Anda di halaman 1dari 3

Analisis keluarga sehat PWS KIA

Kasus kebidanan
Dewi Retno Ningsih (1815301303)
Sistem informasi pada pelaksanaan program KIA sudah ada sejak tahun 1985 di
Indonesia dengan menggunakan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). PWS digunakan sebagai
alat untuk memantau program terkait KIA di suatu wilayah secara kontinyu. Sehingga jika terjadi
sesuatu dapat ditindaklanjuti secara cepat dan tepat. Program KIA yang dipantau dengan PWS
meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, KB, bayi
baru lahir (dengan atau tanpa komplikasi), bayi, dan balita. Dalam melakukan pemantauan, PWS
KIA melakukan kegiatan yang terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan
tindak lanjut. [CITATION Kem10 \l 1033 ]

PWS KIA merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Kemenkes dalam menyajikan bentuk
pencatatan dan pelaporan pemantauan kesehatan ibu dan anak melalui suatu program sistem
informasi terpadu. Pada 2008 PWS KIA ini didukung dengan software Kartini yang dibuat oleh
Kemenkes bekerjasama dengan UNICEF, sehingga sistem pencatatan dan pelaporan mengenai
KIA dapat langsung diakses oleh Kementerian Kesehatan. Jaringan sistem informasi tersebut
saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang
dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan dikelola
sebaik-baiknya.[ CITATION Kem10 \l 1033 ]

Berikut adalah fitur dan laporan yang ada dalam PWS KIA Kartini:

 Master data
Meliputi input profil puskesmas; data desa, posyandu, dan bidan.
 Kegiatan PWS
Meliputi identifukasi WUS, register bumil, ANC, persalinan ibu, BBL, PNC,
pemeriksaan neonatus-bayi dan balita, serta kematian ibu dan bayi.
 Laporan
Meliputi laporan kohort, dasar, pelayanan KIA, imunisasi, kematian, PWSpenelusuran,
dan pemantauan; taksiran persalinan; surat kelahiran; kartu ibu dan bayi; serta grafik
pelayanan KIA, laporan PWS, dan tren PWS.
PWS KIA memiliki 13 indikator, seperti capaian K1 dan K4, capaian persalinan tenaga
kesehatan, KF 1 (6-48 jam), KF 2 (3-7 hari), KF 3 (8-28 hari), KF 4 (29-42 hari), KF Lengkap,
Pelayanan Kesehatan Neonatus (KN 1 dan KN Lengkap), Deteksi Resti (Tenaga Kesehatan dan
Masyarakat), Penanganan Komplikasi (Obstetri dan Neonatus), Kunjungan Bayi Lengkap ( 4
kali kunjungan), Pelayanan Balita dan MTBS, dan KB Aktif. Sistem pelaporan yang berjenjang,
maka proses pencatatan, pengolahan dan pelaporan dilakukan secara komputerisasi sejak di
tingkat desa. Tujuannya untuk memudahkan pelaporan dan akses data dari tingkat tinggi ke
rendah maupun sebaliknya.[CITATION Kem10 \l 1033 ]

Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau
seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan
seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat
memperoleh penanganan yang memadai. Ke depannya diharapkan terdapat pelatihan SDM
secara periodik terkait penggunaan sstem informasi ini. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi
mengenai program ini agar masyarakat luas dapat mengakses data yang tersedia dalam program
ini tanpa mengubah, menambah, ataupun mengurangi informasi yang ada. [CITATION Kem10 \l
1033 ]

Seorang bidan harus mencatat setiap ibu hamil yang ada di desanya. Sehingga setiap bulan dia
dapat melakukan analisis dan penelusuran data kohort terhadap ibu hamil di desanya. Analisis
dan penelusuran data kohort yang dapat dilakukan oleh bidan untuk meningkatkan kinerja bidan,

1. Dari data kohort ditemukan :

KASUS

a. Ibu T, 19 tahun, punya jamkesmas, hamil anak pertama, HPHT tanggal 21 Februari 2008,
taksiran partus tanggal 7 September 2008, rencana persalinan oleh bidan, tempat persalinan di
rumah, pendamping persalinan suami, transportasi dari suami, donor darah dari suami, datang
ANC pertama kali tanggal 25 April 2008 pada usia 9 minggu, dengan hasil pemeriksaan BB 37
kg, Tekanan Darah 90/60 dan LILA 22 cm dan anemia. Hasil pemeriksaan dicatat dalam buku
KIA. Tanggal 15 April 2008 keguguran ditolong oleh dukun

MASALAH

1. G1A1, usia terlalu muda


Pada usia muda system reproduksi wanita belum sepenuhnya matang dan berfungsi
dengan baik oleh karena itu jika hamil pada usia muda akan menimbulkan resiko
2. Rencana persalinan di rumah
Rencana persalinan dirumah memang boleh ,tapi dilihat kembali dari kebersihan
lingkungan,kesterilan dari peralatan dalam pertolongan persalinan sehingga tidak
menimbulkan infeksi yang mengakibatkan meningkatnya kematian ibu dan bayi di
Indonesia
3. Status gizi kurang
Status gizi ditinjau dari ukuran lila dan pemenuhan gizi,dimana untuk ukuran lila normal
ibu hamil >23,5 cm,jika berada <23,5 cm maka ibu mengalami KEK
4. Anemia
Dikatakan anemia apabila hemoglobin ibu <11 g/dL.
5. Abortus ditolong dukun
Diduga mengalami abortus karena persalinan ditolong dukun yang belum terampil dan
memiliki wawasan dalam penanganan kehamilan.
[ CITATION efr15 \l 1033 ]

RENCANA TINDAK LANJUT

1. Kunjungan rumah segera


Kunjungan rumah disini berguna untuk melihat dan meninjau kembali perkembanagn ibu
dan melihat penyebab terjadinya keguguran serta menjalin pendekatan pada ibu.
2. Perbaiki status gizi (berikan PMT dan konseling gizi, libatkan masyarakat untuk
mendukung)
Dimana kita lihat pada kasus ibu ini dikatakan KEK karena ukuran LILA 22 cm dan brat
badan 37 kg.sedangkan pada ibu hamil untuk ukurab lila >23,5cm.libatkan masyarakat
untuk mendukung keluarga ini agar tercukupi gizi pada ibu dan meminimalisir anemia
serta KEK
3. Atasi anemia (berikan tab Fe)
Berikan konseling pada ibu tentang pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah
minimal 90 butir selama kehamilan.
4. Konseling tunda kehamilan (libatkan suami) sampai usia > 20 tahun dan status gizi nya
baik
Berikan konseling pada keluarga untuk menhindari hamil pada terlalu muda <20
tahun.terlalu tua >35 tahun,terlalu jauh jarak dan terlalu dekat jarak dikarenakan banyak
memiliki resiko dalam kehamilan .[ CITATION efr15 \l 1033 ]

Anda mungkin juga menyukai