Anda di halaman 1dari 7

Pentingnya Peran Masyarakat Terhadap Pengawasan Industri Media Massa

Tidak dapat dipungkiri bahwa media dan masyarakat adalah suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dalam keseharianya tidak dapat lepas dari
berbagai macam bentuk media itu sendiri terutama dalam era digital saat ini. Media
massa berperan penting terhadap komunikasi di masyarakat. Media dan masyarakat
juga berada dalam hubungan yang bekesinambungan, media membutuhkan
masyarakat sebagai sumber berita dan masyarakat membutuhkan media sebagai
refrensinya.

Semakin majunya teknologi dan inovasi dalam media massa, semakin sering
pula terjadi kesewenang-wenangan. Persaingan yang ketat antar perusahaan media
saat ini berpacu dengan waktu membuat kualitas informasi menurun. Media massa
yang diharapkan menciptakan siaran yang mengedukasi, menghibur dan menjadi
sumber informasi bagi masyarakat nyatanya masih jauh dari itu. Masih sering terjadi
pelanggaran dari berbagai siaran yang tayang di Indonesia, untuk itu masyarakat
sebagai konsumen sekaligus bagian dari media massa itu sendiri harus terlibat aktif
dalam mengawasi jalannya industri media masa ini.

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menyebutkan;


Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional,
terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun
masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan
industri penyiaran Indonesia.

Sedangkan pada Bab IV Pasal 52 Undang-Undang Penyiaran mengatur


tentang peran serta masyarakat yaitu: 1). Setiap warga negara Indonesia memiliki
hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam berperan serta mengembangkan
penyelenggaraan penyiaran nasional. 2). Organisasi nirlaba, lembaga swadaya
masyarakat, perguruan tinggi, dan kalangan pendidikan, dapat mengembangkan
kegiatan literasi dan/ atau pemantauan Lembaga Penyiaran. 3). Masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mengajukan keberatan terhadap
program dan/atau isi siaran yang merugikan.
Jangkauan media massa yang luas selain menjadi perhatian masyarakat
dalam mendapatkan hiburan juga dapat menyediakan lingkungan budaya yang
sehat bagi masyarakat. Untuk itu pengawasan masyarakat pada media harus terus
ditingkatkan. Masyarakat tidak boleh abai terhadap pelanggaran media, hoax dan
lain-lain. Karena tanpa pengawasan, media akan melewati batas dan melenceng
dari ekspektasi masyarakat. Kritisi dari masyarakat juga diperlukan karena tanpa di
kritisi media massa akan selalu menganggap dirinya benar.

Teori Norma Budaya (Cultural Norms Theory) dari Melvin DeFleur,


menjelaskan bahwa media massa berpotensi untuk menanamkan nilai-nilai tertentu,
yang tanpa disadari oleh konsumennya (public) sehingga lambat laun nilai tersebut
akan menjadi budaya yang diterima umum oleh masyarakat. Ini tentu sangat baik
apabila isi tayangan yang ada seluruhnya adalah budaya kebaikan, namun
sayangnya di Indonesia masih di dominasi tayangan yang kurang mendidik.

Selain peran masyarakat dalam pengawasan masyarakat juga memiliki peran


dalam membentuk kualitas tayangan itu sendiri. Dalam implementasinya masyarakat
jangan mudah terpancing hoax, clickbait, dan konten-konten sensasi karena hal ini
pula lah yang membuat media massa justru makin gencar memproduksi produk
seperti itu karena animo masyarakat. Jadi, masyarakat perlu berpartisipasi dalam
menjadi konsumen media yang cerdas dan kritis. Apabila masyarakat menjadi
konsumen yang cerdas dan kritis sudah pasti media yang tidak profesional akan
kehilangan konsumennya dan media profesional akan terus naik dan menjadi
kepercayaan masyarakat. Jika hal ini terjadi mau tidak mau media massa kembali
memproduksi tayangan yang akan dicintai khalayak.

Literasi media juga sangat penting bagi khalayak dalam menambah


pengetahuan tentang media. Program literasi media juga bertujuan untuk
memberikan masyarakat pendidikan media agar masyarakat dapat memilah dan
memilih siaran yang sehat. Dengan begitu masyarakat yang telah mendapatkan
pendidikan literasi media dapat langsung turut andil untuk memantau siaran-siaran
apabila ada perusahaan media yang melakukan pelanggaran dan dapat
melaporaknya ke lembaga berwenang KPID.

Kondisi media massa saat ini masih banyak disetir dengan berbagai tujuan
kepentingan politik, bisnis dan lainnya untuk keuntungan pribadi tanpa
memperdulikan fungsi media itu sendiri. Selama periode tahun 2020 KPI sudah
memberikan sanksi kepada 93 program siaran yang dianggap sudah melanggar
ketentuan yang berlaku. Sebelum menentukan program yang melanggar, KPI sudah
menemukan 920 potensi pelanggaran selama 2020. Ratusan temuan pelanggaran
ini berasal dari 306 program siaran yang ditayangkan di Indonesia. Program siaran
tersebut diantaranya program jurnalistik, pogram iklan, program talkshow, program
varety show dan lainnya. Dan juga jenis pelanggaran yang dilakukan televisi dan
radio yang kebanyakan mengenai pelanggaran perlindungan anak dan remaja,
pelanggaran pengkategorian program siaran serta pelanggaran hak privasi.
Sementara pada tahun 2019 sendiri tercatat 81 program siaran yang mendapatkan
sanksi, menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada tahun selanjutnya.

Walaupun masih banyak juga program-program berkualitas yang dapat


disaksikan namun jumlah temuan indikasi pelanggaran tersebut bukanlah jumlah
yang sedikit untuk dapat diabaikan. Mengingat peraturan yang ada bukan baru saja
di buat. Peraturan yang ada sudah sangat jelas serta sudah banyaknya pemberian
sanksi bagi pelanggar namun sepertinya belum mampu mengurangi kasus
pelanggaran media massa ini Hal tersebut menandakan produksi tayangan media
massa di Indonesia masih abai pada peraturan yang ada sehingga terjadinya
pelanggaran-pelanggaran tersebut.

Pemberian sanksi pada program siaran oleh Komisi Penyiaran Indonesia


(KPI) tersebut tidak bisa dipungkiri merupakan campur tangan masyarakat Indonesia
sendiri yang geram dengan berbagai macam bentuk pelanggaran media.
Disampaikan oleh Komisioner KPI bahwa sepanjang Januari hingga November
2019, KPI telah menerima 4.166 aduan dari masyarakat.

Hal tersebut membuktikan bagaimana masyarakat sudah mulai berperan


serta dalam pengawasan industri media massa. Masyarakat sebagai mutualism
media tentu juga memiliki kuasa tersebut. Terlebih di era digital dan sosial media
seperti ini masyarakat mudah berbagi informasi dan juga mendapatkan informasi.
Melalui media sosial juga masyarakat dapat menyebarkan dan bertukar
pendapatnya. Banyak terjadi kegiatan pengawasan masyarakat pada industri media
massa yang menyedot perhatian publik melalui sosial media.
Contohnya yang terbaru dan menjadi perbincangan masyarakat yaitu protes
dan penolakan masyarakat terhadap kembalinya Saipul Jamil ke dunia entertaiment
setelah ia bebas dari jeruji besi dengan kasus pencabulan anak laki-laki dibawah
umur. Masyarakat mengecam perlakuan media-media yang malah menyambut
‘predator’ anak seperti baru saja mendapat prestasi. Masyarakat bahkan memboikot
program acara yang masih menayangkan Saipul Jamil sebagai bintang tamunya.
Bahkan hanya dalam beberapa hari petisi pemboikotan Saipul Jamil yang dibuat
oleh akun Lets Talk and enjoy di change.org telah ditandatangani oleh 500.000
orang dan merupakan salah satu petisi paling banyak ditandatangani di Indonesia.
Petisi tersebut ditujukan kepada KPI agar menindak tegas dan melarang stasiun
televisi menggundang Saipul Jamil. Menanggapi keresahan masyarakat tersebut
kemudian KPI bertindak tegas mengeluarkan keputusan untuk menyurati 18 stasiun
televisi untuk melarang Saipul Jamil tampil di program TV manapun.

Pengawasan masyarakat terhadap industri media massa baik secara ter-


organisir dalam kelompok maupun yang terbentuk berdasarkan peendapat yang
sejalan merupakan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Semakin banyak
masyarakat yang turut serta mengambil peran untuk mengawasi jalannya industri
media menandakan bahwa masyarakat terus bergerak kearah yang lebih baik dalam
mencipatakan industri media yang sehat. Media massa yang sehat dan profesional
tentu merupakan cita-cita kita semua.
Daftar Pustaka

Thadi, R. (2016). Penguatan Peran Masyarakat dalam Pengawasan Isi Siaran melalui Fmpms. Jurnal
Ilmiah Syi'ar, 16(2), 21-32.

Ira. (2019). KPI Keluarkan 81 Sanksi di tahun 2019. Diakses pada (28 Oktober 2021).
http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/35479-kpi-keluarkan-81-sanksi-di-tahun-
2019?detail5=5890

Nashrullah, N. (2021). KPI Sanksi 93 Program Siaran Selama Periode 2020. Diakses pada (28
Oktober 2021). https://www.republika.co.id/berita/qyzl7s320/kpi-sanksi-93-program-siaran-selama-
periode-2020
Nama : Natasya Pertiwi

Asal Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Asal PT : Universitas Lampung

Domisili : Bandar Lampung

E-mail : Natasyap712@gmail.com

Saya adalah sulung dari 3 bersaudara, saya mempunyai 2 adik laki-laki. Lahir di
Bandar Lampung 26 April 2000. Usia saya saat ini 21 tahun. Riwayat pendidikan,
saya lulus SD AL-AZHAR 2 tahun 2012, SMP AL-AZHAR 3 tahun 2015 kemudian
saya lulus dari SMKN 4 Bandar Lampung dengan Mengambil Jurusan Adm.
Perkantoran Tahun 2018 dan Masuk Universitas Lampung di tahun yang sama
melalui jalur SBMPTN.

Saya pernah mengikuti program Kampus Merdeka angkatan Printis tahun 2020 dan
ditempatkan untuk mengajar di SDN 2 Sidosari Lampung selatan selama 2,5 bulan.
Saya mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan atau
disingakat HIMAJIP. Saya sangat menyukai olahraga terutama taekwondo. Saya
suka menyanyi dan menari tarian modern.

Saya adalah fans dari boygroup BTS sejak SMP, mereka adalah penyemangat saya
dengan lagu-lagu dan penampilan mereka. Melalui mereka saya bisa mempunyai
banyak teman di seluruh dunia. Memberikan pesan positif yang sangat relate
dengan permasalahan yang dimiliki remaja yang baru memasuki usia dewasa
seperti saya. Saya juga berharap dapat bertemu dengan mereka dan datang ke
konser mereka secepatnya setelah pandemi berakhir.

Motivasi saya mengikuti KMMI ini adalah menambah Ilmu dan mencari pengalaman
baru di semester akhir saya ini sebelum saya fokus untuk menggarap skripsi. Selain
itu saya ingin mengikuti course Digital Journalism ini karena, menjadi jurnalis adalah
salah satu cita-cita saya. Dunia jurnalistik sangat menarik dimata saya, saat
mengetahui program ini saya sangat bersemangat dan beberapa kali mendaftar
course yang berhubungan dengan jurnalistik. Beberapa kali tertolak Alhamdulillah
saya dapat masuk di course UMC ini.

Anda mungkin juga menyukai