Manajemen Air
Berkelanjutan
1 Pendahuluan
Rekayasa tanah dan air, salah satu cabang inti dalam rekayasa biosistem,
berkaitan dengan interaksi antara tanah, air, dan tanaman. Tanaman
membutuhkan air dan nutrisi untuk pertumbuhan berkelanjutan, dan para
insinyur biosistem merancang sistem irigasi dan drainase yang dapat
menyediakan lingkungan tanah yang ideal untuk produksi tanaman
berkelanjutan. Dengan demikian, merancang sistem pengelolaan air yang
berkelanjutan adalah area utama dalam rekayasa biosistem. Insinyur
biosistem memiliki pengetahuan tentang sifat fisik dan kimia tanah serta
fisiologi tanaman untuk memahami interaksi akar tanaman dengan tanah.
Sistem irigasi dirancang untuk memberikan air dan nutrisi pada jumlah
yang tepat untuk memungkinkan pertumbuhan tanaman yang optimal.
Sistem drainase menghilangkan kelebihan air dan garam dari tanah dan
mempertahankan aerasi optimal dari zona akar tanaman.
Jika kualitas air irigasi buruk, ada kemungkinan akumulasi garam di dalam
zona akar yang akan membuat tanah menjadi tidak produktif. Proses
penumpukan garam dalam zona akar ini dikenal sebagai salinisasi. Ada
banyak bukti dalam sejarah yang peradaban telah hilang karena kegagalan
panen karena salinisasi tanah. Pengelolaan air yang tepat dapat mengurangi
penumpukan garam di dalam zona akar. Sistem manajemen air yang
dirancang dengan baik dapat menghilangkan kelebihan garam dengan
menerapkan kelebihan air untuk mencuci garam di bawah zona akar. Air
meresap dalam di bawah zona akar dihilangkan oleh sistem drainase dan
diolah di luar lokasi untuk menghilangkan garam. Insinyur Biosistem juga
merancang lahan basah rekayasa yang berisi tanaman yang mampu
menghilangkan garam dari aliran balik drainase. Gambaran umum desain
sistem manajemen air berkelanjutan disajikan dalam bab ini.
1
permukaan bagian atas yang melengkung dari cairan yang berada di dalam tabung posisi vertikal, yang
dihasilkan oleh tegangan permukaan
Gambar 1 Hubungan antara tekanan kapiler dan kadar lengas tanah.
Ketika tanah jenuh dengan air, pori-pori yang lebih besar mengalir terlebih
dahulu karena gaya gravitasi. Saat pori-pori yang lebih besar mengering,
menisci2 mulai mundur menuju pori-pori yang lebih kecil. Ketika pori-pori
semakin kecil, kekuatan kapiler menjadi lebih besar dan menjadi semakin
sulit untuk mengalir dengan bebas. Volume air di dalam ruang pori sebagai
perbandingan volume total tanah didefinisikan sebagai kadar lengas
volumetrik.
3 Pengelolaan Air
3.1 Hubungan Air Tumbuhan
Tanaman mengambil air melalui akarnya, yang diangkut melalui batang ke
daun dan akhirnya hilang ke atmosfer melalui stomata. Proses ini dikenal
sebagai transpirasi, yang dipengaruhi oleh kadar lengas tanah dan kondisi
atmosfer. Air juga akan menguap dari tanah dan permukaan tanaman yang
disebut proses evaporasi. Dua proses ini, transpirasi dan evaporasi,
digabungkan dan disebut evapotranspirasi (ET) dan sering kali sulit untuk
dibedakan secara perhitungan (FAO 1998). Kondisi kering dan berangin
meningkatkan ET. Selama kondisi cuaca panas, proses evapotranspirasi
membantu mendinginkan tanaman. Namun, jika laju evapotranspirasi lebih
besar dari penyerapan air tanaman, tanaman akan mengalami tekanan air,
menandakan tanaman untuk menghemat air dengan menutup stomata-nya.
Tanaman juga akan menunjukkan tanda-tanda layu saat daun terkulai,
mengurangi paparan radiasi matahari, dan meminimalkan ET.
5
Available Moisture
keras untuk mengambil air dari tanah. Idealnya, jika kadar lengas tanah
dipertahankan dekat FC, tanaman akan menyerap air dengan mudah. Ini
akan membutuhkan pengisian lengas tanah yang lebih sering dengan irigasi.
Tergantung pada jenis metode aplikasi air yang digunakan untuk memasok
air ke tanaman, mungkin tidak praktis untuk menerapkan air lebih sering.
Secara umum, kandungan lengas tanah dibiarkan menghabiskan sekitar
setengah dari air yang tersedia (ASAE 1990). Lengas tanah dari FC ke titik
tengah antara FC dan PWP dikenal sebagai kelengasan tanah yang segera
tersedia (RAM6). Insinyur Biosistem merancang sistem irigasi berdasarkan
penyediaan RAM dalam satu irigasi secara berurutan ke semua bidang dan
berencana untuk kembali ke bidang yang sama tepat sebelum RAM habis.
6
Readily Available Moisture
dengan menggunakan TDR. Sri Ranjan dan Domytrak (1997) telah
mempresentasikan desain mini probe TDR yang secara tidak konstruktif
mengukur kadar lengas tanah dalam volume tanah seukuran jari. Mini
probe ini ideal untuk menentukan pengurangan lengas tanah dari berbagai
bagian zona akar tanaman.
Metode Potensial Air Daun Saat tanah mulai mengering, daun tanaman
harus menghasilkan tekanan negatif yang lebih tinggi untuk membantu
menyerap air. Dengan mengukur potensial air daun, seseorang dapat
menilai tekanan air yang dialami oleh tanaman. Turner (1988) melaporkan
metode untuk menentukan potensial air daun. Dalam metode ini, daun
dipotong dan ditempatkan di dalam ruangan dengan potongan tangkai daun
terkena atmosfer. Ketika daun di bawah tekanan air terpotong, getah akan
mundur ke jaringan daun, dan bagian yang dipotong dari tangkai daun akan
tampak kering. Namun, ketika daun itu ditempatkan di dalam ruangan dan
ruangan tersebut ditekan secara perlahan, getahnya diperas kembali melalui
tangkai daun yang terpapar ke atmosfer. Tekanan yang getah mulai muncul
kembali pada permukaan tangkai daun dianggap sama dengan potensi air
daun. Semakin tinggi potensi air daun, semakin banyak tanaman yang stres
air. Karena sifat destruktif dari metode ini, maka dibatasi hanya untuk
penelitian.
Meminimalkan Salinisasi
Semua air irigasi memiliki beberapa garam dalam bentuk terlarut, dan
garam ini terakumulasi dalam zona akar selama ET. Penumpukan garam
secara berkelanjutan akan mengubah sifat fisik tanah dan membuatnya
tidak produktif. Akumulasi garam ini dapat dicegah dengan menggunakan
air berlebih, yang mencuci garam di bawah zona akar. Sistem drainase
untuk menghilangkan kelebihan air yang sarat garam akan membantu
menjaga lingkungan zona akar yang menguntungkan. Kelebihan air ini, di
luar kebutuhan air tanaman, ditetapkan sebagai kebutuhan pelindian (LR7).
Penjelasan lebih lanjut tentang perlindian/pencucian disajikan di akhir bab
ini.
7
leaching requirement
Pendinginan Tanaman
Selama hari-hari musim panas, tanaman mungkin menunjukkan tanda-
tanda layu untuk meminimalkan ET. Namun, ini juga akan mempengaruhi
aktivitas fotosintesis tanaman, yang mengarah pada penurunan hasil.
Dengan menyemprotkan air ke kanopi tanaman, suhu dapat dikurangi
dengan pendinginan evaporatif. Energi panas laten yang diperlukan untuk
menguapkan tetesan air akan diambil dari atmosfer menyebabkan suhu
menurun yang mengarah ke efek pendinginan. Tanaman akan terus
melakukan fotosintesis dalam kondisi dingin ini.
Pembuangan Limbah
Sistem irigasi juga telah digunakan sebagai cara membuang air limbah dari
proses industri dan operasi produksi hewan. Air limbah awalnya diolah
dalam kolam penampung, dan air supernatan8 dipompa ke sel yang berbeda
untuk mencapai degradasi lebih lanjut. Air dari sel pengolahan limbah
terakhir digunakan untuk mengairi padang rumput sebagai sarana
pembuangan.
8
cairan yang berada di atas residu padat setelah adanya proses kristalisasi, pengendapan, sentrifugasi,
atau proses lainnya terhadap air limbah tersebut