Anda di halaman 1dari 3

INOVASI KONSERVASI LAHAN DENGAN METODE TERAS BANGKU

Kawasan Bandung Utara dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi kawasan
dengan alih fungsi lahan yang cukup tinggi, sehingga pemanfaatan ruang menjadi tidak
terkendali dan akan menjadi dampak serius pada fungsi konservasi Kawasan Bandung
Utara sebagai daerah tangkapan air yang mengakibatkan berbagai bencana alam seperti
longsor dan banjir.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan Perda Nomor 2 Tahun 2016
tentang pedoman pengendalian kawasan bandung utara sebagai kawasan strategis provinsi
jawa barat, bahwa Kawasan Bandung Utara yang memiliki fungsi dan peranan penting
dalam menjamin keberlanjutan kehidupan dan keseimbangan lingkungan hidup di Cekungan
Bandung. Perda tersebut ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Provinsi berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, sehingga diperlukan upaya pengendalian di
Kawasan Bandung Utara.

Pemanfaatan ruang Kawasan Bandung Utara menjadikan Kawasan tersebut sebagai


Kawasan dengan Kekritisan Lahan yang sangat tinggi dimana luas lahan sangat kritis lebih
besar dibanding dengan lahan kritis. Berdasarkan SK.306/MENLHK/PDASHL/DAS.0/7/2018
tentang Penetapan Lahan Kritis Nasional, lahan kritis di KBU adalah seluas 2.003 hektar
atau sebesar 5,12% dimana 1.148,4 hektar berada di lahan pertanian, sedangkan untuk
lahan sangat kritis di KBU yaitu 17.755 hektar atau sebesar 45,36% dimana 11.345 hektar
berada di lahan pertanian. Dengan demikian kekritisan lahan di Kawasan Bandung Utara
adalah seluas 19.758 hektar atau 50.48% dari total luasan KBU.

Lahan pertanian di Kawasan Bandung Utara sebagian besar masuk dalam kelas
lahan sangat kritis, sehingga diperlukan upaya dalam menanggulangi lahan kritis tersebut.
Dalam Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum, Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat berperan dalam upaya dalam
menanggulangi Lahan Kritis dengan menerapkan Inovasi Konservasi Lahan dengan Metode
Teras Bangku. Teras Bangku merupakan salah satu metode konservasi tanah secara
mekanik berupa bangunan teras yang dibuat dengan cara memotong lahan searah garis
kontur pada kemiringan tertentu. Salah satu keuntungan pembuatan teras bangku dalam
sektor pertanian yaitu meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian dalam
areal lahan pertanian karena teras bangku mampu menjaga unsur hara agar tidak terbuang
akibat erosi serta mencegah terjadinya erosi / pengikisan tanah oleh air. Pembuatan teras
bangku merupakan upaya dalam mencegah dan menurunkan tingkat erosi dalam jangka
panjang, namun biaya yang dikeluarkan cukup mahal. Semakin besar kemiringan lahan di
suatu areal pertanian makan biaya yang dikeluarkan semakin tinggi.

Penentuan lokasi untuk Teras Bangku berdasarkan kajian lahan kritis dengan melihat
wilayah prioritas. Prioritas pertama adalah wilayah pada zona resapan air rendah mengingat
potensi run-off air permukaan lebih tinggi dibandingkan zona resapan air sedang atau tinggi.
Potensi run-off yang tinggi akan berdampak besar terhadap erosi dan sedimentasi sehingga
diperlukan pembuatan teras bangku untuk mengurangi dampak erosi dan sedimentasi
tersebut.  Dengan demikian arahan prioritas untuk pembuatan teras bangku adalah sebagai
berikut:

1. Prioritas pertama pada Kawasan Bandung Utara bagian timur yang terletak di bawah
bukit Palasari tepatnya di Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Cilengkrang dan
Kecamatan Cibiru, Kabupaten Bandung 
2. Prioritas kedua pada Kawasan Bandung Utara bagian timur laut yang terrletak di bawah
jajaran Gunung Bukit Tunggul, Gunung Lingkung dan Gunung Tangkuban Parahu di
Kecamatan Lembang tepatnya di Desa Cikole, Desa Wangun Harja, Desa Cibodas dan
Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat
3. Prioritas ketiga pada Kawasan Bandung Utara bagian barat yang terletak di bawah
Gunung Burangrang tepatnya di Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua,
Kecamatan Ngampah dan Kecamatan Cikalong Wetan.

Kegiatan pembuatan teras bangku ini dilakukan terlebih dahulu kajian SID sebagai
bahan dasar untuk memulai kegiatan ini. Hal ini dilakukan untuk menentukan calon lokasi
pembangunan teras bangku yang layak sesuai dengan standar yang berlaku. Luas lahan
pertanian SID Teras Bangku di Kecamatan Cimenyan dan Paseh seluas 600 ha. Bahan
dasar pembuatan SID tersebut berdasarkan hasil kajian lahan kritis di lokasi priortas
pertama yang berada di Kecamatan Cimenyan (Desa Mekarmanik dan Cimenyan) serta
lokasi tambahan di Kecamatan Paseh (Desa Drawati). Persyaratan dalam penentuan SID
Teras Bangku berupa diusahakan kepemilikan lahan milik petani, kesanggupan pemilik
lahan untuk di teras bangku, sebaiknya minim vegetasi, dan diusahakan kemiringan 30-
40%. Berdasarkan kajian SID, kesanggupan pemilik lahan yang di teras bangku sebagian
sebesar berada di Desa Mekarmanik dan Desa Drawati serta kepemilikan lahan di kedua
desa tersebut sebagian besar milik petani, sehingga Dinas TPH Jabar mengajukan Desa
Mekarmanik dan Drawati untuk di jadikan Teras Bangku . Setelah melakukan SID, diadakan
BIMTEK Teras Bangku dengan para petani penerima manfaat agar dapat memahami teknis
pembuatan teras bangku
Rencana pembuatan Teras Bangku di Desa Mekamanik seluas 80 ha dengan 4
kelompok tani penerima manfaat serta Desa Drawati seluas 17 ha dengan 3 kelompok tani
penerima manfaat, sehingga total kegiatan pembuatan teras bangku seluas 97 ha di tahun
2021. Komoditas hortikultura menjadi komoditas utama di Desa Mekarmanik, Kecamatan
Cimenyan dan Desa Drawati, Kecamatan Paseh.

Menurut salah satu ketua kelompok tani di Desa Mekarmanik mengatakan bahwa
sebelum menggunakan metode teras bangku, produktivitas bawang merah hanya
menghasilkan 5-6 ton/ha, setelah membuat demplot teras bangku secara swadaya,
produktivitas bawang merah menghasilkan 7-8 ton/ha. Ini membuktikan bahwa pembuatan
Teras Bangku diklaim mampu meningkatkan produktivitas bawang merah. Keinginan petani
untuk membuat teras bangku cukup tinggi dilahannya mengingat sudah ada demplot teras
bangku dengan hasil produktivitas yang tinggi. Akan tetapi, biaya pembuatan teras bangku
tersebut mahal karena membutuhkan SDM yang cukup banyak dan waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu, Dinas TPH Jabar berupaya membantu dalam menangani ini, selain
meminimalisir tingkat laju erosi di lahan kritis, juga meningkatkan produktivitas komoditas
hortikultura.

1. Ambil Kajian lahan kritis KBU pak taufan


2. Zonasi KBU
3. Renaksi DAS Citarum Hulu
4. Teras Bangku

Anda mungkin juga menyukai