Anda di halaman 1dari 13

PEMETAAN REALISASI PEREMAJAAN PERKEBUNAN SAWIT

BERBASIS WEB DI PASAMAN BARAT

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD YUSUF

2018510011

DOSEN PENGAJAR:
FAJRIN, M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
penilis bisa menyelesaikan proposal penelitian ini, penulis berharap semoga proposal ini
ini bisa menjadi ladasan untuk pembangunan sarana dan prasarana kedepan nya

Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya proposal selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya untuk peningkatan produksi kelapa sawit dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain memperluas wilayah perkebunan, pemilihan bibit unggul, pemberian
pupuk yang teratur, memberantas hama tanaman, dan perbaikan sistem pengelolaan
kebun atau perkebunan dan sebagainya. Salah satu untuk meningkatkan hasil produksi
dengan menggunakan bahan kimia dengan dosis rendah seperti pemupukan, sangat
diperlukan dalam di kegiatan perkebunan atau perkebunan untuk melengkapi atau
mengganti unsur hara di dalam tanah untuk memenuhi kebutuan tanaman (Umeda et.al,
1999).

Replanting adalah salah satu upaya untuk mempertahankan produksi kelapa sawit di
Indonesia. Berdasarkan data Statistik Dirjen Perkebunan (2017) tercatat luas perkebunan
Tanaman Tidak Menghasilkan/ Tanaman Rusak (TTM/TR) mencapai 206.501 ha.
Sebagian besar kelapa sawit tidak menghasilkan tersebut berbentuk perkebunan rakyat.
Beberapa permasalahan yang mendasari perlu dilakukannya replanting perkebunan
rakyat antara lain umur tanaman sudah tua > 25 tahun, produktivitas rendah yakni <10
ton TBS/ha/th, bahan tanaman tidak unggul (illegitim), kesulitan panen karena tinggi
tanaman >12 meter dankerapatan tanaman rendah yakni <80 phn/ha (PPKS, 2016).

Peremajaan ini biasa dilakukan tiap tahunnya, Kepala Dinas Tanaman Pangan
Hortikultura dan Perkebunan Sumbar Syafrizal menyampaikan bahwa di tahun 2020 lalu
dinasnya menargetkan 10.600 hektar kebun sawit yang perlu dilakukan replanting,
sampai Oktober tahun 2020 lalu replanting tersebut baru dapat terealisasi mencapai
kisaran 14% dari target. Pemerintah menargetkan replanting kelapa sawit di daerah
Pasaman Barat seluas 4.000 hektar, namun sampai akhir Oktober 2020 tidak satupun
tanaman sawit yang telah di replanting dari target yang telah ditetapkan.

Menurut Prahasta (2007), WebGIS adalah aplikasi GIS atau pemetaan digital yang
memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi
mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan, mengkomunikasikan dan
menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta dijital serta menjalankan fungsi–fungsi
analisis dan query yang terkait dengan GIS melalui jaringan internet. Sedangkan menurut
Setiawan dan Rabbasa, penggunaan data spasial dirasakan semakin diperlukan untuk
berbagai keperluan seperti penelitian, pengembangan dan perencanaan wilayah, serta
manajemen sumber daya alam.

Pemanfaatan perkembangan teknologi dan informasi merupakan pilihan tepat untuk


memberikan informasi yang akurat dan tepat. Berdasarkan beberapa permasalahan di
atas, salah satu pilihan yang dapat diaplikasikan dengan pemanfaatan sistem informasi
berbasis komputer, salah satunya adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis
Web. Sistem Informasi Geografis mampu memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan mengenai pemetaan realisasi peremajaan kelapa sawit sehingga
mempermudah dalam memonitoring informasi – informasi yang dibutuhkan untuk
melakukan proses realisasi peremajaan sawit Khususnya di kabupaten Pasaman Barat
karena perkembangannya dapat diakses melalui jaringan internet.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah uraikan sebelumnya, masalah yang di temukan
dalam penelitian ini adalah bagaimana cara mempermudah melihat daerah yang telah
dilakukan replanting atau peremajaan kelapa sawit.

1.3 Batasan Masalah


Adapun yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Lokasi penelitian terdapat di Kabupaten Pasaman Barat.
2. Menampilkan daerah yang sudah dan yang akan dilakukan replanting di
Kabupaten Pasaman Barat menggunakan WebGIS
3. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa Citra dan hasil research atau
penelitian langsung ke lapangan.
1.4 Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah menampilkan daerah yang sudah
dan yang akan dilakukan replanting di Kabupaten Pasaman Barat menggunakan
WebGIS.

1.5 Manfaat

Hasil penelitian berupa peta berbasis web yang dapat di akses secara online melalui
website ini, di harapakan dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan monitoring
wilayah baik yang telah terdaftar ataupun belum, atau wilayah yang sudah atau belum
dilakukan replanting. Selain itu , data yang di tawarkan dalam WebGis ini juga berupa
data atribut masing masing perkebunan baik itu nama, lokasi dan sebagainya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah
sebuah sistem yang didesain untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa,
mengatur dan menampilkan seluruh jenis data geografis (Turban, 2005). SIG tidak lepas
dari data spasial, yang merupakan sebuah data yang mengacu pada posisi, obyek dan
hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari
informasi di mana di dalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk permupkaan
bumi. Terdapat 5 komponen utama SIG menurut John E. Harmon dan Stevej J. Anderson
(2003), yaitu: 1. User atau pengguna yang menjalankan sistem. 2. Aplikasi merupakan
prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. 3. Data yang
digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. 4. Software atau perangkat
lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengelolaan dan
penayangan data spasial. 5. Hardware atau perangkat keras yang dibutuhkan untuk
menjalan sistem.

2.2 WebGIS

Menurut Prahasta (2007), WebGIS adalah aplikasi GIS atau pemetaan digital
yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi
mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan, mengkomunikasikan dan
menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta dijital serta menjalankan fungsi–fungsi
analisis dan query yang terkait dengan GIS melalui jaringan internet. Sedangkan menurut
Setiawan dan Rabbasa, penggunaan data spasial dirasakan semakin diperlukan untuk
berbagai keperluan seperti penelitian, pengembangan dan perencanaan wilayah, serta
manajemen sumber daya alam. Pengguna data spasial merasakan minimnya informasi
mengenai keberadaan dan ketersediaan data spasial yang dibutuhkan. Penyebaran
(diseminasi) data spasial yang selama ini dilakukan dengan menggunakan media yang
telah ada yang meliputi media cetak (peta), cd-rom, dan media penyimpanan lainnya
dirasakan kurang mencukupi kebutuhan pengguna. Pengguna diharuskan datang dan
melihat langsung data tersebut pada tempatnya (data provider). Hal ini mengurangi
mobilitas dan kecepatan dalam memperoleh informasi mengenai data tersebut. Karena itu
dirasakan perlu adanya WebGIS.

Arsitektur aplikasi pemetaan di web dibagi menjadi dua pendekatan sebagai berikut :

a. Pendekatan Thin Server

Pendekatan ini memfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan
analisis data dilakukan berdasarkan request di sisi server. Data hasil pemrosesan
kemudian dikirim ke client dalam format standar.

b. Pendekatan Thick Client

Pada pendekatan ini, pemrosesan data dilakukan di sisi client menggunakan


beberapa teknologi (Nuryadin, 2005)

Secara umum pengembangan dan implementasi WebGIS akan menunjang


penyebaran informasi data spatial. Sehingga orang awam pun akan dapat memiliki akses
terhadap data dan hasil analisis GIS.

2.3 Rekayasa Perangkat Lunak


Rekayasa perangkat lunak (RPL), secara umum disepakati sebagai terjemahan
dari istilah software engineering. Istilah software engineering mulai dipopulerkan pada
tahun 1968 pada software engineering confrence yang diselenggaarakan oleh NATO.
Pengertian rekayasa perangkat lunak sendiri adalah suatu disiplin ilmu yang membahas
semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal yaitu analisa kenutuhan
pengguna, menentukan spesifikasi dari kebutuhan pengguna, desain, pengkodean,
pengujian sampai pemeliharaan sistem setelah digunakan. Dari pengertian ini jelaslah
bahwa rekayasa perangkat lunak tidak hanya berhubungan dengan cara pembuatan
program komputer.
2.4 MapServer
MapServer merupakan flatform aplikasi yang menggunakan webbase dalam
penanganan data spasial (peta), Aplikasi yang berbasis webbase mempunyai beberapa
kelebihan untuk dipergunakan pada masa yang akan datang (next). Diantaranya Aplikasi
webbase dapat diakses dari mana pun di seluruh dunia, dengan hak akses diatur sesuai
dengan kebutuhan, tidak perlu software khusus untuk menggunakan aplikasi, cukup
dengan web browser, sehingga tidak diperlukan lisensi software khusus di komputer
pengakses. Memungkinkan pemutakhiran data secara online. Data dapat dimutakhirkan
oleh berbagai pihak yang berwenang dan berkompeten di manapun mereka berada.
2.5 MapInfo Pro
MapInfo Pro adalah produk perangkat lunak Geographic Information System (GIS)
yang dibuat dan diproduksi oleh Pitney Bowes Software (sebelumnya MapInfo
Corporation) dan digunakan untuk pemetaan dan analisis lokasi.
MapInfo Pro memungkinkan pengguna untuk memvisualisasikan, menganalisis,
mengedit, menafsirkan, memahami dan menghasilkan data untuk mengungkapkan
hubungan, pola, dan tren. MapInfo Pro memungkinkan pengguna untuk mengeksplorasi
data spasial dalam dataset, melambangkan fitur, dan membuat peta.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


3.1.1. Waktu penelitian

Waktu penelitian belum biasa di tentukan karena ini masih berbentuk


proposal rencana penilitian yang akan di lakukakan

3.1.2. Tempat penelitian

Tempat penelitian di rencanakan di daerah Kabupaten Pasaman Barat.

3.2. Letak Geografis Kabupaten Pasaman Barat

Kabupaten Pasaman Barat adalah salah satu kabupaten di Sumatra Barat,


Indonesia. Daerah ini dibentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan
UU No.38 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, dengan ibu kota kabupaten di
Simpang Ampek.

Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu dari 3 (tiga) Kabupaten


Pemekaran di Provinsi Sumatra Barat, berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Solok Selatan dan Pasaman Barat.
Kabupaten Pasaman Barat dengan luas wilayah 3.864,02 km², jumlah penduduk 365.129
jiwa dengan administrasi pemerintahan yang meliputi 11 (sebelas) kecamatan.

Secara geografis Kabupaten Pasaman Barat terletak di antara 00° 33’ Lintang
Utara sampai 00° 11’ Lintang Selatan dan 99° 10’ sampai 100° 04’ Bujur Timur.
Topografi Sunting Secara umum topografi daerah Kabupaten Pasaman Barat adalah datar
dan sedikit bergelombang, sedangkan daerah bukit dan bergunung hanya terdapat di
Kecamatan Talamau dan Gunung Tuleh.

Ketinggian daerah bervariasi dari 0 sampai 913 meter di atas permukaan laut.
Wilayah datar dengan kemiringan 0-3%, datar bergelombang dengan kemiringan 3-8%,
berombak dan bergelombang dengan kemiringan lereng 8%-15% serta wilayah bukit
bergunung dengan kemiringan lereng di atas 15%.
Batas Wilayah Sunting Kabupaten Pasaman Barat memiliki wilayah administrasi
dengan perbatasan sebagai berikut:

 Utara Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatra Utara


 Timur Kabupaten Pasaman
 Selatan Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Agam Provinsi Sumatra Barat
 Barat Samudera Indonesia.

3.3. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder:

3.4.1 . Data Primer

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data yang di dapat dari
melakukan penelitian langsung terjun ke lapangan dan melakukan
pencatatan data yang diperlukan serta mengumpulkan beberapa laporan
yang diperlukan untuk dapat dijadikan pedoman dalam penelitian ini.

3.4.2 Data Skunder


Data Sekunder pada penelitian ini berupa citra yang diperoleh
menggunakan SAS Planet dan batas administrasi Kabupaten Pasaman
Barat yang di dapat dari InaGeoportal.
3.4. Alat dan Bahan

3.5.1 Alat

Adapun alat yang akan di gunakan pada penelitian ini:

1. Perangkat Keras (Hardware)


a. Laptop Asus TUF fx505dt dengan processor Ryzen 5 3550H, Ram
8 GB.
b. Mouse
c. Hardisk 1TB
d. Jaringan Internet
2. Perangkat Lunak (Software)
a. Windows Home Single Language
b. Microsoft Office 2013
c. MapInfo 10.5
d. MS4W 3.0.4
e. Microsoft Edge
f. Notepad ++

3.5.2 Bahan

1. Data Field Research


2. Citra
3. Data Batas Administrasi

3.5. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei lapangan dan analisa
laboratorium pembuatan peta. Survei yang dimaksud adalah melakukan pengamatan dan
pengambilan informasi penting terkait masing masing kawasan kelapa sawit.

1. Tahap pengumpulan data atribut yang berhubungan dengan kawasan


kelapa sawit
2. Tahap analisa data
3. Tahap Persiapan Peta persebaran lahan
4. Tahap pengisian data objek terdiri dari data spasial dan data atribut
5. Perencanaan User Interface
6. Implementasi
7. Pengujian

3.6. Pengolahan Data

Adapun tahap pengoolahan data pada penelitian ini :

1. Tinjauan Lapangan ( Field Research )


Pada tahap ini penulis melakukan penelitian dengan langsung terjun ke lapangan
dan melakukan pencatatan data yang diperlukan serta mengumpulkan beberapa
laporan yang diperlukan untuk dapat dijadikan pedoman dalam penelitian ini.

2. Pemodelan Aplikasi
Identifikasi aktor menjelaskan apa saja tugas dari masing-masing aktor dan
menjelaskan tugas tersebut. Aktor yang terlibat dalam system ini adalah pengguna
atau user yang mengakses halaman webgis dan mengakses informasi berupa data
atribut dan data spasial serta menu-menu lainnya. Sedangkan admin berperan sebagai
pengelola system dan memiliki tugas menambah dan memperbaharui informasi data
atribut dan data spasial, melulai file map yang ada dalam system. Mapserver sebagai
pemberi layanan atas apa yang diminta oleh user maupun admin.
3. Skenario Use case
setiap use case harus dirinci lagi dalam bentuk skenario use case sehingga jelas
bagaimana urutan aksi aktor dan reaksi sistem. Skenario mungkin saja melibatkan
lebih dari satu aktor, namun skenario use case selalu berasal dari satu actor, berikut
table scenario use case.
4. Use Case Diagram

Dalam perancangan ini diagram use case dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
client module dan server module. Diagram use case yang ditampilkan bertujuan
untuk menjelaskan apa yang dapat user lakukan dan apa yang server dapat lakukan.

5. Activity Diagram
Activity diagram merupakan teknik untuk menggambarkan logika prosedural dan
alur kerja yang memungkinkan setiap pengguna dalam melakukan pilihan terhadap
sistem.
6. Instalasi Software Pendukung
Sebelum menjalankan sistem informasi berbasis web ini, maka perlu di install
perangkat lunak pendukung yang sesuai dengan sistem operasi yang dipakai.
MapServer For Windows (MS4W) merupakan paket instalasi MapServer pada
platform Windows. Paket installer MS4W dapat didownload secara gratis di situs
http://www.maptools.org.

7. Implementasi Program
Dalam pengimplementasian ini, penulis melakukan pengkodean terhadap class
diagram. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan bagian-bagian pengkodean dari suatu
Mapfile yang merupakan objek utama dari sistem informasi geografis untuk
pemetaan titik-titik potensi perkebunan dibidang perkebunan dan pertanian di
kebupaten pasaman barat berbasis web ini. Mapfile akan mendefenisikan objek-
objek yang akan tampil dan mapfile akan disimpan dengan ekstensi *.map.
DAFTAR PUSTAKA

Umeda M, Lida M, and Suguri M. 1999. Research at Laboratory of Farm Machinery of


Kyoto University. ASAE/CSAE-SCGR Annual International Meeting. Toronto Canada.

Pharasta, E. 2007. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView, Bandung:


Informatika.

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif


Geodesi & Geomatika. Bandung: Informatika.

Anda mungkin juga menyukai