Anda di halaman 1dari 26

A.

JUDUL PENELITIAN
PENGARUH ORANG TUA SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU
INTROVERT SISWA DI SMAN 10 BANDUNG

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Dewasa ini sudah tak asing jika banyak orang tua-orang tua yang berperan ganda,
bisa sebagai ibu maupun ayah. Tingkat perceraian yang tinggi serta tingkat kematian
muda menjadi salah satu penyebab tingginya orang tua single parent. Menjadi single
parent bukanlah suatu hal yang mudah. Karena ia akan berperan ganda, tidak hanya
menjadi ayah ataupun ibu, melainkan keduanya. Kesulitan yang paling terlihat dari
seorang single parent adalah pemenuhan peran orang tua seutuhnya. Menurut Setiadi
dan Kolip (2011, hlm.309) ada beberapa fungsi keluarga, diantaranya :
1. Fungsi pengaturan keturunan.
2. Fungsi sosialisasi/pendidikan
3. Fungsi ekonomi/ unit produksi
4. Fungsi pelindung
5. Fungsi penentuan status
6. Fungsi pemeliharaan
7. Fungsi afeksi
Ketujuh fungsi keluarga di atas dapat dipenuhi oleh seluruh anggota keluarga,
seperti ayah, ibu, dan anak. Sedangkan pada orang tua single parent ada salah satu
anggota keluarganya yang tidak ada/tidak utuh. Menurut Setiadi dan Kolip (2011,
hlm. 312) “Keutuhan keluarga adalah keutuhan struktur dalam keluarga disamping
adaya seorang ayah, juga adanya seorang ibu beserta anak-anaknya”. Jika suatu
keluarga tidak dapat menjaga keutuhannya, maka keluarga tersebut tidak akan dapat
memenuhi fungsi keluarganya tersebut.
Kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga, dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti dipaparkan oleh Setiadi dan Kolip (2011, hlm.312) diantaranya :
1. Faktor pribadi, dimana suami istri kurang menyadari akan arti dan fungsi
perkawinan yang sebenarnya
2. Faktor situasi khusus dalam keluarga. Beberapa diantaranya :
a. Kehadiran terus-menurus dari salah satu orang tua baik dari pihak suami
ataupun istri

1
b. Karena istri bekerja dan mendambakan kedudukan yang lebih tinggi dari
suaminya
c. Tinggal bersama keluarga lain dalam satu rumah
d. Suami istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan diluar
Karena faktor-faktor tersebut, banyak dari fungsi keluarga yang tidak bisa
dipenuhi, salah satunya fungsi sosialisasi. Dimana anak-anak menjadi telantar akibat
kurang mendapat perhatian orang tua. Sosialisasi yang tidak sempurna kan
menyiptakan perilaku menyimpang.
Perilaku merupakan pola tingkah laku yang mencerminkan kepribadian. Carl
Gustav Jung (dalam Hall dan Lindzey, 1978, hlm.125) ‘Membagi tipologi
kepribadian menjadi introvert dan ekstrovert.’ Penelitian ini akan meninjau lebih jauh
tentang perilaku introvert pada remaja. Orang yang introvert biasanya memiliki
kepercayaan diri yang kurang, takut untuk tampil, pendiam dan mudah tersinggung.
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan karena tidak termasuk golongan
anak, atau tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau orang tua. Remaja ada
diantara anak dan orang dewasa, remaja juga masih belum mampu untuk menguasai
fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Remaja yang introvert cenderung tertutup,
tidak suka bergaul dan berorientasi kepada kehidupan batin yang subjektif dan
mungkin menjadi introvert, suka menyendiri dan malu.
Sebagian orang merasa sulit untuk memulai komunikasi dengan orang lain lebih
dahulu. Mereka tidak bisa membuka diri dan banyak yang direpotkan karena perilaku
kecenderungan semacam itu. Itulah perilaku introvert, dan faktanya orang-orang
seperti itu selalu ingin merubah perilaku introvert mereka itu. Namun hanya sebatas
kemauan dan tidak ada tindakan yang berarti, akhirnya perilaku introvert dibawanya
seumur hidup.
Ada sosok penyendiri di antara orang-orang yang sedang bergumul. Ada sosok
pendiam di antara sekelompok orang yang sedang berinteraksi. Ada sosok yang
terlihat serius di tengah keadaan yang tenang. Ada juga sosok yang terlihat acuh di
tengah suasana yang tegang. Sosok ini berbeda, tak seperti kebanyakan orang. Namun
ia bukanlah pemalu ataupun seorang yang berpenyakit, tetapi ia justru sedang
memerhatikan. Ia senang menganalisa keadaan. Ia seorang introvert.

2
“Introvert, dalam sosiologi masuk kedalam salah satu bentuk dari perilaku
antisosial, perilaku antisosial merupakan bagian dari perilaku meyimpang, karena
tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku” (Setiadi dan Kolip, 2011, hlm
229). Perilaku introvert dapat terlihat dan terjadi dimana saja, dan dapat terjadi pada
siapa saja. Salah satunya terjadi di salah satu institusi pendidikan formal, yaitu
sekolah. Sekolah merupakan tempat menimba ilmu dan melestarikan budaya serta
proses sosialisasi manusia sebagai makhluk sosial. Jika terdapat suatu siswa yang
introvert, maka beberapa tujuan sekolah seperti penyampaian ilmu, sosialisasi materi,
dan lain sebagainya akan sulit untuk tercapai.
Penulis melihat kejadian ini melalui teori anomi Robert K Merton, menurut teori
ini penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam struktur
sosial sehingga ada individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi
penyimpang. Dengan demikian, penyusun mengambil judul “Pengaruh Orang Tua
Single Parent terhadap Perilaku Introvert Siswa di SMA Negeri 10 Bandung”.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan
rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Pengaruh orang tua single
parent terhadap Perilaku Introvert Siswa di SMA Negeri 10 Bandung?”
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka
masalah pokok tersebut penyusun jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana peran orang tua single parent di SMAN 10 Bandung ?
2. Bagaimana perilaku introvert siswa SMAN 10 Bandung ?
3. Bagaimana Pengaruh orang tua single parent terhadap Perilaku introvert Siswa
di SMA Negeri 10 Bandung ?

3
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
mendapatkan gambaran mengenai pengaruh orang tua single parent terhadap perilaku
introvert siswa di SMA Negeri 10 Bandung
2. Tujuan Khusus
Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua single parent di SMA Negeri 10
Bandung.
b. Untuk mengetahui bagaimana perilaku introver siswa SMA Negeri 10 Bandung.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh orang tua single parent terhadap perilaku
introver Siswa di SMA Negeri 10 Bandung.

E. MANFAAT
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Adapun manfaat penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
peneliti sejenis di masa yang akan datang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan
dan bagi pengembangan ilmu sosiologi, khususnya sosiologi keluarga.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,
terutama dalam penyimpangan sosial dan anti sosial
2. Manfaat praktis
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
menambah pengetahuan tentang perilaku introvert siswa di SMA Negeri 10
Bandung.

4
b. Bagi peneliti dan pembaca
Penelitian ini dapat member bekal pengetahuan dan pengalaman sehingga
dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dalam kehidupan

F. HIPOTESIS
H0 diterima jika µ1=0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari orang tua single parent terhadap
perilaku introvert siswa.
H1 diterima jika µ1≠0
Terdapat pengaruh yang signifikan dari orang tua single parent terhadap perilaku
introvert siswa.

G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Anomi
Teori anomi berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai
ketegangan dalam struktur sosial sehingga ada individu yang mengalami tekanan
dan akhirnya menjadi penyimpang. Pandangan ini dikemukakan oleh Robert K
Merton.
Munculnya keadaan anomi, oleh Merton pada dasarnya untuk mencapai tujuan
status (kesuksesan hidup) seseorang harus melalui cara cara yang sah, dan dibenak
setiap orang akan selalu tersirat mimpi atau keinginan untuk meraih kesuksesan
tersebut. (dalam Malihah, hlm.236,2010) :
Fakta yang digunakan oleh Merton untuk mendukung teori anominya diperoleh
dari angka-angka resmi tentang penyimpangan dan berbagai tindakan
kriminalitas. Salah satu bentuk adaptasi yang oleh Merton dapat dianggap
menyimpang dalam situasi anomi adalah inovasi. Inovasi adalah bentuk adaptasi
yang melibatkan penggunaan cara-cara yang tidak sah.

5
2. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial yang utama dan pertama di hidup seorang
manusia. Menurut Horton dan Hunt (dalam Setiadi dan Kolip, 2011, hlm.30)
Istilah keluarga digunakan untuk merunjuk beberapa pengertian sebagai berikut :
1) Kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama
2) Kelompok kekerabatan yang disatukan oleh ikatan darah ataupun perkawinan
3) Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak
4) Pasangan nikah yang mempunyai anak
5) Satu orang duda atau janda dengan beberapa anak.

b. Tipe Keluarga
Ada 2 tipe keluarga yang dikemukakan Setiadi dan Kolip (2011, hlm.306),
diantaranya :
1) Keluarga Batih (conjungal family)
Keluarga batih merupakan bentuk keluarga yang didasarkan atas ikatan
perkawinan dan terdiri dari seorang istri dan anak-anak mereka yang belum
melaksanakan pernikahan. Keluarga batih juga sering disebut dengan keluarga
inti Bentuk keluarga ini adalah keluarga yang bersifat sederhana sebagai hasil
perkawinan monogami. Akan tetapi akan lebih kompleks, yaitu hasil
perkawinan poligami.
2) Keluarga Kerabat (consanguine family)
Keluarga kerabat merupakan bentuk keluarga hubungan kerabat sedarah tidak
didasarkan pada pertalian kehidupan suami istri, melainkan pada pertalian darah
atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat.
c. Fungsi Keluarga
Karena keluarga dianggap sangat penting dan menjadi pusat dalam kehidupan
seorang individu, maka pada dasarnya fungsi keluarga disetiap masyarakat adalah
sama, seperti yang dikemukakan Setiadi dan Kolip (2011, hlm.309)diantaranya :
1) Fungsi pengaturan keturunan.
2) Fungsi sosialisasi/pendidikan
3) Fungsi ekonomi/ unit produksi
4) Fungsi pelindung
5) Fungsi penentuan status
6) Fungsi pemeliharaan
7) Fungsi afeksi

6
3. Konsep Orang Tua Single Parent
Qaini (2010) dalam lamannya mengemukakan bahwa “Single parent adalah
seorang ayah atau seorang ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala
keluarga sekaligus ibu rumah tangga”. Qaini (2010) dalam lamannya memaparkan
dengan jelas konsep single parent diantaranya :
a. Penyebab single parent
1) Perceraian
2) Kematian
3) Kehamilan diluar nikah
4) Bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah, kemudian
mengadopsi anak orang lain (majalah ayah bunda)
b. Dampak single parent dikaitkan dengan fungsi keluarga
1) Fungsi seksual dan reproduksi
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi ekonomi
4) Fungsi budaya
5) Fungsi edukasi
6) Fungsi agama
7) Fungsi perlindungan
c. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh single parent
1) Keterbukaan
2) Menyandang status single parent (janda/duda) sebenarnya bukanlah suatu hal
yang harus ditutup-tutupi. Ketika masyarakat menilai status itu dengan
prasangka negatif, sebagian orang justru bisa menunjukan bahwa menjadi
single parent justru bukan sesuatu yang buruk.
3) Mengisi waktu
4) Sebagai manusia biasa, kehilangan pasangan hidup bisa menimbulkan rasa
kesepian, rasa kesendirian yang mendalam biasanya muncul ketika dia
sedang dilanda masalah.
5) Membuka diri untuk masa depan

7
6) Berbagi cerita dengan orang-orang yang bernasib sama adalah salah satu
terapi yang bisa dilakukan untuk mengurangi tekanan psikologis. Kegiatan
ini juga dilakukan oleh mereka yang tidak siap menjalani statusnya sebagai
single parent (janda/duda). Melalui komunitas berbagi ini mereka dapat
membuka diri untuk pergaulan meski tetap masih memilih-milih teman.
d. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh single parent berkaitan dengan anaknya
1) Selain berharap ayah dan ibunya berumur panjang, anak-anak
mengharapkan kedua orang tuanya itu senantiasa hadir ditengah-tengah
mereka
2) Terjadinya kesepahaman antara suami dan isteri dalam berbagai hal yang
berhungan dengan kehidupan pribadi dapat berpengaruh pada diri anak
3) Terdapatnya sistem dan aturan yang sama dalam membina rumah tangga
dan mendidik anak bukan berarti meniadakan sistem dan aturan yang lain
4) Tersedianya berbagai perlengkapan rumah tangga tentunya untuk
kehidupan yang wajar dan tidak bermegah-megahan
5) Adanya rasa kasih sayang yang bersumber dari keyakinan dan keimanan,
inilah yang akan mempersatukan suami dan isteri dengan anggota keluarga
yang lain

4. Perilaku Menyimpang
a. Pengertian Perilaku menyimpang
1) Robert M. Z Lawang (dalam Setiadi dan Kolip, 2011, hlm.188) menyebutkan
bahwa ‘Perilaku menyimpang meliputi semua tindakan yang menyimpang
dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan
usaha dari mereka yang berwenang.’

8
2) Bruce J. Cohen (dalam Setiadi dan Kolip, 2011,hlm.188) ‘Perilaku
menyimpang sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat’.
3) Paul B Horton (dalam Setiadi dan Kolip, 2011, hlm.188) ‘Penyimpangan
adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-
norma kelompok atau masyarakat’.
b. Bentuk perilaku menyimpang
1) Penyimpangan positif
Menurut Malihah (2011, hlm.193) “Penyimpangan positif adalah
penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang terarah pada nilai-
nilai yang ideal (didambakan) walaupun cara atau tindakan yang dilakukan
tersebut seolah-olah kelihatan menyimpang dari norma-norma yang berlaku,
padahal sebebenarnya adalah tidak menyimpang”. Misalnya adalah R. A
Kartini, emansipasi wanita pada zaman dahulu kala dikatakan menyimpang
karena wanita tidaklah sekelas dengan laki-laki, namun saat ini emansipasi
atau kesetaraan gender sangatlah dijunjung tinggi.
2) Penyimpangan negatif
Menurut Malihah (2011, hlm.194) “Penyimpangan negatif adalah
kecenderungan bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah
dan akibatnya selalu buruk”.

c. Ciri-ciri perilaku menyimpang


Horton (dalam Setiadi dan Kolip, 2011,hlm 194) menyebutkan 6 ciri-ciri
perilaku menyimpang, diantaranya :
1) Penyimpangan harus dapat didefinisikan, yaitu perilaku tersebut memang
benar-benar telah dicap sebagai penyimpangan karena merugikan banyak
orang atau meresahkan masyarakat, walaupun kenyataannya tidak semua
perilaku menyimpang merugikan orang lain

9
2) Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak, artinya tidak semua perilaku
menyimpang dianggap negatif, tetapi ada kalanya perilaku menyimpang itu
justru mendapat pujian.
3) Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya tidak ada satupun
manusia yang sepenuhnya berperilaku selurus-lurusnya sesuai dengan nilai
dan norma sosial atau sepenuhmya berperilaku menyimpang.
4) Penyimpangan terhadap budaya nyata dan budaya ideal, artinya suatu
tindakan yang senyatanya jika dilihat dari budaya yang berlaku didalam
struktur masyarakat tersebut dianggap konform, naun oleh peraturan hukum
positif dianggap penyimpangan.
5) Terdapat norma norma penghindaran dalam penyimpangan, maksudnya
adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginannya
tanpa harus menentang nilai dan norma tetapi sebenarnya perbuatan itu
menentang norma.
6) Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya tindakan ini tidak menimbulkan
ancaman disitegrasi sosial, tetapi justru diperlukan untuk memelihara
integritas sosial.

5. Antisosial
Menurut Setiadi dan Kolip (2011, hlm.229) “Perilaku antisosial adalah
kepribadian seseorang yang menunjukan keacuhan, ketidak pedulian, dan atau
permusuhan yang seronok kepada orang lain, terutama yang berkaitan dengan norma
sosial dan budaya”. Orang yang anti sosial biasanya tidak memedulikan hak dan
perasaan orang lain. Istilah anti sosial secra formal disebut penyimpangan
kepribadian yang anti sosial (antisocial personality disorder). Orang dengan
penyimpangan ini kebanyakan laki laki, memiliki pengendalian emosi negatif yang
rendah, rasa empatinya sedikit, dan biasanya merasa kosong atau hampa. Mereka
dengan mudah menyakiti orang lain tanpa sedikitpun merasa bersalah.

Dibawah ini, yang termasuk kedalam perilaku antisosial menurut Setiadi dan
Kolip (2011, hlm.230) adalah :
a. Asosial
Seseorang yang asosial disebut juga individualis atau penyendiri, sering merasa
tidak punya kaitan dengan masyarakat dan budaya umum, atau justru merasa
bahwa masyarakat atau budaya yang umum yang menghindari mereka. Orang
orang yang asosial dengan perasaan yang superior akan memilih hanya orang
orang yang mereka ingin menjadi teman mereka.

10
b. Introvert
Introvert adalah ketertutupan, biasanya karena pilihan. Seseorang yang introver
lebih suka kegiatan yang menyendiri, seperti membaca, kesenian, dan menulis.
Mereka tidak menemukan kebahagiaan dalam ineraksi kelompok. Orang yang
introver biasanya pendiam, sensitif, gampang terprovokasi, dan memiliki sedikit
teman daripada keruunan orang.
Selain telaahan diatas, kepribadian anti sosial setidaknya menunjukan 5 ciri
kepribadian :
1) Ketidakmampuan belajar atau manfaat dari pengalaman
2) Emosi bersifar superficial, tidak alami
3) Irresponsibility, tidak bertanggung jawab
4) Tidak memiliki hati nurani, bersifat tegaan
5) Impulsiveness

Setiadi dan Kolip (2011, hlm.232) memaparkan faktor pendorong perilaku


antisosial, diantaranya :
a. adanya gangguan mental
b. faktor keturunan
c. stres dan sosiokultural
d. faktor lingkungan
e. kegagalan belajar mengenai moral dan etika dalam kehidupan awal mereka

H. PENELITIAN TERDAHULU
Dalam memulai suatu penelitian alangkah lebih baik jika memiliki suatu dasar
pemikiran serta awal mula dari penelitian, salah satunya lewat penelitian terdahulu.
Penulis memiliki beberapa poin penting dari penelitian terdahulu yang memiliki
interest pada hal yang sama, yaitu pada masyarakat, perubahan, dan solidaritas yang
hampir sama dengan adaptasi dan integrasi, diantaranya dari :
1. Skripsi Yusni Oktaviani S.Pd, yang berjudul PENGARUH POLA ASUH
SINGLE PARENT TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA
(STUDI KASUS TERHDAPA SISWA SMAN 10 BANDUNG)
Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola asung single parent terhadap
perilaku seks pranikah remaja atau siswa SMA Negeri 10 Bandung. Hal ini
berlatar belakang dengan permasalahan bahwa perkembangan zaman dan
transformasi budaya baik budaya masa maupun budaya populer dimasyarakat,
yang berdampak terhadap banyaknya remaja yang mengubah gaya hidupnya

11
kearah perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang yang dilakukan yaitu berupa
yaitu perilaku seks pranikah.
2. Jurnal Chilhood , SAGE journal , karya Lisbeth T.Pike yang berjudul The
Adjustment of Australian Children Growing up in Single-Parent Families as
Measured by Their Competence and Self-Esteem. Jurnal yang meneliti 136 orang
tua single parent dengan usia anak tingkatan sekolah dasar di Australia. Dengan
meneliti kompetensi dan kepercayaan diri anak dengan orang tua single parent
dengan anak orang tua lengkap. Kompetensi yan dilihat adalah akademik, fisik,
sosial, perilaku, dan keterampilan hidup sehari-hari. Kesimpulan dari jurnal
tersebut diantaranya :
a. Secara kesuluruhan, kompetensi serta kepercayaan diri anak-anak dengan
orang tua tunggal tidak jauh berbeda dengan anak-anak dengan orang tua
utuh
b. Ada sedikit perbedaan dari langkah-langkah kinerja penerapan kompetensi
dan kepercayaan diri dari orang tua berdasarkan jenis kelamin anak dan jenis
kelamin orang tua tunggal itu sendiri.
3. Jurnal Gender and Society, karya Bock, Jane D yang berjudul DOING THE
RIGHT THING? Single Mothers by Choice and the Struggle for Legitimacy.
Jurnal ini menyampaikan dekontruksi legitimasi feminisme mengenai keputusan
yang disengaja orang wanita usia setengah baya untuk menjadi orang tua tunggal.
Observasi dilakukan selama 2 tahun terhadap 26 orang single mother by choice
(SMCs). Kesimpulan dari jurnal tersebut diantaranya :
a. Para SMCs merasa berhak menjadi orang tua tunggal karena mereka
memiliki 4 atribut penting, yaitu usia, tanggung jawab, kematangan
emosional, dan kematangan fiskal
b. SMCs menggunakan ekonomi, moral, dan agama untuk mengabsahkan
keputusannya
c. Karena pembenaran diatas, memungkinkan para SMCs menampilkan diri
sebagai ibu yang kompeten, beretika, dan seperti ibu-ibu lainnya.

12
4. Penelitian dilakukan oleh Jonathan Rauch yang berjudul “Caring For Your
Introvert” yang menjelaskan mengenai permasalahan bahwa seseorang yang
mengalami introvert kebanyakan tidak menyadari akan sifat yang dia miliki.
Banyak faktor yang melatar belakangi munculnya sifat introvert pada diri
seseorang baik itu faktor yang muncul dari dalam diri orang tersebut maupun
pengaruh yang datang dari luar seperti lingkungan yang sering mengacuhkan dan
mengabaikan keberadaan dirinya. Sehingga orang introvert merasa tidak ada
pengakuan dari lingkungan sekitar.

I. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN


1. Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung
2. Subjek Penelitian
Bungin (2010, hlm.169) memaparkan bahwa “Subjek dan informan dari
penelitian ini adalah responden penelitian dan berfungsi untuk menjaring sebanyak
banyaknya data dan informasi yang akan bermanfaat bagi bahan analisis”. Maka
subjek penelitian dari penelitian ini adalah siswa siswi SMA Negeri 10 Bandung.
J. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan salah satu jenis penelitian korelasional, seperti yang
dipaparkan Arikunto (2013, hlm.4) “Penelitian korelasional adalah penelitian yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang
memang sudah ada”.
Di tinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Seperti yang disampaikan Sugiyono
(2012, hlm.8) “Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai pendekatan penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada populasi/sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

13
Penelitian kuantitaf disini dengan menyebar angket tertutup kepada siswa-siswi
SMAN 10 Bandung.
2. Metode Penelitian
Metode merupakan cara untuk mengungkapkan kebenaran yang objektif.
Kebenaran tersebut merupakan tujuan, sementara metode itu adalah cara.
Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang diungkapkan benar-benar
berdasarkan bukti ilmiah yang kuat. Oleh karena itu, metode dapat diartikan pula
sebagai prosedur atau rangkaian cara yang secara sistematis dalam menggali
kebenaran ilmiah. Sedangkan penelitian dapat diartikan sebagai pekerjaan ilmiah
yang harus dilakukan secara sistematis, teratur dan tertib, baik mengenai
prosedurnya maupun dalam proses berfikir tentang materinya.
Maka metode deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha untuk menjabarkan
suatu fenomena secara rinci dengan prosedur yang telah ditentukan.
3. Populasi dan Sampel penelitian
a. Populasi
Menurut Sudjana (1996, hlm.6,) “Populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya dinamakan populasi”.
Yang menjadi anggota populasi adalah seluruh siswa siswi SMA Negeri 10
Bandung.
b. Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2012, hlm.297) “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang di miliki oleh populasi”. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Arikunto (2013, hlm183)
menyebutkan bahwa “Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu”.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa-siswi yang memiliki
orang tua single parent.

14
4. Instrumen Penelitian
a. Angket
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden adalah berbentuk angket. Menurut Sugiyono (2012, hlm.192) “Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab,
jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, dimana responden dapat
memilih jawaban yang tersedia.”
Jenis kuesioner yang penulis gunakan adalah kuisioner tertutup, yaitu kuesioner
yang sudah disediakan jawabannya. Adapun alasan peneliti menggunakan kuisioner
tertutup adalah untuk memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan
jawaban dan untuk menghemat keterbatasan waktu penelitian
Awal mula dibuatnya kuesioner ini adalah dengan memetakan rumusan masalah
kedalam indikator-indikator yang ada. Angket atau kuesioner pada penelitian ini
akan melalui tahap perkembangan, diantaranya uji validitas dan reliabilitas

1) Pengujian Validitas
Sugiyono (2012, hlm.137) menyampaikan “Validitas adalah tingkat keandalah
dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti
menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur.”
Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar
tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Uji validitas berguna untuk
mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus
dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Uji validitas dimaksudkan seberapa
cermat suatu fungsi melakukan ukurannya.
Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen
dengan skor total. Perhitungannya dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) versi 22. Rumus yang dapat digunakan

15
adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi
product moment (Arikunto, 2013, hlm.213)

N ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 = 2
√(𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋 )) (𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌 2 ))

Keterangan :
rxy = Korelasi Product Moment
N = Jumlah populasi
ΣX = Jumlah skor butir (x)
ΣY = Jumlah skor variabel (y)
ΣX² = Jumlah skor butir kuadrat (x)
ΣY² = Jumlah skor variabel kuadrat (y)
ΣXY = Jumlah perkalian butir (x) dan skor variabel (y)
Selanjutnya hasil dari perhitungan tersebut rxy harus diperbandingkan dengan rtabel,
jika rxy lebih besar dari rtabel maka kuesioner tersebut dinyatakan valid. Untuk melihat
rtabel dibutuhkan df (derajat kebebasan).
Rumus
df = N-2

keterangan
df : derajat kebebasan
N : populasi
Sejalan dengan yang di kemukakan Masrun (dalam Sugiyono, 2012, hlm.134)
‘Item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi,
menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula’.
2) Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan suatu pertanyaan atau pernyataan
yang telah dianggap valid, untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran tetap
konsisten jika dilakukan kembali terhadap gejala yang sama.

16
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan rumus Alpha. Arikunto (2013, hlm.239)
menyatakan “Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang
skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.”
Rumus alpha
𝑘 ∑𝜎 𝑏 2
𝑟11 =( ) (1 − )
𝑘−1 𝜎12

keterangan

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal


Σσb² = jumlah varians butir

σ²t = varians total


b. Studi Litelatur
Studi literatur merupakan pengumpulan informasi yang peneliti kumpulkan
sesuai dengan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Sumber dari studi literatur
yang digunakan sebagai berikut:
1) Buku-buku teks yang tersedia.
Buku-buku yang digunakan dalam penelitian ini merupakan buku-buku yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian serta mengenai metode-metode penelitian.
Seperti buku-buku mengenai orang tua/keluarga yang dapat ditemui pada buku-buku
sosiologi, psikologi sosial, serta psikologi perkembangan. Begitu pula dengan buku
mengenai anti sosial yang dapat ditemui di buku-buku sosiologi. Serta buku-buku
mengenai metode penelitian serta buku-buku statistik. Buku-buku tersebut didapat
dengan membeli secara langsung maupun meminjam di perpustakaan.
2) Dokumen-dokumen
Dokumen-dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah arsip-arsip data
pribadi siswa di BK.
3) E-book.

17
Ebook yang digunakan dalam penelitian ini adalah ebook mengenai pedoman
penulisan karya tulis ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan
Indonesia.
4) Penelitan terdahulu
Penelitian terdahulu dalam penelitian ini berupa skripsi terdahulu, artikel dan
beberapa jurnal yang relevan dengan permasalahan yang sama.
5) Internet
Internet merupakan sumber terakhir yang peneliti tempatkan. Jika data-data sulit
didapat melalui buku-buku serta dokumen, maka peneliti akan menggunakan
internet untuk memenuhi kekurangan data tersebut.

5. Teknik Pengumpulan data


Sebagian besar tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data yang relevan,
dapat dipercaya dan dapat dipertanggung-jawabkan. Dalam penyusunan skripsi ini
yang menjadi sumber data penelitian adalah data primer. Data primer merupakan data
yang diperoleh secara langsung dari SMA Negeri 10 Bandung.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian dalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penulis dalam penelitian ini,
teknik sampling yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Angket (kuesioner)
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden adalah berbentuk angket. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 192) “Kuisioner
merupakan teknik pengumulan data yang dilakukan dengan cara memberi sepeangkat
pertanyaan atau pernyataan tertyulis kepada responden untuk dijawab, jenis kuisioner
yang digunakan adalah kuisioner tertutup, dimana responden dapat memilih jawaban
yang tersedia”. Jenis kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu
kuesioner yang sudah disediakan jawabannya. Adapun alasan penulis menggunakan
kuesioner tertutup adalah untuk memberikan kemudahan kepada responden dalam
memberikan jawaban dan untuk menghemat keterbatasan waktu penelitian.

18
b. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan melalui pembelajaran buku-buku, jurnal-jurnal
dan penelitian-penelitian/skripsi yang telah ada sebelumnya yang terkait dengan
masalah yang diteliti. Informasi juga dapat melalui artikel-artikel yang terdapat dalam
majalah, koran, maupun didapat dari media elektronik melalui internet research.

6. Teknik Pengolahan Data


a. Deskripsi Data
Data yang telah didapatkan tentunya harus melalui proses pengolahan agar
lebih mudah dianalisis, secara sistematis langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam analisis data diantaranya :
1) Mengadakan pengecekan terhadap instrument baik kelengkapan pengisian,
kejelasan informasi, dan kebenaran dalam pengisian.
2) Menyusun dan mengelompokan data yang sejenis dan disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, dan bagan.
3) Setelah dilakukan pengorganisasian dan penataan data selanjutnya dilakukan
pemeriksaan data apakah telah sesuai harapan.
Menurut Sudijono (1984, hlm.4), Analisis kuantitatif dalam suatu penelitian
dapat didekati dari dua sudut pendekatan, yaitu analisis kuantitatif secara deskriptif,
dan analisis kuantitatif secara inferensial. Masing-masing pendekatan ini melibatkan
pemakaian dua jenis statistik yang berbeda. Yang pertama menggunakan statistik
deskriptif dan yang kedua menggunakan statistik inferensial. Kedua jenis statistik ini
memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam hal teknik analisis maupun tujuan
yang akan dihasilkannya dari analisisnya itu.
Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu
gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan
fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-
angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh
siapapun yang membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut. Dengan
demikian hasil olahan data dengan statistik ini hanya sampai pada tahap deskripsi,

19
belum sampai pada tahap generalisasi. Dengan kata lain, statistik deskriptif adalah
statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisa data angka, agar
dapat meberikan gambaran secara teratur, ringkas, dan jelas mengenai suatu gejala,
peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.
Statistik inferensial fungsinya lebih luas lagi, sebab dilihat dari analisisnya, hasil
yang diperoleh tidak sekedar menggambarkan keadaan atau fenomena yang dijadikan
objek penelitian, melainkan dapat pula digeneralisasikan secara lebih luas kedalam
wilayah populasi. Karena itu, pengangguran statistic inferensial menuntut persyaratan
yang ketat dalam masalah sampling, sebab dari itulah bisa diperoleh sampel yang
representatif maka hasil analisis inferensial dapat digeneralisasikan ke dalam wilayah
populasi
Analisisis data secara deskriptif disini menggunakan analisis prosentase. Dengan
menggunakan rumus
P = F x 100%
n

Keterangan
P : Besaran prosentase
F : Frekuensi jawaban
n : Jumlah total responden
100% : Bilangan konstan
Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria penafsiran
nilai prosentase yang telah ditetapkan menurut Effendi (dalam Asyahida, 2014, hlm.
61) sebagai berikut.
Tabel Kriteria Penilaian Prosentase/skor
Prosentase Kriteria
100% Seluruhnya
75% – 95% Sebagian besar
51% - 74% Lebih besar dari setengahnya
50% Setengahnya

20
25% - 49% Kurang dari setengahnya
1% - 24% Sebagian kecil
0% Tidak ada/tak seorangpun
Sumber : Effendi (dalam Asyahida, 2014, hlm. 61)

Rumus diatas untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 dan 2, sedangkan


untuk rumusalan masalah nomer 3 diuji melalui rumus Product Moment Pearson dan
koefisien determinasi.
b. Uji korelasi
Menurut Riduwan dan sunarto (2013, hlm.80) “teknik analisis korelasi Pearson
Product Moment termasuk teknik statistika parametik yang menggunakan data
interval dan ratio dengan persyaratan tertentu.” Berikut rumus uji hipotesis korelasi
Pearson Product Moment:
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√[𝑁 ∑ 𝑋 2 __ (∑ 𝑋)2 ][𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 ]

(Arikunto, 2013, hlm.213)

Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi Product Moment
N = jumlah individu dalam sampel
X = angka mentah untuk variable X (jumlah jawaban item)
Y = angka mentah untuk variable Y (jumlah item keseluruhan)
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui apakah variable independen

di perngaruhi oleh variable dependen atau tidak. Jadi untuk melihat sebesar apa

pengaruh X terhadap Y dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐾𝐷 = 𝑟 2 × 100%
Keterampilan :

21
KD = Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
100 = bilangan tetap
d. Uji Signifikansi
Setelah nilai r diperoleh, kemudian didistribusikan ke dalam rumus:

𝑟 √𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2

Keterangan :
t = Nilai yang dicari
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden

Untuk menterjemahkan hasil perhitungan tersebut, maka diperlukan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) menemukan derajat kebebasan (dk) dengan rumusan n-2

2) mencari taraf signifikansi untuk menjawab ipotesis penelitian dengna

membandingkan nilai (t) hitung dengan t table dalam daftar table pada taraf

kepercayaan tertentu. Kriteria pengujiannya apabila t hitung > t table maka Ho

ditolah dan H𝑎 diterima, artiya koefisien korelasi tersebut signifikansi.

Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 0,005 dengan derajat kebebasan n-2,

hipotesis yang diuji :

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara orang tua single parent dengan
perilaku introvert siswa

22
H𝑎 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara orang tua single parent dengan
perilaku introvert siswa
Kriteria pengujian hipotesis :
Tolak Ho apabila r hitung > r table
Tolak H𝑎 apabila r hitung < r table
Adapun arti dari kriteria pengujian hipotesis tersebut adalah :
1) Jika r hitung >r tabel, maka Ho ditolak dan H𝑎 diterima, artinya orang tua single
parent mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku introvert siswa.
2) Jika r hitung < r tabel, maka Ho diterima dan H𝑎 ditolak, artinya orang tua single
parent tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku introver siswa.

K. RENCANA KEGIATAN
Penelitian ini dirancang dalam jangka waktu enam bulan. Secara lengkap,
agenda penelitian tersebut digambarkan dalam table berikut:

BULAN KE
NO NAMA KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 PersiapanPenelitian
4 PelaksanaanPenelitian
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 PenyusunanLaporan

23
L. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumenatau
data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori
yang mendukung penelitian penulis.
BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan
metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan
penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai pengaruh
orang tua single parent terhadap perilaku introvert siswa di SMA
Negeri 10 Bandung
BAB IV : Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil
temuan data tentang perilaku introvert siswa di SMA Negeri 10
Bandung.
BAB V : Kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba
memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil
penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji
dalam skripsi.

M. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Bungin, Burhan (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke
Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta : PT Raja Grafindo

24
Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hall dan Lindzey (1978) Psikologi Kepribadian 3. Yogyakarta :Kanisius
Gerungan (1991) Psikologi Sosial. Bandung : Pt. Refikan Aditama
Nazsir, N . (2008) Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Purwanto, E.A dan Suliyastuti, D.R (2011) Metode Penelitian Kuantitatif untuk
Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta : Penerbit Gava
Media
Riduwan & Sunarto (2013) Pengantar Statistika. Bandung : Alfabeta
Ritzer, G. & Douglas, J G. (2011) Teori Sosiologi Modern-Edisi Ke 6. Jakarta:
Kencana.
Setiadi, E.M dan Kolip, U (2011) Pengantar Sosiologi (Pemahaman, Fakta, dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya). Jakarta :
Kencana Prenada Media Group
Soekanto, Soerjono (2006) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Sudjana (1996) Metode Statistika. Bandung : Tarsito Media
Sugiyono(2012). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta
Sudjana (1996) Metode Statistika. Bandung : Tarsito Media

Skripsi
Asyahida, F.N (2014) Korelasi Pertumbuhan Migran Terhadap Bangunan Liar Di
Desa Lagadar Kabupaten Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung
Oktaviani, Yusni (2015) Pengrauh Orang Tua Single Parent Terhadap Perilaku Seks
Pra Nikah Remaja . (Skripsi), Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Jurnal

25
Bock, J.D (2000) DOING THE RIGHT THING? Single Mothers by Choice and the
Struggle for Legitimacy. Gender and Society Journal, 14 (1), hlm.62-86
Pike, L.T (2003) The Adjustment of Australian Children Growing up in Single-Parent
Families as Measured by Their Competence and Self-Esteem. Childhood
Journal, 10 (2), hlm.181-200
Internet
Qaini, Dr.Ali (2010) Single Parent. [Online]. Diakses dari :
https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/10/single-parent/ [3 Desember
2015]

26

Anda mungkin juga menyukai