Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Intelektual Muda #3, Sains, Teknologi dan Kultur Dalam Peningkatan Kualitas Hidup dan

Peradaban , 2 5 Februari 2020, hal:xx-xx, FTSP, Universitas Trisakti.


SACHRA HANGGA ALIYU

EVALUASI DWELLING TIME DI TERMINAL PETI KEMAS


PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

EVALUATION OF DWELLING TIME IN CONTAINER TERMINAL


TANJUNG EMAS SEMARANG PORT

Sachra Hangga Aliyu*1, Ir. Suwandi Saputro, MSc2.


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta
*e-mail: sachrahangga23@gmail.com

ABSTRAK
Sejarah perkembangan dwelling time saat ini berkembang dengan pesat seiring desakan dari
pemerintah yang berada di tingkat global, dimana Pelabuhan Tanjung Emas termasuk pelabuhan
kelas 1. Oleh karena itu, dwelling time sangat mempengaruhi terhadap penumpukan peti kemas di
Pelabuhan Tanjung Emas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan terminal peti
kemas di Pelabuhan Tanjung Emas dalam melayani arus peti kemas, mengetahui penyebab
tingginya angka dwelling time, dan mengetahui luas lapangan penumpukan peti kemas yang
diperlukan untuk menumpuk sampai empat tumpukan peti kemas. Berdasarkan metode yang
digunakan, didapatkan hasil evaluasi yaitu nilai BOR pada tahun 2019 sebesar 31,99% yang
berarti masih mampu melayani arus kapal dan arus barang dengan baik. Sedangkan hasil evaluasi
Dwelling Ttime (DT) masih memiliki angka yang tinggi karena disebabkan pada proses custom
clearance mencapai 5 hari. Akibat tingginya angka dwelling time, maka diperlukan perluasan
lapangan penumpukan sebesar 21.322 m2 atau 2,1 ha. Dari hasil perhitungan luas lapangan
penumpukan yang sudah ada masih mencukupi untuk empat susun petikemas, tetapi memiliki nilai
YOR mencapai 97,03% melebihi yang ditetapkan yaitu 65%.

Kata kunci : Pelabuhan Tanjung Emas, Dwelling Time, BOR, YOR, Lapangan Penumpukan

ABSTRACT

The history of the development of dwelling time is currently developing rapidly as the pressure
from the government at the global level, where the Port of Tanjung Emas is included as a class 1
port. Therefore, dwelling time is very influential on container buildup at the Port of Tanjung
Emas. This study aims to determine the ability of the container terminal at the Port of Tanjung
Emas to serve the flow of containers, determine the causes of high dwelling time, and determine
the size of the container stacking field needed to pile up to four container stacks. Based on the
method used, the evaluation results obtained that the BOR value in 2019 amounted to 31.99%
which means it is still able to serve the flow of ships and the flow of goods properly. While the
results of the Dwelling Ttime (DT) evaluation still have a high number because it is caused by the
custom clearance process that reaches 5 days. Due to the high number of dwelling time, it is
necessary to expand the stacking yard by 21,322 m 2 or 2.1 ha. From the results of the calculation
of the existing stacking yard area, it is still sufficient for four stacking containers, but has a YOR
value reaching 97.03%, exceeding the stipulated 65%.

Keywords : Tanjung Emas Port, Dwelling Time, BOR, YOR, Stacking Yard

A. PENDAHULUAN berada di tingkat global. Hingga decade 1960-


A.1 Latar Belakang 1970, dwelling time terus berkembang.
Sejarah perkembangan dwelling time Lahirnya The International Convention on
berkembang sangat pesat belakangan ini Facilitation of International Maritime Traffic,
dikarenakan desakan dari pemerintah yang pada tahun 1965 oleh Intergoverment
Prosiding Seminar Intelektual Muda #2, Peningkatan Kualitas Hidup dan Peradaban Dalam Konteks
IPTEKSEN, 5 September 2019, hal:xx-xx, FTSP, Universitas Trisakti.
SACHRA HANGGA ALIYU

Maritime Consultative Organization (IMCO) Tanjung Emas Semarang saat ini, apakah
yang bertujuan untuk memperlancar hubungan masih mampu melayani arus kapal dan peti
laut antar Negara dengan cara mencegah kemas. (b) melakukan evaluasi terhadap
terjadinya keterlambatan yang tidak perlu dari dwelling time khusus impor di terminal peti
kapal penumpang, awak kapal, dan muatan, kemas yang membuat angka dwelling time
baik pada waktu kedatangan maupun tinggi. (c) untuk mengetahui berapa tumpukan
keberangkatan kapal. peti kemas yang dapat ditumpuk di lapangan
Salah satu contoh yang harus dioptimalkan penumpukan.
dari pelabuhaan adalah pelayanan nya,
pelayanan yang buruk dari pelabuhan akan A.4 Manfaat Penelitian
berdampak buruk juga terhadap kegiatan Manfaat dari penulisan tugas akhir ini
perdagangan maupun distribusi barang di adalah (a) sebagai masukan bagi pihak
Indonesia. Dengan fungsi tersebut, maka manajemen pelabuhan dalam menyusun
pelaksanaan pembangunan harus dapat strategi pelayanan yang berorientasi pada
dipertanggung jawabkan baik secara sosial, pemenuhan kebutuhan layanan konsumen
ekonomi maupun teknis. dalam hal pelayanan peti kemas. (b) dapat
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dijadikan masukan bagi pihak terminal
terletak di bagian utara Kota Semarang yang operator terkait kinerja pelayanan peti kemas.
merupakan satu-satunya pelabuhan di Kota (c) sumber informasi terkait estimasi
Semarang yang dikelola oleh PT. Pelabuhan kebutuhan fasilitas pelabuhan khususnya
Indonesia III (Persero) yang dikategorikan terminal peti kemas dalam mengantisipasi
kelas 1 berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan lonjakan pelayanan peti kemas.
Semarang (RIPS). Pelabuhan Tanjung Emas
memiliki tipe muatan yang diangkut, seperti A.5 Batasan Masalah
muatan curah kering (Dry Bulk Cargo), Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
muatan curah basah (Liquid Bulk Cargo), (a) penelitian ini ditinjau di terminal peti
aneka muatan (General Cargo), penumpang, kemas Tanjung Emas Semarang khusus untuk
ternak dan peti kemas (Terdapat peti kemas bongkar muat peti kemas. (b) data-data yang
untuk ekspor dan impor). dianalisis mengenai waktu operasional
yang dibutuhkan untuk bongkar muat peti
A.2 Rumusan Masalah kemas menggunakan data yang diperoleh
Rumusan masalah berdasarkan latar
dari Kantor Kesyahbadaran Tanjung Emas
belakang dari penelitian ini adalah: (a) apakah
Semarang. (c) penelitian ini tidak membahas
dermaga terminal peti kemas Tanjung Emas
aspek biaya dan ekonomi.
Semarang masih mampu melayani arus kapal
dan peti kemas. (b) apakah yang
B. STUDI PUSTAKA
menyebabkan tingginya angka dwelling time
B.1 Proses Penanganan Peti Kemas
di terminal petikemas Tanjung Emas
Semarang. (c) berapa tumpuk peti kemas yang
dapat ditampung dengan luas lapangan Tahapan proses bongkar muat di
penumpukan yang ada. pelabuhan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
A.3 Tujuan Penelitian 1. Proses Ekspor
Tujuan penelitian ini adalah: (a) - Peti kemas diangkut oleh
melakukan evaluasi di terminal peti kemas angkutan darat menuju
Prosiding Seminar Intelektual Muda #3, Sains, Teknologi dan Kultur Dalam Peningkatan Kualitas Hidup dan
Peradaban , 2 5 Februari 2020, hal:xx-xx, FTSP, Universitas Trisakti.
SACHRA HANGGA ALIYU

pelabuhan, dengan bantuan tempat tujuan oleh angkutan


Rubber Tyred Gantry (RTG) atau darat yang lain.
transteiner peti kemas diturunkan
dan diletakkan di lapangan
penumpukan untuk menunggu B.2 Berth Occupancy Ratio (BOR)
pengapalan, proses ini disebut Berth Occupancy Ratio (BOR) atau
dengan stacking. tingkat pemakaian dermaga menunjukkan
- Kapal untuk mengangkut kinerja pelabuhan yang merupakan antara
petikemas merapat di dermaga jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang
pelabuhan tersedia dengan jumlah waktu yang tersedia
- Peti kemas yang sudah siap selama satu periode yang dinyatakan dalam
diangkut dinaikkan ke atas head persentase. Indikator kinerja pelabuhan
truck dengan Rubber Tyred digunakan untuk mengukur sejauh mana
Gantry (RTG), proses ini disebut fasilitas dermaga dan sarana penunjang
juga dengan lift on. dimanfaatkan secara intensif. Secara umum
- Peti kemas yang berada di atas nilai BOR
head truck dibawa menuju ke dapat
kapal, proses ini disebut juga dihitung
dengan haulage dengan persamaan :
- Dengan menggunakan container …………(b-1)
crane (CC) peti kemas
dipindahkan dari head truck
menuju ke kapal yang disebut Dimana :
juga dengan proses stevedoring BOR = Berth Occupancy Ratio (%)
atau loading Vs = Jumlah kapal yang dilayani
- Kemudian kapal siap untuk (Unit/tahun)
meninggalkan dermaga TPKS. St = Service Time (Jam/hari)
2. Proses Impor n = Jumlah tambatan
- Kapal merapat dan bersandar di Waktu efektif = Jumlah hari dalam satu
dermaga tahun
- Peti kemas diturunkan dengan
Container Crane (CC) dari kapal Tabel 1. Nilai BOR yang disarankan
ke atas head truck, proses ini berdasarkan UNCTAD
disebut juga dengan stevedoring
atau discharge.
- Peti kemas yang diatas head
truck diangkut menuju lapangan
penumpukan yang biasa disebut
haulage.
- Di lapangan penumpukan peti
kemas diturunkan dari head
truck dengan alat Rubber tyred
Gantry (RTG), proses ini dsebut
juga dengan lift off.
- Dari lapangan penumpukan peti Sumber : Diktat Kuliah Ir. Suwandi Saputro, MSC
kemas akan diangkut menuju
B.3 Dwelling Time (DT)
Prosiding Seminar Intelektual Muda #2, Peningkatan Kualitas Hidup dan Peradaban Dalam Konteks
IPTEKSEN, 5 September 2019, hal:xx-xx, FTSP, Universitas Trisakti.
SACHRA HANGGA ALIYU

Dwelling time atau waktu berapa lama peti perkerasan agar mampu mendukung peralatan
kemas (barang impor) ditimbun di Tempat pengangkat barang dan peti kemas. Untuk
Penimbunan Sementara (TPS) di pelabuhan menghitung luas kebutuhan lapangan
sejak dibongkar dari kapal sampai dengan penumpukan petikemas maka rumus yang
barang impor keluar dari TPS. Secara garis dapat digunakan adalah:
besar, proses yang menentukan lamanya Kebutuhan Lapangan Penumpukan
dwelling time di pelabuhan dibagi menjadi = Luas Efektif + Luas jalur alat berat yang ada
tiga, yaitu : + luas jalan dalam blok (m²)…………….. (b-
1. Pre-Custom Clearance 3)
Waktu yang diperlukan sejak peti
kemas dibongkar dari kapal sampai Dimana:
dengan importir melakukan submit Luas efektif = luas slot yang dibutuhkan +
pemberitahuan import barang (PIB) ke luas jarak antar peti kemas (m²)
Bea Cukai. Luas jalur alat berat = panjang blok × blok
2. Custom Clearance yang dibutuhkan (m²)
Waktu yang dibutuhkan dari sejak PIB Luas jalan dalam blok = lebar jalan × lebar
diterima sampai dengan diterbitkannya blok ×blok yang dibutuhkan (m²)
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB) oleh Bea Cukai.
3. Post Custom Clearance
Waktu yang dibutuhkan dari sejak B.5 Tingkat Pemanfaatan Lapangan
SPPB diterbitkan sampai dengan Penumpukan
pengeluaran barang import dari
Tempat Penumpukan Sementara Tinggi nya arus peti kemas dan
(TPS). keterbatasan luas fasilitas peti kemas perlu
Rumus yang dapat digunakan yaitu : diimbangi dengan manajemen pelayanan yang
baik yang dapat memperlancar proses keluar
DT = TP +TCC + TPC ……………………..(b- dan masuknya peti kemas di lingkungan
2)
terminal peti kemas, sehingga tidak
menyebabkan tingginya utilisasi dari lapangan
Dimana :
penumpukan (Yard Occupancy Ratio/YOR).
DT = Dwelling Time
Tingginya YOR di sebuah pelabuhan akan
TP = Lama waktu pre-clearance
menyebabkan menumpuknya barang yang
TCC = Lama waktu custom clearance
tertimbun di areal terminal peti kemas dan
TPC = Lama waktu post clearance
dapat memperhambat pihak terminal untuk
B.4 Kebutuhan Lapangan mendapatkan ruang saat kegiatan bongkar
muat.
Penumpukan Petikemas (Container
Maka rumus yang dapat digunakan untuk
Yars) mencari kebutuhan luas lapangan
Lapangan penumpukan merupakan tempat penumpukan peti kemas
untuk menyimpan dan menumpuk peti kemas, menurut Yuwono
dimana petikemas yang berisi muatan akan (2010), sebagai berikut:
diserahkan ke pemilik barang dan petikemas
kosong diambil oleh pensgirim barang. ….……………..(b-4)
Lapangan ini berada didaratan dan permukaan
lapangan petikemas harus dilapisi oleh Dimana:
Prosiding Seminar Intelektual Muda #3, Sains, Teknologi dan Kultur Dalam Peningkatan Kualitas Hidup dan
Peradaban , 2 5 Februari 2020, hal:xx-xx, FTSP, Universitas Trisakti.
SACHRA HANGGA ALIYU

A : Luas lapangan penumpukan (m²) bujur 110̊-24’-00” Timur sampai dengan bujur
T : Arus petikemas per tahun (TEUs) 110̊-26’-00” Timur.
DT : Dwelling Time atau jumlah hari rerata
peti kemas tersimpan dilapangan
penumpukan. Apabila tidak ada informasi,
bisa gunakan 7 hari untuk peti kemas impor
dan 5 hari untuk peti kemas ekspor. Untuk
peti kemas kosong waktu penyimpanan adalah
2 hari (hari)..
ATEU : Luasan yang dibutuhkan untuk satu
TEUs yang tergantung pada sistem
penanganan peti kemas da jumlah tumpukan (Gambar 1. Denah Lokasi Terminal Peti
petikemas di lapangan penumpukan (m²/TEU) Kemas Tanjung Emas)
Bs : Broken Stowage pf cargo (volume yang
hilang karena adanya jalan atau jarak antara Penelitian yang baik harus mempunyai
peti kemas di lapangan penumpukan, yang metode yang jelas untuk mengevaluasi,
bergantung pada sistem penanganan peti dimana metode dalam penelitian ini
kemas, nilainya sekitar 0,4-0,5) menggunakan data umum Pelabuhan Tanjung
Emas Semarang, data kunjungan kapal, data
jumlah arus peti kemas, fasilitas dan
peralatan, lama waktu penumpukan petikemas
di lapangan petikemas, serta luas lapangan
peti kemas yang didapatkan dari dari instansi
Tabel 2. Luasan Yang Diperlukan Per TEU terkait yaitu Kantor Kesyahbandaran Dan
Otoritas Pelabuhan (KSOP). Bagan alir
metode penelitian dan analisis data dapat
dilihat pada Gambar 2.

Sumber : Triatmodjo (2010)

C. METODE
Bahan studi yang akan dibahas pada
Tugas Akhir ini adalah Evaluasi Dwelling
Time Impor Di Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang. Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang terletak di pantai Utara Jawa
Tengah pada posisi lintang 06̊-57’-00” Selatan
sampai dengan lintang 06̊-57’-00” Selatan,
Prosiding Seminar Intelektual Muda #2, Peningkatan Kualitas Hidup dan Peradaban Dalam Konteks
IPTEKSEN, 5 September 2019, hal:xx-xx, FTSP, Universitas Trisakti.
SACHRA HANGGA ALIYU

Tabel 4. Perhitungan Berth Occupancy Ratio


(BOR)

Dari tabel 4. di atas dapat dilihat dengan


grafik kenaikan atau penurunan nilai BOR
berikut ini :

(Gambar 2. Bagan Alir)


(Gambar 2. Grafik BOR Tahun 2015-2019)

D. HASIL STUDI D.3 Evaluasi Dwelling Time


D.1 Perhitungan Arus Peti Kemas di TPKS Berdasarkan tinjauan pustaka dijelaskan
Dalam perhitugan arus peti kemas diambil bahwa dwelling time memiliki tiga proses
dari lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2015 yaitu, pre clearance, custom clearance, dan
sampai 2019 yang dirangkum dalam tabel di post custom clearance jika dijumlahkan
bawah ini. membutuhkan waktu selama 250 menit atau 4
Tabel 3. Data Arus Peti Kemas Di TPKS jam 10 menit. Untuk satu bulan terdapat 284
kapal yang berlabuh di TPKS, sedangkan per
harinya ada 10 kapal yang berlabuh.
Dari hasil perhitungan Dwelling Time total
selama satu bulan untuk 284 kapal
membutuhkan waktu 1.183 jam per bulan dan
untuk satu hari membutuhkan waktu 42 jam
Sumber: PT. PELINDO III per 10 kapal, sementara jam kerja Bea Cukai
perhari dihitung 8 jam, maka pengerjaan
D.2 Perhitungan Nilai BOR (Berth untuk 10 kapal adalah 42 jam dibagi dengan 8
Occupancy Ratio) jam yaitu 5 hari kerja.
Nilai BOR atau tingkat penggunaan Jadi untuk satu siklus peti kemas bisa
dermaga dalam satu periode dapat dihitung mencapai 5 hari di Tempat Penumpukan
dengan menggunakan persamaan (b-1) Sementara (TPS), sedangkan menurut Kantor
sehingga diperoleh hasil seperti berikut ini : Kesyahbandaran dan Otorita rata-rata
dwelling time di terminal peti kemas yang
Prosiding Seminar Intelektual Muda #3, Sains, Teknologi dan Kultur Dalam Peningkatan Kualitas Hidup dan
Peradaban , 2 5 Februari 2020, hal:xx-xx, FTSP, Universitas Trisakti.
SACHRA HANGGA ALIYU

baik maksimal 3 hari. Untuk itu perlu 2019 kebutuhan lapangan penumpukan
diadakannya penekanan dwelling time di melebihi kapasitas yang ada yaitu sebesar
terminal peti kemas Tanjung Emas Semarang. 103.822 m2. Hasil tersebut melebihi dari luas
Rata – rata dwelling time dari tahun 2015- lapangan penumpukan yang ada, jadi
2019 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : memerlukan perluasan lahan lapangan
Tabel 5. Rata-Rata Dwelling Time Impor Di penumpukan sebesar 21.382 m2.
TPKS

D.5 Tingkat Pemanfaatan Lapangan


Penumpukan Peti Kemas (YOR)
Dari hasil perhitungan kebutuhan luas
lapangan peti kemas di Pelabuhan Tanjung
Emas Semarang pada tahun 2019 sebesar
80.449 m2 masih mencukupi karena luas
Sumber: PT.PELINDO III lapangan penumpukan yang tersedia sebesar
82.500 m2 untuk empat susun peti kemas.
Hasil perhitungan tersebut digunakan
untuk menghitung YOR yang dihasilkan nilai
YOR tersebut sebesar 97,03%. Hasil tersebut
dinyatakan kurang baik kinerjanya, karna
pencapaiannya di atas 10% dari Standar
Kinerja Pelayanan Operasional yang terlah
ditetapkan sebesar 65%, maka dibutuhkan
penambahan luas lapangan penumpukan.
(Gambar 3. Grafik Rata-Rata Dwelling Time)

E. KESIMPULAN
Hasil rata-rata dwelling time peti kemas
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
impor di TPKS Semarang menunjukkan pada
perhitungan yang telah dilakukan, yaitu:
tahun 2015 mencapai 3,93 hari, tahun 2016
1. Berdasarkan hasil perhitungan BOR yang
mengalami kenaikan mencapai 4,25 hari,
didapatkan pada tahun 2019 adalah
tahun 2017 mengalami penurunan kembali
sebesar 31,99% lebih rendah daripada
menjadi 3,98 hari, dan pada tahun 2018
nilai yang diberikan oleh UNCTAD yaitu
sampai 2019 terus mengalami kenaikan
sebesar 50% untuk pelabuhan yang
sebesar 4,27 hari dan 4,73 hari.
memiliki 2 tambatan, maka dermaga
petikemas masih mampu melayani arus
D.4 Kebutuhan Lapangan Penumpukan kapal dan arus barang dengan baik.
Lahan yang dimiliki oleh TPKS Semarang 2. Menurut hasil evaluasi Dwelling Time
seluruhnya adalah 82.500 m². Data arus peti (DT) yang menyebabkan tingginya angka
kemas tiap tahun tabel 3. akan digunakan dwelling time yaitu terdapat pada
untuk menghitung kebutuhan lapangan kegiatan custom clearance di proses
penumpukan. pemeriksaan dokumen yang
Sesuai dengan hasil perhitungan luas membutuhkan waktu mencapai 250
lapangan penumpukan berdasarkan atas menit atau 4 jam 10 menit.
permintaan jumlah peti kemas, untuk tahun 3. Hasil dari perhitungan Dwelling Time
(DT) total untuk 1 kapal perhari
Prosiding Seminar Intelektual Muda #2, Peningkatan Kualitas Hidup dan Peradaban Dalam Konteks
IPTEKSEN, 5 September 2019, hal:xx-xx, FTSP, Universitas Trisakti.
SACHRA HANGGA ALIYU

membutuhkan waktu 3100 menit dari Fauzan, Dio Aulia. 2017. Analisis Kinerja
kapal di bongkar sampai container Bongkar Muat Barang Dalam Upaya
dibawa keluar areal TPKS. Meningkatkan Arus Terminal Peti
4. Rata-rata Dwelling Time (DT) pada Kemas Palaran Di Kota Samarinda.
tahun 2019 mempunyai siklus antara 3-5 Jurnal Teknik Sipil Universitas 17
hari tiap bulannya dengan rata-rata Agustus 1945 Samarinda. Samarinda.
dwelling time yaitu 5 hari untuk satu Fetriansyah, Yogi. 2019. Analisis Kebutuhan
tahun. Lapangan Penumpukan (Container
5. Kebutuhan lapangan penumpukan di Yard) Pada Pelabuhan Pulai Baai
terminal peti kemas Tanjung Emas
Bengkulu. Jurnal Teknik Sipil
Semarang pada tahun 2019 telah
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
melebihi kapasitas yang ada, maka
Handajani, M. 2010. Analisis Kinerja
diperlukan perluasan lapangan
Operasional Bongkar Muat Petikemas
penumpukan sebesar 21.322 m² atau
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
sama dengan 2,1 ha.
6. Dari hasil perhitungan tingkat Universitas Semarang.
pemanfaatan lapangan menumpukan, Indah, Nutfah S.2007. Analisa Kinerja dan
luas lapangan penumpukan yang tersedia Efektifitas Bongkar Muat Pada
masih cukup untuk menumpuk 4 susun Terminal Peti Kemas (TPK) Koja.
petikemas, tetapi tingkat pemakaian Khusyairi, Abu. 2016. Analisis Kinerja
kapasitas lapangan penumpukan ditinjau Pelayanan Operasional Peti Kemas Di
dari nilai Yard Occupancy Ratio (YOR) Pelabuhan Pangkal Balam Kota Pangkal
sudah 97,03% melebihi yang ditetapkan Pinang. Jurnal Teknik Sipil UBB, (Vol 4
yaitu 65%. No. 2 (2016)).
Pelabuhan Indonesia III, 2009, 8 Tahun
F. UCAPAN TERIMA KASIH
Terminal Peti Kemas Semarang
Terima kasih kepada ketua Jurusan Teknik
Menjawab Tantangan Global,
Sipil, Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas
Semarang.
Pelabuhan (KSOP) dan semua pihak yang
Republik Indonesia. 2018. Review Rencana
telah membantu saya dalam penyelesaian dan
Induk Pelabuhan Tanjung Emas
publikasi jurnal ini
Provinsi Jawa Tengah. Direktorat
Jendral Perhubungan Laut. Jakarta.
REFERENSI Sekretariat Negara RI. 2009. Peraturan
Asmadewa, Indra. 2017. Analisis Dwelling Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Time Impor Pada Pelabuhan Tanjung 61 Tentang Kepelabuhan. Jakarta:
Priok Melalui Penerapan Theory Of Sekretariat Negara RI.
Constraints. Pegawai Ditjen Bea dan Triatmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan
Cukai, KPU BC Tipe C Soekarno Hatta. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset
Tangerang. Thoresen, CA., 2003, Port Designer’s
Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Handbook: Recommendations and
Perhubungan Laut Direktorat Pelabuhan Guidelines, Thomas Telford, London.
Dan Pengerukan. 2000. Pedoman UNCTAD (United Nation Conference on
Pembangunan Pelabuhan. Indonesia: Trade and Development), Operating
Departemen Perhubungan Direktorat and Maintenance Feature of Container
Jenderal Perhubungan Laut Direktorat Handling Systems.
Pelabuhan Dan Pengerukan.

Anda mungkin juga menyukai