Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

MANAJEMEN KASUS GGA (GAGAL GINJAL AKUT)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. STENLY MAITALE 4. RUSMAWATI RUMODAR 7. SALHA LESSY


2. SEYLIN A TITIRIMA 5. SITI HARTINI 8. SARLIN S SAPULETE
3. SEHAT HUAT 6. SITI WAHYUNI 9.SARLINA NUNDEHU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2021

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Kasih dan Penyertaannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun judul Makalah ini adalah “ Manajemen Kasus GGA (Gagal Ginjal Akut)” Sebagai
salah satu tugas untuk mencapai nilai yang baik sebagai seorang mahasiswa Keperawatan pada program
Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.
Selama dalam proses penyusunan makalah ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang
penulis dapatkan, namun atas berkat pertolongan dan penyertaan-Nya, juga kesungguhan dan kesabaran
serta kerja keras di sertai dukungan doa dari berbagai Pihak, segala kesulitan dapat teratasi dengan baik
pada akhirnya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinis yang di tandai dengan fungsi ginjal
yang menurun secara cepat (biasannya dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang
berkembang cepat. Laju filtrasi glomerolus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin
serum meningkat sebanyak 0,5% mg/dl/hari dan at kadar nitrogen urea darah sebanyak 10%
mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF (Acute Renal Failure) biasanya disertai oleh oliguria.

Prevelensi menurut (WHO) memperkirakan bahwa prevalansi gagal ginjal akut lebih dari
356. Angka kejadian 1 tahun pada tahun 2010-2011 di wilayah Indonesia, orang yang mengalami
GGA (Gagal Ginjal Akut), mortalitas lebih tinggi pada pasien lanjut usia dan pasien dengan
kegagalan multi organ. Di Indonesia kebanyakan pasien yang melewati episode GGA (Gagal Ginjal
Akut) dapat sembuh dengan fungsi ginjal semula dan dapat melanjutkan hidup seperti biasanya.
namun 50% kasus memiliki gangguan fungsi ginjal sublinis atau dapat di temukan bekas luka residual
pada biopsi ginjal. sekitar 50% pasien tidak pernah kembali fungsi ginjalnya dan membutuhkan
fungsi ginjal jangka panjang dengan dialysis atau transplantasi. Sebagai tambahan 5% kasus
mengalami penurunan GFR (Glomerulus Filtrasion Rate) progresif, setlah melalui fase awal
penyembuhan kemungkinan akibat stress hemodynamic dan scleroris glomerulus yang tersisa.
(Elfridia, 2011).

Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut (GGA) atau
acute renal failure (ARF) merupakan salah satu sindrom dalam bidang nefrologi yang dalam 15 tahun
terakhir menunjukkan peningkatan insidens. Insidens di negara berkembang, khususnya di komunitas,
sulit didapatkan karena tidak semua pasien AKI datang ke rumah sakit. Diperkirakan bahwa insidens
nyata pada komunitas jauh melebihi angka yang tercatat. Peningkatan insidens AKI antara lain
dikaitkan dengan peningkatan sensitivitas kriteria diagnosis yang menyebabkan kasus yang lebih
ringan dapat terdiagnosis .Beberapa laporan di dunia menunjukkan insidens yang bervariasi antara
0,5- 0,9% pada komunitas, 0,7-18% pada pasien yang dirawat di rumah sakit, hingga 20% pada
pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU), dengan angka kematian yang dilaporkan dari
seluruh dunia berkisar 25% hingga 80%.4,5 AKI telah menarik perhatian dengan adanya pengakuan
bahwa perubahan kecil dalam fungsi ginjal mungkin memiliki efek yang serius dalam diagnosa akhir.
Meskipun kemajuan dalam diagnosis dan staging AKI dengan emergensi biomarker
menginformasikan tentang mekanisme dan jalur dari AKI, tetapi mekanisme AKI berkontribusi
terhadap peningkatan mortalitas dan morbiditas.

Diagnosis dini, modifikasi pola hidup dan pengobatan penyakit yang mendasari sangatlah
penting pada pasien dengan AKI. AKI merupakan penyakit life threatening disease, sehingga
diperlukan kerjasama tim medis, pasien, serta keluarga dan lingkungan dalam pengelolaan penyakit
ini. Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakit dan komplikasi yang memungkinkan
akan sangat membantu memperbaiki hasil pengobatan, serta diharapkan dapat membantu
memperbaiki kualitas hidup penderita.
Dampak pada pasien yang menderit menderita gagal ginal akut jadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat
ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu. Munculnya masalah yang sangat komleks, peran perawat di perlukan guna membantu
menyelesaikan masalah di hadapi klien, dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Promotif yaitu penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit Gagal ginjal akut, bagai mana
pentingnya mempertahankan cairan tubuh.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuahan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal akut
(GGA).

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian klien dengan gagal ginjal akut

2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gagal ginjal akut

3) Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal akut

4) Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal akut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen kasus
1. Pengkajian
Fokus pengkajian adalah identitas klien, hasil pemeriksaan fisik, keluhan utama dan riwayat
penyakit ( sekarang, dahulu dan keluarga yang di sertai dengan genogram).

a.identitas klien
Tanggal MRS : 19 mei 2017
Tanggal pengkajian : 22 mei 2017
-Nama :Tn. S
Alamat : Ugaran Barat
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swatsa
Status Perkawinan : kawin

2. Riwayat Pengkajian
Keluhan utama : Kaki Bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang: Klien datang ke IGD RSUD Ungaran pada tanggal 19 mei 2017
pada jam 19.25 WIB dengan keluhan sesak nafas, kaki bengkak, bahu terasa sakit dan pusing.
Klien juga mengatakan sering mengkonsumsi obatobatan yang dijual di warung dekat dengan
rumahnya tanpa periksa dokter terlebih dahulu. Pada tanggal 19 mei 2017 jam 20.00 WIB
klien di pindahkan ke bangsal Mawar untuk perawatan lebih lanjut. Pada tanggal 22 mei 2017
jam 11.00 WIB pada saat pengkajian klien mengatakan masih mengeluhkan kaki bengkak,
pitting edema >3 detik.
Riwayat Penyakit Dahulu : Keluarga mengatakan klien mempunyai riwayat hipertensi sejak
20 tahun yang lalu. Keluarga klien juga mengatakan dahulu ada keluarga yang menderita
penyakit gagal ginjal dan sudah melakukan terapi hemodialisa setiap bulan di RSUD Karyadi
Riwayat kesehatan keluarga: Keluarga klien ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu
ayah klien. Selain itu keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular
dari keluarga seperti penyakit TBC,HIV/AIDS.
Riwayat Kesehatan Lingkungan: Keluarga mengatakan lingkungan di sekitar rumahnya
bersih tidak ada penyakit endemik seperti demam berdarah yang berada di sekitar rumahnya.
Klien juga mengatakan sebelum sakit selalu membersihkan lingkungan di rumahnya dengan
menyapu didalam rumahnya, dan di setiap satu bulan sekali selalu bergotong royong untuk
membersihkan lingkungan di desanya.

3. Pola Kesehatan Fungsional Gordon


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan: Klien mengatakan sehat itu adalah sangat
penting dan berharga. Menurut klien sakit merupakan suatu yang tidak nyaman dan
menganggu aktivitasnya. Apabila ada anggota keluarga yang sakit segera di bawa ke
dokter.
2. Pola Nutrisi :
a. Pola makan = sebelum sakit klien mengatakan makan 3x/hari dengan jenis makanan
nasi, sayur, lauk pauk, air putih 1 porsi habis, dan tidak ada keluhan. Ketika sakit klien makan
3x/hari jenis makanan bubur kasar dan air putih, kadang habis 1 porsi & ½ porsi, keluhan tidak
ada.
b. 5Pola minum = sebelum sakit klien mengatakan minum 5-6x/hari jenis air putih,
susu, teh dengan porsi 450-500ml/cc tidak ada keluhan. Ketika sakit klien minum 1-2 gelas
aqua/hari jenis air putih & teh dengan porsi 300- 400ml/cc, tidak ada keluhan
3. Pola Eliminasi :
a. BAB Sebelum sakit : Frekuensi: 1x sehari di pagi hari Konsistensi: Padat Bau:
KhasWarna: Kekuningan Keluhan: Tidak ada Selama sakit : Frekuensi: 2x sehari Konsistensi:
Berlembek Bau: Khas Warna: kuning Keluhan: tidak ada
b. BAK Sebelum sakit : Frekuensi: 5-6x Sehari Jumlah: ±1000cc / 24 jam Bau: Khas
Warna: Kekuningan Keluhan: Tidak ada Selama sakit : Frekuensi : 4 -5 x/hari Jumlah : ±1100cc/
24jam Bau: khas Warna : kuning Keluhan : urin keluar sedikit dikit
4. Pola Istirahat Tidur
a. Sebelum sakit Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak 6-7 jam pada malam
hari dan pada siang hari kurang lebih 1-3 jam, tidak memakai obat penghantar tidur.
b. Selama sakit Klien mengatakan dapat tidur 3-5 jam pada malam hari dan siang hari
kurang lebih 1 jam, Klien sulit untuk tidur karena lingkungan rumah sakit ramai dan banyak yang
gaduh.8
5. Pola Kognitif Perseptual
a. Sebelum sakit Di lingkungan rumah klien dapat berinteraksi dengan baik kepada
tetangga, komunikasi tidak terganggu dan kelima panca indranya dapat berfungsi dengan baik.
b. Selama sakit Klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat , klien dapat mengikuti
instruksi dari perawat.
6. Pola Persepsi Konsep Diri
a. Gambaran diri: Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya
b. Ideal diri: Klien mengatakan ingin sembuh dan sehat
c. Peran diri: Klien mengatakan seorang Kepala rumah tangga
d. Identitas diri: Klien mengatakan seorang ayah.
e. Harga diri: Klien mengatakan dia dihargai oleh keluarganya.–

7. Pola Hubungan Peran


a. Sebelum sakit Hubungan klien dengan keluarga harmonis. Klien sangat bangga
karena bisa merawat anak dan istrinya dan hungan dengan tetangga berlangsung baik dan
harmonis.
b. Selama sakit Hubungan klien dengan keluarga masih baik tapi hubungan dengan
masyarakat di tempat tinggalnya harus terpisah untuk semantara waktu, karena dirinya sedang di
rawat dirumah sakit dan untuk sementara ini klien tidak bisa mengurusi anak dan istrinya.
8. Pola Seksualitas Reproduksi
a. Sebelum sakit Klien seorang suami atau bapak yang mempunyai anak 3, hubungan
dengan istrinya baik dan tidak ada masalah dalam keluarganya.
b. Selama sakit Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, klien masih
menjaga kesehatan organ reproduksinya dan klien merupakan ayah yang baik.
9. Pola Mekanisme Koping
a. Sebelum sakit Kelurga klien mengatakan setiap ada masalah klien mencoba
menyelesaikan masalah itu sendiri dan klien cenderung tenang dalam menghadapi masalah yang
ada dalam keluarganya.
b. Selama sakit Keluarga mengatakan setiap ada masalah klien selalu meminta bantuan
keluarga untuk menyelesaikannya karena klien sedang sakit.
10. Pola Nilai Dan Keyakinan
a. Sebelum sakit Klien selalu ingat dan beribadah kepada tuhan yang klien sembah dan
selalu menjalankannya 5 waktu.
b. Selama sakit Klien yakin kalau yang dialaminya ini merupakan ujian yang tuhan
berikan dan klien berserah kepada tuhan dengan apa yang di alaminya sekarang ini.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan/penampilan umum
a) Kesadaran : Composmentis
b) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 170/100mmHg
2. Nadi
a) Frekuensi : 86x/menit
b) Irama : teratur
c) Kekuatan : kuat
3. Pernafasan
a) Frekuensi : 22x/menit
b) Irama : teratur
4. Suhu : 36,70C
5. SPO2 : 82%
6. Kepala
a) Bentuk kepala : mesochepal
b) Kulit kepala :bersih tidak ada ketombe
c) Rambut : hitam ada sedikit uban

7. Muka
a) Mata
(1) Palbepra : tidak bengkak
(2) Konjungtiva : anemis
(3) Sclera : ikterik
(4) Pupil : isokor
(5) Diameter : 3/3
(6) Reflek terhadap cahaya : mengecil jika didekati cahaya membesar jika
dijauhkan dari cahaya
(7) Penggunaan alat bantu : tidak ada
b) Hidung : bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip
c) Mulut : mukosa bibir basah, bibir gelap
d) Gigi : gigi tidak ompong, bersih, berlubang
e) Telinga : bentuk simetris bersih
8. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
9. Dada (Thorax)
a) Paru-Paru
(1) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas
(2) Palpasi : ekspansi paru kanan dan kiri sama
(3) Perkusi : sonor
(4) Auskultasi : suara nafas vasikuler
b) Jantung
(1) Inspeksi : tidak ada jejas
(2) Palpasi : ictus cordis teraba di ic 4
(3) Perkusi : suara pekak
(4) Auskultasi : bunyi jantung I, II reguler
c) Abdomen
(1) Inspeksi : tidak ada jejas
(2) Auskultasi : bising usus normal 10x/menit
(3) Perkusi : hipertympani
(4) Palpasi : ada nyeri tekan kuadran 3 dan 4
10. Genetalia : pembesaran pada genetalia, tidak terpasang DC
11. Rectum : tidak hemaroid
12. Ekstremitas
a) Atas
(1) Kekuatan otot ka/ ki : 5/4 tangan kiri terpasang infus
(2) ROM ka/ki : aktif
(3) Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan
(4) Perabaan akral : hangat
(5) Piiting edema: tidak ada

b) Bawah
(1) Kekuatan otot ka/ ki : 5/3
(2) ROM ka/ki : aktif
(3) Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan
(4) Perabaan akral : hangat
(5) Capillary refile: >4 detik
(6) Pitting edema: Kaki kanan kiri

5. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Ds : Nyeri akut Agen cidera biologis (nyeri
P: klien mengatakan nyeri hipertensi)
pada kepala
Q: Nyeri terasa ditusuk tusuk
jarum
R: Nyeri bagian kepala
S: skala nyeri 7
T: nyeri hilang timbul
Do : Muka klien tampak
meringis kesakitan Tanda-
tanda vital
TD: 170/100 Mmhg
N: 86x/ Menit
S: 36,7 C
RR: 22x/ menit
Ds : Klien mengatakan Hambatan mobilitas fisik Penurunan kekuatan otot69
badannya lemas sehingga
susah beraktivitas Klien
mengatakan sebagian
aktivitasnya dibantu oleh
keluarga dan perawat Klien
mengatakan hanya tinduran
dibed
Do : Badan tampak lemas dan
lesu Klien tampak memanggil
keluarga saat butuh sesuatu
Kesadaran composmentis
( GCS: 15)

6. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ( nyeri hipertensi)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot

7. Perencanaan Keperawatan
Dx Keperawatan KRITERIA HASIL INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Paint management a. Kaji
dengan agen cidera biologis keperawatan 3 x 24 jam status nyeri ( P,Q,R,S,T) b.
masalah nyeri klien dapat Anjurkan klien relaksasi otot
teratasi dengan kriteria hasil: progresif c. Kolaborasi dalam
Klien mengatakan nyeri pemberian obat analgetik
berkurang Klien tampak Pereda nyeri d. Monitor tanda
rileks Skala nyeri menurun – tanda vital e. Tentukan
dari 7 menjadi 5-4 Tanda lokasi, karakteristik, kualitas
tanda vital dalam rentang dan derajat nyeri sebelum
normal TD: 120/80 mmhg pemberian oba
N: 60 – 100x/ menit RR: 16
– 20x/menit S: 36 – 37,5 0C
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan NIC : Terapi aktivasi (4310)
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 a. Monitor TTV
kelemahan umum jam diharapkan klien dapat b. Bantu klien untuk
beraktivitas secara mandiri mengidentifikasi aktivitas
dengan kriteria hasil : NOC : yang mampu dilakukan
Manajemen energi (0180) c. Berikan aktivitas untuk
Mampu melakukan aktivitas meningkatkan aktivitas klien
sehari-hari secara mandiri d. Kolaborasi dengan tim
Tidak kesulitan melakukan medis
aktivas Tidak merasa lemas

8. Implementasi Keperawatan
Tanggal/waktu Diagnose implementasi
22 Mei 2017 Nyeri akut berhubungan Mengobservasi TTV S:klien
09.00 dengan agen cidera biologi mengatakan bersedia
O: TD:160/90mmHg N:
86x/menit RR: 18x/menit
S: 36,1 0C Mengkaji
karakteristik nyeri
P: kien mengatakan nyeri
karena penyakitnya
Q: nyeri seperti ditusuk tusuk
R: nyeri pada punggung
belakang S: skala nyeri 4
T: nyeri sewaktuwaktu
O: klien tampak menahan
nyeri Ajarkan relaksasi otot
progresif
S: klien mengatakan bersedia
O: klien tampak rileks

22 mei 2017 Intoleransi aktivitas Mengobservasi keletihan


10:00 berhubungan dengan klien
kelemahan umum S: klien mengatakan bersedia
O: klien tampak lesu
Menganjurkan aktivitas
efektif sambil istirahat
S: klien mengatakan bersedia
O: Klien diajarkan aktivitas
sambal istirahat Mengajarkan
relaksasi otot progresif
S: klien mengatakan bersedia
O: klien tampak rileks

9. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/waktu diagnosa evaluasi
22 mei 2017 Nyeri akut berhubungan S: klien mengatakan nyeri
16:00 wit dengan agen cidera biologi P: nyeri karena
penyakitnya Q: nyeri
seperti ditusuk tusuk
R: nyeri pada punggung
S:skala nyeri 5
T: nyeri sewaktuwaktu
O: Klien tampak menahan
nyeri TD: 170/90 mmHg N:
86x/menit RR: 22x/menit S:
36,7 0C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi -
Observasi TTV - Mengkaji
karakteristik nyeri - Ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam
Kolaborasikan dengan dokter
dalam pemberian obat
22 mei 2017 Intoleransi aktivitas S:
16:00 WIT berhubungan dengan - Klien mengatakan
kelemahan umum aktivitasnya di bantu keluarga
- Klien mengatakan badannya
terasa lemas - Klien
mengatakan hanya tiduran di
bed
O: Klien tampak tenang dan
lemas
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi -
Berikan aktivitas pada klien

DAFTAR PUSTAKA
Alam, S., & Hadibroto, I. 2007. Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: Gramedia
Cranisti, Riseglina. 2008. Gambaran Kecemasan dan Depresi pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani terapi Hemodialisa. Diakses tanggal 08 Maret 2017 dari:
www.dilib.ui.ac.id
De Paula, de Caevalho dan dos Santos. 2002. The use of the Progressive Muscle Relaxation
technique for pain relief in gynecology and obstetrics. Original Article in Nursing
Research.
Doenges, E., Marry and Mike,C,G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: Buku kedokteran
EGC
Firmansyah. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. (edisi 8. buku 2)
Hawari. 2011. Manajemen Stes,Cemas dan Depresi. Jakarta Herodes. 2010. Relaksasi Otot
Progresif pada pasien Gagal Ginjal Kronis. Jakarta: salemba medika
Jennifer P, Kowalak, dkk . 2011. Buku ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC Joyce M.black. 2014.
Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba medika Kozier, Erb Berman & Snyder. 2011.
Buku Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Volume 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai