Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

PEMBUATAN GIGI TIRUAN LENGKAP LEPASAN

NAMA MAHASISWA :Citra Annisa. m


NIM : B1G119007

PROGRAM STUDI D III TEKNIK GIGI


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Prosedur Gigi Tiruan Lengkap

Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam pembuatan ini
termasuk dosen pengampuh yang sudah membimbing kami.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan senang hati kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini

Makassar, 16 april 2021

Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

“PEMBUATAN GIGI TIRUAN LENGKAP LEPASAN ”

DISUSUN SEBAGAI TUGAS PELENGKAP PRAKTEK KLINIK GTLL III


PROGRAM STUDI D III TEKNIK GIGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
PERIODE MARET – JUNI 2020

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : CITRA ANNISA. M


NIM : B1G119007

MAKASSAR, april 2021

DISETUJUI OLEH MENGETAHUI


DOSEN PENGAMPU MK GTLL III KETUA PRODI D III TEKNIK GIGI

drg. ROSMALADEWI TALLI, S.KG, M.Kes Dr. UMAR DG PALALLO,


SKM, M.KES
NIDN : 0920048209 NIDN : 0924088002
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................5
2.1. Pengertian Gigi tiruan.......................................................................................5
2.2. Pengertian gigi tiruan penuh.............................................................................5
2.3. Prinsip dasar pembuatan gigi tiruan penuh.......................................................6
2.4. Jenis gigi tiruan penuh......................................................................................7
2.5. Desain gigi tiruan penuh...................................................................................8
2.6. Pemilihan gigi...................................................................................................9
2.7. Resin akrilik...................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................12
PEMBAHASAN............................................................................................................12
2.1. Prosedur pembuatan GTLL............................................................................12
BAB IV......................................................................................................................34
PENUTUP.....................................................................................................................34
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................34
3.2.Saran.....................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................35
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi tiruan dibuat untuk menggantikan gigi asli yang sudah hilang maupun
bagian jaringan gigi yang hilang seperti kavitasnya, baik sebagian maupun
seluruhnya. Gigi tiruan dibagi atas gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan Pasien
dengan kehilangan seluruh gigi pada kedua lengkung rahang atau hanya satu
lengkung rahang baik rahang 2 atas maupun rahang bawah dapat dibuatkan gigi tiruan
lengkap lepasan. Kebutuhan akan gigi tiruan lengkap lepasan ini meningkat pada usia
lanjut, karena tidak hanya satu atau beberapa gigi saja yang hilang, tetapi semua gigi
yang ada pada lengkung rahang. Hal ini menyebabkan keadaan fisiologis dalam
rongga mulut mengalami perubahan, sehingga membutuhkan pembuatan gigi tiruan
lengkap lepasan, untuk memperbaiki fungsi mastikasi, estetik dan fonetik Pembuatan
basis gigi tiruan lepasan pada umumnya menggunakan bahan resin akrilik. Resin
akrilik memiliki banyak kelebihan, yaitu manipulasi dan pemolesan mudah, harganya
relatif murah, stabil di dalam rongga mulut, mudah didapat dan estetik lumayan
bagus dan serta dapat digunakan dengan peralatan yang sederhana [CITATION Nov19 \l
1033 ]

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan diangkat pada Laporan ini adalah bagaimana prosedur
laboratorium dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan akrilik .

1.3 Manfaat Penulisan


. Tujuan umum dari Laporan adalah untuk mengetahui tentang prosedur
laboratorium dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan akrilik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Gigi tiruan


Gigi tiruan adalah suatu alat tiruan yang digunakan untuk menggantikan sebagian atau
seluruh gigi asli yang sudah hilang serta mengembalikan perubahan-perubahan struktur
jaringan yang terjadi akibat hilangnya gigi asli. Tujuan pembuatan gigi tiruan pada
hakikatnya adalah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, pengecapan, estetik, menjaga
kesehatan jaringan serta mencegah kerusakan lebih lanjut

Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan cekat
dan gigi tiruan lepasan. Gigi tiruan lepasan/removable denture (yang dapat dilepas pasang
sendiri oleh pasien) dibagi menjadi dua bagian, yaitu gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan
sebagian. Gigi tiruan cekat/fixed yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen. [ CITATION
Red19 \l 1033 ]

2.2. Pengertian gigi tiruan penuh


Gigitiruan penuh didefinisikan sebagai suatu prostesis dental yangmenggantikan
keseluruhan gigi-geligi dan berhubungan dengan struktur rahang atas dan rahang bawah.
Gigitiruan penuh yang dapat berfungsi mengembalikan estetik, mastikasi, dan fonetik
sehingga diharapkan dapat memperbaiki rasa percaya diri, aktivitas sosial pasien, dan
mengembalikan hidup sehat

Record jaringan mulut diperoleh dengan melakukan cetakan, yaitu :

1) Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi)

Sendok cetak yang dipakai adalah sendok cetak biasa (stock tray). Saat mencetak tidak
dihiraukan tertekan atau tidaknya mukosa mulut. Bahan yang dipakai adalah alginat.

2) Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi)

Disini diperhatikan batas jaringan yang bergerak dan tidak bergerak dan mukosa tidak boleh
tertekan. Sendok cetak yang digunakan dalah sendok cetak individual dari sellac. [ CITATION
drg12 \l 1033 ]
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan dan digunakan
untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigi-gigi dan untuk insersi ke
dalam mulut. Sedangkan bite rim dibuat di atas base plate yang telah dihaluskan dengan
menggunakan modeling wax. Yang menggunakan base plate wax

Yang biasa digunakan di gigi tiruan lengkap yang berbahan akrilik salah satu bahan
kedokteran gigi dan biasa di gunakan di laboratorium teknik gigi yang telah banyak
diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak
khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal
estetik maupun dalam hal fungsinya.

Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan Menurut David M. Watt (1992), tujuan
pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan adalah:

a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau


mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetik atau mengembalikan bentuk
wajah
b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan
edentuluos

2.3. Prinsip dasar pembuatan gigi tiruan penuh


Prinsip Dasar Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan, yaitu:

a. Pemeliharaan tulang alveolar Daerah pendukung diusahakan seluas mungkin sehingga


beban yang diterima kecil. Hal ini dapat menjamin pemeliharaan sisa alveolar ridge.
Daerah pendukung gigi tiruan dibagi menjadi 3 bagian, dukungan primer, yaitu:
daerah yang menerima beban oklusal secara tegak lurus. Biasanya daerah ini tidak
mudah mengalami resorbsi. Dirahang atas terdapat di ridge posterior dan palatum
yang datar, sedangkan dirahang bawah pada shelf bukal, ridge posterior dan
retromolar pad. Daerah ridge anterior atas dan bawah, serta seluruh lereng ridge
disebut dukungan sekunder mudah 8 mengalami resorbsi. Dukungan lainnya disebut
dukungan tambahan, yaitu seluruh vestibulum yang jaringannya mudah bergerak. Ini
sangat diperlukan untuk peripheral seal.
1. Pentingnya menutupi shelf bukal Shelf bukal merupakan derah dukungan primer
yang tidak mudah mengalami resorbsi. Bila linggirnya datar, otot buksinator
sering melekat dekat dengan puncak linggir. Otot ini dapat ditutupi oleh gigi
tiruan karena otot ini relatif lemah dan tidak aktif. Fungsi otot ini dalam arah
horizontal. Daerah shelf bukal ini merupakan satu-satunya dukungan linggir yang
datar. Pentingnya menutupi tepi-tepi gigi tiruan disesuaikan dengan bentuk
fungsional sulkus, sehingga dapat dihasilkan suatu penutupan fasial yang baik
serta dicapai retensi fisik maksimal
2. Pentingnya menutupi retromolar pad
Retromolar pad adalah jaringan ikat mukosa yang terdapat di sebelah distal
molar tiga. Daerah ini merupakan dukungan primer karena jarang mengalami
resorbsi. Bila linggirnya datar dan peripheral seal sulit diperoleh, dapat dilakukan
pengerokan model sedalam 1,5 mm dan lebarnya 1,5 mm. Di lateral dari
retromolar pad adalah daerah yang dipengaruhi oleh otot maseter. Otot ini besar
dan kuat, serta aktifitasnya mengangkat dan menutup madibula. Daerah distobukal
gigi tiruan harus betul-betul dibentuk peripheral seal. Bila otot 9 maseter aktif,
bentuk sayap distobukalnya aktif, sedangkan bila tidak terlalu aktif bentuk
sayapnya cembung (masseter groove) (Soebekti, 1995:2). Pengerokan model
hanya dapat dilakukan sedalam 1,5mm dan lebarnya 1,5mm, hal ini dikarenakan
retromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan
dilakukan lebih dalam, pasien akan merasakan kesakitan pada saat pemakaian gigi
tiruan karena penekanan yang berlebih dan akan menyebabkan iritasi pada daerah
yang dilakukan pengerokan tersebut
b. Retensi
Retensi sangat ditentukan oleh hubungan antara basis gigi tiruan dengan
mukosa pendukung dibawahnya. Kontak yang rata dan baik antara basis gigi tiruan
dan mukosa sangat diperlukan untuk retensi yang optimal. Adanya saliva antara
mukosa dan basis gigi tiruan menyebabkan terjadinya daya adhesi, kohesi, tegangan
permukaan, peripheral seal serta tekanan atmosfer. Peripheral seal penting dalam
memelihara udara dari gangguan pengaruh tekanan peripheral seal. “Border Molding”
merupakan satu-satunya jalan dalam memperoleh peripheral seal. Undercut yang)n
digunakan untuk berfungsi. Agar gigi tiruan stabil perlu adanya retensi yang baik,
posisi gigi geligi serta oklusi dan artikulasi yang seimbang, bentuk permukaan poles
yang sesuai dengan aktivitas otot-otot orofacial, pengendalian dan koordinasi yang
baik dari otot-otot, serta posisi bidang oklusal yang benar
c. Memberikan penampilan yang wajar (estetik baik) Penampilan yang alami dapat
diperoleh mulai dari saat mencetak. Ketebalan tepi gigi tiruan yang dapat
mengembalikan dukungan bagi otot-otot bibir dan pipi bervariasi, tergantung dari
hilangnya sisa alveolar. Ketebalan yang optimal dapat diperoleh waktu melakukan
border molding [CITATION Nov19 \l 1033 ]

2.4. Jenis gigi tiruan penuh


 Gigi Tiruan Segera: Ini biasanya merupakan cara sementara untuk membantu Anda
beralih ke memakai gigi palsu yang sukses. Karena penyesuaian kembali otot
diperlukan, serta penyusutan alami gusi, gigi palsu yang ditempatkan segera setelah
pencabutan gigi tidak akan cocok serta gigi palsu permanen yang dibuat ketika
penyembuhan selesai. Namun, mereka memberi Anda gigi baru segera, dan memberi
Anda waktu untuk menyesuaikan diri.
 Gigi Tiruan Lengkap Konvensional: Setelah jangka waktu tertentu, kami dapat
membuat gigi palsu permanen yang sesuai dengan mulut Anda dengan akurasi yang
hampir sempurna. Ini dibuat dengan hati-hati agar terlihat seperti gigi alami Anda
sendiri, dan dapat berfungsi dengan baik di mulut Anda untuk waktu yang lama.
 Overdentures yang Didukung oleh Implan: Untuk meningkatkan stabilitas gigi
tiruan atas atau bawah, dimungkinkan berlabuh dengan aman menggunakan dua atau
lebih implan gigi. Rahang atas membutuhkan lebih banyak implan (umumnya tiga
atau lebih) daripada rahang bawah karena kepadatan tulang yang lebih
rendah. Banyak orang menemukan opsi ini menawarkan keseimbangan yang sangat
baik antara kenyamanan, fungsionalitas, dan nilai.[ CITATION htt \l 1033 ]

Gambar 2.1. Jenis gigi tiruan penuh


2.5. Desain gigi tiruan penuh

Gambar 2.2. batas anatomi

Untuk Rahang Atas

1. Frenulum labialis dan frenulum bucalis

2. ridge

3. Maxillary tuberosity

4. Daerah suture garis median, rugae dan papila incisivus

5. Hamular notch

6. Fovea palatina
7. vestibuli roof
Rahang Bawah

1. frenulum labialis dan frenlum bucalis

2. Ridge

3. Retromolar pad

4. Internal obligue ridge

5. External obligue ridge

6. Frenulum lingualis[ CITATION Drg20 \l 1033 ]

2.6. Pemilihan gigi

Anasir gigi tiruan merupakan bagian dari GTP yang


berfungsi mengantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan dan
penyusunan anasir gigi tiruan harus dapat memperbaiki
penampilan selain untuk memperbaiki fungsi lainnya dari gigi
tiruan. Dalam pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan
anterior

maupun posterior ada faktor-faktor yang harus diperhatikan


yaitu mengenai ukuran, bentuk, warna, bahan, jenis kelamin,
umur serta inklinasi dari anasir gigi tiruan dapat memenuhi
fungsinya. Pada kasus pasien edentulous, pemilihan gigi
berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien
untuk menentukan warnanya dan tingkat keausaannya.
Sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada
occlusal rim.
Gambar 2.3. pemilihan gigi

Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu


penyusunan gigi anterior atas, gigi anterior bawah, gigi
posterior atas, gigi M1 bawah dan gigi posterior bawah
lainnya. Dengan syarat utama :

Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi


1. Inklinasi mesio-distal
2. Inklinasi anterio-posterior atau inklinasi labio/bukopalatal/lingual

sesuai dengan kecondongan occlusal rim. Bila terlalu kelabial akan tampak
penuh dan bila terlalu kepalatal akan tampak ompong. Dilihat dari oklusal
berada diatas lingir rahang. Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan
lingir, pada pasien yang sudah lama ompong sering sudah terjadi rresopsi
lingual

Berhubung dengan tujuan pembuatan geligi tiruan ialah


untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan
estetik maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam
penyusunan gigi:

 Inklinasi atau posisi setiap gigi


 Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangganya dan gigi antagonisnya.
 Hubungan kontak antar gigi atas dan bawah yaitu hubungan : oklusi sentries,
oklusi protusif, sisi kerja, sisi yang mengimbangi.
 Overbite dan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan rahang yang normal
 Estetik : Bentuk gigi hendaknya sesuai dengan bentuk lengkung rahang,
bentuk kepala, bentuk muka, dan jenis kelamin.Besar gigi sesuai dengan besar
kecilnya lengkung rahang.
 Susunan gigi tiruan hendaknya dibuat sewajar mungkin agar bila kelak geligi
tiruan dipakai kelihatan wajar. [ CITATION Dil13 \l 1033 ]

2.7. Resin akrilik


Resin akrilik adalah resin transparan dengan kejernihan luar biasa, warna serta sifat
optik tetap stabil dibawah kondisi mulut yang normal dan secara klinis cukup stabil terhadap
panas. Terdapat beberapa macam resin akrilik yang berbeda cara polimerisasinya yaitu pada
tahap aktivasinya, sehingga dibedakan menjadi resin akrilik heatcured, resin akrilik self-
cured, resin akrilik kuring gelombang mikro dan resin akrilik kuring sinar tampak. Resin
heat-cured adalah tipe resin yang biasa digunakan dalam pembuatan gigi tiruan lengkap
lepasan dan restorasi dengan cara dimasak dengan mengunakan air panas. [CITATION
Placeholder1 \l 1033 ]
Pencampuran / manipulasi

Pencampuran resin akrilik polimerissi panas terdiri dari pencampuran bubuk dan

cairan (powder and liquid). Perbandingan polimer dan monomer yang dapat di terima

adalah 2:1 berdasarkan volume. Bahan yang telah di campur dapat melewati empat tahap

yaitu :

1. Tahap pertama : tahap berpasir (wet sand stage)


Pada tahap ini sedikit atau tidak terjadi interaksi pada tingkat molekuler.

Konsistensi pengadukan di gambarkan seperti ‘kasar’ atau ‘berbenang’. Apa bila

disentuh seperti berpasir.

2. Tahap kedua : tahap berbenang atau lengket (tacky fibrous)

Pada tahap ini terjadi disporsi dari beberapa rantai polimer ke dalam monomer cair

(sticky stage). Rantai – rantai polimer ini melepaskan ikatan, sehingga kekentalan adukan

meningkat. Biasa melekat pada tangan.

3. Tahap ketiga : tahap menyerupai adonan.

Pada tahap ini adonan siap untuk masuk ke dalam mould (dough stage) Pada tahap ini

terjadi peningkatan jumlah rantai polimer yang masuk ke dalam larutan. Jadi, di bentuk

suatu larutan monomer dan polimer terlarut. Penampakan secara klinis yaitu adonan tidak

lengket di tangan dan mudah dibentuk.

4. Tahap keempat : tahap karet (rubber stage)


Pada tahap ini monomer di habiskan dengan penguapan dan dengan penembusan

lebih jauh ke dalam butir – butir polimer yang tersisa. Secara klinis, massa memantul

bila di tekan atau di regangkan. [ CITATION DIN15 \l 1033 ]

BAB III

PEMBAHASAN

2.1. Prosedur pembuatan GTLL


 Alat yang digunakan :

- Spoit
- Bunsen
- Lap kasar dan halus
- Artikulator
- Cuvet
- Pisau malam
- Pisau gips
- Spatula
- Rubber bowl
- Kuas
- Mesin vibrator
- Sendok cetak
- Mesin trimmer
- Alat press
- Mesin poles (mikromotor)
- Mata Bur
- Kompor
- Panc
- Selofon (Plastik bening)
 Bahan yang digunakan :
- Wax
- Gigi Artifisial
- Spirtus
- Akrilik ( Powder dan Liquid )
- Alginat
- Gips
- Bahan separator ( vaselin dan CMS )
- Blue angel
 Tahap pembuatan

Langkah-langkah dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan aklirik pada linggir datar

adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan Model Kerja dari Dokter Gigi


Dengan membersihkan nodul-nodul model studi

2. Pembuatan Sendok Cetak Perseorangan

 Gambar batas sedok cetak perorangan dengan mengunakan pensil

di model studi dan lapisi dengan malam kurang lebih 2 mm. Tahap

ini dilakukan pembuatan sendok cetak individu dengan bahan resin

akrilik self-cured.

 Lapisi permukaan dengan cold mold seal (CMS).

 Siapkan adonan akrilik self-curing sesuai aturan pabrik dan tunggu

sampai dough stage atau tidak melekat ditangan

 Kemudian di atas adonan diberi plastik selofan dan diratakan

dengan mengunakan tangan

 Bentuk adoanan sesuai bentuk rahang (ketebalan 2 mm) dengan jari

 Sebelum akrilik benar-benar keras, angkat sendok cetak individu,

dan kembalikan pada model lagi.

 Kurangi kira-kira 2 mm dari batas sendok cetak individu dan

frenulum harus bebas

 Bentuk pegangan sendok cetak individu dan dibuatkan retensi(lubang

beberapa permukaan) .[ CITATION drg18 \l 1033 ]


Gambar 3.1. sendok cetak individual

3. Persiapan Model Kerja

Menduplikat model kerja dengan menggunakan hydocolloid reversible agar


model kerja tercetak secara keseluruhan dan akurat, lalu dituangkan adoanan gibs biru
(Gambar 3.2). Tahap persiapan model kerja dengan cara menduplikat model kerja,
sebagai berikut:

Gambar 3.2 Duplikasi Model; a. Pengecoran Hydrocolloid


Reversible; b. Mould Space yang didapat;
c. Pengecoran Mould Space; d. Model Kerja Hasil Duplikat

4. Transfer Desain

Gambar 3.3 Menggambar dan Mendesain Model Kerja

5. Pembuatan Galangan Gigi


Galangan gigit cara membuat galangan gigit ada 2 yaitu: Dengan wax rims
former dengan lembaran malam yang digulunga.
A. Pembuatan galangan gigit dengan wax rims former-Potongan-potongan malam

dicairkan (tidak boleh berdidih) lalu dituangkan ke dalam wax rims former-

Setelah malam mengeras lalu dikeluarkan dari wax rims formerb. (Gambar

3.5).

B. Pembuatan galangan gigit dengan lempeng malam yang digulung ambil

selembar malam, lalu dilunakkan diatas lampu spiritus. Pertama-tama

kita lunakkan sebelah sisi, kemudian sisi ini kita gulung (dalam gulungan

ada malam cair, untuk penyatu). Lembaran malam dipanasi lagi, lalu

diulung lagi sampai membentuk sebuah silinder. Harus diperhatikan bahwa

setiap digulung malam tersebut harus melekat satu dengan lainnya. Dan harus

sesuai dengan ukuran galangan gigit.[ CITATION Hen18 \l 1033 ]

Gambar 3.5 Galangan Gigit yang difiksasi


6. Penanaman Artikulator

Setelah galangan gigit selesai dan difiksasi, langkah selanjutnya adalah

penanaman model pada artikulator untuk mempermudah dalam penyusunan elemen

gigi tiruan sehingga mendapat oklusi yang tepat dan sejajar dengan garis median.

Dalam penanaman mengunakan gibs putih


Gambar 3.6 Penanaman Artikulator

7. Penyusunan Gigi

Penyusunan gigi pada kasus ini yaitu dengan cara penysunan gigi normal,
mulai dari bagian anterior atas lalu anterior bawah. Setelah itu, posterior atas dan
posterior bawah yang dimulai dari penempatan M₁ bawah

sebagai kunci oklusi. Tahap penyusunan gigi, sebagai berikut (Tabel 1):

Tabel 1.Penyusunan Gigi

No. Gigi Penyusunan

a. I₁ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi

I1 kanan rahang atas. Kemudian titik

kontak mesial tepat pada midline.

Membuat sudut inklinasi 5° terhadap

midine.

b. I₁ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi

I1 kiri rahang atas. Kemudian titik

kontak mesial tepat pada midline.

Membuat sudut inklinasi 5° terhadap

midline.

c. I₂ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi

I2 kanan rahang atas. Kemudian, lebih

naik 2 mm dari incisal edge I1 kanan

rahang atas. Membuat sudut inklinasi

10° terhadap midline.

d. I₂ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi

I2 kiri rahang atas. Kemudian, lebih


naik 2 mm dari incisal edge I1 kiri

rahang atas. Membuat sudut inklinasi

10° terhadap midline.

e. C Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi

caninus kanan rahang atas. Kemudian

titik kontak mesial caninus kanan

rahang atas berkontak dengan titik

kontak distal I2 kanan rahang atas.

Puncak cusp caninus kanan rahang

atas tegak lurus dan sejajar dengan

incisal I1 kanan rahang atas. Cusp

caninus kanan rahang atas berada

diatas linggir rahang.

f. C Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi

caninus kiri rahang atas. Kemudian

titik kontak mesial caninus kiri rahang

atas berkontak dengan titik kontak

distal I2 kiri rahang atas. Puncak cusp

caninus kiri rahang atas tegak lurus

dan sejajar dengan incisal I1 kiri

rahang atas. Cusp caninus kiri rahang

atas berada diatas linggir rahang.

g. I₁ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi

I1 kanan rahang bawah. Kemudian


48

titik kontak sebelah mesial tepat pada

midline. Membuat sudut inklinasi 5°

terhadap midline.

h. I₁ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi

I1 kiri rahang bawah. Kemudian titik

kontak sebelah mesial tepat pada

midline. Membuat sudut inklinasi 5°

terhadap midline.

i. I₂ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi

I₂ kanan rahang bawah. Kemudian

tepi incisal 1-2 mm diatas bidang

oklusal. Membuat sudut inklinasi 10°

terhadap midline.

j. I₂ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi

I₂ kiri rahang bawah. Kemudian tepi

incisal 1-2 mm diatas bidang oklusal.

Membuat sudut inklinasi 10° terhadap

midline.

k. C Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi

caninus kanan rahang bawah. Cups

caninus kanan rahang bawah berada

diantara canus kanan rahang atas dan

I₂ kanan rahang atas.


l. C Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi

caninus kiri rahang bawah. Cups

caninus kiri bawah diantara caninus

kiri rahang atas dan I₂ kiri rahang

atas.

m. P₁ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi P1

kanan rahang atas. Sumbu gigi tegak

lurus dengan bidang oklusal. Kemudian

titik kontak mesial P1 kanan rahang atas

berkontak dengan titik kontak distal

caninus kanan rahang atas. Cusp bukal

menyentuh bidang datar/oklusi dan cusp

palatal naik kira-kira 1 mm diatas bidang

datar/oklusi.

n. P₂ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi P2

kanan rahang atas. Sumbu gigi tegak

lurus dengan bidang oklusal. Kemudian

titik kontak mesial P2 kanan rahang atas

berkontak dengan titik kontak distal P1

kanan rahang atas. Cusp bukal dan

palatal P2 kanan rahang atas menyentuh

bidang datar/oklusi.

o. M₁ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi M1

kanan rahang atas. Kemudian titik kontak


mesial M1 kanan rahang atas berkontak

dengan titik kontak distal P2 kanan

rahang atas. Cusp mesio palatal

menyentuh bidang datar/oklusi,

sedangkan cusp lainnya naik sekitar 1-2

mm diatas bidang datar/oklusi.

p. M₂ Atas Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi M₂

kanan rahang atas. Semua cusp dari M₂

kanan rahang atas tidak menyentuh

bidang datar/oklusi.

q. P1 Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi P1

kiri rahang atas. Sumbu gigi tegak lurus

dengan bidang oklusal. Kemudian titik

kontak mesial P1 kiri rahang atas

berkontak dengan titik kontak distal

caninus kiri rahang atas. Cusp bukal

menyentuh bidang datar/oklusi dan cusp

palatal naik kira-kira 1 mm diatas bidang

datar/oklusi.

r. P₂ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi P2

kiri rahang atas. Sumbu gigi tegak lurus

dengan bidang oklusal. Kemudian titik

kontak mesial P2 kiri rahang atas

berkontak dengan titik kontak distal P1


kiri rahang atas. Cusp bukal dan palatal

P2 kanan rahang atas menyentuh bidang

datar/oklusi.

s. M₁ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi M1

kiri rahang atas. Kemudian titik kontak

mesial M1 kiri rahang atas berkontak

dengan titik kontak distal P2 kiri rahang

atas. Cusp mesio palatal menyentuh

bidang datar/oklusi, sedangkan cusp

lainnya naik sekitar 1-2 mm diatas

bidang datar/oklusi.

t. M₂ Atas Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi M₂

kiri rahang atas. Semua cusp dari M₂ kiri

rahang atas tidak menyentuh bidang

datar/oklusi.

u. M₁ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi M1

kanan rahang bawah. Cusp mesio-bukal

gigi M1 bawah berada diantara gigi P₂

dan M₁ atas kanan.

v. M₁ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi M1

kiri rahang bawah. Cusp mesio-bukal

gigi M1 bawah berada diantara gigi P₂

dan M₁ atas kiri.


52

w. P₁ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi P1

kanan rahang bawah. Cusp P₁ bawah

kanan berada diantara cusp C atas dan P₁

atas kanan.

x. P₂ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi P₂

kanan rahang bawah. Cusp P₂ bawah

kanan berada diantara cusp P₁ atas dan

P₂ atas kanan.

y. M₂ Bawah Kanan Galangan gigit dipotong sebesar gigi M₂

kanan rahang bawah. Cusp mesio-bukal

M₂ bawah kanan berada diantara cusp

disto-bukal M₁ atas dan cusp mesio-

bukal M₂ atas kanan.

z. P₁ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi P1

kiri rahang bawah. Cusp P₁ bawah kiri

berada diantara cusp C atas dan P₁ atas

kiri.

aa. P₂ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi P₂

kiri rahang bawah. Cusp P₂ bawah kiri

berada diantara cusp P₁ atas dan P₂ atas

kiri.
53

bb. M₂ Bawah Kiri Galangan gigit dipotong sebesar gigi M₂

kiri rahang bawah. Cusp mesio-bukal M₂

bawah kiri berada diantara cusp disto-

bukal M₁ atas dan cusp mesio-bukal M₂

atas.

Gambar 3.7 Penyusunan Gigi, a. Tampak Depan, b. Tampak Samping Kanan,


c. Tampak Samping Kiri

8. Wax Contouring

Gigi geligi yang telah disusun normal dan mendapatkan oklusi yang tepat

selanjutnya dirapihkan dengan membentuk anatomi gusi yang disebut dengan wax

contouring (Gambar 3.8). Tahap wax contouring, sebagai berikut:

a. Mencairkan wax dengan wax knife kemudian teteskan pada pola

malam yang akan dibentuk

b. Kontur plat dibagian bukal dibentuk sehingga menyerupai anatomis

gusi dan jaringan lunak pada mulut asli

Yang penulis bentuk dalam pembuatan wax contouring

1) Tonjolan akar, dengan mengukir bentuk-bentuk huruf V


2) Daerah servikal jangan ada “step” pada kontur gusi antara gigi

kaninus dan premolar-1 atas

3) Kontur gusi gigi anterior berbeda-beda, gigi kaninus atas yang

terpanjang, gigi lateral atas yang terpendek

4) Penulis tidak melakukan pembuatan rugae

c. Didaerah interdental, dibuat cekung landai dan bentuknya hampir

berupa segitiga sehingga akan diperoleh bentuk penonjolan akar

d. Bagian bucal dan labial dibuat agak penuh untuk memperbaiki bentuk

kontur bibir dan pipi

e. Permukaan wax dihaluskan dengan bantuan bunsen dan kain satin

Gambar 3.8 Wax Contouring

9. Flasking

Setelah penyusunan gigi selesai tahap selanjutnya adalah flasking dengan

menggunakan metode pulling the casting (Gambar 3.9). Flasking dilakukan pada rahang

atas terlebih dahulu sampai rahang atas selesai dilakukan tahap remounting. Kemudian

dilanjutkan rahang bawah dilakukan untuk proses flasking (proses masak mengunakan

panci dan air ) sampai remounting.


Gambar 3.9 Flasking. a. Rahang Atas, b. Rahang Bawah

10. Boiling Out

Boiling out bertujuan untuk menghilangkan pola malam (wax)dari model kerja

yang telah ditanam dicuvet sehingga mendapatkan mold space yang bersih

(Gambar 3.12). Tahap boiling out sebagai berikut:

a. Sebanyak ½ panci air dipanaskan hingga mendidih ditas

kompor.

b. Cuvet dimasukkan kedalam panci yang telah mendidih selama 15 menit

kemudian diangkat.

c. Cuvet atas dan bawah dipisahkan secara perlahan dengan bantuan penutu

kuvet dengan cara dipalu

d. Air mendidih yang bersih disiramkan pada mould space, hingga tidak ada

lagi sisa wax pada mould space.

e. Tepi-tepi gips yang tajam disekitar mould space dibersihkan dengan

bantuan pisau gibs dan serpihan-serpihan gips juga dibersihkan.

f. Membuat postdam untuk rahang atas dengan cara buat garis dari hamular

notch kiri dan kanan sehingga bertemu pada daerah fovea palatine. Lebar

postdam sekitar 2 mm ke arah anterior dari AH-line. Garis harus

membulat dan rata lalu model kerja dikerok dengan lecron sedalaman ±

1-1.5 mm (Gambar 3.10).

g. Membuat beading untuk rahang bawah dengan cara buat garis lengkung

pada daerah mucobuccal fold. Lebar beading sekitar 1 mm. Garis

membulat dan rata lalu model dikerok dengan lecron sedalam ± 1-1.5 mm
h. Mould space yang masih hangat diolesi dengan CMS hal ini dilakukan agar

pada saat deflasking protesa akrilik mudah dilepas dari model yang di tanam

di cuvet

Gambar 3.9 Boiling Out

Gambar 3.10 Postdam Rahang Atas

Gambar 3.11 Beading Rahang Bawah

Gambar 3.12 Mould Space. a. Rahang Atas, b. Rahang Bawah


11. Packing

Setelah didapatkan mould space yang bersih dari sisa pola malam (wax) tahap

selanjutnya adalah packing (Gambar 3.13). Tahap packing yang dilakukan, sebagai

berikut:

a. Menyiapkan cellopan yang sudah digunting

b. Menyiapkan heat curing acrylic dengan takaran powder 25 gr

dan liquid 12 ml untuk rahang atas dan powder 21 gr dan liquid

10 ml untuk rahang bawah

c. Memasukan liquid dengan spetkedalam mixing jardan menuang

powder dengan cara digetarkan.

d. Mixing jar ditutup, tunggu sampai pada tahap dough stage.

e. Adonan acrylic diambil dan diletakkan pada mold space di

cuvet bawah, tekan dengan jari dan lapisi dengan plastik

selopan.

f. Cuvet atas ditutup metal to metal lalu dipress dengan press

statis perlahan-lahan sampai sisa-sisa acrylic keluar.

g. Cuvet atas dibuka dan kelebihan acrylic dibuang dengan scaple

atau lecron.

h. Kemudian acrylic ditetesi liquid, ditutup dengan plastik selopan

kemudian tutup cuvet atas ditutup.

i. Melakukan proses press dengan press statis yang kedua kali

dengan proses yang sama hingga kelebihan acrylic tidak ada

lagi.

j. Setelah selesai press kedua cuvet dengan handpress.


Gambar 3.13 Packing; a. Rahang Atas, b. Rahang Bawah

12. Curing

Setelah dilakukan tahap packing tahap selanjutnya adalah curing sebagai

berikut (Gambar 3.14) Curing dilakukan dari suhu kamar sampai air mendidih dan

tunggu sampai 45 menit.

Gambar 3.14 Curing


13. Deflasking

Setelah curing tahap selanjutnya adalah deflasking, dimana dalam

mengerjakannya harus hati-hati agar model kerja dan protesa akrilik tidak patah

ataupun retak (Gambar 3.15). Memisahkan cuvet atas dan cuvet bawah dengan

pisau gibs.
Gambar 3.15 Deflasking, a. Rahang Atas, b. Rahang Bawah

14. Remounting dan Selective Grinding

Remounting merupakan tahap pemasangan kembali model kerja pada

artikulator untuk melihat ada tidaknya peninggian gigitan. Sedangkan selective

grinding adalah tahap pengurangan gigi untuk mendapatkan oklusi yang seimbang.

Tahap remounting dan selective grinding, sebagai berikut:

a. Model kerja dipasang kembali ke artikulator untuk melihat terjadi

peninggian atau tidak (Gambar 3.16)

b. Dilakukan pada rahang atas terlebih dahulu setelahnya rahang bawah

Selanjutnya, dilakukan pengurangan dengan hukum “BULL” (buccal

upper lingual lower) yang artinya, mengasah pada bagian bukal untuk

rahang atas dan lingual untuk rahang bawah (Gambar 3.17).

Gambar 3.16 Remounting; a. Rahang Atas; b. Rahang Bawah

Gambar 3.17 Selective Grinding


15. Finishing

Setelah didapatkan protesa akrilik dan model kerja tahap yang dilakukan

selanjutnya adalah penyelesaian gigi tiruan (Gambar 3.18). Tahap finishing gigi

tiruan, sebagai berikut:

a. Kelebihan akrilik pada bagian tepi protesa dikurangi dengan

menggunakan mata bur frezzer.

b. Ada bagian disekitar elemen gigi tiruan dan interdental yang

masih ada nodul serta sisa gips dikurangi dan dibersihkan

dengan mata bur fissure dan round.

c. Bagian tepi dibuat bulat agar tidak tajam menggunakan mata bur

stone.

d. Protesa akrilik diamplas dan dihaluskan menggunakan amplas

kasar dan halus dengan mandrill.

Gambar 3.18 Penyelesaian Gigi Tiruan

16. Poleshing

Tahap terakhir dari pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan adalah polishing

(Gambar 3.19). Tahap polishing sebagai berikut:

a. Protesa dipoles dengan sikat hitam dan pumice untuk menghilangkan

guratan-guratan pada protesa

b. Selanjutnya, memoles protesa dengan menggunakan CaCo3 agar

protesa mengkilap
c. Setelah protesa mengkilap, dibersihkan dari bahan poles dengan

sikat bersih dibawah air mengalir

d. Protesa sudah selesai dan didapat protesa yang halus, mengkilap dan

bersih (Gambar 3.20)[CITATION Nov19 \l 1033 ]

Gambar 3.20 Poleshing. a. Menghilangkan Guratan pada Protesa,


b. Mengkilapkan Protesa

Gambar 3.21 Hasil Akhir, a. Tampak Samping Kanan, b. Tampak Depan,


c. Tampak Samping Kiri
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penulisan laporan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa.
Kebutuhan akan gigi tiruan lengkap lepasan ini meningkat pada usia lanjut, karena tidak
hanya satu atau beberapa gigi saja yang hilang, tetapi semua gigi yang ada pada lengkung
rahang. Hal ini menyebabkan keadaan fisiologis dalam rongga mulut mengalami perubahan,
sehingga membutuhkan pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan, untuk memperbaiki fungsi
mastikasi, estetik dan fonetik

3.2.Saran
Meskipun dalam penulisan laporan ini, penulis menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunannya, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). https://www.steckelbergdental.com/treatment/partial-complete-dentures.

Amrilani, D. N. (2013). PEMBUATAN BASE PLATE, OKLUSAL RIM &PENYUSUNAN ANASIR GIGI TIRUAN
PENUH. 20.

Aryanti, N. D. (2019). Prosedur Laboratorium dalam Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap. 1-4.

Aryanti, N. D. (2019). Prosedur Laboratorium dalam Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap. 39-63.

Bite, P. P. (2019). JANET DEWI MAHARANI, ZULFA. 24-34.

Bite., P. P. (2019). JANET DEWI MAHARANI, ZULFA . 11-14.

Dinasanti. (2019). restorasi. 1.

Drg. Fahmi Yunisa, S. P. (2019/2020). MODUL PROSTHETIC. 31.

Irma Damasurya, d. (2013). porcelain fused to metal. 1.

PAMUNGKAS, D. S. (2015). Pengaruh Multi Konsentrasi Ekstrak Teh Hijau (Cammelia Sinesis)
terhadap Perubahan Warna Resin Akrilik Heat Cured ditambah Serat Kaca 1%. 12.

drg. I Gst Ayu Fienna Novianthi Sidiartha, S. (2018). SENDOK CETAK INDIVIDU DAN TAHAPAN KERJA
BORDER. 13.

Setiawan, H. (2018). Tahapan Full Denture. 7.

Anda mungkin juga menyukai