Anda di halaman 1dari 29

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Gastritis

1. Pengertian

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi

jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal

dengan maag berasal dari bahasa yunani yatiu gastro yang berarti perut atau

lambung dan titis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan berarti

penyakit tunggal, tetapi berbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu

mengakibatkan peradangan pada lambung. (Refelina Widja, 2009).

Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah lambung. Penyakit

ini sering menyerang pada orang yang terbiasa makan makanan yang terlalu asam,

pedas atau bahkan sering telat makan. Gastritis bisa bertambah parah jika tidak

segera disembuhkan. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa

yunani yaitu gastro, yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti

inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi

terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan

pada lambung (Admin, 2012).

Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya

asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga

mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris

atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.

2. Klasifikasi

Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:

a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang

akut. Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan

terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau

makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks

empedu atau terapi radiasi.

b. Gastritis Kronis

Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung

yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau

bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam

lambung yang pekat.

3. Etiologi

Menurut Muttaqin(2011) Penyebab dari gastritis antara lain :

a. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,

ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi

(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi

mukosa lambung.

b. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.

c. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,

staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan

secondary syphilis.

d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus

e. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.

f. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,

gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus-

lambung.
g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan

minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi

mukosa lambung.

h. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen

penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke

mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.

i. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke

lambung.

j. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi

dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat

menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.

4. Manifestasi Klinis

Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan

saluran cerna berupa hematemisis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-

tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih

dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.

Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan, hanya

sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada

pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.( Mansjoer dkk., 1999 ).

5. Patofisiologi

a. Gastritis Akut

Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan

dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang

mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus

Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam

lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia


maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,

yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya.

Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar

tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi

mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan

mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl,

terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan

produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri,

rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.

Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa

pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi

memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam

hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses

regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah

pendarahan(Price dan Wilson, 2000)

b. Gastritis Kronis

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau

maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory )

Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A

( sering disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel

parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini

dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan

terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut

sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah

lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor

diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan
alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan

Bare, 2001)

Pathway :

6. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan

( 2010) adalah:

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas

b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamain

B12

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan( 2010) dan Doenges( 2000 )

sebagai berikut :

a. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas

b. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik

c. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida

d. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan

gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus

jaringan atau cidera

e. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak

pernah melewati mukosa muskularis.

f. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji

aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan

pembentukan asam noktura

g. l penyebab ulkus duodenal.

h. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat

bila perfusi ginjal di pertahankan.


i. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu

metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah

besar diberikan.

j. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap

simpanan cairan tubuh.

k. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau

muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah

trasfusi darah.

l. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga

gastritis.

8. Penatalaksanaan

a. Pengobatan pada gastritis meliputi:

1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan

intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-

gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida

dan istirahat.

3) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan

asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.

4) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara

menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang

menyebabkan iritasi.

5) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,

Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.

(Dermawan, 2010).

b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:


Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari

alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan

melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan

perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk

hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh

mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari

pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

(1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal :

alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon

encer atau cuka encer

(2) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena

bahaya perforasi.

Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,

antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan.

Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau

jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin

diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan

memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan

memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti

tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien

dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang

disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik(Smeltzer, 2001)

c. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:

1) Tirah baring

2) Mengurangi stress
3) Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral

pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding,

agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan

kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap.

Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap

diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau

berminyak. (Dermawan, 2010)

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian keluarga

Menurut WHO dalam Sulistyo Andarmoyo (2012), keluarga adalah

kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian

darah, adopsi atau perkawinan.

Menurut Raisaner dalam Jhonson (2010), keluarga adalah sebuah

kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai

hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.

2. Tujuan Pembentukan Keluarga

Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :

a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap

perkembangan individu

b. Keluarga sebagai perantara kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan

kebutuhan dan tuntutan masyarakat

c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga

dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan

seksual.
d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas

seseorang individu dan perasaan harga diri (Andarmoyo, 2012)

3. Sasaran Asuhan Keperawatan

Sasaran dari asuhan keperawatan adalah keluarga sehat, keluarga resiko tinggi

yang rawan kesehatan dan keluarga yang memerlukan tindak lanjut.

a. Keluarga sehat

Jika seluruh anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi memerlukan

antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh

kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga resiko tinggi termasuk keluarga yang memiliki kebutuhan untuk

menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga, keluarga

dengan faktor resiko penurunan status kesehatan.

c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan dan

memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan/kesehatan misalnya: klien

pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan

pembedahan, penyakit terminal (Muslihin,2012 ).

4. Struktur keluarga

Menurut Muslihin ( 2012) , struktur keluarga menggambarkan bagaimana

keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat ada beberapa struktur

keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam - macam, diantaranya

adalah :

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disususn melalui jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disususn melalui jalur ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pimpinan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.

5. Fungsi keluarga

Friedman (1998) dalam Padila, (2012) menyebutkan lima fungsi dasar keluarga:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan

basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan

rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit


dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (gakin atau pra keluarga

sejahtera).

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya

baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang

sakit.

6. Tugas keluarga

Pada dasarnya tugas kelurga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber–sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing–masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing–masing.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya, (Jhonson, 2010).

7. Ciri-ciri keluarga

Menurut Robert dan Charles dalam Fadila, (2012) ciri - ciri keluarga adalah:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya

berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan

anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.


Ciri keluarga Indonesia menurut Jhonson (2010) adalah sebagai berikut:

1) Suami sebagai pengambil keputusan.

2) Merupakan suatu kesatuan yang utuh.

3) Berbentuk monogram.

4) Bertanggung jawab.

5) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.

6) Ikatan keluarga sangat erat.

7) Mempunyai semangat gotong-royong,

8. Tipe keluarga

Tipe keluarga menurut (Padila, 2012).

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga

yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orangtua tiri.

2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada

anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier

keduanya.

3) Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari

perceraian.

4) Bujangan dewasa sendiri

5) Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan.

6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak-

anaknya sudah terpisah.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan anak.
2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada hukum

tertentu.

3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin yang sama

hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

5) Keluarga komunis, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu pasangan

monogamy dengan anak-anak secara bersama menggunakan fasilitas,

sumber yang sama.

9. Tahap perkembangan keluarga

Perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall & Miller (1986, dalam

Muhlisin, 2012, p.40) antara lain :

a. Tahap I. Pasangan Baru

Keluarga baru dimulai saat masing – masing individu laki – laki (suami) dan

perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga masing – masing.

Tugas Perkembangan :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan teman, kelompok sosial.

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Tahap II. “Child-bearing”

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran

anak pertama dan berkelanjutan sampai anak pertama berusia 30 bulan.

Tugas Perkembangan

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan peran, interaksi, hubungan seksual dan

kegiatan

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan


c. Tahap III. Anak Prasekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir

saat usia 5 tahun.

Tugas Perkembangannya :

1) Memenuhi kebutuhan seperti kebutuhan tempat, privasi, dan rasa aman.

2) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun luar keluarga

maupun lingkungan sekitar.

3) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, (tahap paling repot).

4) Membantu anak bersosialisasi.

5) Membantu beradaptasi dengan anak yang baru lahir.

6) Pembagian tanggung jawab

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

d. Tahap IV. Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir

pada usia 12 tahun.

Tugas perkembangan :

1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

e. Tahap V. Keluarga dengan Anak Remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir

sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang

tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepaskan anak remaja dan member

tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri

menjadi lebih dewasa.

Tugas Perkembangan :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat

remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.

2) Mempertahankan hubungan yang intim

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

4) Perubahan sistem eran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

f. Tahap VI. Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah.

Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada

anak yang belum berkeluarga dan tetap berperan dalam melepaskan anak

untuk hidup sendiri.

Tugas Perkembangan :

1) Memperluas keluarga inti

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa

tua.

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g. Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan

Dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat

pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan di fase

ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan

perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas perkembangan :

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memisahkan dengan teman sebaya.

3) Meningkatkan kekuatan pasangan


h. Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan

pensiun, berlanjut saat dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat

dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami

keluarga.Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan

berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya

produktivitas dan fungsi kesehatan.

Tugas Perkembangan :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,

dan pendapatan.

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

5) Melakukan life review

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui

praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah

kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan keperawatan yang meliputi

pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, implementasi

keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Abi Muslihin, 2012)

Tahap-tahap proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi

secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. (Andarmoyo,

2012)
Padila (2012), hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian

keluarga adalah:

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Kepala Keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di

identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk komposisi

keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah

dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai

dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian

mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut,

tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan.

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan

konstelasi keluarga (pohon keluarga)

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-

masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga

7) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku

bangsa keluarga yang terkait dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan
9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial

ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh

keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan

menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas

rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga

inti.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan

mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk

status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan

keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.


Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami

dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air,

sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW) Menjelaskan

mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, meliputi

kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat

serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga

berpindah tempat

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan

mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta

perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga

dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga

yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan mancakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari

anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga


2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang

lain untuk mengubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi keluarga (Padila, 2012, p.99)

1) Fungsi afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan

psikologis anggota keluarga. Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri

anggota, perasaan memiliki dan dimiliki, dukungan terhadap yang lain

danbagaimana mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Hal yang perlu dikaji antara lain :

(1) Kemampuan mengenal masalah kesehatan

Perlu dikaji sejauhmana keluarga mengetahui fakta dari masalah

kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab serta

persepsi terhadap masalah.

(2) Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang

tepat
Hal yang dikaji sejauhmana keluarga mengerti sifat dan luasnya

masalah yang dirasakan, sikap dalam menghadapinya merasa

menyerah atau takut, rasa kurang percaya pada petugas serta pernah

mendapat informasi kurang tepat terhadap tindakan dalam mengatasi

masalah.

(3) Kemampuan merawat anggota yang sakit termasuk dalam memelihara

lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan di

masyarakat.

Perlu dikaji mengenai ketrampilan perawatan, pandangan negative

atau kurang dapat melihat keuntungan dalam pemeliharaan lingkungan

dimasa mendatang, upaya pencegahan penyakit, perasaan takut akibat

tindakan (diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi).

(4) Kemampuan memelihara lingkungan rumah yang sehat

Dikaji sejauhmana keluarga mengetahui sumber yang dimiliki,

keuntungan pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene dan

sanitasi, upaya pencegahan penyakit, bagaimana sikap atau pandangan

terhadap hygiene dan sanitasi serta kekompakan antar anggota.

(5) Kemampuan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di

masyarakat

Dikaji sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan, keuntungan yang diperoleh, tingkat kepercayaan terhadap

petugas, pengalaman kurang baik terhadap petugas.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, rencana terkait dengan

jumlah anggota, metode yang digunakan dalam upaya mengendalikan

jumlah anggota.

5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji yaitu sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, dan papan, memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan.

6) Stres dan koping

i. Stresor jangka pendek dan panjang

(1) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

(2) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

ii. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap

situasi/stresor.

iii. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga apabila menghadapi

permasalahan.

iv. Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan.

7) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota. Metode yang digunakan

sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

8) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan.

2. Analisa dan Diagnosa Keperawatan

1) Analisa data
Analisa data yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori

dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan

masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara analisa data yaitu: validasi

data, mengelompokkan data, membandingkan dengan standart dan membuat

kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan (Setiadi, 2008).

2) Diagnosa

Menurut Suprajitno (2014, p.42) ada beberapa kegiatan yang dilakukan

perawat pada tahap ini :

a) Pengelompokan data

Perawat mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan

objektif setiap kelompok diagnosis.

b) Perumusan diagnosis

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang

telah disepakati, terdiri dari :

(1) Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia oleh anggota.

(2) Penyebab (etiology, E) adalah suatu pernyataan yang dapat

menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga.

(3) Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data subjektif danobjektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

mendukung masalah dan penyebab.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga

kelompok, yaitu :

1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami dan

memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.


2) Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum

terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah aktual dapat terjadi jika tidak

segera mendapat bantuan.

3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera ketikakeluarga mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang

yang dapat ditingkatkan.

Perumusan problem (P) respon terhadap gangguan pemenuhan

kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) menurut Achjar (2012, p.20-21)

mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, meliputi :

a) Persepsi terhadap keparahan penyakit

b) Pengertian

c) Tanda dan gejala

d) Faktor penyebab

e) Cara perawatan terkait penyakit

f) Persepsi terhadap masalah

2) Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, meliputi:

a) Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah

b) Masalah dirasakan keluarga

c) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami

d) Sikap negative terhadap tenaga kesehatan

e) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

f) Informasi yang salah

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

meliputi :

a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit

b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan


c) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga

d) Sikap keluarga terhadap yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi :

a) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan

b) Pentingnya higyene sanitasi

c) Upaya pencegahan penyakit

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas lingkungan, meputi :

a) Keberadaan fasilitas kesehatan

b) Keuntungan yang didapat

c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

d) Pengalaman keluarga yang kurang baik

e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan

Gastritis menurut NANDA NIC-NOC 2015 adalah:

(1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan nutrien yang tidak adekuat

(2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang

tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah

(3) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

(4) Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diit dan

proses penyakit.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang

mengalami Gastritis pada (NANDA NIC-NOC 2015) dan etiologi (Komang,

2010) adalah:

(1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

mengenal masalah.
(2) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

3. Proses skoring prioritas masalah

a. Rumus scoring

Jika keluarga terdapat lebih dari satu masalah kesehatan, maka diperlukan

rumus skoring untuk menentukan prioritas masalah.

Tabel 2.1 Skoring diagnosis keperawatan menurut Ballon dan Maglaya, 1978

(dalam Suprajitno, 2014, p. 46) :

No Kriteria Skor Bobot


.
1. Sifat masalah
Skala :
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat diubah 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu
ditangani 0
Masalah tidak dirasakan

b. Cara skoring :

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan

bobot.

Skor yang diperoleh

X bobot
Angka tertinggi

2) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan

jumlah bobot, yaitu 5).

c. Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria adalah (dalam Riasmini, 2017,

p.79) :

1) Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat

diberikan pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan

tindakan segera dan biasanya disadari serta dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat

perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

(1) Pengetahuan yang ada, teknologi dan tindakan untuk menangani

masalah.

(2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

(3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan

waktu.

(4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dan

sokongan masyarakat.

3) Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor yang

perlu diperhatikan adalah :

(1) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah.

(2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

(3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat dalam

memperbaiki masalah.

(4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.


4) Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai

persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.

4. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka

panjang/pendek), penetapan standart kriteria serta menentukan perencanaan untuk

mengatasi masalah keluarga, (Setiadi, 2008). Perencanaan keperawatan keluarga

terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus, rencana

intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan

standar. Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi

intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku).

Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun

terapi komplementer pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan

keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan. Kriteria dan standar

merupakan rencana evaluasi, berupa pertanyaan spesifik tentang hasil yang

diharapakan dari setiap tindakan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

Kriteria dapat berupa respon verbal, sikap atau psikomotor, sedangkan standar

berupa patokan/ukuran yang kita tentukan berdasarkan kemampuan keluarga,

sehingga dalam mementukan standar antara klien satu dengan klien yang lainnya

walaupun masalahnya sama, standarnya bisa jadi berbeda, (Padila, 2012)

5. Implementasi

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan, pada tahap ini,

perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu

melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan

kesehatan di rumah. (Setiadi,2008)

6. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan

terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambugan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga

dalam mencapai tujuan, ( Setiadi, 2008 )

Anda mungkin juga menyukai