Anda di halaman 1dari 15

Kepada :

Yth. Ketua Pengadilan Negeri Surabaya Surabaya, 10 Oktober 2021


Jl. Arjuno No. 16-18
Di –
S U R A BA Y A

Perihal : Gugatan Wanprestasi

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini,:
Nama : RIZKY ANGGARA YOGA PRATAMA, S.H.
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Warga Negara : Indonesia
Alamat Kantor : Jl. Raya Gubeng No. 30-32, Blok B-1
Surabaya
Pekerjaan : Advokat
Status : Belum Kawin
Pendidikan : S-1 (Sarjana)
Tanggal berakhirnya KTPA : 31 Desember 2021

Berkantor dan berdomisili hukum pada Kantor Hukum di " RIZKY


ANGGARA & PARTNERS “, di Jl. Simorejo VI No. 18, Surabaya,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 5 Oktober 2021, bertindak
untuk dan atas nama serta kepentingan pemberi kuasa:

Nama : Steven Sumargo


Tempat & Tanggal Lahir : Surabaya, 20 September 1992
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Agama : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jinten No. 15, Krembangan Selatan,
Krembangan, Surabaya
Pekerjaan : Wiraswasta
Status kawin : Kawin
Pendidikan : SMA

Selanjutnya disebut sebagai ………………………………………..PENGGUGAT.


Dalam hal ini memilih tempat kediaman (domisili) hukumnya di kantor kuasanya
diatas, untuk selanjutnya disebut; ……………………………...…..PENGGUGAT;

Dengan ini Dengan ini PENGGUGAT hendak mengajukan Gugatan


Wanprestasi (Wanprestatie) Melawan :
--------------------------------------------------

1. Nama : Ruddy Suwito


Tempat & Tanggal Lahir : Surabaya, 04 Februari 1970
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Katholik
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Pantai Mentari Blok M/18 Surabaya
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status kawin : Kawin
Pendidikan : S-1

Selanjutnya disebut sebagai ………………………………Tergugat I;

2. PT. Bank OCBC NISP Tbk, berkedudukan di Jakarta, dalam hal ini
bertindak dan diwakili melalui kantor cabang Metropolitan
Surabaya, yang beralamat di Jl. Pemuda No. 104-106, Surabaya,
selanjutnya disebut sebagai.……………...………………Tergugat II;

3. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia


Kota Surabaya II, yang beralamat di Jl. Krembangan Barat No. 57,
Krembangan Selatan, Kec. Krembangan, Kota Surabaya
selanjutnya disebut sebagai ……………………………..Tergugat III;

I. OBJEK JAMINAN

Bahwa yang menjadi objek jaminan dalam perkara wanprestasi ini adalah
Sebidang Tanah dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) No. 56/
Kelurahan Kenjeran, terdaftar atas nama Ruddy Suwito, yang letak dan
batas-batasnya diuraikan dalam gambar situasi tanggal 29-12-1995,
nomor 15561/1995, dengan luas tanah 250m2 yang terletak di Provinsi
Jawa Timur, Kota Surabaya, Kecamatan Kenjeran, Kelurahan Kenjeran,
atau setempat dikenal dengan KO Pantai Mentari M-18 Surabaya.

2
II. KRONOLOGI

1. Bahwa awal mula perkenalan antara Penggugat dan Tergugat I,


adalah ditahun 2014, berawal dari hobby dan tempat fitness yang
sama, Penggugat dan Tergugat I mulai akrab sebagai teman;

2. Bahwa setelah 3 tahun menjalin pertemanan Penggugat dan Tergugat


I semakin akrab dan lebih terbuka tentang bisnis dan pekerjaan
masing-masing, Tergugat I mulai bercerita bahwa dia mempunyai
bisnis yang bergerak dibidang spare part dan variasi mobil dan sedang
mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnisnya;

3. Tergugat I menceritakan bahwa bisnis variasi mobilnya sedang


mengalami kesulitan ekonomi karena baru saja ditipu orang, uang
modal yang seharusnya dialokasikan untuk membeli spare part dan
berbagai macam aksesoris mobil , dibawa lari oleh broker (perantara
antara Tergugat I dan distributor tempat Tergugat I biasa kulak
berbagai macam spare part dan variasi mobil);

4. Tergugat I mengutarakan bahwa saat itu sedang membutuhkan dana


tambahan untuk bengkel mobilnya, Tergugat I harus memutar otak
untuk mencari sumber pemasukan lain, Tergugat I bercerita kepada
Penggugat, bahwa Tergugat I mempunyai ide untuk mencoba masuk
kedalam dunia jual beli saham atau forex, dengan harapan bisa
mendapat keuntungan dan menjadi sumber pemasukan lain untuk
menyokong bisnis variasi mobilnya dan mengembalikan keseimbangan
perputaran dana bisnis variasi mobil milik Tergugat I seperti sediakala;

5. Bahwa setelah Tergugat I menceritakan ide terebut Penggugat tidak


langsung meng-iyakan tapi menjawab akan memikirkannya terlebih
dahulu, karena sebenarnya pada saat itu keadaan ekonomi dari pihak
Penggugat juga sedang terlalu bagus, dan Penggugat juga
sebenarnya tidak terlalu tertarik namun lebih kearah kasihan karena
melihat Tergugat I yang bisnisnya sedang mengalami penurunan dan
ingin membantu agar Tergugat I bisa mengembalikan bisnisnya seperti
sediakala;

6. Bahwa Tergugat I, selalu mendesak dan selalu berupaya meyakinkan


Penggugat agar mau meminjami uang untuk Tergugat I, yang akan
Tergugat I gunakan untuk bisnis forex, hampir setiap bertemu secara

3
sengaja ataupun tidak dengan Tergugat I, Tergugat I selalu
menanyakan dan terkesan seperti menagih janji itu kepada Penggugat;

7. Bahwa Penggugat adalah tipikal orang yang tidak bisa menolak


terlebih karena risih dengan Tergugat I yang selalu menagih dan
seakan-akan Penggugat telah berjanji, padahal Penggugat belum
pernah mengiyakan, namun akhirnya pada bulan Juni Penggugat
menyetujui untuk meminjami uang tersebut untuk modal Tergugat I
bisnis forex, Penggugat berpesan kepada Tergugat I untuk berhati-hati
dalam dunia forex, karena bisnis itu adalah bisnis yang berbahaya,
memang banyak orang yang sukses dengan bisnis tersebut namun
tidak sedikit juga yang jatuh miskin karena forex;

8. Bahwa Tergugat I kembali meyakinkan Penggugat bahwa Tergugat I


akan sukses dan berhasil meraih keuntungan dari forex, Tergugat I
menyampaikan bahwa Tergugat I mempunyai teman yang sangat ahli
dalam dunia forex, dan sudah meraih banyak keuntungan dari forex,
rupanya Tergugat I seperti tertarik untuk masuk dalam dunia forex
karena temannya tersebut;

9. Bahwa Tergugat I mengutarakan kepada Penggugat keinginannya,


yaitu meminjam uang sebesar 2 miliar rupiah selama 2 tahun dan
berjanji memberi keuntungan per-bulannya sebesar 2%, disitu
Penggugat menannyakan kepada Tergugat I, untuk pinjaman sebesar
itu, jaminan apa yang bisa diberikan Tergugat I kepada Penggugat,
disitu Tergugat I hanya meyakinkan Penggugat bahwa dia tidak akan
rugi di forex lalu Tergugat I mengutarakan, jika memang sampai rugi
dan tidak bisa mengembalikan uang pinjaman dari Penggugat,
Tergugat I berjanji akan memberikan kuasa atas rumah tinggalnya
(objek jaminan) kepada Penggugat;

10. Bahwa akhirnya Penggugat pun menyetujui keinginan Tergugat I


tersebut walaupun sebenarnya dengan sedikit berat hati, namun
Penggugat tetap mengiyakan untuk memberi pinjaman kepada
Tergugat I, tapi Penggugat tidak memberikan 2 miliar seperti
permintaan Tergugat I, Penggugat hanya memberi pinjaman sebesar 1
miliar karena Penggugat juga banyak keperluan pada waktu itu, disisi
lain Penggugat sebenarnya tidak mau memberikan pinjaman sebesar
2 miliar karena khawatir jika Tergugat I tidak mampu membayar
hutangnya;

4
11. Akhirnya pada Juni 2017 perjanjian antara Penggugat dan Tergugat I
dibuat, Penggugat memberikan pinjaman kepada Tergugat I sebesar 1
miliar rupiah selama 2 tahun dengan pembagian keuntungan sebesar
2% per-bulan dari jumlah pinjaman tersebut;

12. Bahwa setelah perjanjian jatuh tempo dibuat dan waktu berjalan
beberapa bulan, komunikasi antara Tergugat I dan Penggugat yang
awalnya lancar kini mulai mengalami kendala, Tergugat I mulai sulit
dihubungi dan terkesan menghindar, namun Penggugat tetap
berpikiran positif, Penggugat beranggapan mungkin Tergugat I ingin
fokus bisnis untuk dan memutar modal pinjaman agar bisa
mengembalikan tepat waktu;

13. Bahwa walaupun komunikasi antara Penggugat dengan Tergugat I


sedikit terhambat, namun Tergugat I tetap rutin mengirim keuntungan
sebesar 2% sesuai perjanjian yang dibuat dengan Penggugat, namun
setelah berjalan 1 tahun, Tergugat I sudah tidak pernah lg
mengirimkan keuntungan 2% tersebut;

14. Bahwa pada April 2019 Penggugat mulai menghubungi kembali


Tergugat I untuk menannyakan tentang pelunasan hutangnya, namun
tetap sama, Tergugat I terkesan menghindar dan banyak indikasi-
indikasi itikad tidak baik yang akan dilakukan oleh Tergugat I, hingga
pada bulan Juni 2019 dimana sesuai perjanjian yang sudah dibuat
adalah waktu bagi Tergugat I untuk membayar hutang, Tergugat I
masih sulit dihubungi baik itu melalui media telekomunikasi elektronik
maupun didatangi langsung dirumah Tergugat I;

15. Bahwa ketika didatangi dirumah Tergugat I, orang dirumah


mengatakan bahwa Tergugat I sedang keluar kota dan baru akan
kembali pada bulan Agustus 2019, Penggugat terus mencoba
menghubungi Tergugat I hingga akhirnya Tergugat I menjawab dan
konfirmasi bahwa benar Tergugat I sedang diluar kota dan memang
ada kendala untuk pembayaran hutangnya sehingga belum bisa
melunasi pada bulan Juni 2019 sesuai perjanjian yang sudah dibuat;

16. Bahwa pada bulan September 2019, akhirnya Penggugat bisa bertemu
dengan Tergugat I, disitu Tergugat I menyatakan bahwa bisnis jual beli
forexnya gagal dan mengalami kerugian yang cukup besar, Tergugat I
menyatakan bahwa teman Tergugat I yang mengenalkan Tergugat I
dengan forex lah yang telah curang dan memberikan masukan tentang

5
forex yang salah dan membuat Tergugat I mengalami kerugian yang
besar, Tergugat I mengutarakan meminta tambahan waktu lagi selama
1 tahun dan kembali membayar pembagian keuntungan sebesar 2%
kepada Penggugat, Tergugat I berjanji akan mencarikan uang untuk
membayar hutangnya kepada Penggugat, Tergugat I juga berjanji
akan memberikan rumah tinggalnya atau objek jaminan kepada
Penggugat jika Tergugat I tidak bisa membayar hutangnya, Penggugat
yang tidak tega melihat dan mendengar cerita dari Tergugat I akhirnya
memberi kesempatan sekali lagi kepada Tergugat I, Penggugat
menegaskan, jika Tergugat I kembali membayar kewajibannya kali ini,
Penggugat akan benar benar mengambil alih penguasaan atas objek
jaminan, dan Tergugat I bersedia menyetujui hal tersebut;

17. Bahwa setelah perjanjian baru tersebut berjalan 6 bulan, Tergugat I


kembali tidak membayar keuntungan sebesar 2% kepada Penggugat,
Tergugat I pun kembali sulit untuk dihubungi, disini Penggugat
sebenarnya sudah tidak sabar dan sangat frustasi dengan kelakuan
Tergugat I, namun Penggugat kembali sabar sembari mencoba
menghubungi Tergugat I;

18. Bahwa pada Oktober 2020 Penggugat mencoba menghubungi kembali


Tergugat I namun Tergugat I selalu menghindar, Penggugat mencoba
mencari keberadaan Tergugat I, hingga pada tahun 2021 Penggugat
dan Tergugat I kembali bertemu, Penggugat yang sudah tidak sabar
dengan Tergugat I menagih janji Tergugat I untuk menyerahkan objek
jaminan kepada Penggugat sesuai perjanjian yang Tergugat I dan
Penggugat buat;

19. Bahwa Tergugat I bersedia untuk menyerahkan Penguasaan objek


jaminan kepada Penggugat hingga Tergugat I bisa membayar
hutangnya kepada Penggugat dengan catatan Tergugat I meminta
waktu selama 3 bulan untuk mencari tempat tinggal sementara dan
melakukan pindahan karena barang Tergugat I yang ada di objek
jaminan sangat banyak, Penggugat pun menyetujui permintaan
Tergugat I;

20. Bahwa pada suatu hari Penggugat bertemu dengan seorang teman
lama Penggugat yang bernama Indra yang juga teman dari Tergugat I,
Penggugat bercerita mengenai masalah Penggugat dan Tergugat I
kepada Indra, Penggugat sangat kaget setelah diketahui bahwa

6
Tergugat I ternyata juga mempunyai pinjaman kepada Indra, dan objek
jaminan yang Tergugat I sampaikan akan diberikan kuasanya kepada
Penggugat ternyata sudah dijaminkan ke bank (Tergugat II), Indra
bercerita bahwa dulu sebelum objek jaminan tersebut dijaminkan
kepada Tergugat II, objek jaminan tersebut terlebih dahulu dijaminkan
kepada Indra atas hutang Tergugat I kepada Indra, lalu karena
Tergugat I tidak bisa membayar hutangnya kepada Indra karena tidak
mempunyai uang, Tergugat I berjanji kepada Indra untuk menjaminkan
objek jaminan tersebut ke Tergugat II dan uang pencairannya akan
Tergugat I gunakan untuk membayarkan hutangnya kepada Indra,
namun setelah pencairan uang tersebut tidak dibayarkan kepada Indra
hingga saat ini;

21. Bahwa Indra bercerita kepada Penggugat telah mengajukan gugatan


kepada Tergugat I atas gagalnya Tergugat I membayar hutangnya
kepada Indra, dan sekarang memasuki tahap banding, Indra pun
menegaskan akan terus memperjuangkan haknya yang ada dalam
objek jaminan tersebut, disini Penggugat sangat kecewa dan marah
karena kepercayaan yang selama ini sudah diberikan disia siakan,
objek jaminan yang sejatinya akan diberikan kepada Penggugat
ternyata mempunyai sejarah panjang yang sudah beralih kepada pihak
lain, otomatis Penggugat tidak bisa menguasai objek jaminan tersebut
karena sudah dijaminkan kepada Tergugat II padahal jelas masih ada
hak Penggugat didalamnya, Tergugat I jelas sudah tidak mampu lagi
secara finansial untuk mengembalikan dana milik Penggugat maka
dari itu Penggugat melayangkan gugatan ini, Penggugat hanya
meminta haknya yaitu uang yang dipinjam Tergugat I untuk
dikembalikan;

22. Bahwa agar kerugian Penggugat tidak semakin membesar dan/atau


semakin menumpuknya hutang Tergugat I, maka Penggugat mohon
kepastian hukum kepada Yang Mulia Mejelis Hakim agar Tergugat
dihukum untuk membayar ganti kerugian kepada Penggugat dengan
cara memberikan hak bagi Penggugat untuk menjual baik sebagian
maupun seluruhnya tanpa persetujuan  Tergugat I dan/atau melakukan
perbuatan  hukum apa saja terhadap objek jaminan berupa Sebidang
Tanah dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) No. 56/
Kelurahan Kenjeran, terdaftar atas nama Ruddy Suwito, yang letak
dan batas-batasnya diuraikan dalam gambar situasi tanggal 29-12-
1995, nomor 15561/1995, dengan luas tanah 250m2 yang terletak di

7
Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya, Kecamatan Kenjeran, Kelurahan
Kenjeran, atau setempat dikenal dengan KO Pantai Mentari M-18
Surabaya, karena hanya itulah harta yang dimiliki oleh Tergugat I dan
hanya dengan cara inilah Penggugat bisa mendapatkan kembali
haknya yaitu hutang Tergugat I yang belum dibayarkan kepada
Penggugat.

23. Bahwa jika dihitung secara kasar dana pinjaman sudah mengendap di
Tergugat I selama hampir 4 tahun, Penggugat sudah cukup sabar dan
selalu bersedia merundingkan segala solusi yang mungkin bisa
digunakan untuk segera menyelesaikan masalah hutang piutang ini,
namun Tergugat I selalu tidak bisa menepati janjinya, hutang Tergugat
I sebesar Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) yang dipinjamkan
Penggugat ke Tergugat I sejatinya bisa Penggugat gunakan untuk
keperluan lain yang lebih penting kalaupun untuk bisnis uang sebesar
itu dalam jangka waktu 4 (empat) tahun pastilah sudah berlipat, namun
karena Tergugat I tidak bisa melakukan pelunasan, uang sebesar itu
hanya menjadi uang diam dan tidak bisa Penggugat gunakan untuk
keperluan apapun;

24. Bahwa untuk menjamin hak Penggugat dan untuk menjamin


pelaksanaan putusan dalam perkara ini Penggugat mohon agar
Pengadilan Negeri Surabaya mengabulkan permohonan Penggugat
sebagai berikut:

1. Meletakkan sita jaminan atau setidaknya sita


persamaan terhadap objek jaminan;

2. Menghukum Tergugat I membayar kerugian materiil


yaitu:
1. Pokok pinjaman sebesar Rp. 1.000.000.000,-
(satu miliar rupiah)
2. Pembagian keuntungan sebesar 2% sejak Juni
2018 sampai dengan sekarang yaitu 40 bulan x 2%
dari pokok pinjaman yaitu Rp. 1.000.000.000,- = Rp.
800.000.000,-
Dan akan terus berjalan hingga Tergugat I
menjalankan isi putusan

25. Bahwa karena perbuatan ini termasuk cidera janji (wanprestasi) yang
disebabkan kesengajaan Tergugat I dengan cara tidak memenuhi
prestasinya kepada Penggugat, maka Tergugat I patut dihukum untuk
membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah) setiap hari lalai dalam melaksanakan putusan terhitung

8
sejak putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap hingga
Tergugat I melaksanakan isi putusan perkara ini;

26. Bahwa atas dasar kronologi yang sudah ditulis, setidaknya


kepentingan Penggugat harus dilindungi karena secara nyata ada
dana Penggugat yang masih macet dan sampai saat ini belum
dikembalikan oleh Tergugat I, maka wajar dan pantas apabila Tergugat
II selaku pemegang Hak Tanggungan, dihukum untuk tidak melakukan
upaya apapun terkait peralihan hak, baik melalui lelang ataupun
dengan cara lain terhadap objek jaminan yang berpotensi
mengakibatkan adanya peralihan hak dan menimbulkan kerugian
kepada Penggugat;

27. Bahwa pihak Tergugat III adalah Badan Pertanahan Nasional sebagai
pihak yang berhak dan berwenang dalam setiap proses peralihan hak
dan yang menjalankan peralihan hak, agar menunda segala proses
peralihan hak apapun terhadap objek jaminan sampai perkara ini
berkekuatan hukum tetap;

Adapun dasar yang mendasari dari adanya gugatan Penggugat adalah


sebagai berikut :

Dasar Hukum
Bahwa dasar hukum Pengugat untuk mengajukan gugatan
Wanprestasi terhadap Tergugat adalah berdasarkan ketentuan Pasal
1338 KUHPerdata indonesia, Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I.,
dan Ajaran Para Ahli Hukum/doktrin, sebagai berikut:

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Menyebutkan :

“Semua persetujuan yang dibuat secara sah sesuai dengan undang-


undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. “

Agar suatu kontrak dapat dianggap sah oleh hukum, haruslah


memenuhi beberapa persyaratan yuridis tertentu. Terdapat 4
persyaratan yuridis agar suatu kontrak dianggap sah, sebagai berikut:

1. Syarat sah yang obyektif berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata


a)    Objek / Perihal tertentu
b)    Kausa yang diperbolehkan / dihalalkan / dilegalkan

9
2. Syarat sah yang subjektif berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata
a)   Adanya kesepakatan dan kehendak
b)   Wenang berbuat

3. Syarat sah yang umum di luar pasal 1320 KUH Perdata


a)   Kontrak harus dilakukan dengan I’tikad baik
b)   Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku
c)   Kontrak harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan
d)   Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum

4. Syarat sah yang khusus


a)   Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu
b)   Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu
c)   Syarat akta pejabat tertentu (selain notaris) untuk kontrak-kontrak
tertentu
d)   Syarat izin dari pejabat yang berwenang untuk kontrak-kontrak
tertentu

Menurut Pasal 1338 ayat (1) bahwa : perjanjian yang mengikat


hanyalah perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus
mempedomani Pasal 1320 KUHPerdata. Oleh karena itu kedua pasal
dalam KUHPerdata tersebut saling mempunyai hubungan yang erat
dalam perjanjian / perikatan.

Dari pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1338 KUHPerdata tersebut


terdapat beberapa hubungan atau azas-azas atau bisa dikatakan juga
prinsip-prinsip yang berlaku dalam perjanjian diantaranya adalah :

1. Asas Kebebasan Berkontrak/Keterbukaan Hukum

Perjanjian di indonesia menganut asas kebebasan dalam hal membuat


perjanjian (beginsel der contracts vrijheid). Asas ini dapat disimpulkan
dari pasal 1338 KUHPerdata yang menerangkan bahwa segala
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Sebenarnya yang dimaksudkan oleh
pasal tersebut tidak lain dari pernyataan bahwa setiap perjanjian
mengikat kedua belah pihak. Tetapi dari pasal ini kemudian dapat
ditarik kesimpulan bahwa orang leluasa untuk membuat perjanjian apa
saja asal tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan. Orang
tidak saja leluasa untuk mebuat perjanjian apa saja, bahkan pada

10
umumnya juga diperbolehkan mengeyampingkan peraturan-peraturan
yang termuat dalam KUHPerdata. Sistem tersebut lazim disebut
dengan sistem terbuka (openbaar system) asas ini dibatasi dengan
ketentuan dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu isi dari perjanjian tidak
boleh melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan
ketentuan umumsistem terbuka artinya para pihak dalam melakukan
perjanjian  bebas mengemukakan kehendak, mengatur hubungan
yang berisi apa saja, asalkan memenuhi syarat sahnya perjanjian.

3. Asas Itikad Baik

Dalam hukum perjanjian  dikenal asas itikad baik, yang artinya bahwa
setiap orang yang membuat suatu perjanjian harus dilakukan dengan
itikad baik. Asas itikad baik ini dapat dibedakan atas itikad baik yang
subyektif dan itikad baik yang obyektif. Itikad baik dalam pengertian
yang subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang atas dalam
melakukan suatu perbuatan hukum yaitu apa yang terletak pada sikap
bathin seseorang pada saat diadakan suatu perbuatan hukum. Sedang
itikad baik dalam pengertian yang obyektif dimksudkan adalah
pelaksanaan suatu perjanjian yang harus didasarkan pada norma
kepatutan atau apa yang dirasakan patut dalam suatu masyarakat.

3. Asas Pacta Sun Servada

Adalah suatu asas dalam hukum perjanjian yang berhubungan dengan


mengikatnya suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat secara sah oleh
para pihak adalah mengikat bagi mereka yang membuat seperti
kekuatan mengikat suatu undang-undang, artinya bahwa perjanjian
yang dibuat secara sah oleh para pihak akan mengikat mereka seperti
undang-undang. Dengan demikian maka pihak ke tiga bisa menerima
kerugian karena perbuatan mereka dan juga pihak ketiga tidak
menerima keuntungan karena perbuatan mereka itu, kecuali kalau
perjanjian itu termasuk dimaksudkan untuk pihak ke tiga. Asas ini
dalam suatu perjanjian dimaksudkan tidak lain adalah untuk
mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak yang telah membuat
perjanjian itu.

Kalaulah diperhatikan istilah perjanjian pada pasal 1338 KUHPerdata,


tersimpul adanya kebebasan berkontrak yang artinya boleh membuat
perjanjian, baik perjanjian yang sudah diatur adalah KUHPerdata

11
maupun dalam kitab undang-undang hukum dagang atau juga
perjanjian jenis baru, berarti di sini tersirat adanya larangan bagi
hukum untuk mencampuri isi dari suatu perjanjian. Adapun tujuan dari
asas ini adalah untuk memberikan perlindungan kepada para
konsumen dalam perjanjian jual beli bahwa mereka tidak perlu
khawatir akan hak-haknya karena perjanjian karena perjanjian itu
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

4. Asas konsensualitas / konsensuil (kesepakatan)

Maksud dari asas ini ialah bahwa suatu perjanjian cukup ada suatu
kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian  tanpa diikuti oleh
perbuatan hukum lain, kecuali perjanjian yang bersifat formil. Ini jelas
sekali terlihat pada syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dimana
harus ada kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian (pasal
1320 kuh perdata). Perjanjian itu sudah ada dalam arti telah
mempunyai akibat hukum atau sudah mengikat sejak tercapainya kata
sepakat. Sedangkan dalam pasal 1329 KUHPerdata tidak disebutkan
suatu formalitas tertentu di samping kata sepakat yang telah tercapai
itu, maka disimpulkan bahwa setiap perjanjian itu adalah sah. Artinya
mengikat apabila sudah tercapai kata sepakat mengenai hal-hal pokok
dari apa yang diperjanjikan.terhadap asas konsensualitas / konsensuil
(kesepakatan) ini terdapat pengecualian yaitu apabila ditentukan suatu
formalitas tertentu untuk beberapa macam perjanjian dengan ancaman
batal apabila tidak dipenuhi formalitas tersebut, misalnya perjanjian
penghibahan, perjanjian mengenai benda pada dasarnya perjanjian itu
dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan antara kedua belah
pihak.

Dikatakan “pada dasarnya”, karena ada beberapa bentuk perjanjian,


karena perintah dari perundang-undangan harus dibuat dalam bentuk
tertulis atau harus disahkan oleh notaris (perjanjian notariil), sehingga
perjanjian tersebut baru sah kalau para pihak sudah menandatangani
perjanjian atau sejak perjanjian tersebut disahkan oleh notaris.
Perjanjian yang tidak tertulis, misalnya: jual beli di pasar, perjanjian ini
lahir sejak adanya kesepakatan mengenai harga antara pihak penjual
dan pembeli. Sedangkan contoh perjanjian yang tertulis atau perjanjian
notariil adalah: perjanjian pengadaan barang/jasa instansi pemerintah,
perjanjian peralihan hak atas tanah, dan lain-lain

12
5. Asas Berlakunya Suatu Perjanjian

Asas berlakunya suatu perjanjian ini diatur dalam pasal yaitu: pasal
1315 KUHPerdata, yang berbunyi “umumnya tidak seorangpun dapat
mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu
janji daripada untuk dirinya sendiri”. Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi
“persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang
membuatnya. Persetujuan-persetujuan ini tidak dapat membawa rugi
kepada pihak-pihak ketiga; tidak dapat pihak ketiga mendapat manfaat
karenanya; selain dalam hal yang diatur dalam pasal 1317.

Dasar hukum seseorang dinyatakan lalai melaksanakan kewajiban


atau prestasinya diatur dalam Pasal 1238 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata), berbunyi: “Debitur dinyatakan Ialai
dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau
berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan
ini mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan”.
Dari rumusan Pasal 1238 KUHPerdata di atas dapat diketahui bahwa
ada dua kondisi kapan seseorang dianggap lalai atau cedera janji,
yaitu:

1. Dalam hal ditetapkan suatu waktu di dalam perjanjian,tapi


dengan lewatnya waktu tersebut (jatuh tempo) debitur belum juga
melaksanakan kewajibannya.

2. Dalam hal tidak ditentukan suatu waktu tertentu, lalu kreditur


sudah memberitahukan kepada debitur untuk melaksanakan
kewajiban atau prestasinya tapi kreditur tetap juga tidak
melaksanakannya kewajibanya kepada kreditur.
 
Pasal 1239  KUHPerdata yang telah memberikan pengaturan sebagai
berikut: “Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk
tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi
kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban
memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.”
Bahwa Pasal 1246 Kitab undang-undang hukum perdata
Menyatakan: “Biaya, Ganti Rugi Dan Bunga, Yang Boleh Dituntut
Kreditur, Terdiri Atas Kerugian Yang Telah Dideritanya Dan
Keuntungan Yang Sedianya Dapat Diperolehnya”.

13
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Penggugat mohon kepada majelis
Hakim Yang Terhormat yang memeriksa dan mengadili serta memutus
perkara ini berkenan memberikan putusan sebagai berikut:

III. PETITUM

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sah menurut hukum semua kesepakatan bersama


antara Penggugat dengan Tergugat I;

3. Menyatakan Tergugat I telah melakukan perbuatan wanprestasi;

4. Menyatakan Penggugat berhak menjual ataupun melakukan


peralihan hak apa saja terhadap Objek Jaminan dalam perjanjian
berupa Sebidang Tanah dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan
(SHGB) No. 56/ Kelurahan Kenjeran, terdaftar atas nama Ruddy
Suwito, yang letak dan batas-batasnya diuraikan dalam gambar
situasi tanggal 29-12-1995, nomor 15561/1995, dengan luas tanah
250m2 yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya,
Kecamatan Kenjeran, Kelurahan Kenjeran, atau setempat dikenal
dengan KO Pantai Mentari M-18 Surabaya., dengan ketentuan
apabila hasil penjual ternyata belum mencukupi pelunasahan
hutang dan kerugian Penggugat, maka Tergugat I dibebani
kewajiban untuk melunasinya;

5. Menghukum Tergugat I membayar kerugian materiil yaitu:

1. Pokok pinjaman sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu


miliar rupiah)

2. Pembagian keuntungan sebesar 2% sejak Juni 2018


sampai dengan sekarang yaitu 40 bulan x 2% dari pokok
pinjaman yaitu Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 800.000.000,-

Dan akan terus berjalan hingga Tergugat I menjalankan isi putusan

6. Menghukum Tergugat II agar tidak melakukan upaya peralihan hak


dalam bentuk apapun baik melalui lelang ataupun dengan cara lain

14
terhadap objek jaminan yang berpotensi mengakibatkan adanya
peralihan hak dan menimbulkan kerugian kepada Penggugat;

7. Menghukum Tergugat III untuk tidak mengeluarkan produk dan


menjalankan peralihan dalam bentuk apapun terhadap objek
jaminan yang menyebabkan kerugian terhadap Penggugat;

8. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya perkara yang


timbul dalam perkara ini.

Subsidair:
Apabila hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono)
Demikian gugatan ini kami ajukan atas perhatian dan terkabunya
gugatan ini kami ucapkan terima kasih

Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat

RIZKY ANGGARA YOGA PRATAMA, SH.

15

Anda mungkin juga menyukai