Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PITERIASIS ROSEA

Disusun oleh :
Kelompok 5
Desi Safitri Wagola Sarlina Nundehu
Stenly Maitale Nilla Sari Lessa
Ongen Leuwol Kristi Novi Niak
Yoan E Pieter Ilfrani P Unwakoly

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2021

KATA PENGANTAR

1
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Kasih dan
Penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini
dengan tepat pada waktunya.
Adapun judul Makalah ini adalah “Pitiriasis rosea” Sebagai salah satu
tugas untuk mencapai nilai yang baik sebagai seorang mahasiswa
Keperawatan pada program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.
Selama dalam proses penyusunan makalah ini, banyak sekali kesulitan
dan hambatan yang penulis dapatkan, namun atas berkat pertolongan dan
penyertaan-Nya, juga kesungguhan dan kesabaran serta kerja keras di sertai
dukungan doa dari berbagai Pihak, segala kesulitan dapat teratasi dengan
baik pada akhirnya.

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
1.3 Tujuan ....................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi ...................................................................................................
2.2 Epidemiologi ..........................................................................................
2.3 Etiologi …………………………………………………………………
2.4 Patofisiologi dan manisfestasi klinis…………………………..
2.5 Diagnosis…………………………………………………………………….
2.6 Anamnesis………………………………………………………………..…
2.7 Pemeriksaan fisik…………………………………………………..…..
2.8 Pemeriksaan penunjang……………………………………………..
2.9 Diagnosis banding………………………………………………………..
2.10 Tatalaksana……………………………………………………..…
2.11 Prognosis………………………………………………………………

BAB III KERANGKA KONSEP


ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………………

BAB IV Penutup
Kesimpulan ..................................................................................................

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Pitiriasis rosea merupakan penyakit yang termasuk ke dalam golongan
erupsi kulit akut berupa papuloskuamosa yang dapat sembuh spontan dalam
waktu enam hingga delapan minggu. Penyakit yang pertama kali ditemukan oleh
Gilbert pada 1860 ini banyak menyerang anak dan dewasa muda.
Etiologi pasti dari penyakit ini belum banyak diketahui, namun banyak teori
yang menyebutkan bahwa pitiriosis rosea dipicu oleh adanya infeksi virus. Kini
telah ditemukan beberapa partikel virus yang diduga berpotensi menimbulkan
pitiriasis rosea, yaitu parvovirus B19, sitomegalovirus (CMV), HHV-8, HHV-1,
HHV-2. Virus-virus tersebut diduga kuat sebagai agen pemicu karena adanya
penemuan DNA virus tersebut pada pasien dengan pitiriasis rosea. 1 Selain virus,
teori lain menyebutkan bahwa infeksi jamur lebih berpotensi memicu pitiriasis
rosea. Namun, penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan untuk mengetahui
etiologi pasti dari penyakit ini.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui penyakit dari piteriasis rosea

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pitiriasis rosea merupakan suatu eksantema peradangan yang ringan,
yang belum diketahui penyebabnya. Diduga disebabkan oleh erupsi kulit
terhadap infeksi virus. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak
maupun remaja, seringkali didahului oleh gejala seperti flu. 3 Pitiriasis
rosea dapat sembuh sendiri dimulai dengan lesi inisial berbentuk
eritema dengan skuama halus. Kemudian akan tampak lesi-lesi yang
lebih kecil di badan, lengan, dan tungkai atas yang tersusun sesuai
dengan lipatan kulit. Biasanya akan sembuh dalam waktu 3-8 minggu. 2
Penyakit ini biasanya hanya memerlukan tatalaksana simtomatik, namun
gambaran lesi yang mirip juga dapat ditemukan pada penyakit lain
seperti tinea korporis, sifilis sekunder, dermatitis numularis, dan erupsi
obat alergi.

2.2 Epidemiologi
Pitiriasis rosea dapat dijumpai pada semua usia terutama 15-40
tahun, biasanya jarang pada usia kurang dari 2 tahun dan lebih dari 65
tahun. Perbandingan penderita perempuan berbanding laki-laki adalah
1,5 : 1. Secara umum di seluruh dunia, pitiriasis rosea diestimasikan
merupakan 2% dari penyakit kulit pada pasien rawat jalan. Di negara
dengan 4 musim, sering terjadi pada musim gugur dan musim semi, dan
dapat ditemukan juga pada musim panas di beberapa negara.

2.3 Etiologi
Etiologi dari pitiriasis rosea belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan gambaran klinis dan epidemiologi diduga disebabkan oleh
infeksi virus. Berdasarkan bukti ilmiah, diduga penyakit ini berhubungan
dengan reaktivasi Human Herpes Virus (HHV)-7 dan HHV 6. Penyakit ini
juga tidak menular. Selain itu, dipikirkan juga virus influenza H1N1
sebagai kemungkinan penyebab dari pitiriasis rosea namun belum ada
bukti ilmiah yang cukup.
Erupsi yang menyerupai pitiriasis rosea dapat terjadi setelah
pemberian obat, misalnya bismut, barbiturat, arsenik, metoksipromazin,
kaptopril, klonidin, interferon, metoksipromazin, ketotifen, ergotamin,
metronidazol, dan adalimumab. Walaupun beberapa erupsi obat dapat
menyerupai pitiriasis rosea, namun tidak ada bukti yang meyakinkan
bahwa pitiriasis rosea disebabkan oleh obat. Terdapat pula laporan

5
pasca vaksinasi cacar, pneumokokus, virus hepatitis B, dan virus
influenza H1N1 timbul erupsi yang menyerupai pitiriasis rosea.

2.4 Patofisiologi dan Gejala Klinis


Pitiriasis rosea sering dihubungkan dengan eksantema virus yang
didukung oleh terjadinya yang berhubungan dengan musim, dapat
terjadi dengan gejala prodormal, dan rendahnya rekurensi pada penyakit
ini. Pitiriasis rosea juga ditemukan tinggi pada individu yang memiliki
infeksi saluran pernapasan, pasien dengan imunitas yang menurun
seperti pada perempuan hamil. Beberapa data imunologi juga
mendukung adanya etiologi oleh virus. Pada lesi pitiriasis rosea
ditemukan sedikitnya jumlah sel Natural Killer (NK) dan aktivitas sel-B,
yang menandakan peningkatan kerja dari sel-T. Pada lapisan dermis
didapatkan peningkatan jumlah dari sel-T CD4 dan sel Langerhans yang
diperkirakan akibat dari adanya aktivitas presentasi dari antigen virus.
Antibodi IgM juga ditemukan pada sel keratinosit yang dapat
berhubungan dengan fase eksantema pada penyakit yang diduga terjadi
akibat virus.
Umumnya tidak terdapat gejala konstitusional. Pada sebagian kecil
pasien dapat terjadi gejala yang menyerupai flu termasuk malaise, nyeri
kepala, nausea, demam, penurunan nafsu makan maupun artralgia.
Pasien juga dapat mengeluh adanya gatal pada sekitar lesi namun
biasanya gatal yang terjadi ringan. Pada 25% kasus dapat terjadi gatal-
gatal berat.2,4-5 Penyakit dimulai dengan terbentuknya lesi pertama yang
disebut sebagai herald patch atau mother plaque. Umumnya lesi ini
berada di badan, soliter, berbentuk oval dan anular, diameternya kurang
lebih 2-5 cm. Ruam terdiri dari eritema dan skuama halus di pinggir.
Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.
Setelah 4-10 hari timbul lesi berikutnya setelah lesi pertama,
memberikan gambaran khas sama dengan lesi pertama namun lebih
kecil, susunannya mengikuti lipatan kulit di bagian trunkus atau sejajar
kosta dan ekstremitas atas (Langer’s line). Pola distribusi lesi ini
menyerupai pohon cemara terbalik (Christmas-tree). Lesi tersebut dapat
timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi dapat pada
batang tubuh, lengan atas bagian proksimal, dan tungkai atas, sehingga
menyerupai pakaian renang perempuan
zaman
dahulu.
Gambar 1. Christmas-tree
Appearance
Gambar 2. Herald Patch
T e r d a p a t b
berbentuk
eritroskuama, dapat juga berbentuk urtika, vesikel, dan papul. Pitiriasis
rosea yang berbentuk vesikel menyerupai varisela dan lebih sering
terjadi pada anak-anak. Lesi oral jarang terjadi. Dapat terjadi enantema
dengan makula dan plak hemoragik, bula pada lidah dan pipi. Lesi akan
sembuh bersamaan dengan sembuhnya lesi pada kulit. Lesi yang
terbentuk dapat meninggalkan bekas hiperpigmentasi yang hilang lebih
lama. Penyakit ini juga jarang mengalami rekurensi.

2.5 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik serta dapat dibantu juga melalui pemeriksaan penunjang untuk
menyingkirkan diagnosis banding.

2.6 Anamnesis
Pasien dapat datang dengan keluhan lesi kemerahan yang awalnya
satu kemudian diikuti dengan lesi yang lebih kecil yang menyerupai
pohon cemara. Perjalanan klasiknya lesi tunggal awalnya muncul di
batang tubuh lalu beberapa hari hingga beberapa minggu kemudian
muncul lesi-lesi lebih kecil pada batang tubuh. Terkadang, lesi ini terasa
gatal ringan. Pada 25% kasus dari total kasus, gatal berat dapat timbul.
Gatal derajat ringan-sedang pada 50% kasus dan 25% sisanya tidak ada
gatal. Biasanya lesi ini tidak sakit atau gatal dan akan swasirna dalam
waktu 2 bulan. Tempat predileksi yang sering adalah pada batang tubuh,
lengan atas bagian proksimal dan tungkai atas sehingga menyerupai
pakaian renang perempuan zaman dahulu.
Gejala menyerupai flu seperti malaise, nyeri kepala, mual, hilang nafsu
makan, demam dan nyeri sendi dapat muncul pada sebagian kecil kasus.

2.7 Pemeriksaan Fisik


Penyakit ini dimulai dengan lesi pertama berupa bercak induk
(mother patch/herald patch) pada 50-90% kasus, soliter, batas tegas,
berbentuk oval atau anular/bulat, berwarna salmon/eritematosa atau
hiperpigmentasi (terutama pada pasien dengan kulit gelap), diameternya
sekitar 2-4 cm, berukuran numuler, dengan skuama halus di bagian
dalam tepi perifer plak, dengan tepi lebih merah. Biasanya lesi primer ini
terletak di bagian badan yang tertutup baju, tetapi kadang di leher atau
ekstremitas proksimal. Jarang di wajah atau penis. Lesi terdiri atas
eritema dan skuama halus diatasnya. Lamanya beberapa hari sampai
dengan beberapa minggu.
Lesi berikutnya (sekunder) timbul bervariasi antara 2 hari sampai 2
bulan (terkadang 4-10 hari) setelah lesi awal, tetapi umumnya dalam 2
minggu setelah plak primer dengan gambaran serupa dengan lesi
pertama namun lebih kecil dan susunannya sejajar dengan tulang iga
atau garis lipatan kulit sehingga menyerupai pohon cemara. Erupsi
simeteris terutama pada badan, leher, dan ekstremitas proksimal. Ada 2
tipe utama lesi sekunder yaitu:
1. Plak kecil menyerupai plak primer tetapi berukuran lebih kecil, sejajar
dengan aksis panjang lipatan kulit (lines of cleavage) dengan distribusi
seperti pola pohon cemara, dan
2. Papul kecil kemerahan, biasanya tanpa skuama, yang bertambah
jumlah secara bertahap dan menyebar ke perifer
Kedua tipe lesi ini dapat terjadi bersamaan. Morfologi lesi sekunder
dapat tidak khas, dapat berupa makula tanpa skuama, papul folikuler,
plak menyerupai psoriasis, maupun plak tidak khas. Daerah palmar dan
plantar dapat terkena dengan gambaran klinis menyerupai erupsi
eksematosa.
Pitiriasis rosea tipe vesikuler jarang dijumpai, biasanya pada anak dan
dewasa muda. Dapat pula dijumpai varian pitiriasis rosea bentuk
urtikaria, pustular, purpuric, atau menyerupai eritema multiformis. 7
Berikut ini merupakan gambar-gambar yang menunjukkan lesi dari
pitiriasis rosea yang dapat muncul pada penderitanya.

Gambar 3 dan 4. Pitiriasis rosea


Sumber: Wood GS, Reizner GT. Chapter 9: Other papulosquamous disorders. In:
Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer JV. Dermatology 3rd Ed. New York: Elsevier;
2012. Pg. 165-7

Lalu,
di

bawah ini juga terdalalu, dibawah ini


juga terdapat beberapa gambar mengenai distribusi dari lesi sekunder
pada pitiriasis rosea.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis KOH dilakukan untuk menyingkirkan
diagnosis banding seperti tinea korporis bila diperlukan. Pemeriksaan
laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin biasanya memberikan
hasil yang normal dan hal ini tidak direkomendasikan. Namun, hasil
seperti leukositosis, neutrofilia, basofilia, limfositosis, dan sedikit
peningkatan LED dan kadar total protein, a-1 dan a-2 globulin dan
albumin pernah dilaporkan. Pemeriksaan biopsy juga dapat dilakukan
apabila ditemukan lesi yang tidak khas untuk pitiriasis rosea dalam
penegakkan diagnosisnya.

2.9 Tatalaksana
Pitiriasis rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-
limiting) sehingga tatalaksana yang diberikan berupa tatalaksana suportif.
Tujuan dari terapi adalah untuk mengontrol gejala pruritus yang menyebabkan
pasien menggaruk lesi dan mencegah timbulnya komplikasi. Garukan tersebut
berpotensi menyebabkan terjadinya infeksi sekunder atau timbul lesi sekunder.
Gejala pruritus berat dapat ditemukan pada 25% pasien.
Terdapat eduksi dan tatalaksana suportif menurunkan kemungkinan
terjadinya pruritus. Edukasi yang penting adalah anjuran untuk menghindari
lesi terpapar bahan yang berpotensi mengiritasi kulit, seperti zat pembersih.
Selain itu, dokter dapat memberikan terapi farmakologis berupa bedak asam
salisilat dengan mentol 0.5 – 1% dan lotion kalamin topikal. Pada pitiriasis
rosea dengan manifestasi klinis yang luas, dapat diberikan terapi sinar. Namun
hal ini memiliki kemungkinan timbulnya hiperpigmentasi pascainflamasi pada
lesi.
Pasien dengan pitiriasis roscea juga tidak perlu diisolasi. Tidak ada bukti
cukup yang mendukung bahwa pasien dengan pitiriasis rosea harus diisolasi.

2.10 Prognosis
Prognosis pitiriasis rosea adalah baik. Pitiriasis rosea merupakan penyakit
yang bersifat self-limiting sehingga dapat sembuh spontan tanpa sekuele, tanpa
pemberian obat apapun dalam waktu tiga hingga delapan minggu. Lesi pada
pitiriasis rosea memiliki kemungkinan untuk menjadi hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi pascainflamasi tanpa timbulnya jaringan parut. Penyakit ini
memiliki kemungkinan terjadinya rekurensi, namun sangat kecil, yaitu hanya
2%.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata
a. Identitas pasien

Nama                           : Tn.B     
Tempat,ygl lahir          :
Jenis kelamin               : Laki-laki
Umur                           : 20 tahun
Alamat                                    :
Agama                         : Islam
Suku                            : Jawa
Pendidikan                  : SMA
No.CM                        : 422211

b. Identitas penanggung jawab

Nama                           : Tn. C
Tempat tgl lahir           :
Jenis kelamin               : 47 tahun
Umur                           : Laki-laki
Alamat                                    :
Agama                         : Islam
Suku                            : Jawa
Pendidikan                  : SMA
Hub dengan klien          : Ayah kandung

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

Gatal-gatal pada bagian leher dan tubuh

10
b. Riwayat Penyakit Sekarang

Peradangan kult pada bagian leher,tubuh dan bagian proksimal dengan


lesi oval, bersisik, erupsi kulit disertai malaise, timbul bercak multiple
berwarna merah muda dan demam selama 4-8 minggu

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Setahun yang lalu pernah mengalami penyakit kulit atau sering gatal-
gatal yaitu infeksi jamur pada kulit yanh dinamakan kurap

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular maupun


penyakit keturunan

f. Riwayat Penyakit Lingkunga

Klien tidak tinggal pada lingkungan yang edemik terhadap suatu


penyakit apapun

3. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)


a. Persepsi Terhadap Kesehatan

Menurut klien kesehatan adalah sangat penting dan berharga. Jika ada
anggota keluarga yang sakit, yang pertama dilakukan adalah membeli
obat diwarung, Jika belum sembuh juga diantar kedokter atau RS
terdekat

b. Pola Aktivitas dan Latihan

Sesuai dengan derajat kemampuan klien beraktifitas mulai dari


mandiri sampai merapikan dibantu perawat

c. Pola Istirahat dan Tidur

Klien susah tidur,tidak nyenyak karena merasa gatal pada bagian leher
dan tubuh
d. Pola Nutrisi Metabolik

Intake makanan : Penderita mau makan, namun dalam porsi sedikit


karena sakit tenggorokan

Intake cairan : Penderita mau minum, pasien minum air putih 4-5
gelas sehari

e. Pola Eliminasi

BAK klien lancar dan normal dan tidak terdapat gangguan.BAB klien
mengalami kesulitan BAB dan keras

f. Pola Kognitif Perseptual

Status mental sadar, bigara normal dan jelas dalam berbicara maupun
mendengar

g. Pola Konsep Diri

Harga diri : Klien mengetahui dirinya sakit  dank lien terkadang


merasa malu dengan kondisinya

Gambaran Diri : Bahwa penyakitnya adalah cobaan dari tuhan

Identitas Diri :Dapat menyebutkan identitas dirinya dengan benar    

Ideal Diri : Ingin segera sembuh sehingga dapat beraktivitas seperti


Semula

Peran Diri : Klien sepenuhnya sudah berusaha melakukan peran diri

h. Pola Koping

Masalah utama yang dihadapi klien sejak klien masuk RS dan


bagaimana klien dan keluarga mengatasi permasalahan tersebut

i. Pola Seksual Reproduksi

Klien belum menikah


j. Pola Peran Hubungan

Klien masih sekolah, selam sakit aktivitas belajar klien menjadi


terganggu

k. Pola Nilai dan Kepercayaan

Kepercayan atau agama yang dianut oleh klien dan masalah


tentang larangan dalam agaman

4. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)


a. Keadan Umum : Tubuh terlihat lemah, lemas dan tidak berdaya
b. Tanda-tanda Vital

TD = Sistolig >100 mmHg dan Diastolig >60 mmHg


R = >20 x/menit
T = 37,7 c
N = >100 x/menit

c. Status gizi : Kurang

BB =52
TB =158 cm

d. Pemeriksaan Heat To Toe

Kulit, Rambut, Kuku

5. Terapi Pengobatan Dan Obat-Obat Yang Diberikan

Dengan : - Terapi Causal : Diberi antihistamin untuk menngurangi gatal


             : - Terapi Lokal : Diberi bedak yang mengandung keratolik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Data Fokus

1. Kulit kemerahan
2. Rasa tidak nyaman berubah menjadi nyeri
3. Gangguan pola tidur
4. Demam dengan sunu >37,7 C
5. TD Sistolc >100 mmHg dan Diastolic >60 mmHg
6. R > 20 x/menit
7. Nadi >100 x/menit
8. Luka bekas garukan tampak kulit kemerahan
9. Aktivitas sehari-hari menurun atau fisik melemah
10. Sakit tenggorokan
11. Terlihat gelisah
12. Meminta informasi
13. Sering bertanya

2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

N Data Fokus Problem Etiologi


O
1 Do : Nyeri akut Agen cedera fisik

 Rasa tidak nyaman  


berubah menjadi
nyeri
 Gangguan pola tidur
klien terganggu

2 Do : Hipertermi Proses penyakit

 Demam dan suhu


>37,7 C atau lebih
tinggi

3 Do : Kurang volume cairan Kehilangan volume


cairan secara efektif
 Turgor kulit jelek
 Mukosa mulut
kering
 Merasa sering haus

4 Do : Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
nutrisi kurang dari pemasukan atau
 Klien sakit kebutuhan tubuh mencerna makanan
tenggorokan karena faktoR
 Nafsu makan hilang fisiologis

5 Do : Resiko infeksi Ketidakadekuatan


system kekebalan
tubuh
 Luka bekas garukan
tampak kulit
kemerahan

6 Do : Cemas Perubahan   status


kesehatan
 Nadi >100 x/menit
 Klien terlihat
gelisah

7 Do : Kurang pengetahuan Keterbatasan


kognitif
 Meminta informasi
 Sering bertanya-
tanya

3. Diagnosa  Keperawatan dari Prioritas Masalah

1.      Nyeri akut b/d agen cedera fisik


2.      Hipertermi b/d proses penyakit
3.      Kurang volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara efektif
4.      Ketidakseimbangan nutria kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan karena faktor
fisiologis
5.      Pesiko infeksi b/d tidak adekuatnya system pertahanan tubuh
6.      Cemas b/d perubahan status kesehatan
7.      Kurang pengetahuan b/d keterbatasan kognitif

C. PERENCANAAN

TG N NOC NIC
L O Tujuan Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kaji secara konfrehensif
selama…..X24 jam didapatkan hasil tentang nyeri melipuuti
dengan criteria hasil. lokasi dan karakteristik
Pain control (1605) Observasi isyarat-isyarat
Mengenali faktor penyakit (160501) non verbal dari
Menggunakan metode pencegahan ketidaknyamanan,
(160503) khususnya dalam
Menggunakan metode pencegahan non ketidakmampuan untuk
analgetik untuk mengurangi nyeri komunikasi secara efektif
(160504) Gunakan komunikasi
Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan terapeutik agar pasien
(160505) dapat mengekpresikan
Mengenali gejala-gejala  nyeri (160509) nyeri
keterangan : Berikan dukungan kepada 
1 = sangat dianjurkan/dilakukan pasien dan keluarga
2 = banyak dianjurkan/dilakukan Berikan informasi tentang
3 = cukup dianjurkan/dilakukan nyeri seperti penyebab
4 = sedikit dianjurkan atau dilakukan berapa lama terjadi dan
5 = tidak dilakukan tindakan pencegahan
Kolaborasi dengan dokter
2 Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment (3740)
selam…..X24 jam didapat dengan
criteria hasil.  Monitor suhu
Thermoregulation (0800) sesering mungkin
 Monotor warna
 Suhu tubuh dalam rentang dan  suhu kulit
normal (080001)  Monitor tekanan
 Tidak  ada pusing (080003) darah,   nadi dan
 Tidak ada perubahan warna kulit respirasi
(080007)  Berikan anti
 Nadi dalam rentang normal piretik
(080012)   Berikan
 RR dalam rentang normal pengobatan untuk
(080013) mengobati
penyebab demam
 Selimuti pasien
 Berikan
Keterangan : pengobatan untuk
mencegah
1. Menunjukkan sangat tinggi terjadinya
2. Menunjukkan tinggi menggigil
3. Menunjukkan sedang
4. Menunjukkan ringan
5. Tidak menunjukkan

3 Setelah dilakukan  tindakan keperawatan Fluid Management


selama …..X24 jam didapat dengan (4120)
criteria hasil
Fluid Balance (0601)
 Monitor berat
 Keseimbangan intake dan output badan perhari
24 jam (060107)  Pertahankan
 Berat badan stabil (060109) intake dan output
 Tidak ada asites (060110) yang adekuat
 Tidak ada edema periver  Moniitor status
(060112) hidrasi (membrane
 Tidak ada mata cekung (060113) mukosa: yang
adekkuat
 Monitor vital sign
 Monitor indikasi
Keterangan : kelebihan cairan
(edema,
1. Sangat disetujui peningkatan JVP
2. Disetujui dan asiter
3. Cukup disetujui
4. Agak disetujui
5. Tidak disetujui

4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrisi Management


selama ….. x24 jam didapat hasil (1100)
dengan criteria hasil
Nutritional Status (1004)  Kaji adanya alergi
makanan
 Pemasukan kalori (100901)  Kolaborasi dengan
 Pemasukan protein (100902) ahli gizi untuk
 Asupan lemak (100903) menentukan
 Pemasukan karbohidrat (100904) jumlah kalori dan
 Pemasukan vitamin (100905) nutrisi yang
 Mineral intake (100906) dibutuhkan
 Calcium intake (100908)  Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
Keterangan : vitamin C
 Berikan substansi
1. Banyak/luar biasa gula
2. Bnyak  Berikan informasi
3. Sedang / cukup tentang kebutuhan
4. Sedikit nyeri
5. Tidak ada Kaji kemampuan klien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Control infeksi
selama……X24 jam didapatkan dengan
criteria hasil  Observasi dan
Control Resiko (1902) laporkan tanda
gejala infeksi,
 Mengetahui resiko (190201) seperti kemerahan,
 Monitor faktor resiko lingkungan panas, nyeri,
(190202) tumor dan adanya
 Memonitor faktor resiko dari fungsiolesa
tingkah laku (190203)  Kaji temperature
 Memonitor perubahan status klien tiap 4 jam
kesehatan (190217)  Gunakan strategi
untuk mencegah
infeksi
nosokomial
  Keterangan :  Tingkatkan intake
cairan
1. Tidak pernah menunjukkan  Ajari pasien dan
2. Jarang menunjukkan keluarga tentang
3. Kadang-kadang menunjukkan tanda-tanda dan
4. Sering menunjukkan gejala infeksi dan
5. Terus menerus kalau terjadi
melaporkan
keperawat

6 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Anxiety Reduction


selama……X24 jam didapatkan dengan (5820)
criteria hasil
Contol Cemas (1402)  Gunakan
pendekatan yang
 Monitor intensitas kecemasan menenangkan
(140201)  Jelaskan semua
 Menyingkirkan tanda kecemasan prosedur dan apa
(140202) yang dirasakan
 Mencari informasi untuk selama prosedur
menurunkan cemas (140204)  Pahami perspeksi
 Menggunakan tehnik relaksasi pasien terhadap
untuk menurunkan cemas situasi stress
(140207)  Temani pasien
Koping (1302) untuk memberikan
keamanan dan
 Perubahan gaya hidup yang mengurangi takut
diperlukan (130207)  Dorong keluarga
 Menggunakan pendekatan untuk menemani
support social (130209) anak
 Menggunakan strategi koping  Identifikasi tingkat
(130212) kecemasan
 Dorong pppasien
untuk
mengungkapkan
Keterangan : perasaan,
ketakutan dan
1. Tidak pernah menunjukkan persepsi
2. Jarang menunjukkan  Berikan obat
3. Kadang-kadang menunjukan untuk mengurangi
4. Sering kali menunjukkan kecemasan
5. Tetap / terus menerus

7 Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Managemen Desease


selama……X24 jam didapatkan dengan (5602)
criteria hasil
 Mengobservasi
kesiapan klien
 Pasien dan keluarga menyatakan untuk mendengar
pemahaman tentang kondisi   Mene ntukan
pronosis (180301) tingkat
 Mendiskripsikan proses penyakit pengetahuan klien
(180302) sebelumnya
 Mendiskripsikan faktor  Menjelaskan
penyebab (180303) proses penyakit
 Mendiskripsikan efek dari transmisi dan efek
penyakit (180305) jangka panjang
 Mendiskripsikan tanda dan  Jelaskan secara
gejala (180306) rasional tentang
pengelolaan terapi
atau perawatan
yang dianjurkan
 Berikan dorongan
Keterangan : pada pasien
mengungkapkan
1. Tidak pernah dilakukan second opinion
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan  Anjurkan pada
4. Sering dilakukan pasien untuk
5. Selalu dilakukan mencegah atau
meminimalkan
efek samping dari
penyakitnya
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pitiriasis rosea merupakan suatu eksantema peradangan yang
ringan, yang belum diketahui penyebabnya. Diduga disebabkan oleh
erupsi kulit terhadap infeksi virus. Penyakit ini sering terjadi pada anak-
anak maupun remaja, seringkali didahului oleh gejala seperti flu. 3
Pitiriasis rosea dapat sembuh sendiri dimulai dengan lesi inisial
berbentuk eritema dengan skuama halus. Kemudian akan tampak lesi-
lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan tungkai atas yang tersusun
sesuai dengan lipatan kulit. Biasanya akan sembuh dalam waktu 3-8
minggu.2 Penyakit ini biasanya hanya memerlukan tatalaksana
simtomatik, namun gambaran lesi yang mirip juga dapat ditemukan pada
penyakit lain seperti tinea korporis, sifilis sekunder, dermatitis
numularis, dan erupsi obat alergi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Schwartz R. Pityriasis Rosea [online]. [updated: Apr 04, 2017; cited:


Apr 18, 2017]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1107532-overview#a2
Djuanda A, Triestianawati W. Pitiriasis Rosea Dalam: Menaldi SL,
Bramono K, Indriari W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7 th ed.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016. Hal. 225-6.
Samjoe D, Menaldi SL, Wisnu M. Penyakit Kulit yang Umum di
Indonsia. Jakarta: Medical Multimedia Indonesia. Hal.21
Weller R, Hunter H, Mann M. Clinical Dermatology. 5 th ed. Oxford: John
Wiley & Sons; 2015. Hal.68
Pride H, Yan A, Zaenglein A. Requisites in Dermatology: Pediatric
Dermatology. Philadelphia: Elsevier; 2008. Hal.23-4
Blauvelt A. Pityriasis rosea. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine 8th Ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc; 2012. Pg.
458-63.
Wood GS, Reizner GT. Chapter 9: Other papulosquamous disorders. In:
Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer JV. Dermatology 3 rd Ed. New York:
Elsevier; 2012. Pg. 165-7.
Sterling JC. Chapter 25: Viral infections. In: Griffiths CEM, Barker J,
Bleiker T, Chalmers R, Creamer D. Rook’s textbook of dermatology 9 th
Ed. United Kingdom: Willey Blackwell; 2016. Pg. 25.89-92.
James WD, Berger TG, Elston DM, Neuhaus IM. Chapter 11: Pityriasis
rosea, pityriasis rubra pilaris, and other papulosquamous and
hyperkeratotic diseases. In: James WD, Berger TG, Elston DM, Neuhaus
IM. Andrews’ disease of the skin clinical dermatology 12 th Ed.
Philadelphia: Elsevier; 2016. Pg. 199-201.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran
Indonesia; 2012

22

Anda mungkin juga menyukai