Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA
PERCOBAAN IV
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA
SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL
PADA TIKUS (DATA DARAH)

KELOMPOK L / IV :

1. Theofillus C. E (1041511175)
2. Vira Dwi Alfiana (1041511183)
3. Vivin Agustiani (1041511184)
4. Widya Ari K.S (1041511186)
5. Yunita Kurnia Sari (1041211189)
6. Siti Fatimah (1041511245)

PROGRAM STUDI S1-FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

SEMARANG
2017

PERCOBAAN IV

PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA


SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL
PADA TIKUS (DATA DARAH)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu menetapkan dan menghitung parameter farmakokinetika
paracetamol setelah pemberian dosis tunggal pada tikus berdasarkan data
kadar obat dalam darah terhadap waktu.

B. DASAR TEORI
Farmakokinetika adalah suatu ilmu yang mempelajari kuantitas obat
dalam tubuh sehubungan dengan waktu. Dengan kata lain, farmakokinetika
mempelajari bagaimana proses-proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresiterjadi, berdasarkan kadar obat yang terukur dalam cairan tubuh vs
waktu setelah pemberian. Dalam praktek parameter farmakokinetika tidak
ditentukan secara langsung, tetapi ditentukan melalui percobaan dari sejumlah
variabel tergantung dan bebas, yang secara bersama dikenal sebagai data. Dari
data ini dapat diperkirakan model farmakokinetika yang kemudian diuji
kebenarannya, dan selanjutnya diperoleh parameter-parameter
farmakokinetiknya ( Shargel, 2005) .
Parameter-parameter farmakokinetik yang ditemukan kemudian,
memerlukan penerjemahan secara praktis agar dapat dipahami aplikasinya.
Profil farmakokinetika yang paling sederhana dapat diperoleh pada pemberian
obat dengan dosis tunggal (1 kali pemberian). Secara ringkas, suatu obat
diberikan dengan dosis tertentu, kemudian diikuti dengan pengambilan
sampel-sampel darah/serum/plasma untuk diukur kadar obatnya pada waktu-
waktu tertentu. Kadar obat dan waktu kemudian diplot dalam suatu kurva,
sehingga didapatkan profil farmakokinetik.
Parameter-parameter farmakokinetik kemudian dihitung secara matematis,
meliputi tetapan kecepatan absorpsi (Ka), kadar puncak obat dalam
darah/serum/plasma (Cmax), waktu untuk mencapai kadar puncak (Tmax),
tetapan kecepatan eliminasi (Kel), waktu paro eliminasi (T1/2) dan luas daerah
di bawah kurva kadar obat vs. waktu (AUC).Parameter-parameter
farmakokinetika dibagi manjasi 3 golongan, yaitu :
1. Parameter Primer
- Dipengaruhi variabel faal/tubuh
- Masing-masing tidak saling mempengaruhi
- Ka, Vd, Cl
2. Parameter Sekunder
- Dipengaruhi oleh parameter
- t1/2
3. Parameter Turunan
- Dipengaruhi oleh parameter primer dan sekunder
- AUC, Cp, Cmax
Parameter farmakokinetik yang dipergunakan untuk mengkaji kinetika
absorbsi suatu obat diantaranya adalah tetapan kecepatan absorbsi (Ka), luas
daerah dibawah kurva log kadar obat terhadap waktu (AUC), fraksi obat yang
diabsorbsi (Fa), dan bioavailabilitas obat (F), sedangkan untuk kinetika
distribusi adalah volume distribusi (Vd dan VDss). Dan untuk kinetika
eliminasi adalah klirenst total (Cl), tatapan kecepatan eliminasi (K) dan waktu
paruh eliminasi (t1/2).
1. Tetapan Kecepatan Absorbsi (Ka)
Penetapan laju absorbsi dari data absorbsi oral dapat digunakan beberapa
cara, antara lain metode residual.
Dengan menganggap K>k, maka harga e−kt tidak bermakna terhadap
waktu, oleh karena itu dapat dihilangkan karena pada keadaan tersebut
obat telah sempurna terabsorbsi.
Harga Ka dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur berikut :
- Gambar Cp vs t (waktu) pada kertas semilog dengan harga
konsentrasi pada sumbu logaritma.
- Dapatkan slop dari fase akhir (garis BC) dengan ekstrapolasi.
- Ambil beberapa titik pada bagian atas garis BC dan jatuhkan tegak
lurus untuk mendapatkan titik-titik yang berhubungan dengan kurva.
- Baca harga titik pada bagian atas garis BC dengan titik yang
berhubungan dengan kurva. Gambar harga-harga perbedaan tersebut
pada titik-titik waktu yang berhubungan, sehingga akan diperoleh
suatu garis lurus dengan slop- ka/2,3.
Bila digunakan metode residual, minimun tiga titik digunakan untuk
menetapkan garis lurus. Titik-titik data yang terjadi segera setelah t max
dapat tidak diteliti karena absorbsi obat pada saat itu masih berlangsung.
Oleh karena bagian dari kurva ini mewakili fase pasca absorbsi,
hendaknya hanya titik-titik data dari fase eliminasi yang digunakan untuk
menetapkan laju absorbsi obat sebagai suatu proses orde satu.
2. Area Dibawah Kurva (AUC)
Area dibawah kurva kadar obat dalam plasma-waktu suatu ukuran dari
jumlah bioavailabilitas suatu obat. AUC mencerminkan jumlah total obat
aktif yang mencapai sirkulasi sitemik. AUC adalah area dibawah kurva
kadar obat dalam plasma-waktu dari t=0 sampai t∞, dan sama dengan
jumlah obat tidak berubah yang mencapai sirkulasi umum dibagi
klirens.AUC dapat ditentukan dengan suatu prosedur integrasi numerik.


[ AUC ] =∫ Cpdt
0
0

Metode rumus trapezium


Cn−1+Cn
[ AUC ]tntn−1= (tn-t n-1)
2

Untuk AUC Model


FD 0 FD 0
[ AUC ]∞0 = =
klirens K . Vd

3. Volume Distribusi (Vd)


Volume distribusi menyatakan suatu faktor yang harus diperthitungkan
dalam memperkirakan jumlah obat dalam tubuh dari konsentrasi obat yang
ditemukan dalam kompartemen cuplikan. Volume distribusi juga dapat
dianggap sebagai volume (Vd) dimana obat terlarut.
Jumlah obat dalam tubuh tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi
suatu cuplikan darah dapat diambil pada jarak waktu secara berkala dan
dianalisis konsentrasi tersebut. Vd berguna untuk mengaitkan konsentrasi
obat dalam plasma (Cp) dan jumlah obat dalam tubuh (D), seperti dalam
persamaan berikut :
DB = Vd Cp
Harga Vd tergantung dari kecepatan aliran darah pada jaringan, kelarutan
obat dalam tubuh, koefisien partisi yang mempengaruhi kelarutan obat
dalam lipid, jenis jaringan (mempengaruhi volume yang ditempati), pH
lingkungan, ikatan dengan material biologi.
4. Klirens Total (Cl)
Klirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Klirens diartikan sebagai
volume cairan (yang mengandung obat) yang dibersihkan dari obat
persatuan waktu.

LajuEksresi µ g /menit
Klirens = = =
KOnsentrasiplasma µ g /ml
ml/menit
Laju klirens dapat diperkirakan dengan satu perhitungan dari [ AUC ]∞0 , dan
jumlah total obat yang diabsorbsi, FD0.

FDo
ClT=
[ AUC ]∞0
5. Tetapan Kecepatan Eliminasi
Tetapan laju eliminasi saat orde satu ditentukan berdasarkan fase eliminasi
kurva Cp vs t, setelah absorbsi obat sempurna maka terjadi :

FKaDo
Cp= e−k .t atau
Vd(Ka−K )

Cp= A . e−k .t dimana A adalah suatu tetapan.

6. Waktu Paruh Eliminasi


Waktu paruh eliminasi (t ½) menyatakan waktu yang diperlukan oleh
sejumlah obat atau konsentrasi obat untuk berkurang menjadi separuhnya.
Harga t ½ untuk reaksi orde kesatu dapat diperoleh ari persamaan berikut :

t ½=
0,693
K
Dari persamaan tersebut, nampak bahwa untuk reaksi orde kesatu, t ½
adalah konstan. Tanpa perlu diperhatikan berapa jumlah atau konsentrasi
obat pada keadaan awal. Maka waktu yang diperluka untuk berkurang
menjadi separuhnya adalah konstan.
7. F adalah fraksi obat terabsorbsi secara sistemik. Oleh karena obat dalam
saluran cerna juga mengikuti suatu proses penurunan orde kesatu (yakni
diabsorbsi melintasi dinding saluran cerna), jumlah obat dalam saluran
cerna sama dengan Doe−k . t

dDb
=FK . D 0. e−k . t- K.DB
dt
8. Konsentrasi maksimum adalah Cpmaks dan waktu yang diperlukan untuk
mencapai konsentrasi maksimum adalah t max. Waktu yang diiperlukan
untuk mencapai konsentrasi maksimum tidak bergantung pada dosis tetapi
bergantung pada tetapan laju absorbs (Ka) dan eliminasi (K).

t max =
Ka
2,3 log( )
Perhitungan tmax danln Cp
Ka−lnK ln( Ka−K
max biasanya
) dilakukan,
perlu K oleh karena
= =
pengukuran langsung Ka−K Ka−K obat tidak
dari konsentrasi Ka−Kmemungkinkan
sehubungan dengan waktu pengambilan cuplikan yang tidak tepat.
(Shargel, 2005)

Parameter Farmakokinetika Obat


Rumusan matematika
Kinetika Parameter Satuan
INTRAVENA ORAL
Ka - Residual Jam-1
Absorbsi AUC 0-inf Trapezoid Trapesoid µ g . jam /ml
F - AUC 0-inf/AUC iv
Do/Cpo atau Do. F/Cpo atau ml atau liter
Distribusi Vd Do/K. AUC 0-inf Do.F/K. AUC 0-inf

Cl Do/K. AUC 0-inf Do/K. AUC 0-inf Liter/jam


Regesi linear log Regesi linear log
Eliminasi K Cp vs t Cp vs t jam-1
0,693/K 0,693/K
t1/2 jam

( Ritschel,W dan Gregory l.Kearens, 2004)


C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Labu takar - Ependrof
- Mikropipet & tip - Gunting bedah
- Tabung reaksi - Pipet ukur
- Filler - Kapas
- Vortex-mixer - Tabung sentrifuge
- Sentrifuge - Kuvet
- Spektrofotometer
2. Bahan
- Paracetamol
- Asam trikloroasetat (TCA) 5%
- Natrium nitrit 0,1 %
- Asamsulfamat 0,5%
- N(1-naftil) etilendiamin 0,1%
- Aquadest
- Heparin
- Darah tikus

D. SKEMA KERJA
PARACETAMOL
 Pembuatan Larutan Stock Kurva Baku Paracetamol

DitimbangParacetamol 100,0 mg

Dimasukkan ke dalam labu takar 100,0 ml


ditambah sedikit aquadest sampai larut.
Cukupkandenganaquadestsampai 100,0 ml

Larutanstok Paracetamol 1000 µg/ml


 Pembuatan Kurva Baku Paracetamol

Kedalam darah 250µl yang mengandung heparin

Ditambah 250 µl lart. Stock PCT hingga kadarnya


100,200, 300, 400, 500, 600, 700µg/ml, dicampur
homogen

Ditambah 2,0 ml TCA 20% kemudian divortex

Disentrifuge 2500 rpmselama 10 menit,


Diambilsupernatansebanyak 1500 µl

Ditambah 0,5 ml HCL 6N. Ditambah 1,0 ml


NaNO2 .Campur, didiamkandalamsuhu 15C 15 menit

Ditambahkan 1 ml asamsulfamat 15%


melaluidinding

Ditambah 3,5 ml larutanNaOH 10%

Ditambah aquadestsampaitandabatas

Dibaca absorbansipada panjanggelombangmaksimal,


dibuatkurvahubunganabsorbansidankadar
 Uji Pendahuluan Untuk Farmakokinetika Paracetamol

Disiapkan tikus dan ditimbang BB nya

Diberikan paracetamol secara oral dengan dosis


500 mg, 750 mg, & 1000 mg

Dilakukan pencuplikan darah lewat vena ekor


pada waktu sbb : 0,15,30,60,90,120,150,180,240

Darah ditambah 2,0ml TCA 20% kemudian


vortexing

Disentrifuge selama 5-10 menit kecepatan


2500rpm

Diambil beningan ( 1,50ml ) dan dimasukkan labu


takar 10,0 ml

Ditambah 0,5 ml larutan HCl 6N, 1,0 ml NaNO2


10%. Dicampur dan didiamkan 15 menit pada
suhu <15C

Ditambah 1,0 ml asam sulfamat 15% melalui


dinding

Ditambah 3,5 ml larutan NaOH 10% dan


ditambahkan aquadest sampai tanda

Diukur absorbansinya pada panjang gelombang


maksimal dan ditetapkan kadarnya dengan
menggunakan kurva baku
 Uji Untuk Parameter Farmakokinetika Paracetamol

Disiapkan tikus dan ditimbang BB nya

Diberikan PCT secara oral dengan dosis 500 mg &


750 mg

Dilakukan pencuplikan darah lewat vena ekor


pada waktu sbb : 0,5, 10, 15, 30,40,60, 75,90,120,
160, 200 menit

Darah ditambah 2,0ml TCA 20% kemudian


vortexing

Disentrifuge selama 5-10 menit kecepatan


2500rpm

Diambil beningan ( 1,50ml ) dan dimasukkan labu


takar 10,0 ml

Ditambah 0,5 ml larutan HCl 6N, 1,0 ml NaNO2


10%. Dicampur dan didiamkan 15 menit pada
suhu<15C

Ditambah 1,0 ml asam sulfamat 15% melalui


dinding

Ditambah 3,5 ml larutan NaOH 10% dan


ditambahkan aquadest sampai tanda

Diukur absorbansinya pada panjang gelombang


E. DATA PENGAMATAN DAN
maksimal dan PERHITUNGAN
ditetapkan kadarnya dengan
menggunakan kurva baku
 PembuatanLarutan StokParasetamol
Penimbangan Paracetamol

Kertas + zat = 0,6329 g

Kertas + sisa = 0,5255 g -

BeratZat = 0,1074 g = 107,4 mg

Konsentrasilarutan = 107,4 mg/100ml = 1074 μg/ml

=1,074 μg/ml

 Deret Baku Larutan Stok Paracetamol

Kadar Koreksi Kadar


Konsentrasi 0μg/ml Konsentrasi 0μg/ml
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
V1.1000μg/ml = 500 μl.0μg/ml 0 μL.1074μg/ml = 250μL.C2
V1 = 0 μL C2 = 0 μg/ml
Darah = 250 μL
Konsentrasi 100μg/ml Konsentrasi 100μg/ml
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
V1.1000μg/ml= 250 μL.100μg/ml 25 μL.100μg/ml = 500μL.C2
V1 = 25 μL C2 = 107,4 μg/ml
Darah = 250μL- 25μL = 225 μL
Konsentrasi 200 μg/ml Konsentrasi 200μg/ml
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
V1.1000μg/ml= 250μL.200μg/ml 50μL.1074 μg/ml = 250μL.C2
V1 = 50 μL C2 = 214,8 μg/ml
Darah = 250μL-50μL = 200 μL
Konsentrasi 300 μg/ml Konsentrasi 300μg/ml
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
V1.1000μg/ml = 250μL.300μg/ml 75μL.1074 μg/ml = 250μL.C2
V1 = 75 μL C2 = 322, 2μg/ml
Darah = 250μL-75μL = 175 μL

Konsentrasi 400μg/ml Konsentrasi 400μg/ml


V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
V1.1000μg/ml = 250μL.400μg/ml 100μL.1074 μg/ml = 250μL.C2
V1 = 100 μL C2 = 429,6 μg/ml
Darah = 250μL-100μL = 150 μL
Konsentrasi 500μg/ml Konsentrasi 500μg/ml
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
V1.1000μg/ml = 250μL.500μg/ml 125μL.1074 μg/ml = 250μL.C2
V1 = 125μL C2 = 537 μg/ml
Darah = 250μL-125μL = 125 μL
Konsentrasi 600μg/ml Konsentrasi 600μg/ml
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
V1.1000μg/ml = 250μL.600μg/ml 150 μL.1074 μg/ml = 250μL.C2
V1 = 150 μL C2 = 644,4 μg/ml
Darah = 250μL-150μL = 100μL
Konsentrasi 700μg/ml Konsentrasi 700μg/ml
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
V1.1000μg/ml = 250μL.700μg/ml 175 μL.1074 μg/ml = 250 μL.C2
V1 = 175 μL C2 = 751,8 μg/ml
Darah = 250μL-175μL = 50 μL

 Data Kurva Baku Paracetamol

Konsentrasi (μg/ml) Absorbansi


0 0,004
107,4 0,079 a = - 0,0018
214, 8 0,139
322,2 0,661 b = 0,0013
429,6 0,634
537 0,712 r = 0,9459
644,4 0,733
751,8 0,956 Y = bx + a

Y = 0,0013 x – 0,0018

(*)Tidak dimasukkan dalam regresi linier


kurva baku konsentrasi vs absorbansi
1.2
1
0.8
absorbansi

0.6 absorbansi
0.4
0.2
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
konsentrasi

 Perhitungan VP dan Dosis

 Dosis 500 mg
Dosis paracetamol 500 mg/kgBB manusia
70 kg
Dosis manusia = × 500 mg = 700mg
50 kg
Konversi Dosis tikus( 200g) = 700 mg ×0,018 = 12,6 mg/ 200g

C stok sebenarnya = 0,8400 g/ 100 ml

= 840 mg / 100 mg

= 8,4 mg / ml

1. Tikus 207,4 g
207,4
Dosis= × 12,6 mg = 13,06 mg
200 g
13,06 mg
VP = mg = 1,55 ml ~ 1,6ml
8,40
ml

2. Tikus 186,4 g
186,4
Dosis= × 12,6 mg = 11,74 mg
200 g
11,74mg
VP = mg = 1,39 ml ~ 1,4ml
8,40
ml

3. Tikus 221,4 g
221,4 g
Dosis= × 12,6 mg = 13,94 mg
200 g
13,94 mg
VP = mg = 1,66 ml ~ 1,7ml
8,40
ml

4. Tikus 217,4 g

217,4 g
Dosis= × 12,6 mg = 13,69 mg
200 g
13,69mg
VP = mg = 1,63 ml ~ 1,6 ml
8,40
ml

5. Tikus 205 ,6 g

205,6 g
Dosis= × 12,6 mg = 12,95 mg
200 g
12,95mg
VP = mg = 1,54 ml ~ 1,5 ml
8,40
ml

6. Tikus 197,9 g

197,9 g
Dosis= × 12,6 mg = 12,27 mg
200 g
12,27 mg
VP = mg = 1,48 ml ~ 1,5 ml
8,40
ml

 Dosis 750 mg
70 kg
Dosis untuk 70 kg manusia = x 750 mg=1050 mg
50 kg
Dosis untuk tikus 200 g = 1050 mg x 0,018 = 18,9 mg / 200 g
221,4 g
Berat tikus terbesar = x 18,9 mg=20 ,9223 mg
200 g

C stok sebenarnya = 0,8400 g/ 100 ml

= 840 mg / 100 mg
= 8,4 mg / ml

1. Tikus (201 g)
201 g
Dosis= × 18,9 mg = 18,99 mg
200 g
18,99mg
VP = mg = 2,26 ml ~ 2,3 ml
8,40
ml

2. Tikus (185,4 g)
185,4 g
Dosis= × 18,9 mg = 17,52 mg
200 g
17,52mg
VP = mg = 2,08 ml ~ 2,1 ml
8,40
ml

3. Tikus 181,4 g
181,4 g
Dosis= × 18,9 mg = 17,14 mg
200 g
17,14 mg
VP = mg = 2,04 ml ~ 2,0 ml
8,40
ml

4. Tikus 197 g
197 g
Dosis= × 18,9 mg = 18,16mg
200 g
18,16 mg
VP = mg = 2,21 ml ~ 2,2 ml
8,40
ml

5. Tikus 161 g
161 g
Dosis= × 18,9 mg = 15,21 mg
200 g
15,21mg
VP = mg = 1,81 ml ~ 1,8 ml
8,40
ml

6. Tikus 187 g
187 g
Dosis= × 18,9 mg = 117,76 mg
200 g
17,76 mg
VP = mg = 2,11 ml ~ 2,1 ml
8,40
ml

 Data Absorbansi Paracetamol 500 mg

t
Absorbans cp Ln Cp Cp’ Cp Ln Cp
i residual residual
0 0,000 1,3846 0,3254 169,9483 168,5637
5 0,125 97,5384 4,5802 164,8367 67,2982 4,2091
10 0,144 112,1538 4,7199 159,8788 47,7250 3,8655
15 0,174 135,2308 4,9069 155,0700 19,8392 2,9877
30 0,150 116,7692 4,7602 141,4943 24,7251
40 0,143 111,3846 4,7129 133,1107 21,7261
60 0,164 127,5385 4,8484 117,8042 9,7342
75 0,137 106,7692 4,6707 107,4910 0,7218
90 0,127 99,0769 4,5951 98,0806 0,9963
120 0,104 81,3846 4,3992 81,6592 0,2746

 Regresi Eliminasi ( t vs Ln Cp )

T Ln cp
75 4,6707
90 4,5958
120 4,3992

a = 5,1354

b = - 6,1076 x 10-3

r = - 0,9980

b = -k

-6,1076 x 10-3 = -K

K = 6,1076 x 10-3

 t ½ Eliminasi =
0,693 0,693
= = 113,46 menit
Kel 6,1076 x 10−3
 Regresi Absorbsi ( t vs Ln cp res )

T Ln cp res
5 4,2091
10 3,8655
15 2,9877
a = 4,9088

b = - 0,1221

r = - 0, 9696

b = -k

- 0,1221= -K

K = 0,1221

 t ½ Absorbsi
0,693 0,693
= = 5,6757 menit
Kabs 0,1221

 tmax
ln ka−ln kel
=
ka−Kel
ln 0,1221−ln 6,1076 x 10−3
=
0,1221−6,1076 x 10−3
2,9953
= = 25,8438 menit
0,1159
Cp2+Cp 1
 AUC = ( t2 – t1 )
2
97,5385+1,3846
o AUC 50 = (5 – 10) = 247,31 g menit/ml.
2
112,1538+97,5385
o AUC 10 5 = ( 10 – 5 ) = 524,23 g
2
menit/ml.
135,2308+ 112,1538
o AUC 15 10 = ( 15 – 10 ) = 618,46 g
2
menit/ml.
116,7692+135,2308
o AUC 30 15 = ( 30 – 15) = 1890 g
2
menit/ml.
111,3846+ 116,7692
o AUC 40
30 = ( 40 – 30) = 1146,77 g
2
menit/ml.
127,5385+ 111,3846
o AUC 60
40 = ( 60 – 40 ) = 2389,23 g
2
menit/ml.
106 ,7692+127 , 5385
o AUC 60
75 = (75 – 60 ) = 1757, 31g
2
menit/ml.
99,0769+106,7692
o AUC 90
75 = (90 - 75) = 1543,84g
2
menit/ml.
81,3846+99,0769
o AUC 90
120 = (120 – 90 ) = 2706, 92g
2
menit/ml.

AUC Total=12818,07 g menit/ml

81,3846
o AUC 120 = =13325,1359
6,1076 x 10−3

Total AUC 0= AUC120 + AUC total

= 13325,1359 g menit/ml + 12818,07 g menit/ml

= 26143,2059 g menit/ml

 F = 0.8
Do . F
 Vd =
Kel . AUC total

12,6 .0,8
= = 0,1287ml
0.0061076 .12818,07

F . Do
 Cp Max = . e –kel . tmax
Vd
0,8 .12,6
= . e –0.0061076. 25,8434
0,1287
= 78,3217 . 0,8539
= 66,8789 mg/ml
 Cl = Kel . Vd
= 0,0061076 . 0,1287 L
= 7,8605 x 10-4 L/menit

 Data Absorbansi Paracetamol 750 mg

T
Absorbans cp Ln Cp Cp’ Cp Ln Cp
i residual residual
0 0,000 1,3846 0,3254 169,9483 168,5637
5 0,114 89,0769 4,4895 130,5835 41,5145 3,7260
10 0,136 106 4,6634 127,7423 21,9423 3,0884
15 0,138 107,5384 4,6778 124,9629 17,4245 2,8579
30 0,130 101,3846 4,6189 116,9823 15,5977
40 0,122 95,2308 4,7129 111,9471 16,7163
60 0,124 96,7692 4,5563 102,5175 5,7483
75 0,129 100,6154 4,5723 195,9704 4,6450
90 0,107 83,6923 4,6113 89,8413 6,1490
120 0,103 80,6154 4,3897 78,7325 1,8831

 Regresi eliminasi ( t vs Ln Cp )

T Ln cp
75 4,5723
90 4,6113
120 4,3897
a = 4,8940 anti Ln a =B=
133,4879

b = - 4,3996x 10-3

r = - 0,8498

b = -k

- 4,3996x 10-3= -K

K = 4,3996 x 10-3

 t ½ Eliminasi =
0,693 0,693
= = 157,5143 menit = 2,6253 jam
Kel 4,3996 x 10−3

 Regresi Absorbsi ( t vs Ln cp res )

T Ln cp res
5 3,7260
10 3,0884
15 2,8579
a = 4,0922 anti Ln a = 59,8715

b = - 0,0868

r = - 0,9652

b = -k

- 0,0868= -K

K = 0,0868

 t ½ Absorbsi
0,693 0,693
= =7,9839 menit = 0,1331 jam
Kabs 0,0868
 t max
ln ka−ln kel
=
ka−Kel
ln 0,0868−ln 0 ,0043996
=
0,0868−ln 0 , 0043996
= 36, 1903
Cp2+Cp 1
 AUC = ( t2 – t1 )
2
1,3846+89,0769
o AUC 50 = ( 5 – 0 ) = 226,1537g
2
menit/ml.
89,0769+106
o AUC 10 5 = ( 10 – 5 ) = 487,6922g
2
menit/ml.
106+107,5384
o AUC 15 10 = ( 15 – 10 ) = 533,846g
2
menit/ml.
107,5384+101,3846
o AUC 30 15 = ( 30 – 15) =
2
1566,9225g menit/ml.
101,3346+95,2308
o AUC 40 30 = ( 40 – 30) = 983,077g
2
menit/ml.
95,2308+96,7692
o AUC 60
40 = ( 60 – 40 ) = 1920g
2
menit/ml.
100,6154+96,7692
o AUC 75
60 = (75 – 60 ) =
2
1480,3845g menit/ml.
83,6923+100,6154
o AUC 90
75 = (90 - 75) =
2
1382,3077g menit/ml.
80,6154+83,6923
o AUC 90
120 = (120 – 90 ) =
2
2464,6155g menit/ml.

Auc Total=1104,9991 g menit/ml .

80,6154
AUC 120 = = 18323, 347 g menit /ml .
4,3996 x 10−3

Total AUC 0= AUC120 + AUC total

= 18323, 3475 g menit/ml + 1104,9991 g menit/ml

= 29368,3467 g menit/ml

 F = 0.8
Do . F
 Vd =
Kel . AUC total

18,9 . 0,8
= = 3,1101ml
0,0043996 .1104,9991
F . Do
 Cp Max = . e –kel . tmax
Vd
0,8 .18,9
= . e –0,0043996. 36,1903
3,1101
= 4,8616 . 08528
= 4,1460 mg/ml
 Cl = Kel . Vd
= 0,0043996 . 3,1101 L
= 0,0137 L/menit
F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini di lakukan percobaan penetapan parameter


farmakokinetika parasetamol setelah pemberiaan dosis tunggal, yang
bertujuan agar mahasiswa mampu menghitung dan menetapkan parameter-
parameter tersebut berdasarkan data kadar obat dengan darah terhadap waktu.
Parameter farmakokinetika adalah suatu besaran yang diturunkan secara
sistematis dari suatu model berdasarkan data kadar obat utuh atau
metabolitnya dari serum darah, urin atau cairan hayati lainnya. Pada
praktikum kali ini digunakan serum darah dikarenakan beberapa alasan, yaitu
darah merupakan tempat yang paling cepat dicapai oleh obat, darah berperan
dalam mengambil obat dalam tempat absorbsi, mendistribusikan, serta
membuangnya ke organ eliminasi. Parameter farmakokinetika ini bertujuan
untuk mengkaji kinetika dari absorbsi, distribusi dan eliminasi obat yang ada
di dalam tubuh. Dimana hasil kajian ini, diantaranya memiliki arti penting
dalam penetapan dosis.

Parameter farmakokinetika sendiri di bagi menjadi parameter primer,


sekunder, dan turunan. Parameter primer dipengaruhi oleh variabel faal danp
yang termasuk dalam parameter ini adalah Ka, Vd, dan Cl. Parameter
sekunder (t½) dipengaruhi oleh parameter primer. Sedangkan parameter
turunan yaitu AUC, Cp, tmax, Cp max dipengaruhi oleh parameter primer dan
sekunder.

Prinsip dari praktikum kali ini sama dengan praktikum sebelumnya


dilakukan pengambilan darah tikus melalui vena ekor tikus, darah diambil
pada menit-menit tertentu yang telah ditentukan dan ditambahkan TCA 20%
dan disentrifuge untuk memisahkan darah dengan plasmanya. Yang digunakan
untuk analisa adalah beningannya atau plasmanya. Sebab obat akan berikatan
dengan plasma, sehingga yang digunakan untuk pengukuran kadar obat dalam
darah adalah plasmanya tersebut. Dalam menentukan waktu sampling
(pengambilan cuplikan), dapat ditentukan dengan rumus 3-5 x t ½ eliminasi
untuk data darah. Pengambilan cuplikan dilakukan minimal 3 titik pada tiap
fase absorbsi, sekitar puncak dan fase eliminasi.Pada praktikum kali ini
cuplikan diambil pada menit ke 0, 5, 10, 15, 30, 40, 60, 75, 90, dan 120.
Penentuan waktu pengambilan cuplikan ini juga dengan pertimbangan
ketersediaan volume darah tikus yang digunakan sebagai hewan uji.
AUC adalah area di bawah kurva kadar obat atau metabolit dalam
plasma, atau serum atau darah terhadap waktu dari waktu ke-nol sampai waktu
terakhir kadar obat diukur – dihitung secara trapezoidal. AUC merupakan
parameter untuk menggambarkan besarnya absorbsi. Pada percobaan ini nilai
AUC total parasetamol pada tikus adalah12818,07g menit/ml pada dosis 500
mg dan 1104,9991g menit/ml pada dosis 750 mg.

Variabel fisiologis yang dapat berpengaruh terhadap distribusi obat


antara lain aliran darah setempat, permeabilitas membran sel dan kapiler,
perbedaan pH antara plasma dengan jaringan serta ikatan obat dengan protein.
Parameter Vd menunjukkan volume penyebaran obat dalam plasma atau
serum. Vd menghubungkan jumlah obat dalam tubuh dengan kadarnya dalam
plasma atau serum. Pada percobaan ini nilai Volume Distribusi (Vd)
parasetamol pada tikus 3,1101 ml pada dosis 500 mg dan 0,1287 ml pada
dosis 750 mg.

Pada fase eliminasi, K eliminasi menggambarkan laju eliminasi obat


di dalam tubuh. Kliren total bermanfaat dalam menilai efektifitas eliminasi
suatu obat. Pada percobaan ini nilai K eliminasi dan kliren total parasetamol
pada tikus 6,1076 x 10-3 /menit pada dosis 500 mg, dan 4,3996 x 10-3 /menit
pada dosis 750 mg dan klirennya 7,8605 x 10-4 L/menit pada dosis 50 mg dan
pada dosis 750 mg sebesar 0,0137 L/menit. Waktu paro eliminasi (t½
eliminasi) merupakan parameter sekunder yang memiliki pengertian waktu
dimana obat mencapai kadar ½ kali kadar awalnya. Seperti pengertian dari
parameter sekunder yang merupakan parameter yang dipengaruhi oleh
parameter primer, maka t½ dipengaruhi oleh konstanta laju eliminasi obat,
dimana t½ berbanding searah dengan K eliminasi, semakin cepat laju
eliminasi dari suatu obat maka semakin cepat pula t½ nya. Pada percobaan ini
nilai t½ eliminasi parasetamol pada tikus 113,46 menit pada dosis 500mg dan
2,6253 jam pada dosis 750 mg.

t maks merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar


maksimal dalam darah. t maks tidak tergantung pada dosis tetapi bergantung
pada Ka dan K. t maks dapat diartikan sebagai waktu absorbsi puncak. Pada
percobaan ini nilai t maks pada tikus 25,8438 menit pada dosis 500 mg dan 36,
1903 menit pada dosis 750 mg.

G. KESIMPULAN

Nilai parameter farmakokinetik parasetamol 500mg :


1. Fase absorpsi, yaitu :
T1/2 = 5,6757 menit
Ka = 0,1221/menit
AUC = 12818,07g menit/ml.

F = 0.8

2. fase distribusi, yaitu :

Vd = 3,1101ml

3. fase eliminasi, yaitu :


Cl = 7,8605 x 10-4 L/menit

K el = 6,1076 x 10-3 /menit

T½ = 113,46 menit

Nilai parameter farmakokinetik parasetamol 750 mg :

4. Fase absorpsi, yaitu :


T1/2 = 0,1331 jam

Ka = 0,0868/menit
AUC = 1104,9991 g menit /ml

F = 0.8

5. fase distribusi, yaitu :

Vd = 0,1287ml

6. fase eliminasi, yaitu :


Cl = 0,0137 L/menit

K el = 4,3996x 10-3 /menit

T½ = 2,6253 jam

H. DAFTAR PUSTAKA
1. Ristchel, W.A., 1980, Handbook of Basic Pharmacokinetic, 2nd Ed,
Haminton :drug intell, publ., inc.

2. Shargel, Leon dan B. C Andrew. 2005. Biofarmasetika dan


Farmakokinetika Terapan. Surabaya: Airlangga University Press.
3. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depatemen
Kesehatan Republik Indonesia.

4. Gibaldi, M dan Perrier, D. 1982. Pharmacokinetics 2nd Edition. New


York : Marcel Dekker.

5. Wagner, JG. 1993. Pharmacokinetics for The Pharmaceutical Scientist.


United States of America : Appleton and Lange.

Mengetahui, Semarang, 15 Oktober 2017


Dosen Pengampu Praktikan

Theofillus C.E
Fx. Sulistiyanto, M.si,. Apt (1041511175)

Vira Dwi Alfiana


Dhimas Adityasmara, S.Farm,. Apt (1041511183)

Vivin Agustiani
(1041511184)

Widya Ari K.S


(1041511186)

Yunita Kurnia Sari


(1041511189)

Siti Fatimah
(1041511245)

Anda mungkin juga menyukai