Anda di halaman 1dari 9

RESUME 3

Nama : Sucitra Agestia Saliu

Nim : 200211059

Kelas : Admnistrasi Publik / Reguler 2020

Mata Kuliah : Pengetahuan Dasar Perpajakan

Dosen Pengampu : Yayan Andri, M. Ap

SYSTEM DAN STELSEL DALAM PEMUNGUTAN PAJAK


A. Sistem Pemungutan Pajak
Pada dasarnya ada 3 sistem pemungutan pajak, akan tetapi sebagian pendapat
ada yang menyatakan bahwa terdapat 4 sistem pemugutan pajak yaitu :
1. Self Assesment System
Adalah sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menentukan
sendiri jumlah pajak terhutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Fiskus bersifat pasif (kecuali wajib pajak menyalahi
peraturan yang berlaku).
• Menghitung sendiri pajak terhutang
• Membayar sendiri jumlah pajak terhutang
• Melaporkan sendiri jumlah pajak terhutang
2. Semi Self Assesment System
Adalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk
menentukan besarnya pajak ada pada dua pihak, yaitu wajib pajak dan fiskus.
Awal tahun wajib pajak menaksir hutang pajaknya yang terhutang lalu disetor
kefiskus, akhir tahun fiskus akan menentukan pajak sesungguhnya terhutang.
3. . Official Assesment System
Adalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan
besarnya pajak ada pada pemungut pajak (fiskus). Wajib pajak bersifat pasif,
hutang pajak timbul setelah adanya SKP (Surat Ketetapan Pajak) dari fiskus.
Sistem ini dianut ketika kita masih menggunakan undang-undang pajak lama
seperti PPd 1944 (pajak pendapatan), PPs 1925 (pajak perseroan), PKK 1932
(pajak kekayaan).
4. With Holding Tax System
Adalah sistem pemugutan pajak dimana wewenang untuk
menentukan besarnya pajak diserahkan kepada pihak ketiga yang
ditentukan atau yang ditunjuk oleh negara. Pihak ketiga disini
misalnya bendaharawan gaji..
Contoh pajak yang dipungut dengan sistem ini adalah PPh
pasal 21, 22, 23, 26 dan 4 ayat 2.

B. Tata Cara Pengenaan Pajak (Stelsel Pajak)

Jika dilihat dari tata cara pengenaannya atau dasar pengenaan pajaknya, maka
stelsel pajak dibedakan atas:

1. Riel Stelsel (Stelsel Nyata)


Suatu sistem pengenaan pajak yang didasarkan pada penghasilan
yang sesungguhnya diperoleh wajib pajak dalam satu tahun pajak.
Karena yang digunakan sebagai dasar adalah penghasilan
sesungghnya maka pajak baru dikenakan akhir tahun, dan biasanya
dikenakan belakang naheffing.
Keuntungan: Pajak yang ditetapkan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya/ realistis.
Kelemahan: Pajak baru dapat dipungut setelah tahun berjalan
berakhir.
2. Fictieve Stelsel (Stelsel anggapan)
Suatu sistem pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu
anggapan, yang didasarkan pada undang-undang perpajakn yang
bersangkutan, misalnya dianggap penghasilan satu tahun dianggap
sama dengan penghasilan tahun sebelumnya, sehingga awal tahun
pajak sudah dapat ditentukan besarnya pajak terhutang untuk tahun
berjalan.
Keuntungan: pajak dapat dipungut pada tahun berjalan tanpa
menunggu akhir tahun.
Kelemahan: pajak yang dibayar fiktif.

3. Stelsel Campuran
Suatu sistem pengenaan pajak dimana awal tahun dipungut
berdasarkan fictieve stelsel dan akhir tahun ditetapkan dengan riel
stelsel.
Jika Riel > Fictieve, maka keluar SKPKB wajib pajak
menambah jumlah pajak yang akan dibayarnya
Jika Riel < Fictieve, maka keluar SKPLB dapat dikompensasi
atau direstitusi.
Contoh : Dalam pembayaran PPh.

C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pemungutan Pajak :


1. Perlawanan pasif dari wajib pajak, maksudnya adalah adanya
hambatan-hambatan yang mempersukar dalam pembayaran pajak
tersebut, seperti :
 Perkembangan intelektual dan moral
seseorang, misalnya kurang sadar
membayar pajak.
 Sistem perpajakan yang mungkin sulit
dipahami masyarakat.
 Sistem kontrol yang kurang baik
dilakukan oleh fiskus
2. Perlawanan aktif dari wajib pajak, maksudnya adalah semua usaha
dan perbuatan yang secara langsung ditujukan pada fiskus (penarik
pajak/ pemerintah), dengan tujuan menghindari pajak, ada 2 bentuk
perlawanan aktif tersebut, yaitu :
 Tax Avoidance
Yaitu Upaya meringankan pajak dengan tidak melawan undang-
undang, misalnya mengajukan keringan pajak.
 Tax Evasion
Yaitu Upaya untuk meringankan pajak dengan melanggar undang-
undang, misalnya melakukan penggelapan pajak.
D. Penggolongan Pajak
a. Jika dilihat dari sifat-sifat tertentu dari masing-masinmg pajak, maka pajak
dibedakan:
1. Pajak atas kekayaan dan peandapatan (PPh)
2. Pajak atas lalu lintas hukum (bea materai), lalu lintas kekyaan
(BPHTB), dan lalu lintas barang (PPN).
3. Pajak yang bersifat kebendaan (PBB)
4. Pajak atas pemakaian (PPN, Cukai)
b. Jika dilihat dari ciri-ciri tertentu pada setiap pajak, dimana jenis pajak yang
cirinya tertentu bersamaan dimasukkan dalam satu golongan, maka pajak
dapat digolongkan:
1. Pajak Subjektif >< Pajak Objektif
Pajak Subjektif, adalah pajak yang dalam pengenaannya
pertama-tama memperhatikan wajib pajak, contoh : Pajak Penghasilan.

Pajak Objektif, adalah pajak yang dalam pengenaannya


pertama-tama memperhatikan objek pajak yang selain daripada benda
dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yan menyebabkan
timbulnya kewajiban membayar, contoh : PPh wajib pajak LN.

2. Pajak Langsung >< Pajak Tidak Langsung


Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Dikenakan
secara berulang-ulang pada waktu tertentu (periodik) misalnya 1 tahun,
contoh : Pajak Penghasilan

Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pengenaanya dapat


dilimpahkan kepada orang lain, contoh : PPN dan PPn BM.

3. Pajak Pusat >< Pajak Daerah


Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh
pemerintah pusat dan hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin negara dan untuk pelaksanaan pembangunan
(APBN), contoh : PPh, PPN, PPn BM, PBB, BPHTB, Bea Materai

Pajak Derah, adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh


pemerintah daerah dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran dan
pembangunan daerah (APBD), contoh : PKB, Pajak Bangsa Asing,
Pajak Tontonan, Pajak Reklame dll.

E. Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia


1. Wajib Pajak

Wajib pajak menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 adalah orang


pribadi atau badan, meliputi membayar pajak, pemotongan pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Seorang wajib pajak memiliki beberapa kewajiban . Berikut ini


kewajiban seorang wajib pajak :
a) Mendaftarkan diri ke kantor direktorat jendral pajak.
b) Melaporkan usahanya ke kantor direktorat jendral pajak
c) Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas
dalam bahasa indonesia.
d) Menyampaikan surat pemberitahuan dalam bahasa indonesia
dan dengan satuan uang.
e) Membayar atau menyetorkan pajak terutang dengan
mengunakan surat setoran pajak ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang
f) telah di tentukan dan diatur berdasarkan menteri keuangan.
g) Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
h) Memperlihatkan atau berhubungan dengan penghasilan.
i) Memberikan ruang atau kesempatan untuk memperlancar
pemeriksaan bira di perlukan.
j) Memberikan keterangan lain apabila diperiksa.
2. Hak Pajak
Setelah menjalankan kewajibannya wajib pajak akan
memperoleh hak-haknya. Berikut ini hak yang di peroleh wajib
pajak :
 Melaporkan beberapa masa pajak dalam satu surat pemberitahuan masa
 Mengajukan suarat keberatan banding bagai wajib pajak dengan kriteria
tertentu.
 Memperpanjang jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan pajak
penghasilan untuk paling lama 2 bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada direktur jendral
pajak.
 Membetulkan surat pemberitahuan yang telah di sampaikan dalam
pernyataan tertulis, dengan syrat direktur jendral pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
 Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
 Mengajukan keberatan kepada direktur jendral pajak atas suatu Surat
ketetapan pajak kurang bayar, Ketetapan surat pajak kurang bayar
tambahan, Surat ketetapan paja lebih bayar.
 Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas surat
keputusan keberatan.
F. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Seorang wajib pajak harus mendaftarkan diri ke kantor Direktorat Jendral Pajak.
Setelah mendaftarkan diri ke kamtor Pajak maka dia akan mendapatkan NPWP.
NPWP atai nomor pokok wajib pajak menurut UU No.28 Tahun 2007
adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
G. Fiskus
1. Pengertian Fiskus
Fiskus atau yang bisa disebut juga dengan Aparatur Pajak atau Pejabat Pajak
merupakan orang ataupun badan yang memiliki tugas untuk dapat melakukan
pemungutan pajak atau iuran terhadap Wajib Pajak.
Istilah fiskus ini juga kerap kali disangkut pautkan dengan petugas Direktorat
Jenderal Pajak (DJP), dimana memang para petugas pajak yang berada dibawah
naungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) merupakan pihak yang diberikan wewenang
oleh Undang-Undang (UU) untuk dapat melaksanakan dan juga menjalankan hal-hal
yang berkaitan dengan pemungutan pajak.
Namun, dalam konteks lainnya apabila istilah fiskus dikaitkan dengan pajak
daerah, maka istilah ini dapat merujuk kepada aparatur yang berada di dalam
organisasi perangkat daerah dan memiliki kewenangan untuk dapat mengurus dan
mengelola serta mengkoordinasikan hal-hal yang berkaitan dengan pemungutan pajak
daerah.
Pajak yang dipungut dan dikelola oleh fiskus ini akan digunakan untuk
pengeluaran rutin atau belanja negara dan dapat membantu untuk pembangunan
nasional, serta penyelenggaraan pemerintahan.
Pada dasarnya, pejabat pajak yang memiliki wewenang untuk dapat memungut
dan
mengelola pajak di Indonesia adalah:
 Direktorat Jenderal Pajak
 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
 Gubernur/Bupati/Walikota
 Pejabat yang telah ditunjuk untuk menjalankan atau melaksanakan peraturan
Undang-Undang (UU) perpajakan.
2. Tugas dan Wewenang Pejabat Pajak (Fiskus)
Berikut ini merupakan tugas dan wewenang yang diberikan oleh
fiskus:
 Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
 Menerbitkan Surat Tagihan Pajak
 Menerbitkan Keputusan
 Melakukan Pemeriksaan
 Melakukan Penyegelan
 Melakukan Pengangkatan Pejabat untuk Melaksanakan
Peraturan Undang-Undang (UU) Perpajakan

3. Mengenal Hak Fiskus


Berikut ini merupakan hak-hak yang dimiliki oleh fiskus atau
pejabat pajak :
a) Berhak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
melakukan pengukuhan pada Pengusaha Kena Pajak (PKP)
secara jabatan.
b) Berhak menerbitkan surat tagihan pajak.
c) Berhak melakukan pemeriksaan dan penyegelan.
d) Berhak melakukan penyidikan.
e) Berhak untuk menerbitkan surat paksa dan juga
melaksanakan penyitaan.
4. Kewajiban Fiskus
Kewajiban dari fiskus terdiri dari 2, yaitu :
1. Kewajiban Umum
Memberikan bimbingan, penyuluhan, dan penerangan
kepada Wajib Pajak agar mereka memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dapat membantunya dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya.
2. Kewajiban Khusus
• Wajib menerbitkan NPWP sementara dalam jangka waktu 3
hari setelah formulir permohonan pendaftaran diterima.
• Wajib menerbitkan NPWP dalam jangka waktu 3 bulan
setelah formulir permohonan pendaftaran diterima.
• Melakukan penerbitan surat keputusan atas pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam jangka waktu 7 hari
setelah formulir permohonan pendaftaran diterima.
• Melakukan penerbitan surat keputusan kelebihan pajak dalam
jangka waktu 1 bulan setelah tanggal diajukannya surat
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak
• Melakukan penerbitan surat perintah membayar kelebihan
pajak dalam jangka waktu 1 bulan setelah diajukannya surat
keputusan kelebihan pembayaran pajak.
• Melakukan penerbitan surat keputusan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak dalam jangka waktu dari 3 bulan
yang berkaitan dengan angsuran atau penundaan surat
ketetapan
pajak, surat ketetapan pajak tambahan, dan surat pemberitahuan
pajak, serta berkaitan dengan pengurangan angsuran pajak
penghasilan dalam jangka waktu 10 hari.
• Melakukan penerbitan surat keputusan atas keberatan yang
telah diajukan Wajib Pajak dalam jangka waktu 3 bulan sejak
diterimanya surat permohonan keberatan.
• Memberikan keputusan yang berkaitan dengan pengurangan
atau penghapusan bunga, denda, serta kenaikan dan juga
pengurangan atau pembatalan yang terkait dengan ketetapan
pajak dalam jangka waktu 3 bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan permohonan.
• Wajib merahasiakan data atau informasi yang berkaitan
dengan Wajib Pajak.

Anda mungkin juga menyukai