Jurnal HAYATUSSAADAH 2016
Jurnal HAYATUSSAADAH 2016
Oleh, Hayatussaadah
Guru SMP Negeri 3 Batang Anai
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tiga fenomena. Pertama, kurangnya
pengetahuan siswa tentang menulis cerpen. Kedua, teknik yang digunakan dalam
menulis cerpen kurang bervariasi. Ketiga, kemampuan menulis siswa masih kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen
melalui Teknik Tiru Model Siswa Kelas IX.1 SMP N 3 Batang Anai Kabupaten
Padangpariaman Tahun Pelajara 2012/ 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IX.1 SMP N 3 Batang Anai Kabupaten
Padangpariaman tahun pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sample. Kelas yang terpilih untuk menjadi sampel adalah kelas IX.1.
Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes unjuk kerja menulis cerpen
melalui teknik tiru model.Data yang sudah terkumpul dianalisis menggunakan rumus
persentase, guna mengetahui nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis cerpen
melalui teknik tiru model siswa kelas IX.1 SMP N 3 Batang Anai Kabupaten
Padangpariaman Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan teknik tiru model
dalam pembelajaran menulis cerpen, efektif untuk meningkatkan kemampuan
menulis cerpen siswa kelas IX.1 SMP N 3 Batang Anai Kabupaten Padangpariaman
Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang diperoleh dari
siklus I yaitu rata-rata nilai siswa 59,63 sedangkan pada siklus II rata-rata nilai siswa
80,00. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran menulis cerpen dengan teknik tiru model meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IX.1 SMP N 3 Batang Anai Kabupaten Padangpariaman Tahun Pelajaran
2012/2013.
kata kunci: kemampuan menulis; cerita pendek; tiru model
I. PENDAHULUAN
Menulis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar
mengajar. Keterampilan menulis telah diajarkan sejak sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Keterampilan menulis ini sangat bermanfaat bagi siswa. Dengan
keterampilan menulis siswa dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya.
Nurgiyantoro (dalam Hayati, 2004:2) mengemukakan, Aktivitas menulis merupakan
suatu manivestasi keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar setelah
menyimak, berbicara, dan membaca. Dari pernyataan tersebut bisa dipahami bahwa
keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi dibandingkan dengan
keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.
Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP
yang berkaitan dengan keterampilan menulis adalah mengungkapkan pengalaman
sendiri dan orang lain ke dalam cerpen. Kompetensi dasar dari standar kompetensi ini
ada dua, yaitu menulis berdasarkan kehidupan sendiri dalam cerpen dan menulis
berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen. Kenyataan di sekolah
menunjukkan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa masih kurang. Hal serupa
ditemui juga di SMP Negeri 3 Batang Anai, Kabupaten Padangpariaman, yaitu
permasalahan yang terkait dengan kemampuan menulis siswa, khususnya menulis
cerpen. Deskripsi singkat permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama,
dalam proses pembelajaran menulis cerpen, pengetahuan siswa yang kurang tentang
cerpen dan menulis cerpen. Kedua, teknik menulis yang monoton. Ketiga,
kemampuan menulis siswa yang kurang.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX.1 SMP N 3 Batang Anai
Kabupaten Padangpariaman. Untuk mewujudkan hal tersebut, digunakan teknik tiru
model. Teknik ini dianggap mampu dan tepat untuk pelaksanaan pembelajaran
keterampilan menulis cerpen. Jika kesulitan tersebut bisa diminimalisasikan, proses
interaksi belajar akan lebih lancar. Teknik tiru model adalah sebuah teknik
pembelajaran dengan membaca beberap model cerpen terlebih dahulu, kemudian
model itu ditiru dan dicontoh kerangkanya saja, setelah itu dikembangkan sesuai
dengan daya imajinasi yang dimiliki oleh siswa. Tujuannya agar siswa mampu
menulis dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Teknik tiru model pada dasarnya memerlukan latihan-latihan, pada awalnya
dimulai dengan menggunakan contoh yang telah ada sebagai pemodelan. Menurut
Marahimin (1993:11) teknik tiru model dapat menggunakan model yang harus dibaca
terlebih dahulu dilihat dari isi dan bentuknya, dianalisis dan dibuatkan kerangkanya
serta dilakukan hal-hal lain yang perlu. Setelah itu baru proses menulis dilaksanakan.
Menulis dengan teknik tiru model bukan menyalin keseluruhan tetapi hanya
mencontoh kerangkanya saja, idenya, cara atau teknik yang digunakan. Atmazaki
(2006 : VIII) juga menyampaikan “Berlayar dengan nakhoda, berjalan dengan yang
tahu, dan berkata dengan bijak”. Pernyataan ini mengandung makna bahwa sesuatu
yang dilakukan haruslah ada panduan atau pentunjuknya, yang akan dijadikan
pedoman begitu juga halnya dengan menulis.
Dapat disimpulkan bahwa teknik tiru model adalah teknik yang dilakukan
untuk menulis dengan menggunakan contoh sebuah atau beberapa tulisan yang akan
dijadikan model. Siswa berhadapan langsung dengan model cerpen dengan
mencontohkan kerangkanya saja dan bukan menyalin secara keseluruhan.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai
berikut. (1) kemampuan cerpen siswa kelas IX.1 SMP Negeri 3 Batang Anai
Kabupaten Padangpariaman pada studi pendahuluan hanya mencapai 47,04%.
Artinya, kemampuan siswa belum mencapai KKM (75%). Pada studi pendahuluan
ini, kemampuan menulis cerpen siswa berada pada kualifikasi hampir cukup (HC).
Pada siklus I, kemampuan menulis cerpen siswa mencapai 59,63%. Artinya
kemampuan menulis cerpen siswa juga belum mencapai KKM yang telah ditetapkan
sekloah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada siklus I ini, kemampuan siswa
sudah mencapai kualifikasi cukup (CK). Untuk lebih meningkatkan kemampuan
siswa maka dilakukanlah siklus II dengan memperbaiki kelemahan yang terjadi pada
siklus I.
Pada siklus II ini diperoleh simpulan bahwa kemampuan menulis cerpen
siswa sudah mencapai kualifikasi baik (B) yaitu, 80,00%. Artinya kemampuan
menulis cerpen siswa telah mencapai KKM (75%). Kemampuan menulis cerpen
siswa dicukupkan sampai siklus II saja karena sudah terlihat peningkatannya.
Berdasarkan angket dan wawancara yang dilakukan pada tahap refleksi
diperoleh simpulan bahwa siswa sangat senang dengan teknik tiru model dalam
pembelajaran menulis cerpen. Penggunaan teknik tiru model ternyata dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hasil belajar menulis cerpen
siswa melalui teknik tiru model antara studi pendahuluan, siklus I, dan siklus II
menunjukkan peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindak Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Atmazaki. 2006. Kiat-Kiat Mengarang dan Menyunting. Padang : Citra Budaya.
Endraswara, Suwardi. 2005. Metode Dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta :
Buana Pustaka.
Moleong, Lexy. 1988. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Depdikbud Dikti.
Rahmadiyanti. 2004. Kiat-Kiat Menulis Dalam Buku Sakti Menulis Fiksi. Jakarta :
Kimus Bina Tazkiah.
Semi, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang : Angkasa Raya.
Sudjana. 1992. Metode Statistika (Edisi 5). Bandung : Tarsito.
Thahar, Harris Effendi. 2003. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung : Angkasa.
Yus Rusyana. 1984. Bahasa Dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung :
Dipenegoro.