua orang tua/wali bagi calon mempelai yang belum berusia 21 tahun
(Pasal 6 ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6) ).
3. Usia calon mempelai sudah 19 tahun dan usia calon mempelai wanita sudah mencapai
16 tahun (Pasal 7 ayat (1)).
4. Antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita tdak dalam hubungan
darah/keluarga yang tidak boleh kawin (Pasal 8).
5. Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain (Pasal 9).
6. Bagi suami isteri yang bercerai, lalu kawin lagi satu sama lain dan bercerai lagi untuk
kedua kalinya, agama dan kepercayaan mereka tidak melarang mereka untuk kawin
ketiga kalinya (Pasal 10).
7. Tidak berada dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yang janda. Selanjutnya
penulis akan menjelaskan syarat-syarat tersebut secara rinci sesuai dengan ketentuan
yang diatur.

lembaga yang mengesahkan pernikahan, yaitu KUA

pernikahan beda agama menurut pandangan (umum, hukum, hukum islam, agama.) (3-4
lembar)

2. Bagaimana upaya pemerintah dalam menangani pasangan pernikahan beda agama


(masih maraknya pernikahan beda agama di Indonesia (beri datanya), status perbedaan
pernikahan agama menurut pemerintah berdasarkan UU 1 th 1974 dan hukum islam,
akibat pernikahan beda agama, apa solusi untuk mengatasi pernikahan beda agama. (3-4
lembar)

Rumusan masalah
Bagaimana pemerintah mengatur menangangi beda agama ini, apakah pernikahan di
bubarkan?
Apakah ada pidananya? Bagaimana sikap pemerintahan ?
Akibat hukumnya.
Data statistic pernikahan beda agama.

Anda mungkin juga menyukai