Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN ASMA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ASKEP ASMA BRONGKIAL tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Askep Keperawatan
ASMA BRONGKIAL dan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pada kesempatan ini, kami hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil sehingga makalh ini dapat selesai.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin, kami menyadari bahwa
makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.

1
                                                                                                                                                               

                                                                                                                 Kelompok 6         

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Pengertian asma brongkial .........................................................................4
B. Etiologi .......................................................................................................4
C. Klasifikasi ..................................................................................................5
D. Patofisiologi ...............................................................................................7
E. Manisfestasi klinis ………………………………………………………..8
F. Pemeriksaan penunjang …………………………………………………..9
G. Penatalaksanaan………………………………………………………….13
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................16

2
A. Pengkajian ................................................................................................17
B. Diagnosa keperawatan ................................................................................20
C. Intervensi Keperawaatan ..........................................................................22
D. Implementasi Keperawatan .........................................................................24
E. Evaluasi Keperawtan ................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN ASMA BRONKIAL
Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi
ngik-ngik), sesak napas, dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama menjelang dini hari (Hetti R A,
2009). Asma bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala
episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan
atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat
fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktivitas tetapi dapat
eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian (Nugroho.T ,
2016).
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperesponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimulus
tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whezzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang
bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner and Suddarth, 2011). Asma bronkial

3
adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil.
B. Etiologi Asma Bronkial
Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun suatu hal yang sering kali
terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivis bronchus. Bronkus penderita asma
sangat peka terhadap rangsang imunologi maupun non imunologi. Karena sifat tersebut, maka
serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsang baik fisik, metabolisme, kimia, allergen, infeksi
dan sebagainya. Faktor penyebab yang sering menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat mungkin
dihindarkan. Faktor-faktor tersebut adalah (Ghofur, A. 2008) :
a. Alergen utama : debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan
b. Iritan dengan asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.
d. Perubahan cuaca yang ekstrem
e. Aktivitas fisik yang berlebih
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi
Lain – lain : seperti refluks gastro esofagus.

C. Klasifikasi Asma Bronkial

Asma terbagi menjadi alergi, idiopatik, nonalergik, dan campuran (mixed)

(Ghofur, A. 2016) :

A. Asma alergik / ekstrinsik

Merupakan suatu jenis asma yang disebabkan oleh allergen

( misalnya bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-

lain). Alergen yang paling umum adalah alergen yang perantaraan

penyebarannya melalui udara (air borne) dan alergen yang muncul secara

musiman (seasonal). Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai

riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan eczema atau

rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma.

Gejala asma pada umumnya dimulai pada saat kanak-kanak.


4
B. Idiopatic atau nonallergic asthma / intrinsic

Merupakan jenis asma yang tidak berhubungan secara langsung

dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi

saluran nafas atas, aktivitas, emosi dan polusi lingkungan dapat

menimbulkan serangan asma. Beberapa agen farmakologi, antagonis

betaadrenergik, dan agen sulfite (penyedap makanan) juga dapat berperan

sebagai faktor pencetus. Serangan asma idiopatik atau nonalergik dapat

menjadi lebih berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat

berkembang menjadi bronkhitis dan emfisema. Pada beberapa pasien,

asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini

dimulai pada saat dewasa (> 35 tahun)

5
C. Asma Campuran (mixed asthma)

Merupakan bentuk asma yang paling sering ditemukan.

Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik

atau nonalergik.

Klasifikasi keparahan asma dibedakan pada 3 kategori umur, yaitu umur 0-

4 tahun, 5-11 tahun dan > 12 tahun – dewasa. letak perbedaannya adalah

(Masriadi, 2016) :

1. kategori umur 0-4 tahun, fungsi paru tidak menjadi parameter

gangguan. Hal ini karena pada anak-anak di bawah 4 tahun masih sulit

untuk dilakukan uji fungsi paru menggunakan spirometer. Pada

kategori umur ini, asma diklasifikasikan sebagai asma persisten jika

dalam 6 bulan terjadi ≥ 2 serangan yang membutuhkan steroid oral

atau episode mengi sebanyak ≥ 4 episode setahun yang lamanya lebih

dari sehari, serta memiliki faktor resiko untuk asma persisten.

Sedangkan pada kategori umur 5-11 tahun dan ≥ 12 – dewasa, asma

diklasifikasikan seabagai persisten jika terjadi ≥ 2 serangan yang

menimbulkan steroid oral dalam setahun

2. kategori umur 5-11 tahun dengan umur ≥ 12 tahun dewasa, terdapat

perbedaan pada ukuran uji fungsi paru.

Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala :

a. Serangan asma akut ringan, dengan gejala :

1. Rasa berat di dada

2. Batuk kering ataupun berdahak

3. Gangguan tidur malam karena batuk atau sesak nafas

6
4. Mengi tidak ada atau mengi ringan (arus puncak respirasi)

kurang dari 80%.

b. Serangan asma akut sedang, dengan gejala :

1. Sesak dengan mengi agak nyaring

2. Batuk kering atau berdahak

3. APE antara 50-80%

c. Serangan asma akut berat, dengan gejala :

1. Sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat terputus-putus

2. Tidak bisa berbaring, posisi mesti ½ duduk agar dapat bernafas

3. APE kurang dari 50%

D. Patofisiologi Asma Bronkial

Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan,

cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas

bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma

menghasilkan imunoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada

reseptor dinding sel mast, kemudian sel mast tersensitasi. Sel mast tersensitasi

akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan

mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini

menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema

mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal

ini akan menyebabkan proliferasi akibat terjadinya sumbatan dan daya

konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat

akibatnya terjadi ganguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru

terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam

alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan

terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi)

7
yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan

paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu

membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam

alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi

gangguan perfusi dimana oksigenasi ke jaringan tidak memadai sehingga terjadi

hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis

(Nugroho, T. 2016)

E. PATHWAY

Konsentrasi O2 dalam
Gelisah darah menurun
Ansietas

Hipoksemia

Suplai darah dan O2


ke jantung berkurang

Penurunan cardiac
output

Tekanan darah menurun

Kelemahan dan keletihan

INTOLERANSI AKTIVITAS

Gambar 2.1 Pathway Asma Bronkial (sumber : NANDA, 2015)


F. Manifestasi klinis Asma Bronkial
1.1 Tabel Derajat Asma

Manifestasi klinis Skor 0 Skor 1

8
Penurunan toleransi aktivitas Ya Tidak

Penggunaan otot nafas tambahan, Tidak ada Ada

Adanya retraksi intercosta

Whezzing Tidak ada Ada

Respiratory rate per menit <25 >25

Pulse Rate per menit <120 >120

Teraba pulsus paradoksus Tidak ada Ada

Puncak expiratory flow rate (L/Menit) >100 <100

Sumber : Ghofur, A. 2008


Keterangan : jika terdapat skor 4 atau lebih, maka pasien diperkirakan mengalami

asma berat. Selanjutnya pasien harus diobservasi untuk menentukan ada tidaknya

respon dari terapi atau segera dikirim ke rumah sakit.

Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain : mengi / wheezing, sesak

nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk produktif, pilek, nyeri dada, takikardi,

retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia,

sianosis, berkeringat, ekspirasi memanjang dan gelisah.

G. Pemeriksaan Penunjang Asma Bronkial

Pemeriksaan laboratorium meliputi :

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan di dapati :


a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil
b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell ( sel

9
cetakan) dari cabang bronkus

c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus


d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umunya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah

a. Analisa gas darah pada umunya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis

b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH

c. Hiponaptremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3

dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi

d. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E

pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

Pemeriksaan Penunjang :

a. Pemeriksaan Radiologi

1. Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada

waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-

paru yakni rodiolusen yang bertambah dan peleburan rongga

intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila

terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai

berikut :

a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hillus

akan bertambah

b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran

c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran inflitrate


10
pada paru

d. Dapat pula menimbulkan atelektasis lokal

e. Bila terjadi pneumonia mediastrium, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran

radiolusen pada paru-paru.

b. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang

dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

c. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat

dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang

terjadi pada empisema paru yaitu :

1. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right aixs

devisiasi dan clockwise rotation

2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni

terdapatnya RBB (Right bundle branch block)

3. Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,

SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

d. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara

yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat

respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer

dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol

11
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau

FVC sebanyak lebih dari 20 % menunjukkan diagnosis asma. Tidak

adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20 %. Pemeriksaan

spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga

penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak

penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya

menunjukkan obstruksi (Medicafarma, 2008).

e. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis

Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang

paling rasional, karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada

faktor-faktor yang menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya

pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan

cara kerja obat sebagai berikut:

1. Menghambat pelepasan mediator

2. Menekan hiperaktivitas bronkus

Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :

a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik

b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid

c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai

d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit,

mengurangi frekwensi serangan dan meringankan beratnya

serangan.

Obat profilaksis yang biasa digunakan adalah :

a. Steroid dalam bentuk aerosol

b. Disodium Cromolyn

12
c. Ketotifen

d. Tranilast

f. Foto sinus paranasalis

Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis

(Hasdianah & Suprapto I.M, 2016)

H. Penatalaksanaan Asma Bronkial

Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol

manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa

hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai dan

mempertahankan keadaan asma yang terkontrol (Putri K,D Eds. 2016).

Penanganan asma :

a. Agonis beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan

gerakan sililaris. Contoh obat : epineftrin, albutenol, meta profenid, iso

proterenoliisoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara

parenteral dan inhalasi.

b. Bronkodilator, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus

dalam jalan nafas. Contoh obat : aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV

dan oral.

c. Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan

secara inhalasi.

d. Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh

obat : hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara IV dan

oral.

e. Inhibitor sel mast, contoh obat : natrium kromalin , diberikan melalui inhalasi
13
untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.

f. Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg.

g. Fisioterapi dada, teknik pernafasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan

batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural

drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak.

Pertolongan pertama pada penderita asma :

a. Jangan panik dan tenangkan diri anda dan penderita diri asma tersebut

sampai benar-benar rileks.

b. Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan udara yang bersih serta

sirkulasinya baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin memicu asma.

c. Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien.

d. Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya.

e. Sarankan penderita untuk bernafas dalam dan perlahan.

f. Jika serangan asma berhenti dalam 5-10 menit, sarankan agar penderita untuk

menghirup kembali 1 dosis inhaler.

g. Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang pertama

kali dialami.

h. Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-10

menit, segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya.

i. Jika penderita berhenti bernafas atau kehilangan kesadaran, periksa

pernafasan serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada penderita.

Penatalaksanaan medis :

a. Oksigen 4-6 liter / menit

b. Pemenuhan hidrasi via infus

14
c. Terbutalin 0,25 mg / 6 jam secara subkutan (SC)

15
d. Bronkodilator / antibronkospasme dengan cara :

1. Nebulizer (via inhalsi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (Bricasma),

fenoterol HBr 0,1 % solution (berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg

(Allupent).

2. Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin)

bolus IV 5-6 mg/ kg BB

3. Peroral dengan aminofillin 3x150 mg tablet, agonis B2 (salbutamol 5 mg

atau feneterol 2,5 mg atau terbutaline 10 mg)

4. Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan kortikosteroid,

deksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam

5. Mukolitik dan ekspektoran :

1. Bronhexime HCL 8 mg per oral 3x1

2. Nebulizer (via inhalsi) dengan golongan bronhexime HCL 8 mg dicampur

dengan aquades steril. (Nugroho, T. 2016).

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL

Kasus :
Pasien datang ke ugd usia 56 tahun di anatar keluarga, dengan keluhan sesak pada dada sudah
dari 30 menit lalu, di sertai nyeri, sat o2 78%, pemeriksaan ttv TD = 120/70 mmHg, Suhu = 35,6’c,
Nadi =  120 x/menit ,RR = 35x/menit, pasien mempunyai riwayt asma, sudah di berikan inhaler namun tetap tidak
reda sesaknya, kesadaran pasien apatis, keluarga pasien mengatakan pasien tanpa di sadari makan makanan laut,
keluarga pasien juga bilang pasien alergi dengan makanan laut.

16
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.E

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONKHIAL

DI BANGSAL insan Husada

TANGGAL 27 APRIL 2021

I.PENGKAJIAN
1.Identitas 
Identitas Pasien
Nama : Tn.E
Umur : 56 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki 
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Supir Pribadi
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Mojosongo, Surakarta
Tanggal Masuk : 27 April 2021
Tanggal Pengkajian : 27 April 2021
No. Register : 1234567
Diagnosa Medis : Asma Bronkhial

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.A
Umur : 50 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Mojosongo, Surakarta

17
2.Status Kesehatan
 
a. Status Kesehatan Saat Ini 

1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)


Keluarga pasien mengatakan pasien sesak di dada sejak 30 menit yang lalu

2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Pada tanggal 27 April 2021, pasien datang bersama keluarga pasien, keluarga pasien mengatakan
pasien sesak di bagian dada sejak 30 menit yang lalu, keluarga pasien mengatakan pasien alergi
terhadap makanan laut, sebelumnya pasien mengkonsumsi makanan laut tanpa pasien sadari,
keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat asma sejak usia remaja sampai sekarang,
pemberian inhaler sudah di berikan namun sesak masih belum berkurang.

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Keluarga pasien mengatakan, di rumah sudah di berikan inhaler untuk mengatasi asma yang di derita
namun tak kunjung reda sesak yang di alami pasien

b. Status Kesehatan Masa Lalu


Penyakit yang pernah dialami
Klien riwayat asma sebelumnya

Pernah dirawat
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat, jika penyakit kambuh pasien hanya
berobat jalan atau minum obat dari apotek

Alergi
Klien mengatakan mempunyai alergi, terhadap makanan laut

Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol/dll)
Keluarga pasien menangatakan tidak pernah mengkonsumsi alhokol, sering rokok dan juga minum
kopi

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien mengatakan keluarga tidak pernah sakit dan dirawat sebelumya

d. Diagnosa Medis dan therapy

Diagnosa : Asma Bronkhial


Therapy dari ugd : 
- Infus RL 20tpm
- Drip aminophylline 240mg
- Lameson 3 x 4 mg
- Lasal 2 x 4 mg

18
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan


 klien mengatakan masih merasakan sesak, skala nyeri 5, hilang timbul.
 klien sadar akan sakit yang diderita dan segera meminta di antar menuju rumah sakit terdekat.
 Klien berusaha tenang tidak panik saat terjadi sesak nafas

b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :keluarga klien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari dan selalu habia
 Saat sakit : keluarga klien mengatakan tidak pernah menghabiskan makanannya yang dari rumah
sakit

c. . pola eliminasi
1. BAB
 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bab lancar sebelum sakit
 Saat sakit : keluarga klien mengatakan bab tidak lancer selama di rumah sakit
2. BAK
 Sebelum sakit : klien mengatakan bak lancar sebelum di rumah sakit
 Saat sakit : klien mengatakan bak lancar selama di rumah sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
1. Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
 0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

2. Latihan
 Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit beraktifitas seperti biasa, bekerja sebagai supir
pribadi
 Saat sakit : klien mengatakan saat dirawat klien hanya istirahat untuk memulihkan keadaannya
 
e. Pola kognitif dan Persepsi
Klien tampak ramah terhadap perawat dan keluarga

f. Pola Persepsi-Konsep diri 


- merasa gagal sebagai ayah karena tidak bisa bekerja, istri ibu rumah tangga dan memiliki 2 anak
kelas 2 dan 4 SD
- pasien dan keluarga berharap agar cepat sembuh

g. Pola Tidur dan Istirahat

- Sebelum sakit : klien mengatakan jarang tidur, karena pekerjaannya yang supir pribadi
- Saat sakit : klien mengatakan saat sakit istirahat cukup

h. Pola Peran-Hubungan
- klien mengatakan terlihat hubungan pasien dengan keluarga sangat baik
- klien mampu berkomunikasi dengan relevan, jelas, mampu mengekspresikan dan
19
mampu mengerti orang lain
- klien paling dekat dengan anak keduanyaPola Seksual-Reproduksi

i. Pola Toleransi Stress-Koping


- klien mengatakan untuk lebih bersepeda, dan bekerja
- dalam mengambil keputusan, klien selalu meminta pendapat kepada istrinya dengan
cara musyawarah dalam keluarga
- bila ada masalah klien selalu bercerita dengan istrinyaPola Nilai-Kepercayaan

j. Pola Nilai-Kepercayaan
klien mengatakan saat sakit jarang melakukan dan saat sehat pasien rajin beribadah, serta rutin
mengikuti pengajian

4.Pengkajian Fisik 

a. Keadaan umum : tampak lemah


Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : 3 3 5
Tanda-tanda Vital : TD = 120/70 mmHg, Suhu = 35,6’c, Nadi =  120 x/menit ,RR = 35x/menit
b. Keadaan fisik
1. Kepala : bentuk mesocephal, rambut warna hitam
Mata : konjungtiva pucat(-/-),sklera ikterik (-/-), pupil isokor dengan diameter (3mm/3mm), reflek
cahaya(+/+)
Leher : JVP R+3 cm, trakhea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
limfonodi cervical(-),
2. Dada :
o Paru
1. Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka, tidak ada jejas, nafas tidak teratur
2. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
3. Perkusi : bunyi ronki
4. Auskultasi : ada nafas tambahan

o Jantung
1. inspeksi : bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
2. palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
3. perkusi : bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
4. auskultasi : suara irama jantung teratur, terdengar S1 dan S2 normal, tidak ada bunyi jantung
tambahan

3. Abdomen:

20
1. inspeksi : bentuk simetris, tidak ada asites
2. palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
3. perkusi : terdengar bunyi timpani
4. auskultasi : terdengar bunyi peristaltic usus 10x/mnt

4. Genetalia : Bersih tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, tidak terpasang kateter, dan tidak ada
hemoroid
5. Integumen: Kulit bersih, warna sawo matang, lembab, turgor elastis, tidak ada edema, dan tidak ada
tanda infeksi

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi
Normal atau bisa hiperinflasi

2. Pemeriksaan Laboratorium
Eosinophil meningkat sekitar 5-15% (>300/mm)

21
5.ANALISA DATA

A. Tabel Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


Data subjektif Bersihan jalan nafas tidak Alergi
efektif
- Keluarga pasien
mengatakan pasien sesak
nafas sudah 30 menit yang
lalu
Data objektif
- sat o2 78%, pemeriksaan
ttv TD = 120/70 mmHg,
Suhu = 35,6’c, Nadi =  120
x/menit ,RR = 35x/menit
- Pasien terlihat lemah,
respirasi 35x/menit
Kesadaran apatis
- Terdengar Whezing

Data subjective :
Pasien mengeluh sakit di Resiko syok hipoksia
dada dan sulit bernafas

Data objective :
Respirasi : 35x/ menit
Nadi : 120x/menit
Bibir membiru
Keringat dingin

22
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
 
NO TANGGAL / JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN Ttd
DITEMUKAN
27/421 selasa Bersihan jalan nafas tidak efektif bd K6
respon alergi

Resiko syok (anafilatik ) bd hipoksia


27/04/21 selasa K6

C.Rencana Tindakan Keperawatan
 
Hari / No Ttd
Tangga Dx Perawatan
l Rencana
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Selasa 1. Setelah di lakukan tindakan  Observasi TTV


27/4/21 keperawatan 3x24 jam di (frekuensi nafas)
Jam harapkan masalah keperawatan
09.00 pasien dapat teratasi dengan  Beri posisi yang
pagi kriteria hasil : nyaman (semiflower)
 Sesak nafas berkurang
 Melakukan
 Kesadaran compos
metis pemasangan oksigen
 sat o2 78%,  Ajarkan klien teknik
 pemeriksaan ttv TD = nafas dalam dan batuk
120/70 mmHg, Suhu = efektif
36,5’c, Nadi =  100
x/menit  Kolaborasi dengan tim
 respirasi normal medis, dokter, farmasi
20x/menit dalam pemberian obat
oral sesuai indikasi
 Tidak Terdengar
Whezing

23
Selasa
27/4/21 2. Setelah di lakukan tindakan
jam keperawatan 3x24 jam di
09.00 harapkan masalah keperawatan
pagi pasien dapat teratasi dengan  Observasi ttv
kriteria hasil :  Observasi input dan
output cairan
 Pasien tidak mengeluh  Managemen cairan
sakit ketika bernafas  Managemen
 Respirasi pasien dalam hipovolemi
batas normal 20x/menit  Melakukan kompres
 Mukosa bibir kembali hangat
normal berwarna merah  Edukasi ke keluarga
 Suhu tubuh normal 36,5 pasien mengenai
*c dehidrasi yang di
alami pasien
 Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat

D. Implementasi Keperawatan
 
Hari/tanggal/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses / Respon Ttd
Jam Dx Tindakan

1  Melakukan Observasi Ds : pasien merintih sesak K6


27421 TTV (frekuensi nafas) nafas
09.00 selasa Do :
 Memberikan posisi  sat o2 75 %
10.00 yang nyaman  nadi 120 x / menit
(semiflower)  Suhu 34,5* c
 Pernafasan :
10.04  Melakukan
35x/menit
pemasangan oksigen
 Tekanan darah :
 MengAjarkan klien 120/70 mmhg
10.50 Ds: pasien mengatakan
teknik nafas dalam dan
batuk efektif sudah nyaman dengan
posisinya
 Mengauskultasi suara
11.00 Ds: pasien bersedia di
nafas
lakukan pemasangan
 Kolaborasi dengan tim oksigen
medis, dokter, farmasi
11.00
24
dalam pemberian obat Kolaborasi dengan dr
oral sesuai indikasi dengan pemberian obat di
lanjut dari ugd (

- Infus RL 20tpm
- Drip
aminophylline
240mg
- Lameson 3 x 4
mg
- Lasal 2 x 4 mg_

270421 2. Ds: pasien mengatakan


09.00 selasa tidak dapat tidur
Do:
10.07  MengObservasi input intak cairan : 2500cc
10.40 dan output cairan output cairan : 2700 cc
10.50  Memanagemen cairan
 Memanagemen Do : cairan rl 20 tpm harus
hipovolemi habis dalam 8 jam
12.00  Melakukan kompres
12.11 hangat Ds: keluarga sudah
 MeEdukasi ke keluarga mengerti bahwa pasien
12.12 pasien mengenai harus banyak masukan
dehidrasi yang di alami cairan
pasien
 Kolaborasi dengan Kolaborasi dengan dokter
dokter untuk pemberian untuk menekan alergi di
obat dan ateam medis berikan obat :
dalam pemberian cairan chrolaperamide 1x1 malam

E. Evaluasi Keperawatan
 
Hari / tanggal / No.Dx Evaluasi Ttd
jam

27421 1 S: K6
14.00 selasa pasien merintih sesak nafas
O:
 sat o2 75 %
 nadi 120 x / menit
 Suhu 34,5* c
 Pernafasan : 35x/menit
 Tekanan darah : 120/70 mmhg

A:
Maslaah belum teratasi
P:
25
Lanjutkan intervensi
 Observasi TTV (frekuensi nafas)
 Beri posisi yang nyaman
(semiflower)
 Memonitoring saturasi o2
 Melakukan pemberian obat
 Mengauskultasi suara nafas

2.
S: pasien mengatakan tidak dapat tifur
270421 selasa
14,00 O:
 intak cairan : 2500cc
 output cairan : 2700 cc

 cairan rl 20 tpm harus habis dalam


8 jam

A. : masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
 MengObservasi input dan output
cairan
 Memanagemen cairan
 Memanagemen hipovolemi
 Kolaborasi dengan team medis
dalam pemberian caairan

26
D. Implementasi Keperawatan hari ke 2

 
Hari/tanggal/ No Tindakan Keperawatan Evaluasi proses / Respon Ttd
Jam Dx Tindakan

1  Melakukan Observasi Ds : pasien sudah tidak K6


28421 TTV (frekuensi nafas) merintih sesak nafas
08.00 rabu Do :
 Memberikan posisi  sat o2 89%
09.00 yang nyaman  nadi 120 x / menit
(semiflower)  Suhu 36,5* c
 Pernafasan :
09.04  MengAjarkan klien
25x/menit
teknik nafas dalam dan
 Tekanan darah :
batuk efektif 120/70 mmhg
09.50 Ds: pasien mengatakan
 Mengauskultasi suara
nafas sudah nyaman dengan
posisinya
 Melakukan pemberian
11.00 - aminophylline
obat
240mg
- Lameson 3 x 4
mg
11.00 - Lasal 2 x 4 mg_

 MengObservasi input Ds: pasien mengatakan


dan output cairan dapat beristirahat semalam
 Memanagemen cairan Do:
 Memanagemen intak cairan : 2500cc
270421 2. hipovolemi output cairan : 2000 cc
08.11 selasa
 Melakukan kompres
hangat Do : cairan rl 20 tpm harus
10.00 habis dalam 8 jam
 MeEdukasi ke keluarga
10.20
pasien mengenai
10.30 Ds: keluarga sudah
dehidrasi yang di alami

27
pasien mengerti bahwa pasien
13.00 harus banyak masukan
13.11 cairan

F. Evaluasi Keperawatan
 
Hari / tanggal / No.Dx Evaluasi Ttd
jam

280421 1 S: K6
14.00 rabu pasien tidak merintih sesak nafas
O:
 sat o2 89%
 nadi 120 x / menit
 Suhu 36,5* c
 Pernafasan : 25x/menit
 Tekanan darah : 120/70 mmhg

A:
Maslaah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
 Observasi TTV (frekuensi nafas)
 Beri posisi yang nyaman
(semiflower)
 Memonitoring saturasi o2
 Melakukan pemberian obat
 Mengauskultasi suara nafas

2.
S: pasien mengatakan tidak dapat tifur
280421 rabu
14,00 O:
 intak cairan : 2500cc
 output cairan : 2000 cc

 cairan rl 20 tpm harus habis dalam


8 jam

A. : masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi
 MengObservasi input dan output
cairan
 Memanagemen cairan

28
 Memanagemen hipovolemi
 Kolaborasi dengan team medis
dalam pemberian caairan

29
30

Anda mungkin juga menyukai