Anda di halaman 1dari 7

SUMBER DAN AJARAN POKOK AGAMA BUDDHA TENTANG

MANUSIA, TUHAN DAN ETIKA


Dosen pengampuh : Dr.Hj. Nuryani., M.A

Kelompok 4

Amrina Habibatul Haqiqo 2001010001

Hernita Putri Lestari 2001010032

Muhammad Faturrahman 2001010012

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

PERIODE 2021/2022

BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya, agama itu tak luput dari yang namanya mazhab atau
aliran, sama seperti agama lain agama Buddha juga memiliki beragai
macam aliran diantaranya: Mahayana dan Hinayana. Di dalam
Mahayana pecah menjadi banyak aliran, sedangkan di dalam
Hinayanaada Sarwastivada dan juga Theravada. Namun, diantara
beberapa aliran tersebut yang masih mempertahankan ajaran asli Buddha
Gautama dari India adalah aliran Theravadha. Di dalam aliran
Theravada ini pokok tujuan mazhab ini yaitu berusaha untuk menjadi
orang-orang suci (arahat) yang nantinya akan berhasil menaklukan
hasrat atau nafsu keinginan (Tanha) hingga menjadi terbebas dari
kelahiran kembali yang tiada henti (samsara) dan pada akhirnya bisa
melenyapkan diri ke dalam Nibbana yang merupakan tujuan akhir umat
Buddha karena mampu terbebas dari kemelekatan.
Agama Buddha ini lahir dan berkembang pada abad ke-6 SM.
Asal nama agama Buddha ini diperoleh dari pendiri agama Buddha itu
sendiri yaitu Siddharta Gautama atau Sang Buddha yang artinya
“tercerahkan”. Panggilan itu didapatkan oleh Siddharta Gautama setelah
ia mampu meninggalkan kehidupan yang penuh dengan penderitaan
dengan menjalani hidup yang suci, bertapa selama tujuh tahun di bawah
pohon Bodhi atau pohon hikmat
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Agama Buddha


Agama Buddha lahir dan berkembang pada abad ke 6 SM. Agama
itu namanya berasal dari panggilan yang diberikan kepada
pembangunnya Sidharta Gautama yang dipanggil dengan sebutan
Buddha. Panggilan itu berasal dari akar kata bodhi (hikmat), yang di
dalam tashrif selanjutnya menjadi buddhi (nurani) dan menjadi buddha
(yang beroleh nur). Oleh sebab itulah sebutan Buddha pada selanjutnya
diperoleh dari berbagai pengertian sebagai berikut: yang sadar dan yang
cemerlang dan yang memperoleh cahaya terang. Dan juga ada yang
mengartikan bangun yaitu bangun dari dalam kesesatan dan keluar
ditengah-tengah cahaya pemandangan yang benar. Buddha adalah orang
yang mendapat pengetahuan dengan tidak mendapat wahyu dari Tuhan
dan bukan dari seorang Guru.Siddharta Gotama lahir pada tahun 623 SM
di India Utara, dan meninggal dunia pada usia 80 tahun (543 SM).
Beliau lahir sebagai putra mahkota kerajaan Kapilavatthu pada waktu
itu, sekarang terletak dekat perbatasan India dengan Nepal. Hidup beliau
diwarnai dengan kesenangan dan kemewahan sebagai putra mahkota
tunggal. Istri beliau adalah Yosadhara, dan memiliki putra tunggal
bernama Rahula. Ketika berusia 29 tahun, Gotama melihat peristiwa-
peristiwa yang sangat mengesankan hatinya, yaitu:
• Orang berusia tua yang sedang menderita karena ketuaannya. •Orang
sakit yang sedang menderita karena penyakitnya.
• Orang meninggal dunia sedang ditandu oleh anggota keluarganya yang
sedang dirundung duka.
• Seorang pertapa yang menyatakan bahwa ia sedang berusaha mencari
cara untuk mengatasi penderitaan.
Empat peristiwa yang sangat berkesan bagi diri Gotama itu menggugah
nuraninya terhadap penderitaan hidup manusia, dan hal itu
menjadikannya berpikir bagaimana cara manusia dapat membebaskan
diri dari penderitaan. Peristiwa keempat itulah yang memberikan
petunjuk kepadanya untuk menjalani hidup sebagai pertapa yang
berusaha mencari cara mengatasi penderitaan.Bertitik tolak dari
fenomena demikian itulah yang mendorong dirinya untuk meninggalkan
hidup materialistis menjadi hidup spiritualitas dengan menjalankan
hidup tidak berumah tangga.

B. Sumber Pokok Ajaran Agama Buddha


1. Tuhan
Tuhan dalam agama Buddha bukanlah Siddharta Gautama. Buddhisme
juga menolak adanya sosok mahakuasa sebagai pencipta[1] dan
menyatakan bahwa alam semesta diatur oleh lima hukum kosmis
(Niyama Dhamma), yakni Utu Niyama, Bija Niyama, Kamma Niyama,
Citta Niyama, dan Dhamma Niyama. Hal ini dipandang oleh banyak
orang sebagai perbedaan utama antara Buddhisme dan agama-agama
lain.
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang
Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak
Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang
Mutlak".Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama
Buddha adalah suatu yang "tanpa Aku" (anatta), yang tidak dapat
dipersonifikasikan (tidak memiliki kepribadian) dan tidak dapat
diuraikan seperti apa pun. Tetapi dengan adanya "Yang Mutlak", yang
tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata)
dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan
cara bermeditasi.
Umat Buddha menerima keberadaan makhluk hidup di alam yang lebih
tinggi, yang dikenal sebagai dewa, tetapi mereka—seperti manusia, yang
dikatakan menderita di samsara—belum tentu lebih bijaksana daripada
makhluk lainnya. Bahkan Buddha sering disebutkan sebagai guru para
dewa dan lebih unggul dari mereka, meskipun dewa—seperti semua
makhluk hidup lainnya—mungkin menjadi Bodhisattva tercerahkan dan
mencapai kesucian. Ibadah umat Buddha lebih fokus pada hukum
spiritual alam semesta untuk mencapai pencerahan diri sehingga sampai
pada akhir dari nafsu yang menyebabkan semua penderitaan kelahiran,
usia, tua, penyakit, kematian, kepedihan, ratapan, dan keputusasaan
(nibbana).
Dalam ajaran Buddha tidak dikenal adanya "Dewa Pencipta" ataupun
"Sang Pencipta Dunia"; alam semesta dengan segala isinya diatur oleh
hukum universal (Niyama Dhamma) yang berlaku di semua alam
kehidupan, segala isi Bumi, segala tata bintang, maupun segala galaksi
di jagat raya ini.
Dhamma bukanlah ciptaan para Buddha; Dhamma tetap ada dan tetap
akan ada selamanya. Para Buddha hanya penemu Dhamma, setelah
menemukannya Beliau memerintahkannya kepada semua makhluk agar
mereka yang telah siap dapat memperoleh manfaatnya. Dengan
demikian, ada atau tidak ada Buddha, hukum abadi itu akan tetap ada.
2. Etika dan Manusia
Etika merupakan eksistensi dasar dalam setiap agama terutama
berhubungan dengan interaksi sosial manusia. Dalam penelitian terdapat
bentuk-bentuk etika sosial dalam agama Buddha meliputi: etika sosial
dalam hubungan dengan Tuhan, etika sosial dalam hubungan dengan
keluarga, etika sosial dalam hubungan dengan manusia. Dan meliputi
tiga ajaran yaitu:
1. Ajaran agama Buddha tentang hubungan dengan Tuhan terdiri atas:
a. Dasar-dasar hubungan dengan Tuhan,
b. Prinsip-prinsip hubungan dengan Tuhan,
c. Nilai-nilai hubungan dengan Tuhan.
2. Ajaran agama Buddha tentang hubungan dengan keluarga terdiri atas:
a. Etika suami terhadap istri,
b. Etika anak terhadap orang tua,
c. Kewajiban orang tua terhadap anak.
3. Ajaran agama Buddha tentang hubungan dengan sesama manusia
terdiri atas:
a. Berbicara dengan santun dan dewasa,
b. Berbicara yang pantas dan mantap,
c. Mewujudkan tutur kata nuraniyah.
KESIMPULAN

Agama Buddha merupakan agama berpaham nonteisme atau filsafat


yang berasal dari bagian timur anak benua India dan berlandaskan
kepada ajaran Siddhartha Gautama. Penyebaran agama Buddha di India
dimulai sejak abad ke-6 sebelum Masehi hingga abad ke-4 sebelum
Masehi. Agama Buddha adalah agama terbesar keempat di dunia dengan
lebih dari 520 juta pengikut, atau lebih 7% populasi dunia, yang dikenal
sebagai Buddhis. Agama Buddha juga meliputi beragam ilmu, nilai
tradisi, filosofi, keyakinan dan kepercayaan, meditasi, dan praktik
spiritual yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran-ajaran awal yang
dikaitkan dengan Buddha dan menghasilkan filsafat yang ditafsirkan.

Anda mungkin juga menyukai