Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fikri Setiawan

NPM : 201901500884
Mata kuliah : Konseling Pernikahan dan Keluarga
Kelas : R5I
No. hp : 089530638097

JAWABAN
1. Cinta saja memang bukan landasan utama pernikahan, karena hanya cinta yang
bertumbuh yang bisa menjadi pondasi utama untuk sebuah hubungan menjadi kuat
dan bertahan.

Rasa cinta yang “tumbuh sehat” akan juga menumbuhkan rasa-rasa positif yang
lainnya, seperti saling menguatkan, saling menghargai, saling menerima, saling
support, saling memperbaiki, saling berkomitmen dll, dan itu semua datang secara
alamiah/otomatis. Jadi bagi pasangan yang ingin melakukan pernikahan bukan saja di
persiapkan cinta tetapi di persiapkan juga finansial untuk nanti kedepan mengarungi
kehidupan.

2. Kehidupan keluarga tercermin dalam kehidupan keseharian. Seperti : hubungan suami


istri tampak harmonis, kelihatan rasa kasih sayang antar anggota keluarga, tampak
tutur kata sikap hormat dan kesopanan antar anggota keluarga harus selalu terjaga
setiap saat sehingga akan menambah kenyamanan dalam berumah tangga. Kondisi
rumah tangga yang tentram akan dapat mencerminkan rasa aman, seperti bangunan
rumah memenuhi sehat jasmani dan rohani, tersedianya kamar tidur, dapur, ruang
tamu, dan kebersihan rumah yang tetap terjaga. Memiliki pekerjaan yang halal atau
keluarga mempunyai mata pencaharian yang tetap mampu mebuat kondisi ekonomi
dalam keluarga baik. Hubungan dengan tetangga baik, suka silaturahmi baik dalam
suka maupun duka dan tidak sombong sangat diperlukan dalam sekitaran rumah kita.
Kriteria keluarga harmonis yang harus kita terapkan dalam berkeluarga. Upaya
mendapatkan keluarga harmonis yang kita terap kan dalam rumah tangga yaitu: saling
mengenal dan memahami, kedua pasangan saling tolong menolong dan memahami
satu sama lain, saling menghormati antar pasangan, selalu menyenangkan pasangan,
mengatasi persoalan secara bersama, untuk selalu berterus terang, siakpa toleransi,
dan sikap peduli antar pasangan.
3. A.Hubungan seks dalam ikatan perkawinan atau pernikahan memang sebagai suami,
selayaknya memerankan diri sebagai ”sex partner” yang setia bagi isterinya, yang
membatasi dirinya dalam memuaskan nafsu birahinya, sehingga suami yang bijaksana
mengerti apa artinya cinta itu, yaitu bukan saja minta dicintai melainkan juga mampu
mencintai yang sangat dibutuhkan sang isteri. Demikian pula sebaliknya, isteri pun
selayaknya juga memerankan diri sebagai ”sex partner” bagi suaminya atas dasar
cinta. Jadi, jelas bahwa suami dan isteri selayaknya saling men¬cintai, sesuai dengan
rumus cinta yakni ”memberi dan menerima” (give and receive), dan bukannya
”memberi dan meminta” (give and take). Suami harus ”memberi” kepada isterinya,
tetapi juga ”menerima” dari isterinya tanpa memintanya. Demikian pula isteri harus
”memberi ” kepada suaminya, tetapi juga ”menerima” dari suaminya tanpa
memintanya.

B. Kawin-Cerai, Kawin Kontrak, dan Seks tanpa Perkawinan yang saat ini sudah
dianggap menjadi hal biasa di beberapa daerah dan masyarakat karena Kawin kontrak
dilaksanakan tanpa memenuhi rukun dan syarat perkawinan. Akibat hukum kawin
kontrak terhadap wanita adalah tidak dianggap sebagai sebagai istri sah, tidak berhak
atas nafkah dan warisan dari suami jika meninggal dunia, tidak berhak atas harta gono
gini jika terjadi perpisahan, karena secara hukum perkawinan, perkawinan kontrak
tersebut dianggap tidak pernah terjadi maka dari itu masyarat lebih memilih kawin
kontrak untuk menyalurkan hasrat seks mereka tanpa memikirkan masa depan sang
anak atau harta gono-gini.

4. Jika sebelumnya semuanya dilakukan sendiri, setelah menikah, kamu menjadi bagian
dari kehidupan orang lain, baik secara hukum, sosial, dan agama.

Persatuan ini kemudian akan menimbulkan sejumlah tantangan, terutama jika terdapat
perbedaan pandangan dan pilihan, misalnya perbedaan keyakinan dan agama, cara
mengurus keuangan, atau pola asuh anak. Ini adalah masa awal pernikahan tetapi ini
bukan masalah jika di hadapi dengan benar, proses penyatuan dua pribadi dalam satu
ikatan rumah tangga memang tak selalu mudah. Usahakan untuk selalu terbuka dan
bisa berkompromi. Ingat, sekarang semuanya bukan hanya tentang kamu sendiri, tapi
juga pasanganmu,Jangan terlalu keras kepala. Ciptakan pondasi yang kuat untuk
kenyamanan pernikahan di masa datang. Usahakan untuk tetap terbuka, utarakan
perasaan kamu dengan nada yang ramah. Jangan memulai percakapan dengan nada
emosi atau pikiran yang membatu.

5. A. Penting karena setiap pernikahan mempertemukan dua manusia yang berbeda latar
belakang, sifat dan karakter jadi dengan komunikasi situasi bisa dikendalikan, dana pa
bila komunikasi ini tidak berjalan dengan baik akan menjadikan banyak miss
komunikasi.

B. Untuk menyelesaikannya maka dibutuhkan momen tertentu di mana keluarga bisa


berkumpul bersama dan mengkomunikasikan setiap perbedaan pendapat yang ada
seperti :
Faktor emosi seringkali tidak akan menyelesaikan sebuah perbedaan pendapat dalam
keluarga. Mudah terpancing emosi akan membuat perbedaan pendapat mengarah pada
perselisihan.
Sikap sabar merupakan hal yang penting dalam menghadapi perbedaan pendapat.
Dengan kesabaran, setiap anggota keluarga yang berbeda pendapat bisa lebih
mengendalikan diri dan lebih tenang dalam menanggapi setiap pendapat yang
disampaikan atau dalam menyampaikan pendapat sendiri.
Perbedaan pendapat tidak akan bisa diselesaikan apabila masing-masing pihak tidak
mau saling mendengarkan dan menghargai pemikiran lainnya.
Hal-hal terssebut akan mempermudah keluarga dalam menghadapi dan mengatasi
setiap perbedaan pendapat yang terjadi agar tidak menjadi masalah besar.

Anda mungkin juga menyukai