Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

MAKALAH HORMON REPRODUKSI

Pengampu: dr. Ahmad Syauqy M.Biomed

Nama : Meri Satriyawati

Nim: G1A116049

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
1  Pengertian Hormon
            Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak
memiliki saluran sendiri. Hormon adalah melekul yang berfungsi di dalam tubuh sebagai
sinyal kimia. Hormon dibebaskan sel-sel khusus yang disebut sel-sel endokrin karena sel-sel
tersebut bersekresi ke arah dalam dan berbeda dari sel-sel eksokrin, yang bersekresi ke dalam
rongga tubuh atau permukaan tubuh.
Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau
kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut
homeostasis, yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar
endokrin yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal,
pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau testis).
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ
yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut demikian karena
hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati saluran
khusus. Di pihak lain, terdapat pula kelenjar eksokrin yang mengedarkan hasil sekresinya
melalui saluran khusus.

2.Kelenjar yang Menghasilkan Hormon


Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat menghasilkan
hormon reproduksi, yakni, Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium, Endometrium, dan Testis.
  
  Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh empat kelenjar diatas, antara lain adalah ;

Tabel 1. Kelenjar yang menghasilkan hormon reproduksi


No Nama Kelenjar Hormon yang dihasilkan
1 Hipofisa ·      Follicle Stimulating Hormone (FSH)
·      Luteinizing Hormone (LH)
·      Luteotropic Hormone (LTH)
2 Ovarium ·      Estrogen
·      Progesteron
3 Endometrium ·      Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
4 Testis ·      Testosteron

3  Macam-Macam Hormon Reproduksi


Tabel 2. Hormon reproduksi pada manusia
Hormon pada Pria Hormon pada Wanita
·     Hormon testosteron ·      Hormon GnRH (Gonadotropin
·     Hormon gonadotropin  Releasing Hormon)
·     Hormon estrogen ·      Hormon  FSH
·     Hormon pertumbuhan ·      Hormon LH
·      Hormon estrogen

Hormon pada Pria

1.      Testosteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat diantara tubulus seminiferus.
Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma,
terutama meosis untuk membentuk spermatogenesis sekunder.

Dihasilkan oleh sel intertisial yang terletak antara tubulus seminiferus. Sel ini
berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa.

Setelah pubertas, sel intertisial banyak menghasilkan hormon testosteron yang


disekresikan oleh testis. Sebagian besar testosteron berikatan longggar dengan protein plasma
yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi
dehidrasi testosteron. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat di ubah oleh
hati menjadi aldosteron dan dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresikan dalam usus
menjadi empedu ke dalam urin.

Fungsi testosteron adalah sebagai berikut:


a)   Efek desensus (penempatan) testis. Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal
yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan
faktor keturunan.
b)   Perkembangan seks primer dan sekunder: sekresi testosterone setelah pubertas
menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi
pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.

2.   Hormon Gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu Lutein Hormon
(LH) dan Folikel Stimulating Hormon (FSH). Bila testis dirangsang oleh LH dari kelenjar
hipofisis, maka sekresi testosteron selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan
pembentukan organ seks pria.
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel
Leydig untuk mensekresi testoteron. FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis
anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan
spermatid menjadi sperma tidak akan terjadi.
Perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus
dirangsang oleh FSH. Namun, FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa.
Oleh karena itu, testosteron disekresikan secara serentak oleh sel intertisial yang berdifusi
menuju tubulus seminiferus. Testosteron diperlukan untuk proses pematangan akhir
spermatozoa.

3.   Hormon Estrogen
Dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini
memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk mengikat
testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen tubulus
seminiferus untuk pematangan sperma.

4.   Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis. Bila tidak
terdapat hormon pertumbuhan, maka spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama
sekali.

Hormon pada Wanita


1.      Hormon GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormon)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis
anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH/LH).

2.      Hormon FSH (Follicle Stimullating Hormone)


Diproduksi di sel-sel basa hipofisis anterior, sebagai respon terhadap GnRH.
Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium
wanita (pada pria: memicu pematangan sperma di testis). Pelepasannya periodic/pulsatif,
waktu paruh eliminasi pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah.
Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulose ovarium, melalui mekanisme
feedback negatif.
Follicle Stimulating Hormone (FSH) : berfungsi Merangsang pematanganØ folikel
dalam ovarium dan menghasilkan estrogen, mengendalikan ciri seksual pria & wanita
(penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin
sifat kepribadian)

3.      Hormon LH (Lutinizing Homone)/ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormon)


Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH,LH berfungsi
memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan se-sel granulosa) dan juga mencetuskan
terjadinya ovulasi dipertengahan siklus( LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH
meningkatkan dan mempertahankan fungsi siklus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan
progesterone. Pelepasannya juga periodic/pulsatif, kadarnya dalam darah berfariasi setiap
fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar satu jam). Kerja sangat cepat dan
singkat. (Pada pria: LH memicu sintesis tertosteron di sel-sel leydig testis).
Luteinizing Hormone (LH) : berfungsi mempengaruhi pematangan folikel dalam
ovarium dan menghasilkan progestron, mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan
sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi.

4.      Hormon Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka internal folikel di ovarium
secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal mrlalui
konfersi hormone androgen. Pada pria diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan,
diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Estrogen berfungsi untuk merangsang
sekresi hormon LH.
Pada uterus: menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks: menyebabkan
pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks pada vagina : menyebabkan proliferasi
epitel vagina. Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara, juga mengatur distribusi
lemak tubuh. Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu
pertumbuhan / generasi tulang. Pada wanita pascamenopouse, untuk pencegahan tulang
kropos/ osteoporosis, dapat diberikan terapi hormone estrogen (sintetik) pengganti.
Hormon estrogen berfungsi mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem
reproduksi wanita, saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi,
tumbuhnya payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan
kemaluan. Di samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan
endometrium.

5.      Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron
menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus,
yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi
implantasi. Progesteron untuk menghambat sekresi FSH dan LH.
Hormon progesteron : berfungsi mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman sel
telur yang telah dibuahi, mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu, menjaga
penebalan endometrium, menghambat produksi hormon FSH, dan memperlancar produksi
laktogen (susu). Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.
6.      HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-
hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi
imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan
adanya kehamilan.

7.      LTH (Lactotrophic Hormon) / Prolactin


Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi
dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi
pematangan sel telur dan mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi
pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.

4  Siklus Estrus dan Menstruasi


Berbeda dengan laki-laki, wanita hanya mengeluarkan satu sel telur saja, selama
waktu tertentu (siklus). Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus yang dikontrol oleh
hormon. Pada manusia dan primata, siklus reproduksinya disebut siklus menstruasi,
sedangkan pada mamalia lain disebut siklus estrus. Menstruasi dapat diartikan sebagai
luruhnya ovum yang tidak dibuahi beserta lapisan dinding uterus yang terjadi secara periodik.
Darah menstruasi sering disertai jaringan-jaringan kecil yang bukan darah. Siklus reproduksi
ini umumnya memiliki periode 28 hari hingga satu bulan, oleh krena itu
disebut mens (berasal dari bahasa latin, menses yang arinya bulan).
Siklus estrus merupakan suatu perilaku seksual yang agresif dari hewan betina pada
saat terjadi ovulasi. Estrus ini merupakan peristiwa yang paling menonjol dari siklus
reproduksi mamalia selain manusia dan primata. Oleh karena itu, siklus reproduksinya
disebut siklus estrus.

Tabel 3. Perbedaan siklus estrus dan menstruasi


Siklus Estrus Siklus Menstruasi
·      Tidak terjadi pembuahan
maka
·      Tidak terjadi pendarahan karena
endometrim akan dikeluarkan bersama
endometrium diserap (reabsorpsi) oleh
darah.
uterus.
·      Siklus menstruasi wanita umumnya
·      Siklus estrus pada tikus hanya 5 hari
28 hari sekali.
sekali.
Selama ovulasi, kandungan estrogen tinggi, sehingga lendir pada serviks tipis.
Keadaan itu melancarkan sperma untuk bergerak dari vagina ke uterus. Setelah ovulasi,
kandungan progesteron meningkat, dan lendir serviks menebal dan lengket. Lendir itu akan
menghalangi jalan masuk sperma ke uterus.

Fase Siklus Menstrusi


Siklus menstruasi pada wanita terdiri dari tiga fase, yaitu fase aliran menstruasi, fase
proliferasi dan sekresi.
1.      Fase aliran menstruasi
Tahap ini berlangsung selama 4-6 hari dalam satu siklus. Oleh karena hormon
estrogen dan progesteron berhenti dikeluarkan, maka endometrium mengalami degenerasi.
Darah, mukus dan sel-sel epitel dikeluarkan sebagai darah haid dari rongga uterus ke vagina.
Dengan menurun dan hilanganya progesteron dan estrogen, FSH aktif di produksi lagi dan
siklus dimulai kembali.

2.      Fase proliferasi
Fase ini dikendalikan oleh hormon estrogen maka disebut juga “fase estrogenik”. Fase
ini dimulai pada hari ke-5 sampai hari ke-14  dari siklus.
Setiap bulan setelah haid, hipofisis menskresikan FSH. Ormon ini berpengarauh
terhadap proses pertumbuhan dan pematangan ovum dan folikel Graaf. Selama pertumbuhan
folikel menjadi folikel graaf terjadi proses pembentukan dan pengeluaran hormon estrogen.
Estroge berfungsi untuk membangan edometrium sehingga endometrium rahim menebal
hingga 5-7 cm. Selain itu, estrogen juga mempengaruhi kelenjar serviks untuk menghasilkan
cairan encer.
Adanya estrogen akan menghambat pengeluaran FSH dan memacu pengeluaran LH
yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Pada tahap akhir, dengan pecahnya folikel
graaf, ovum perlepas dan terlempar keluar disebut ovulasi, kira-kira hari ke-14 dari suatu
siklus.

3.      Fase sekresi (fase progesteron)


Fase ini terjadi pada hari ke 14-28 dari siklus. Folikel graaf yang pecah pada saat
ovulasi berubah menjadi korpus rubrum  yang mengandung banyak darah. Adanya LH
menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum (badan kuning). Korpus luteum
mensekresikan hormon progesteron.
Selama fase sekresi, endometrim terus menebal. Arteri-arteri mebesar, dan kelenjar
endometrium tumbuh. Perubahan endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron yang disekresikan oleh korpus luteum sesudah ovulasi. Jika tidak ada kehamilan,
korpus luteum berdegenerasi sehingga progesteron dan estrogen menurun bahkan sampai
hilang.
5. biosintesis dan rumus kimia hormon reproduksi
A. Korteks Adrenal

Hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenal terdiri atas 3 golongan yaitu

1. Glukokortikoid berasal dari sel-sel zona fasikulata, terhadap metabolisme protein,


karbohidrat dan lipid.

2. Mineralkortikoid, berasal dari dari sel-sel zona glomerulosa, berperan dalam transport/
keseimbangan elektrolit dan distribusi air dalam jaringan.

3. Androgen dan esterogen, bearasal dari sel-sel zona retikularis dan zona fasikulata, berperan
dalam terhadap sifat seks sekunder Sel Target Semua steroid dalam sitoplasma bergabung
dengan protein Reseptor spesifik untuk tiap-tiap steroid. Bisa juga terikat secara kompetitif
membentuk kompleks Hormon-reseptor. Untuk steroid tertentu kompleks Hormon-reseptor
berperan sebagai sebagai pengatur. Kompleks Hormon-reseptor masuk ke inti dan terikat
pada kromatin (reversibel) DNA yang selanjutnya sebagai bahan untuk membuat mRNA
pada sintesis protein atau enzim. Steroid pada konsentrasi tinggi bekerja langsung pada
aktivitas enzim-enzim di membran sel-sel target Struktur Kimia Mempunyai inti
siklopentanoper hidrofenantren disintesis dari kolesterol.

Gambar 13.1. Struktur molekul steroid

Variasi Isomer Steroid terdiri atas 2 yaitu cincin A dan B bisa sis atau trans kecuali estrogen
karena cincin A-nya aromatik dan hidrogen atau gugus lain yang melekat pada cincin A atau
B dengan orientasi α atau β, Bentuk α gugus di bawah bidang cincin, Bentuk β gugus di atas
bidang cincin dan Orientasi α terdapat metil di C17. Orientasi β terdapat gugus metil pada
atom C-19 yang berada di atas bidang cincin.

Steroid aktif secara fisiologis berjumlah 50 steroid. Steroid terbanyak dalam plasma dalam
bentuk bebas (kortisol) antara lain kortison, hidrokortison (kortisol, 17-OHkortikosteron),
aldosteron, androstenedion dan dehidroepiandrosteron (DHA/DHEA). Hormon
Mineralkortikoid/ Aldosteron pada sintesisnya perlu hidroksilasi pada C18 oleh enzim
hidrosilasenya hanya ada di zona Glomerulus ginjal ( di bawah kapsula bowmann). Sebagian
besar hidroksilase steroid ada di adrenal korteks. Struktur aldosteron mirip kortikosteron,
hanya pada atom C18 ada gugus aldehid. Deoskikortikosteron (DOC) merupakan prazat
aldosteron. Aldosteron sintetis pada strukturnya mempunya gugus asetat dan
deoksikortikosteroid asetat (DOCA)

Hormon Androgen Adrenal( Dehidroepiandrosteron/DHEA)

Hormon androgen Adrenal dibentuk dari 17-OH pregnenolon, yang dipecah pada rantai
sampingnya. Estrogen adrenal berjumlah sedikit serta dapat dibuat dari testosteron (melalui
dehidroepiandrosteron (DHEA) dan 17-OH progesteron). Konyugat sulfat DHEA terdapat
dalam kelenjar Adrenal. Pregnenolon-sulfat dapat menjadi dehidroepiandrosteron tanpa
melepaskan sulfatnya, berperanan dalam sintesis hormon steroid. Fungsi Metabolisme
hormon-hormon glukokortikoid Kortisol dan steroid lain yaitu sintesis enzim sel-sel target,
glikolisis bila terjadinya peningkatkan glukosa darah, pada lipolisis bila terjadi peningkatkan
asam lemak darah dan metabolisme protein bila terjadi peningkatkan asam amino darah.

Pada jaringan perifer di otot, jaringan adiposa dan jaringan limfoid akan terjadi reaksi
katabolik oleh DHEA yaitu pada saat pengambilan glukosa (uptake) dan glikolisis oleh sel-
sel jaringan menurun akibatnya glukosa menjadi sangat meningkat, sintesis protein menurun
dan pemecahan protein meningkat, pada otot mengecil karena cadangan protein otot
menurun. Jaringan adiposa terjadi peningkatan lipolisis yang meningkat menyebabkan asam
lemak bebas meningkat pula. Gangguan metabolisme glukosa dalam jaringan adiposa akan
menyebabkan peningkatan gliserol fosfat serta sintesis lipid berkurang.

DHEA pada Hepar terjadi reaksi anabolik, terjadi peningkatan dan sintesis protein,
glukoneogenesis, deposisiglikogen, asam amino dirubah menjadi CO2 dan sintesis urea. Efek
glukoneogenik disebabkan oleh gliserol, asam lemak dan asam amino yang dibebaskan dari
jaringan perifer ke dalam darah selanjutnya masuk ke hepar.

Tugas khusus DHEA adalah meningkatkan enzim-enzim khusus di hepar yang berperan pada
metabolisme asam amino, alanin-α ketoglutarat transaminase, tirosin transaminase, triptofan
pirolase. Kelenjar adrenal dapat meningkatkan enzim-enzim glukoneogenesis menjadi piruvat
karboksilase, piruvat karboksikinase, fruktosa 1,6 bisfosfatse, glukosa 6 fosfatase.
Kesimpulan di hepar proses-proses yang meningkat oleh karena kelenjar adrenal adalah
perubahan asam amino menjadi glukosa, pembentukan glikogen dan sintesis protein.
Pemberian DHEA yang merupakan steroid, dalam jangka waktu lama akan terjadi
hiperglikemia, karena peningkatan glukoneogenesis di hepar (juga dari laktat dan gliserol di
samping dari asam amino) dan penurunan uptake glukosa di jaringan perifer.
Pada jantung, otak dan eritrosit DHEA relatif tidak aktif, efek lainnya dalam :

1. Efek antiinflamasi, pada dosis tinggi yang penurunan reaksi pertahanan seluler,
mengurangi migrasi lekosit ke daerah lesi membentuk kortisol, terjadi penurunan sintesis dan
sekresi prostaglandin

2. Efek Imunosupresif penurunan respon imun yang berhubungan dengan infeksi, alergi,
reaksi anafilaksis dan penurunan pembentukan zat anti pada trsaplantasi organ yang
mencegah reaksi penolakan jaringan. Sebagian besar efek steroid adalah pada limfosit T
(Thymus dependent lymphosit) pada Jantung, otak dan eritrosit.

3. Efek Eksokrin peningkatan sekresi HCl dan pepsinogen lambung peningkatan tripsinogen
di pankreas

4. Efek Pada tulang penurunan osteoid pada matrix tulang, osteoporosis akibat kehilangan Ca
( pada demineralisasi tulang)

5. Efek pada cAMP Pada beberapa jaringan : penurunan aktivitas enzim fosfodiesterase
menyebabkan cAMP meningkat

6. Efek tehadap surfaktan Peningkatan sintesis surfaktan (pada bayi prematur).

Hormon Mineralkortikoid

Semua kortikosteroid kecuali androgen dapat peningkatan absopsi Na, Cl ( ginjal) dan
penurunan Na,Cl (kel keringat, kel liur dan traktus gastrointestinal). Aldosteron merupakan
golongan mineralokortikoid dalam darah, memiliki 1000 kali kekuatan dari kortisol dan 35
kali kekuatan dari deoksikortikosteron. Aldosteron memeiliki sifat retensi terhadap N2 dan
ekskresi K & Mg, bila cairan ekstra sel lebih banyak maka menyebabkan volume darah lebih
banyak (urin juga lebih banyak) dan akibatnya menyebabkan hipertensi. Aldosteron memiliki
reseptor disitosol yang selanjutnya akan menuju ke inti bertujuan untuk meningkatan sintesis
RNA dalam sintesis protein enzim.

Hormon Seks/Reproduksi (Adrenal-kortikosteroid C-19)

Adrenal kortikosteroid C-19 ini merupakan androgen primer di adrenal yang meliputi
dehidroepiandrosteron, androstenedion dan testosteron (pada tumor adrenal). Hormon ini
memiliki efek anabolik dalam retensi mineral N, P, K, Na dan Cl. Hormon ini memiliki
analog steroid (sintetik) yang bersifat lebih potensial dalam afinitas terhadap reseptor di
sitosol, ukuran lebih besar, berikatan dengan Flour yaitu kortison, kortisol dan kortikosteron.
Hormon yang memiliki efek retensi mineral adalah misalnya fluorokortison, deksametason
( 9α  fluoro 16α metil prednisolon). Adanya ikatan rangkap pada atom C1 dan C2 terjadi
pada kortison (prednison) dan kortisol (prednisolon). Steroid antagonis bersifat terikat pada
reseptor secara kompetitif, Spironolakton (aldakton) bersifat antagonis terhadap aldosteron.
Progesteron bersifat antagonis glukokortikoid pada beberapa jaringan.

Klasifikasi steroid berdasar aktivitas glukokortikoid, steroid dapat diklasifikasikan sebagai


agonis (A), agonis parsial (B), antagonis (A+C , B+C) dan zat tidak aktif (D).

Steroidogenesis adrenal meliputi “shuttle” antara mitokondria dan retikulum endoplasma


yang melibatkan enzim-enzim anatara lain reaksi C20-21 liase, 3-β-hidroksisteroid
dehidrogenase dan ∆ 5,4 isomerase, 17-α hidroksilase, 21-hidroksilase dan 11-β-hidroksilase

Regulasi Sekresi Steroid meliputi ACTH melalui peningkatan cAMP selanjutnya


mengaktifkan protein kinase sehingga terjadi hidrolisis. Kolesterol dibebaskan dari esternya
membentuk pregnolon/ 17 α-pregnolon. Selanjutnya terjadi reaksi desmolase yang
memerlukan NADPH. ACTH merangsang semua sintesis substrat. Peran Vitamin C adalah
mungkin sebagai pereduksi (red equivalent) untuk enzim-enzim yang perlu NADPH. cAMP
mungkin bersifat sebagai mediator, serta dipengaruhi pula oleh keberadaan ion-ion Ca.
Feedback-control untuk ATCH adalah kortisol darah (pregnenolon). Aldosteron hampir tidak
dipengaruhi oleh ACTH, dirangsang oleh sedikit Na, pemberian K dan sedikit cairan
ekstrasel. Aldosteron dapat meningkatkan retensi Na, ekskresi K dan banyak cairan ekstrasel
yang bersifat menghambat secara feed back. Sekresinya di atur oleh renin, sekresi renin
dirangsang oleh volume darah yang rendah, angiotensinogen oleh renin dipecah menjadi AI
dan A II selanjutnya akan merangsang sekresi aldosteron.

Sistem renin-angiotensi-aldosteron

Kortisol sekitar 90% berada dalam darah terikat longgar dengan protein pengangkut (αglobin)
membentuk cortikosteroid binding protein (CBG atau transcortin). Esterogen dapat bersifat
meningkatan CBG menyebabkan kortisol yang terikat banyak dan yang bebas sedikit.
Progesteron memiliki afinitas CBG bersaing dengan kortisol, kortisol terikat menurun dan
kortisol bebas meningkat. Kortisol di ekskresi 70% dalam urin, 20% dalam feses dan sisa
melalui kulit dalam bentuh lengkap sebagai kortisol (tidak terpecah).
Sistem Renin-Angiotensi-Aldosteron dimana kortikosteroid diinaktifkan di hepar dengan
struktur cincin dan gugus keton pada posisi-3 direduksi oleh NADH/NADPH-Dehidrogenase.
Dalam urin sebagai derivat tetrahidro dan terkonjugasi dengan glukoronat, 15-50% terdiri
dari karboksilat C17 dan C21. Kortisol di dalam feses berbentuk terkonjugasi yang bebas
melalui empedu menuju sirkulasi enterohepatik selanjutnya ekskresi ke urin. Di hepar terjadi
sintesis aldosteron, sebagian besar dari androstenedion, memiliki aktivitas rendah yang
selanjutnya segera direduksi dan dikonjugasi di hepar, penetapan dalam darah dan urin.

Pemberian H Steroid atau ACTH terus-menerus menyebabkan hiperglikemia/glukosuria (DM


efek, retensi Na dan air, K menurun yang menyebabkan alkalosis hipokalemia, keseimbangan
N, maskulinisasi dan penimbunan lemak.

Congenital adrenal hiperplasia, biasanya tumor adrenal terjadi androgen steroid pada
congenital virilizing (C21) meningkat menyebabkan hiperplasia. Sebab tidak ada C21
hidroksilase akibatnya kortisol, kortison tidak dibuat menyebabkan aldosteron terganggu.
Pada pembentukan peminisasi testis, tidak ada reseptor di sel-sel target terjadi keseimbangan
hipofisis membentuk adrenal normal.

Aldosteronisme yang primer dapat membentuk tumor adrenal serta bersifat defek tak dapat
melakukan 17 hidroksilasi, terjadi shunt progrest, menyebabkan aldosteron kadar K darah
rendah sekali. Ekskresi K androgen dalam urin pada 17-ketosteroid atau bisa juga DEA
(adrenal) baik pada pria dan wanita, pada penderita hiperadrenokotisism menyebabkan
produksi androgen berlebihan.

Hipoadrenokortikosteroidism terjadi pada degeneratif adrenal korteks karena tuberkulosis,


anemia, kelainan endokrin multiple. Penyakit addison terjadi akibat 17-OH kortikoid
menurun, aldosteron menurun, Na urin meningkat dan K darah meningkat yang selanjutnya
diekskresi dalam urin. Tekanan darah menurun, lemah, suhu rendah, hipoglikemia,
pigmentasi kulit karena MSH meningkat.

Hiperadrenokortikosteroidism terjadi hiperfungsi yaitu pada tumor dan hiperplasia. Penyakit


Cushing dimana pangkal kelainan hipofungsi dan hiperfungsi korteks adrenal pada
pembentukan ACTH.

Hormon-hormon Sex
Hormon-hormon sex dibuat di testis ovarium, adrenal korteks, berguna dalam pembentukan
sperma dan ovum, serta sifat seks sekunder. Hormone-hormon sex bersifat anabolik.

Testosteron (C-19 ketosteroid) Testosteron (C-19 ketosteroid) disintesis di sel-sel leidig


testis, melalui 3 tahapan yaitu kolesterol-pregnenolon–progesteron-OHprogesteron-
androstenedion–testosteron, kolesterol pregnenolon-OHpregnenolon-dehidroepiandrosteron-
androstenedion–testosteron dan DHEA dapat langsung menjadi testosteron tanpa melalui
androstenedion.

Pregnolon merupakan prazat kortikosteroid, testosteron dan progesteron.


Dehidroepiandroteron (DHEA) dan androstenedion dibentuk di gonad dan adreanal. Adrenal
merupakan sumber utama DHEA (pria dan wanita. Pada wanita sedikit DHEA disintesis
sebagai prazat estrogen. DHEA-sulfat dari adrenal ada dalam plasma 400x dari testosteron,
dalam testis DHEA-SO4 melepas DHEA bebas serta sintesis testosteron. Dalam jaringan
testosteron berubah menjadi dehidrotestosteron (aktif) dengan bantuan enzim redukstase.
Dalam plasma 99% testosteron terikat dengan protein membentuk testosteron binding protein
(TBG) akan meningkat pada kehamilan dan pemberian estrogen (guna penurunan kerja
androgen).

Glukomineralokortikoid, hanya disintesis di adrenal, walau adrenal dan testis dapat


mensintesis androgen karena testis tak punya enzim C-11 hidroksilase. Pada wanita di
ovarium androstenedion membentuk testosteron sedikit. Fungsi testis di atur oleh FSH, LH
dan prolaktin yang dihipofisis melalui pembentukan cAMP. Feminisasi testis akibat
terhambatnya perubahan testosteron dalam membentuk dehidrotestosteron akibat reseptor
disitosol berkurang. Androgen sintetik yaitu fluoxy mesteron & 2-metil dehidrotestosteron.
Bentuk ekskresi dalam urin dalam bentuk androsteron, etiokolanolon ( sebagai 17 ketosterol
dalam jumlah besar) dan DHEA (sedikit). Dalam urin sebagai konyugat sulfat dan
glukoronat, dimana 1/3 berasal dari testis yang menggambarkan keadaan testis (androsteron,
etiokolanolon, epiandrosteron).

Estrogen (C-18 ketosteroid)

Estrogen (C-18 ketosteroid) mempunyai cincin asam amino aromatik, terdiri dari Estradiol
(paling aktif), estron dan estriol (tidak aktif/ekaskresi). Utama/terbanyak dalam urin dalam
bentuk estriol. Juga disintesis dalam plasenta pada masa kehamilan. Kadar estriol dalam urin
dipakai untuk menilai keadaan hubungan fetus dan plasenta pada kondisi distress (fetus
gawat) kadar estriol dalam urin ibu menurun cepat. Estriol dihidroksilasi dari estron pada C-
11 serta mengalami reduksi keton pada C-17. Estrogen disintesis dalam testis, ovarium,
adrenal, plasenta, prekusor berupa testosteron dan androstenedion.

Testosteron mengalami 19- hidroksilasi membentuk 19-OH testosteron atau 19-OH


androstenedion, 19-oksidasi membentuk derivat keto dan liolisis aldehid membentuk gugus
keto pada C19 hilang dengan bentuk aromatisasi cincin A. Metirapon merupakan inhibitor
19- hidroksilase. Estriol dalam urin konyugat dengan sulfat dan glukoronat. 2-
hidroksiestradiol – katekolesterogen adalah inhibitor kompleks terhadap metilasi katekolamin
normal. Contoh : katekolamin meningkat menyebabkan wanita hamil mengalami hipertensi.

Progesteron (Hormon Luteal)

Progesteron dibentuk di corp lutein sel graaf dan plasenta, sebagai prekusor hormonhormon
C19 dan C21. Dibentuk oleh pregnenolon. Trimetilandrostenolon yang merupakan analog
pregnenolon yang sifatnya menghambat progesteron. Dalam darah terikat dengan protein
pengikat kortikosteroid. Bentuk ekskresi pregnediol sebagai glikoronida-sulfat 75% di
ekskresi dalam empedu. Pada kelainan adrenal tertentu seperti Congenital adrenal hyperplasia
(CAH) yang ditemukan banyak pregnanetriol dalam urin (gejala khas).

Relaxin-progestational

Relaxin-progestational merupakan hormon yang dihasilkan oleh corpusluteum dan plasenta,


relaksasi simpanan pubis menjelang dan waktu melahirkan untuk memperluas jalan lahir.
Progesteron tak efektif jika diberikan peroral untuk pil KB dipakai sintetisnya yaitu
noretindron (norlutein) dan noretinodrel (enovid).

Anda mungkin juga menyukai