Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PAPER MAKRO

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER PADA IS-LM

Disusun Oleh :

Agnes Fiandini (12020120140120)


Akram Muhammad (12020120140168)
Faktub (12020120120022)
Almaida Maratul Lajuba (12020120130129)
Alya Dieva Rasyada (12020120140165)
Amelia Nurul Rahmah (12020120130114)
Anis Safitri

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan pemerintah yang digunakan untuk stabilitas ekonomi adalah kebijakan
fiscal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiscal adalah kebijakan ynag dibuat oleh
pemerintah untuk mengatur ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan
pemerintah. Pengeluaran pemerintah tercantum dalam anggaran belanja negara dan
pendapatan pemerintah berasal dari pajak. Jadi objek dari kebijakan fiscal adalah
anggaran belanja negara dan pajak. Sementara itu, kebijakan moneter adalah kebijakan
yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengatur penawaran uang. Penawaran uang
bisa berbentuk cash, kredit, check, dan sebagainya.
Terdapat tiga jenis kebijakan fiscal yaitu netral, ekspansif, dan kontraktif. Kebijakan
fiscal netral diberlakukan saat ekonomi dalam kondisi equilibrium dimana pengeluaran
pemerintah sama dengan pendapatan pemerintah (G = T), dapat dikatakan bahwa
kebijakan fiscal tidak mepengaruhi aktivitas ekonomi. Kebijakan fiscal ekspansif
digunakan saat terjadi resesi (tingkat pengangguran tinggi), kebijakan ini bertujuan untuk
menaikan kegiatan ekonomi yang sedang lesu. Kemudian, kebijakan fiscal kontraktif
dicanangkan saat terjadi inflansi dimana aktivitas ekonomi sedang panas, inti dari
kebijakan ini adalah pemerintah mengurangi pengeluarannya dan pengeluaran pemerintah
kurang dari pendapatannya (G<T). sementara itu, terdapat dua jenis kebijakan moneter
yaitu kontraktif yang ditujukan untuk mengurangi inflansi dan kebijakan ekspansif
digunakan untuk mengurangi pengangguran dan menghindari resesi.
Dengan menambah peran pemerintah dalam model IS – LM, kita dapat mengetahui
peran dan efektivitas dari kebijakan fiscal dan moneter. Jenis dari kebijakan fiscal
berdampak pada pergeseran kurva IS. Kebijakan fiscal ekspansif akan menggeser kurva
IS ke kanan dan kebijakan fiscal kontraktif ke kiri. Sementara itu kebijakan moneter yang
bersifat ekspansif akan menggeser kurva LM ke kanan dan kebijakan moneter kontraktif
akan menggeser kurva LM ke kiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Kebijakan ekspansi dan kontraksi
2. Model IS-LM dalam kebijakan fiscal dan kebijakan moneter
3. Kebijakan fiscal dan moneter yang efektif
4. Penegluaran pemerintah untuk investasi
5. Persamaan matematis kebijakan fiscal dan moneter dalam model IS-LM

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kebijakan ekspansi dan kontraksi
2. Untuk mengetahui Model IS-LM dalam kebijakan fiscal dan kebijakan moneter
3. Untuk mengetahui kebijakan fiscal dan moeter yang efektif
4. Untuk mengetahui pengeluaran pemerintah untuk berinvestasi
5. Untuk mengetahui persamaan matematis kebijakan fiscal dan moneter dalam model
IS-LM
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Expansion and Contraction Policy

Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk membentuk arah
perekonomian negara. Kebijakan Fiskal merupakan tindakan yang diambil oleh
Pemerintah dalam bidang perpajakan dan anggaran belanja negara dengan tujuan untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat ekonomi. Kebijakan fiskal menurut John Maynard
Keynes, yaitu peningkatan atau penurunan pendapatan (pajak) dan tingkat pengeluaran
mempengaruhi inflasi, lapangan pekerjaan dan aliran uang melalui sistem ekonomi suatu
negara.

Keberhasilan ekonomi suatu negara diukur oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu
produk domestik bruto (PDB), yang merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu negara dalam setahun. Faktor lainnya yaitu permintaan agregat, yang
merupakan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara yang dibeli pada
titik harga tertentu.Jika kurva permintaan agregat berada pada tingkat harga yang lebih
rendah, maka lebih banyak barang dan jasa yang diproduksi. Kebijakan fiskal
mempengaruhi pengukuran ini, tujuannya untuk meningkatkan PDB dan permintaan
agregat secara berkelanjutan.

Pada umumnya dikenal dua jenis kebijakan fiskal yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan
kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan fiskal yang bertujuan untuk
meningkatkan output dalam perekonomian. Kebijakan ini dirancang untuk memberi
dorongan ekonomi, paling sering digunakan saat terjadi resesi, saat pengangguran tinggi
atau saat siklus bisnis rendah lainnya. Kebijakan Ini mengharuskan pemerintah
membelanjakan lebih banyak uang, menurunkan pajak, atau melakukan keduanya.
Tujuannya yaitu untuk menempatkan lebih banyak uang di tangan konsumen sehingga
mereka membelanjakan lebih banyak dan merangsang ekonomi.

Kebijakan fiskal kontraktif bertujuan untuk mengurangi output perekonomian.


Kebijakan ini digunakan untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi, ketika inflasi
tumbuh terlalu cepat. Pemerintah menerapkan kebijakan fiskal kontraktif dengan
meningkatkan pajak dan memotong pengeluaran.

Kebijakan Moneter

Pengertian Kebijakan Moneter adalah langkah-langkah yang diambil penguasa


moneter (Bank Sentral atau Bank Indonesia) untuk memengaruhi jumlah uang yang
beredar di masyarakat dan daya beli uang. Tujuan dari kebijakan moneter adalah menjaga
dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi
yang rendah dan stabil. Keberhasilan kebijakan moneter biasanya diukur dari peningkatan
kesempatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan kestabilan tingkat harga.
Berdasarkan tujuannya, ada 2 kebijakan moneter yang biasa dipakai banyak negara,
yaitu kebijakan moneter ekspansi dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter
ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah uang yang beredar. Kebijakan
ini dapat diterapkan pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi dengan
menurunkan suku bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank-bank sentral, dan
menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Bersamaan dengan itu, kebijakan moneter
ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang aktivitas bisnis
dan kegiatan belanja konsumen. Tujuan keseluruhan dari kebijakan moneter ekspansif
adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter ekspansif juga
disebut dengan kebijakan moneter longgar (easy money policy).

Kebijakan moneter kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi


jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami
inflasi dengancara menaikkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan
meningkatkan persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan moneter kontraktif disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

2.2 IS-LM Model In: Fiscal Policy, Monetary Policy


Model IS-LM dikembangkan oleh John Maynard Keynes, model ini mengasumsikan
harga sebagai variable eksogen. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa
yang menentukan pendapatan nasional pada berbagai tingkat harga.
Ada dua cara pandang terhadap teori ini:
 Model IS-LM sebagai model yang menunjukkan apa yang menyebabkan
pendapatan berubah dalam jangka pendek Ketika tingkat harga tetap.
 Apa yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser.

Kurva IS menyatakan apa yang terjadi pada pasar barang dan pasar jasa, sedangkan
kurva LM menunjukkan apa yang terjadi pada penawaran dan permintaan terhadap pasar
uang. Tingkat bunga merupakan variable yang menghubungkan kedua bagian dari model
IS-LM karena tingkat bunga mempengaruhi investasi dan permintaan uang.

Equilibrium dalam model IS-LM ditunjukkan dengan perpotongan kurva IS dan LM


menunjukkan equilibrium simultan dalam pasar barang dan jada dalam pasar
keseimbangan uang rill untuk nilai pengeluaran pemerintah, pajak, jumlah uang beredar
dan tingkat harga tertentu.
2.2.1 Kebijakan Fiskal Dalam Model IS-LM

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah mempengaruhi keadaan ekonomi


makro melalui serangkaian Tindakan yang mempengaruhi pasar barang. Kebijakan
fiscal umumnya dijalankan melalui kebijakan anggaran pemerintahatau APBN,
selanjutnya APBN ini akan mempengaruhi perekonomian makro. Bila APBN
mengingkat, maka penerimaan dan pengeluaran pemerintah juga akan meningkat.

Kurva Kebijakan Fiskal

LM

i1 E1

i0 E0 E1

a0 ∆ G IS1

IS0

0 Y0 Y1 Y2

Pada awalnya keseimbanganberada pada titik E0, kemudian pengeluaran pemerintah


mengalami kenaikan sebesar ∆ G sehingga AD juga naik. Kenaikan AD menyebabkan
kurva IS bergeser ke kanan, mengakibatkan income atau output naik dari Y 0 ke Y1.
Kenaikan income menyebabkan permintaan terhadap uang naik sehingga untuk
Kembali ke titik keseimbangan maka bunga juga ikut naik ke i 1 sehingga terjadi
keseimbangan pada titik E1. Apabila tingkat bunga tetap pada I0 maka income
seharusnya naik menjadi Y2 dengan keseimbangan E2 sesuai dengan besarnya
multiplier kali ∆ G(aG ∆ G). pada titik E2 ini telah tercapai keseimbangan pada pasar
barang karena pengeluaran telah sama dengan output (income). Tetapi karena adanya
keterkaitan antara pasar barang dengan pasar uang maka perubahan pada pasar barang
(kenaikan income) menyebabkan pasar uang tidak seimbang, karena kenaikan income
telah menyebabkan naiknya permintaan uang yang selanjutnya mendorong kenaikan
tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan investasi swasta berkurang
sehingga mengurangi kenaikan AD. Disinilah keterkaitan antara pasar barang dan
pasar uang terjadi. Hanya pada titik E 1 income sama dengan pengeluaran agregat dan
permintaan uang sama dengan ketersediaan supply uang. Titik E 1 adalah titik dimana
pasar barang dan pasar uang dalam keadaan seimbang.

Bekerjanya Kebijakan Fiskal

Source: PPT presentasi keseimbangan IS-LM

Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa terjadinya under employment seperti pada
kasus kebijakan moneter. Bedanya disini menggunakan instrument variable yang
berbeda yaitu G, T, atau Tr. Apabila pemerintah ingin menghilangkan pengangguran
yaitu dengan menggunakan kebijakan fiscal.
Kurva Efektifitas Kebijakan Fiskal

Gambar diatas menunjukkan jika kurva IS bergeser ke kanan berarti kebijakan fiscak
ekspansif. Kebijakan fiskan sangat efektif pada daerah Keynesian, dan efektif pada
daerah intermediate range, hal tersebut bisa dilihat dari besarnya perubahan
keseimbangan pendapatan nasional didaerah Keynesian. Sementara itu, kebijakan
fiscal sama sekali tidak efektif pada daerah klasik.

2.2.2 Kebijakan moneter dalam model IS-LM

Kebijakan moneter adalah Tindakan pemerintah mempengaruhi situasi ekonomi


makro yang dilaksanakan dengan mempengaruhi pasar uang atau kebijakan moneter
bisa juga diartikan sebagai Tindakan pemerintah dalam mempengaruhi proses
penciptaan dan supply uang.

Kurva Kebijakan Moneter


i
LM0
E0 LM1
i0 1/k (∆ M / P)
i1 E1
IS

0 Y0 Y1
Berdasarkan gambar tersebut, dimisalkan pemerintah menambah supply uang, sesuai
dengan pertimbangan kebutuhan ekonomi dan politik, maka kurva LM akan bergeser
ke kanan. Pada awalnya titik keseimbangan berada pada E 0 dengan uang yang di
supply pemerintah sejumlah tertentu dan dengan tingkat bunga i 0 dan income Y0.
pemerintah kemudian menaikkan supply uang sehingga kurva LM0 bergeser kekanan
menjadi LM1 sehingga tingkat bunga turun menjadi i1. Penurunan tingkat bunga akibat
penambahan supply uang, menyebabkan investasi naik sehingga income juga naik.
Kenaikkan investasi juga menaikkan AD dan kenaikkan AD berarti kenaikan income
dan output.

Kurva Efektifitas Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang ekspansif ditandai dengan bergesernya kurva LM dari LM o


ke LM1. Apabila dibandingkan pada ketiga daerah , maka kebijakan moneter sangat
efektif di daerah klasik dan efektif pada daerah intermediate. Sementara itu kebijakan
moneter sama sekali tidak efektif pada daerah Keynesian.

2.3 Effective Fiscal and Monetary Policy


Penelitian ini bertujuan untuk melihat kebijakan mana yang efektif dilaksanakan
antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal bagi perekonomian Indonesia.
Data yang digunakan adalah data sekunder time series tahunan dari tahun 1984-2012.
Variabel penelitian diestimasi dengan Model IS–LM dengan menggunakan Metode
Persamaan Simultan dan diselesaikan dengan Two Stage Least Square (TSLS). Kebijakan
dikatakan lebih efektif jika kebijakan tersebut mampu mempengaruhi peningkatan Produk
Domestik Bruto (PDB) lebih tinggi dibandingkan kebijakan yang lain. Kemampuan
kebijakan tersebut dalam mempengaruhi peningkatan PDB ditunjukkan oleh besaran
multiplier dari kebijakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa multiplier
kebijakan moneter sebesar 3,21 dan multiplier kebijakan fiskal sebesar 5,99, sedangkan
keseimbangan perekonomian Indonesia terjadi pada Pendapatan Nasional sebesar
2.021.379,65 miliar Rupiah dan tingkat bunga sebesar 14,74 persen. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif dalam mempengaruhi Produk
Domestik Bruto dibandingkan dengan kebijakan moneter. Berdasarkan nilai
keseimbangan IS–LM yang diperoleh, terlihat bahwa masih terdapat ruang bagi
pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Nasional, dimana pemerintah harus
konsisten menjaga tingkat bunga yang stabil dan mendorong kebijakan yang dapat
meningkatkan sektor riil dengan diimbangi kebijakan moneter yang longgar, sehingga
perekonomian dapat terus tumbuh dan stabilitas tetap terjaga.

2.4 Goverment Expenditure on Investment


Government expenditure adalah komponen relatif paling kecil dibanding pengeluaran
yang lain, namun efek yang ditimbulkan cukup besar, baik sebagai fungsi alokasi,
distribusi, maupun stabilisasi. Pengeluaran pemerintah juga merupakan variabel
pembentuk Produk Domestik Bruto selain dari permintaan rumah tangga untuk barang
dan jasa (C), permintaan untuk investasi (I), dan pengeluaran untuk pemerintah (G), dan
pengeluaran sector luar negeri yaitu untuk ekspor dan impor, sehingga rumusnya
menjadi : Y = C + I + G + (X-M)
Investasi merupakan pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia
dalam perekonomian, sehingga investasi disebut juga dengan penanaman modal. Investasi
sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ada beberapa upaya yang
dilakukan pemerintah, salah satunya adalah menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif,
dimana pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal tersebut.
Kebijakan pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal tersebut.
Kebijakan fiskal ini ditandai dengan peningkatan pengeluaran pemerintah atau penurunan
penerimaan pajak. Kebijakan fiskal ekspansif dapat mendorong terjadinya investasi
melalui peningkatan agregat yang selanjutnya dapat mendorong dalam pertumbuhan
ekonomi. kebijakan fiskal ini, akan dapat menaikan jumlah permintaan,sehingga mampu
meningkatkan produksinya.
Kebijakan fiskal ekspansif ditandai dengan peningkatan pengeluaran pemerintah
untuk menaikkan investasi yang ada di negaranya, salah satunya dengan membuat sarana
dan prasarana, seperti : jalan, rel kereta api, pelabuhan, pembangkit listrik, dsb.
Konsekuensi yang dihadapi adalah terjadinya defisit anggaran. Defisit ini terjadi karena
total penerimaan pemerintah tidak dapat mencukupi total pengeluaran yang dianggarkan,
sehingga total penerimaan tidak mampu untuk menutupi pengeluaran pemerintah. Suatu
negara melakukan kebijakan fiskal ekspansif untuk meningkatkan pengeluaran nasional
dan juga terbukanya kesempatan kerja, dimana akan mengalami defisit anggaran.
Pertumbuhan ekonomi dapat di topang oleh investasi dengan harapan dapat mengurangi
pengangguran yang ada di suatu negara.
Jika dilihat dari pandangan ahli ekonomi tentang kebijakan pengeluaran pemerintah
dan defisit anggaran, seperti klasik yang berpendapat bahwa pengaruh naik defisit
anggaran akan berpengaruh negatif terhadap perekonomian. Kenaikan ini membuat
masyarakat untuk membeli barang dan jasa dengan jumlah yang banyak, sehingga akan
menyebabkan permintaan agregatnya naik. Dalam jangka pendek kenaikan pinjaman di
pasar modal oleh pemerintah hanya bersifat kompensasi parsial terhadap adanya
tambahan tabungan. Dalam jangka panjang akan berkurangnya investasi yang
menyebabkan stok kapital menjadi kecil, dan selanjutnya akan membuat pertumbuhan
ekonomi menjadi lebih kecil. Keynesian berpandangan bahwa kenaikan permintaan
agregat akan berpengaruh terhadap akumulasi kapital dan output agregat. Pemotongan
pajak menyebabkan kenaikan permintaan agregat.
Selain kebijakan pengeluaran pemerintah dan defisit anggaran dapat mempengaruhi
investasi, ada faktor lainnya yang dapat mempengaruhi investasi, seperti suku bunga dan
pendapatan nasional. Naik turunnya investasi dapat ditunjukan pada pasar barang dan jasa
yang menyatakan investasi dan tabungan. Maka kurva IS menujukan hubungan tingkat
suku bunga dan pendapatan nasional yang konsisten pada pasar barang dan jasa.
Keterangan :
PA = Pengeluaran Aktual
PD = Pengeluaran yang direncanakan
AE = Pengeluaran Agregat
r = Tingkat Suku Bunga
Y = Pendapatan Nasional
G = Pengeluaran Pemerintah

Ketika ada kebijakan fiskal melalui penambahan belanja pemerintahan sebesar ∆G


akan membuat kurva IS bergeser ke kanan atas, karena kebijakan fiskal akan
meningkatkan pengeluaran yang direncanakan sehingga meningkatkan pendapatan
keseimbangan dari Y0 ke Y1. Perubahan kebijakan fiskal (G atau T) yang meningkatkan
permintaan terhadap barang dan jasa, akan menggeserkan kurva IS ke kanan. Dan
kebijakan fiskal yang mengurangi permintaan barang dan kasa akan menggeser kurva IS
ke kiri.
Kebijakan fiskal hanya akan mempengaruhi keseimbangan kurva IS dan tidak akan
mempengaruhi kurva LM , sehingga terjadi keseimbangan.
Kebijakan fiskal ekspansif yang menggunakan pendekatan IS-LM juga menunjuk
bahwa pemerintah yang meningkatkan permintaan akan mengakibatkan bergesernya
kurva IS ke kanan dari IS0 (G0) ke IS1 (G1) juga 38 mengakibatkan tingkat pendapatan
(Y) naik dari Y0 ke Y1, dan tingkat bunga (i) juga naik dari i0 ke i1.
Jadi, Kebijakan fiskal akan mempengaruhi investasi. Naiknya Government Expenditure
Mampu mendorong investasi melalui peningkatan permintaan agregat. Suatu negara ingin
melakukan kebijakan ekspansif untuk meningkatkan output nasional, maka negara akan
mengalami deficit anggaran. Pertumbuhan ekonomi yang dapat ditopang oleh investasi
akan menjadi suatu hal yang sangat diharapkan agar dapat mengurangi pengangguran
yang terjadi di suatu negara.

2.5 Persamaan Matematik Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Model IS-LM
2.5.1 Model IS-LM
Model IS-LM merupakan model ekonomi makro yang sering digunakan untuk
menganalisis kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Model tersebut dijabarkan
menggunakan analisis matematis dengan derivasi dan operasi matriks berdasarkan
asumsi dasar model Mundell- Fleming yang merupakan nama akhir dari penemu
model yakni, Robert Mundell (1963) dan John Fleming (1962). Instrumen kebijakan
fiscal yang digunakan pada model IS-LM ini adalah pengeluaran pemerintah dan
pajak, sedangkan instrumen moneternya adalah jumlah uang beredar yang berada di
dalam negeri. Salah satu kontribusi yang penting dalam penjabaran ekonomi terbuka
dengan memasukan pergerakan model antar negara kedalam model formal yang
didasarkan atas kerangka IS-LM dari Keynesian.

2.5.2 Persamaan Matematis dalam Kebijakan Fiskal (IS)


Teori Kurva IS
Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang
muncul dipasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan “Investasi” dan
“tabungan”. Struktur perekonomian pada kurva IS dibagi menjadi dua, yaitu terbuka
dan tertutup.
 Dalam struktur perekonomian terbuka dengan kebijakan fiskal
Keseimbangan dipasar barang :

Y = C + I + G – Tx + Tr + X - M

Maka dari itu, persamaan tersebut dapat diperoleh :


Y= Co + CYd + I0 – er + Go + ( Xo – (Mo + mY )
Y= Co + c (Y+Tr-Tx) + I0 – er + Go + (Xo – (Mo + mY)
Y= Co + cY + cTr – cTx + Io – er + Go + Xo –Mo
Y-cY + mY = Co + cTr – cTx + Io – er + Go + Xo –Mo
Y ( 1-c + m) = Co + cTr + Io – er + Go + Xo – Mo
Y = Co + cTr – cTx + Io – er + Go + Xo – Mo

1–c+m

Ket :
C = Pengeluaran untuk konsumsi
S = Saving/ tabungan
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
Y = Pendapatan
Tx = Pajak
Tr = Transfer Pemerintah
X = Ekspor
M = Impor

 Dalam struktur perekonomian tertutup dengan kebijakan fiscal


Keseimbangan di pasar barang :

Y=C+I+G

YD = Y +Tr - Tx

Y = YD – Tr +Tx

YD = C + S
M Y = Co + cYd + Io – er + Go
Y = Co + c (Y+Tr-Tx) + Io – er + Go
Y = Co + cY + cTr – cTx + Io – er + Go
Y – cY = Co + cTr – cTx + Io – er + Go
Y (1-c) = Co + cTr – cTx + Io – er + Go
Y = Co + cTr – cTx + Io – er + Go

1–C

C = Pengeluaran untuk Konsumsi


S = Saving atau Tabungan
I = Pengeluaran untuk Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
Y = Pendapatan Nasional
Tx = Pajak
Tr = Transfer Pemerintah

Deviasi IS Secara Grafis dan Matematis :


1. Pada tingkat bunga pada R1 maka kurva permintaan agregat adalah pada
kurva a + bY + e - f.R1, maka pendapatan nasional equilibrium pada Y1.
2. Titik E1 pada diagram pertama terbentuk dari perpotongan antara kurva a
+ bY + e – f.R1dan garis 45o.
3. Titik E1 pada diagram kedua merupakan perpotongan garis yang ditarik
dari titik E1 pada diagram pertama dengan garis R1 pada diagram kedua.
4. Bila tingkat bunga pada R2, maka kurva permintaan agregat adalah pada
kurva a + bY + e – f.R2, pendapatan nasional equilibrium pad.
5. Titik E2 pada diagram pertama terbentuk dari perpotongan antara kurva a
+ bY + e – f.R2dan garis 45o.
6. Titik E2 pada diagram kedua merupakan perpotongan garis yang ditarik
dari titik E2 pada diagram pertama dengan garis R2 pada diagram kedua.
7. Dengan menghubungkan titik E1 dan E2 pada diagram kedua, didapatkan
kurva IS.

Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan
melalui perubahan–perubahan pada variabel pengeluaran pemerintah (G) dan
pajak (T) yang terkait dengan kebijakan fiskal.

Dengan menggunakan perpotongan Keynesian untuk melihat bagaimana


perubahan-perubahan lain dalam kebijakan fiskal menggeser kurva IS. Karena
kenaikan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak akan memperbesar
pendapatan dan menggeser kurva IS keluar atau kekanan. Menurut Mankiw
(2000), dan Glahe, Fred R. (1977), besarnya perubahan pendapatan (Y)
sebagai akibat perubahan pengeluaran pemerintah atau penurunan pajak
adalah sebesar multipliernya. Secara grafik maka pergeseran tersebut dapat
dilihat sebagai berikut :

2.6 Persamaan Matematis dalam Kebijakan Moneter ( LM )

2.6.1 Teori kurva LM


Model LM menjelaskan keseimbangan permintaan dan juga penawaran uang. Syarat
ekuilibrium pasar uang yaitu terpenuhinya kesamaan antara permintaan uang agregat
dan penawaran agregat.

Syarat ekuilibrium dapat ditulis : MS = L

Ket :

MS = Penawaran uang

L = Permintaan uang agregat

L = L1 + L2
L1 = LT + LJ
Karena L1 = L1 (Y) dan L2 = L2(r). maka L = L(Y) + L2 (r) atau L= L (Y,r)
Dengan demikian syarat pasar uang ekuilibrium
MS = L (Y,r)
Didalam model LM penawaran dan permintaan uang memiliki kesamaan,diantara :

 Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga L1 = K1 (Y)


 Permintaan uang untuk spekulasi L2 = K2 (r) + L2
 Jumlah uang beredar
MS = M
Dengan begitu dapat dibentuk model ekuilibrium pasar M = K1 (Y + K2 (r) + L2

Sehingga dapat persamaan LM nya

2.6.2 Derivasi LM Secara Grafis dan Matematis


 Penawaran uang merupakan garis tegak lurus (M/P1).
 Pada penghasilan tertentu ada permintaan uang, kurva permintaan uangnya adalah L1
= kY – h.R.
 Perpotongan kurva permintaan uang (M/P1) dan penawaran uang (L1) terletak pada
titik E1 dan menentukan tingkat bunga R
 Apabila pendapatan bertambah maka kurva permintaan terhadap uang menjadi L2 dan
memotong kurva penawaran uang pada E2 sehingga jadi R2
 Titik Y1 penghasilan yang bersifat Given kedua tingkat bunga R yang terbentuk pada
diagram sebelah kiri permintaan dan penawaran, kemudian karena penghasilan naik
yaitu menjadi Y2, maka permintaan terhadap uang menjadi L2 yang menghasilkan
tingkat bunga R2 maka terbentuk kurva LM.
Pergeseran dan pergerakan dalam kurva LM, dapat dilakukan melalui perubahan pada
variabel tingkat suku bunga dan pendapatan yang terkait dengan kebijakan moneter.
Penurunan dalam penawaran uang akan menggeser kurva LM dari LM0 ke LM1 yang
berakibat terhadap kenaikan tingkat suku bunga dalam tingkat pendapatan nasional tertentu.

Ket :

r = tingkat suku bunga

Y = Pendapatan Nasional

M/P = Money Supply

L (R,Y) = permintaan uang


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebijakan fiskal merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk membentuk arah
perekonomian negara. Keberhasilan ekonomi suatu negara diukur oleh beberapa
faktor, salah satunya yaitu produk domestik bruto (PDB), yang merupakan nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam setahun. Kebijakan fiskal
mempengaruhi pengukuran ini, tujuannya untuk meningkatkan PDB dan permintaan
agregat secara berkelanjutan. Pada umumnya dikenal dua jenis kebijakan fiskal yaitu
kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan
fiskal yang bertujuan untuk meningkatkan output dalam perekonomian. Kebijakan
fiskal kontraktif bertujuan untuk mengurangi output perekonomian. Pengertian
Kebijakan Moneter adalah langkah-langkah yang diambil penguasa moneter (Bank
Sentral atau Bank Indonesia) untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar di
masyarakat dan daya beli uang. Tujuan dari kebijakan moneter adalah menjaga dan
memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi
yang rendah dan stabil. Berdasarkan tujuannya, ada 2 kebijakan moneter yang biasa
dipakai banyak negara, yaitu kebijakan moneter ekspansi dan kebijakan moneter
kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah uang yang beredar. Kebijakan moneter kontraktif adalah suatu kebijakan
dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Model IS-LM dikembangkan
oleh John Maynard Keynes, model ini mengasumsikan harga sebagai variable
eksogen. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan
pendapatan nasional pada berbagai tingkat harga. Kurva IS menyatakan apa yang
terjadi pada pasar barang dan pasar jasa, sedangkan kurva LM menunjukkan apa yang
terjadi pada penawaran dan permintaan terhadap pasar uang. Tingkat bunga
merupakan variable yang menghubungkan kedua bagian dari model IS-LM karena
tingkat bunga mempengaruhi investasi dan permintaan uang. Kebijakan fiskal adalah
kebijakan pemerintah mempengaruhi keadaan ekonomi makro melalui serangkaian
Tindakan yang mempengaruhi pasar barang. Data yang digunakan adalah data
sekunder time series tahunan dari tahun 1984-2012. Kebijakan dikatakan lebih efektif
jika kebijakan tersebut mampu mempengaruhi peningkatan Produk Domestik Bruto
(PDB) lebih tinggi dibandingkan kebijakan yang lain. Government expenditure adalah
komponen relatif paling kecil dibanding pengeluaran yang lain, namun efek yang
ditimbulkan cukup besar, baik sebagai fungsi alokasi, distribusi, maupun stabilisasi.
Kebijakan fiskal ini ditandai dengan peningkatan pengeluaran pemerintah atau
penurunan penerimaan pajak. Kebijakan fiskal ekspansif dapat mendorong terjadinya
investasi melalui peningkatan agregat yang selanjutnya dapat mendorong dalam
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal ekspansif ditandai dengan peningkatan
pengeluaran pemerintah untuk menaikkan investasi yang ada di negaranya, salah
satunya dengan membuat sarana dan prasarana, seperti : jalan, rel kereta api,
pelabuhan, pembangkit listrik, dsb. Jika dilihat dari pandangan ahli ekonomi tentang
kebijakan pengeluaran pemerintah dan defisit anggaran, seperti klasik yang
berpendapat bahwa pengaruh naik defisit anggaran akan berpengaruh negatif terhadap
perekonomian. Kenaikan ini membuat masyarakat untuk membeli barang dan jasa
dengan jumlah yang banyak, sehingga akan menyebabkan permintaan agregatnya
naik. Selain kebijakan pengeluaran pemerintah dan defisit anggaran dapat
mempengaruhi investasi, ada faktor lainnya yang dapat mempengaruhi investasi,
seperti suku bunga dan pendapatan nasional. Model IS-LM merupakan model
ekonomi makro yang sering digunakan untuk menganalisis kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter. Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat
pendapatan yang muncul dipasar barang dan jasa.

DAFTAR PUSTAKA

Chaerani, E. Y. (2018, March 29). Kebijakan Fiskal Kaitannya dengan Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia. Kementerian Keuangan RI. Diakses pada 21 April 2021, dari
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/kebijakan-fiskal-kaitannya-

dengan-pertumbuhan-ekonomi-indonesia

Priharto, S. (2020, February 16). Kebijakan Moneter - Arti, Tujuan, Jenis Dan

Instrumennya. CPSSoft. Diakses pada 21 April 2021, dari

https://cpssoft.com/blog/keuangan/penjelasan-lengkap-kebijakan-moneter/

Nuhfil, H. (2009, March 4). Analisis IS-LM, dari

http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/4-makro-4-analisis-is-lm-nuhfil.pdf

Yusuf, B. (2015). Dampak Pengeluaran Pemerintah Terhadap Investasi Swasta, dari

http://eprints.undip.ac.id/48807/1/10_BAHTIAR.pdf

Dany, J. (2017, November). Pertemuan-11-Keseimbangan-Pasar-Barang-dan-Uang-1, dari

https://danjunisme.com/wp-content/uploads/2017/11/Pertemuan-11-Keseimbangan-
Pasar-Barang-dan-Uang-1.pdf
PEMBAGIAN KERJA

 PENDAHULUAN :
Agnes Fiandini / 12020120140120

 PEMBAHASAN ( Expansion and Contraction Policy ) :


Almaida Maratul L. / 12020120120022

 PEMBAHASAN ( IS-LM Model In: Fiscal Policy, Monetary Policy ) :


Anis Safitri / 12020120130114

 PEMBAHASAN ( Effective Fiscal and Monetary Policy ) :


Akram Muhammad Faktub / 12020120140168

 PEMBAHASAN ( Goverment Expenditure on Investment dan Persamaan


Matematik Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Model IS-LM ) :
Amelia Nurul Rahmah / 12020120140165

 PENUTUP ( kesimpulan ), DAFTAR PUSTAKA, penggabungan (edit) :


Alya Dieva Rasyada / 12020120130129

Anda mungkin juga menyukai