Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM STUDI

D.IV TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR


UDARA POLITEKNIK PENERBANGAN
PALEMBANG

POLIGON
Poligon merupakan metode untuk menentukan posisi horizontal dari titik-titik di
lapangan yang berupa segi banyak dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak, tujuannya
untuk mendapatkan data-data lapangan berupa koordinat horizontal (x,y). Poligon bisa berbentuk
tertutup ataupun terbuka. Metode poligon merupakan metode yang umum dipakai untuk
pembuatan kerangka peta.

Gambar 1.1

Macam-macam poligon menurut bentuknya:


1. Poligon Tertutup
2. Poligon Terbuka
Macam-macam poligon menurut titik ikatnya:
1. Poligon terikat sempurna
2. Poligon tidak terikat sempurna
POLIGON TERTUTUP
Poligon tertutup / poligon kring merupakan kerangka dasar pengukuran yang membentuk
poligon segi banyak yang menutup. Yang dimaksudkan dengan menutup jika dimulai dari titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali lagi ke titik 1. Sehingga akan membentuk segi
banyak. Tujuan dari kembali ke titik awal adalah untuk mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi
banyak tersebut. Contoh poligon tertutup dengan jumlah sudut 5 titik, dapat dilihat pada gambar
1.2 dan gambar 1.3 . Pada setiap pekerjaan poligon tertutup, penting diketahui arah pengukuran
poligon. Gambar 1.2 arah pengukuran poligon berlawanan dengan jarum jam. Konsekuensinya,
sudut kanan (β) yang terbentuk adalah sudut dalam.

Gambar 1.2
Pada Gambar 1.3 arah pengukuran poligon searah jarum jam sehingga sudut kanan (β)
yang terbentuk adalah sudut luar. Sudut kanan adalah sudut yang terbentuk dari selisih arah
bacaan muka/depan dikurangi arah bacaan belakang (back sight atau reference object). Bacaan
back sigh ini dapat disebut nol, sembarang atau sebesar azimuth yang diketahui.
Gambar 1.3
Ketika theodolite terletak pada titik 2, bacaan belakangnya adalah hasil bidikan ke titik 1
sedangkan bacaan muka/depan adalah hasil bidikan ke titik 3. Ketika theodolite di titik 3, bacaan
belakangnya adalah hasil bidikan ke titik 2 sedangkan bacaan muka/depan adalah hasil bidikan
ke titik 4. Ketika theodolite di titik 4, bacaan belakangnya adalah hasil bidikan titik 3 sedangkan
bacaan muka/depan adalah hasil bidikan ke titik 5. Ketika theodolite di titik 5, bacaan
belakangnya adalah hasil bidikan titik 4, sedangkan bacaan muka/depan adalah hasil
bidikan ke titik 1. Terakhir, ketika theodolite di titik 1, bacaan mukanya adalah hasil bidikan ke
titik 5, sedangkan bacaan muka/depan adalah hasil bidikan ke titik 2. Cara ini berlaku untuk
posisi biasa maupun luar biasa. Sudut luar dan sudut dalam hanya berbeda pengkoreksian, jika
sudut kanan membentuk sudut dalam maka menggunakan persamaan 1, tetapi jika sudut kanan
membentuk sudut luar maka menggunakan persamaan 2. Selain itu pada poligon terbuka
nantinya tidak dijumpai sudut dalam atau luar, yang ada hanya sudut kanan.
Syarat penutup sudut
Secara geometris jumlah sudut dalam
Σβ = (n-2).180°..............................................................................................................Persamaan 1
Secara geometris jumlah sudut luar
Σβ = (n+2).180°.............................................................................................................Persamaan 2
Dimana:
n adalah jumlah titik sudut poligon
contoh 1
Poligon pada gambar 1, jumlah sudut dalam:
Σβ = (5-2).180° = 540°
Poligon pada gambar 2, jumlah sudut luar:
Σβ = (5+2).180° = 1260°
Dengan menggunakan syarat geometris sudut tersebut, hasil keseluruhan ukuran sudut
(Σβ ͧ ) dapat dihitung penyimpangan/kesalahan. Penyimpangan/kesalahan adalah selisih syarat
penutup dengan jumlah sudut ukuran.
Pada sudut dalam
Fβ = (n-2).180° - Σβ ͧ
Pada sudut luar
Fβ = (n-2).180° - Σβ ͧ
Dimana:
Fβ : kesalahan ukuran sudut poligon
Σβ ͧ : jumlah sudut kanan ukuran

Contoh 2
1. Pada Gambar 1, dianggap telah dihitung jumlah sudut dalam hasil ukuran Σβ ͧ = 540°00’30” ,
maka kesalahan penutup sudut fβ :
fβ = 540° - 540°0’30”
= -30”
Tanda negative menunjukan bahwa hasil ukuran sudut lebih besar dari pada yang seharusnya.
Selanjtunya jika memenuhi toleransi fβ dibagi jumlah titik poligon (n) dan dikoreksikan pada
setiap sudut ukuran. Pada contoh gambar 1, besarnya koreksi (kβ) adalah −30" = -6”.
5
2. Pada Gambar 2, dianggap telah dihitung jumlah sudut dalam hasil ukuran Σβ ͧ = 1259°59’10”
, maka kesalahan penutup sudut fβ :
fβ = 1260° - 1259°59’10”
= +50”
Tanda positif menunjukan bahwa hasil ukuran sudut lebih kecil dari pada yang seharusnya.
Selanjtunya jika memenuhi toleransi fβ dibagi jumlah titik poligon (n) dan dikoreksikan pada
setiap sudut ukuran. Pada contoh gambar 2, besarnya koreksi (kβ) adalah +50" = +10”.
5

Selain untuk mengkoreksi sudut dalam dan luar, fungsi dari poligon tertutup ini adalah
untuk mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai pengukuran dari titik awal atau titik 1
dengan elevasi awal 100 m dari permukaan laut, maka saat kembali ketitik awal lagi setelah
melalui titik poligon 2,3,4 dan 5 harusnya elevasi akhir adalah 100 m juga. Apabila lebih atau
kurang dari itu maka harus dikoreksi.
Toleransi sudut
Penyimpangan hasil ukuran dinyatakan diterima ataukah tidak dengan cara
membandingkan terhadap toleransi. Jika penyimpangan lebih kecil atau sama dengan batas atas
toleransi, ukuran sudut itu diterima. Namun jika penyimpangannya lebih besar dari batas atas
toleransi, ukuran sudut itu ditolak. Hitungan toleransi ukuran sudut mengikuti hukum
kompensasi yaitu total kesalahan (acak ) yang terjadi adalah ketelitian alat dikalikan dengan akar
jumlah kejadiannya.
Tolerasi : │fβ│ ≤ C√n
Dimana:
C : ketelitian alat, besarnya adalah separuh bacaan terkecil (least count) alat.
n : jumlah titik poligon
│....│: tanda harga mutlak

Contoh 3
Diketahui bacaan terkecil theodolite 30”. Apakah hasil ukuran pada contoh 2 di atas diterima?
C = ½ .30” = 15”
Batas toleransi = 15”√5 = 33,5”
Pada gambar poligon 1,│fβ│= 15, diterima karena 15 kurang dari 33,5”
Pada gambar poligon 2,│fβ│= 50, ditolak karena 50 lebih dari 33,5”

Pengukuran Sudut Poligon


Pengukuran sudut dapat dilakukan dengan metode seri rangkap. Jika theodolite didirikan
di titik 2 pada poligon menurut gambar dibawah ini:

Gambar 1.4
Metode ini mempunyai urutan sebagai berikut :
a. Setting theodolite di titik 2, posisikan theodolite posisi biasa, yaitu lingkaran vertikal ada
disebelah kiri pengamat.
b. Bidik target refrensi yaitu titik 1, dan set bacaan horizontal 0°0’00”.
c. Putar theodolite searah jarum jam, bidik target 3, baca dan catat bacaan horizontalnya.
d. Putar balik posisi theodolite menjadi posisi luar biasa.
e. Bidik kembali target titik 3, baca dan catat bacaan horizontalnya.
f. Putar theodolite berlawanan jarum jam, bidik titik target 1, baca dan catat bacaan
horizontalnya.
Satu rangkaian tahapan diatas dinamakan satu seri rangkap. Jika dikehendaki dua seri
rangkap, tahapan a dimulai lagi dengan seting bacaan horizontal 90°0’0” . Jika dikehendaki
tiga seri rangkap, urutan setting bacaan horizontal tahap a pada tiap seri 0°0’0” , 60°0’0” dan
120°0’0”. Secara umum, interval becaan horizontal untuk setiap seri pada target referensi
adalah 180°/s. Dalam hal ini s adalah jumlah seri yang dikehendaki.
Contoh 4
Berikut hasil pengukuran sudut dua seri rangkap
Urutan pekerjaan pengukuran dua seri rangkap seperti ditunjukkan pada arah panah 1 sampai
6. Angka 0°0’0” adalah hasil seting bacaan horizontal sebagai awal seri pertama. Seri
pertama dimulai dengan 1 panah dan diakhiri dengan panah 3. Seri ke dua dimulai dengan
panah 4 dan diakhiri dengan panah 6. Angka 90°0’0” adalah hasil setting bacaan horizontal
sebagai awal seri kedua. Selanjutnya dihitung sudut dari data ukuran bacaan horizontal
tersebut. Hitung tiap-tiap sudut:
Data yang diketahui
150°33’20”-0°0’0” = 150°33’20”
330°33’30”-180°0’20” = 150°33’10”
Sudut luar biasa
240°33’30”-90°0’0” = 150°33’10”
60°33’20”-269°59’50” = -209°26’30” + (360°) = 150°33’30”
Sudut titik 2 adalah rata-rata dari keempat sudut tersebut
(150°33’20” + 150°33’10” + 150°33’30”)
β₂ = 4
= 150°33’17,5”
Tabel 1.1 Data ukur poligon
Sta Target Horizontal Sudut Ket
Biasa Luar Biasa Biasa Luar Biasa

1 0°0’00” 180°0’20”
1 3 150°33’20” 150°33’10” Seri 1
2 3 150°33’20” 330°33’30”

2
1 90°0’0” 269°59’50”
4 6 150°33’10” 150°33’30” Seri 2
2 3 240°33’10” 60°33’20”

Analisis data ukuran sudut


Analisis data dan ukuran poligon dilakukan pada saat pengukuran dilaksanakan,
diantaranya adalah analisis data ukuran sudut dengan maksud untuk menghindari kesalahan
kasar dapat dilakukan dengan cara:
1) Membandingkan arah bacaan biasa dan luar biasa. Kesalahan ini diakibatkan kesalahan
kolimasi. Dalam hal ini, jika tanpa kesalahan besarnya arah luar biasa (LB) yaitu ALB = AB±180°.
Tetapi karena dala kesalahan pengukuran, maka besarnya arah luar biasa hanya akan mendekati
arah biasa ditambah 180°
Contoh 5
Selisih bacaan arah biasa dan dan luar biasa pada contoh 4, sebagai berikut:
Untuk menilai apakah data ukuran itu diterima ataukah tidak yaitu dengan dibandingkan
ketelitian theodolite itu dengan kesalahan kolimasi horizontal. Kesalahan kolimasi dihitung
sebagai separuh dari selisih B-LB. Pada wild T-2 yang ketelitiannya 1” , kesalahan kolimasi
yang kurang dari 30” masih dapat diterima (dalam hal ini selisih bacaan B-LB kurang 01’).
Dengan asumsi ini, perbedaan B-LB dapat diterima jika masih kurang dari 60 kali ketelitian
alatnya. Jika theodolite yang dipergunakan diatas memiliki 5”, toleransi yang diperbolehkan
adalah 5” x 60 = 300” = 5’
Tabel 1.2 Analisis bacaan horizontal poligon
Target B LB Selisih Toleransi Ket
(B-LB)
1 0°00’00” 180°00’20” +20” ±5’ Diterima
3 150°33’20” 330°33’30” +20” ±5’ Diterima
1 90°00’00” 269°59’50” -10” ±5’ Diterima
3 240°33’10” 60°33’20” +10” ±5’ Diterima

Jika terdapat becaan arah yang melibihi batas toleransi, bacaan itu disingkirkan atau dilakukan
pengukuran ulang. Bisa jadi, kesalahan itu akibat kesalahan kolimasi alat sehingga
penanganannya dengan terlebih dahulu mengoreksi alat tersebut dengan prosedur pengoreksian
yang benar
2) Cara selanjtunya dengan membandingkan sudut biasa dan luar biasa. Sudut kanan yang
dihasilkan pada contoh 4 dapat dianalisis sebagai berikut:
Jika bacaan terkecil theodolite 10” , ketelitian alat dihitung sebagai separuh dari bacaan terkecil,
yang berarti 5”. Toleransi dapat dihitung sebesar tiga kali ketelitian alat, dalam contoh ini adalah
±15” , maka hasil ukuran diterima. Selisih sudut B-LB melebihi batas toleransi pengukuran
ditolak dan dilakukan pengukuran ulang.
Tabel 1.3 Analisis sudut poligon
Sta Sudut biasa Sudut luar biasa Rata-rata Selisih Toleransi
(B-LB)
2 150°33’20” 150°33’10” 150°33’15”
150°33’10” 150°33’30” 150°33’20” 5” 15”
150°33’17,5”
POLIGON TERBUKA
Poligon terbuka adalah suatu poligon yang titik awal dan titik akhir tidak saling bertemu
(tidak pada satu titik). Poligon tertutup tidak memiliki sudut dalam seperti pada poligon tertutup.
Poligon terbuka terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Poligon terikat sempurna
2. Poligon tidak terikat sempurna
Poligon terbuka dikatakan terikat sempurna apabila mempunyai data-data koordinat dan
elevasi (x,y,z). Sedangkan dikatakan terikat tidak sempurna apabila hanya mempunyai data
koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat tersebut bisa didapatkan dari
benchmark. Poligon terbuka tidak terikat sempurna tidak bisa dikoreksi sehingga hanya
surveyor-surveyor handal dan berpengalaman banyak yang bisa menggunakan ini karena yakin
ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil. Tingkat kesalahan pada pengkuran sangat bergantung
dari pengukurannya sendiri seberapa akurat bisa melakukannya.
Pada kesempatan kali ini hanya akan membahas poligon terikat sempurna. Dapat dilihat
pada Gambar 2.1 dibawah ini:

Gambar 2.1 Poligon terikat sempurna


PROGRAM STUDI
D.IV TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR
UDARA POLITEKNIK PENERBANGAN
PALEMBANG

Perhitungan Poligon Terbuka

Gambar 2.2 Ukuran Jarak dan Sudut


Gambar 2.3 Hitungan Azimuth
PROGRAM STUDI
D.IV TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR
UDARA POLITEKNIK PENERBANGAN
PALEMBANG

Gambar 2.4 Azimuth dari Sudut Ukur

αRS = α3R + βR- 180° = αAB+ βB+β1+β2+β3+βR – 5. 180°


atau

αRS - αAB = αAB+ βB+β1+β2+β3+βR – 5. 180°


αRS – αAB = Σβi – n.180°
Jika βi adalah sudut ukuran, dituliskan

αRS – αAB ≈ Σβi – n.180°


dimana:

αRS : Azimuth akhir


αAB : Azimuth awal
βi ͧ : Sudut ukuran i
n : Banyaknya sudut ukuran
Azimuth akhir dan awal dihitung masing-masing dari dua titi kcontrolA-B dan R-S.
αRS = arctan [(𝑋𝑆−𝑋𝑅) ]---------kuadran disesuaikan
(𝑌𝑆−𝑌𝑅)

αAB = arctan [(𝑋𝐵−𝑋𝐴) ] --------kuadran disesuaikan


(𝑌𝐵−𝑌𝐴)
PROGRAM STUDI
D.IV TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR
UDARA POLITEKNIK PENERBANGAN
PALEMBANG

Jika berada di kuadran 2 dan 3 , hasilnya ditambahkan 180°. Jika dikuadran 1 dibiarkan. Jika
dikuadran 4, hasilnya ditambahkan 360°.
Selisih azimuth akhir terhadap azimuth awal sama dengan jumlah sudut kanan ukuran
dikurangi benyaknya sudut ukuran dikali 180°. Adakalanya hasil hitungan negative (-), untuk
menghindari ruas kanan atau ruas kiri yang negative ditambahankan 360°.

αRS – Αab+(360°) ≈ Σβi – n.180°+(360°)


karena kesalahan pengukuran oleh berbagai sebab, ruas kiri dan kanan persamaan diatas tidaklah
sama. Ruas kiri merupakan besaran yang diharapkan yaitu berupa azimuth titik control yang
diasumsikan benar sedangkan ruas kanan merupakan hasil-hasil ukuran yang perlu pengoreksian.
Selisih antara ruas kiri dan kanan itu dinamakan kesalahan penutup sudut (k β). Atau jika sudut
ukuran dimasukkan dalam persamaan itu akan menjadi:

kβ = (αRS – αAB) –(Σβi ͧ –


n.180°) Σβi ͧ = jumlah sudut
ukuran
Besarnya harga mutlak kesalahan penutup sudut ini tidak boleh lebih dari toleransi yang
ditetapkan. Jika harganya lebih dari toleransi, pengukuran itu tidak diterima. Besarnya toleransi
berdasarkan spesifikasi teknis pekerjaan yang dilakukan. Biasanya ditetapkan dengan:
T = k√n
Dimana:
T : toleransi
k : ketelitian theodolite yang digunakan
n : jumlah ukuran sudut
│fβ│≤ T : ukuran sudut diterima
│fβ│≥ T : ukuran sudut ditolak
Jika ukuran diterima, selanjutnya dilakukan pengoreksian sudut ukuran, yaitu dengan
membagi rata kesalahan penutup sudut dan menambahkannya ke setiap sudut ukuran. Perlu
diketahui, tanda koreksi ini bisa negatif atau positif bergantung pada tanda kesalahan penutup
sudutnya.
kβ = 𝑓𝛽
𝑛

kβ : koreksi ke setiap sudut


Setelah koreksi terhitung, sudut dikoreksi menjadi
βi = βi ͧ + kβ
βi : sudut terkoreksi ke i
βi ͧ : sudut ukuran ke i
βB = βB ͧ + kβ
β1 = β1 ͧ + kβ
β2 = β 2 + k β
β3 = β3 ͧ + kβ
βR = βR ͧ + kβ
Tahap selanjutnya, menghitung azimuth dengan menggunakan sudut kanan (β) terkoreksi.

αB1 = αPQ+βB –180°+(360°)


α12 = αB1+β1 –180°+(360°)
α23 = α12+β2 –180°+(360°)
α3R = α23+β3 –180°+(360°)
αRS = α3R+βR –180°+(360°)
Persamaan terakhir dihitung hanya untuk control. Jika pengkoreksian atau hitungan
benar, hasil αRS asalnya (Hasil hitungan arctan dari 2 koordinat). Sering terjadi perhitungan
tidak sama karena salah memberi tanda + atau - . Angka 360° dalam kurung maksudnya adalah
pilihan, digunakan jika hasilnya negative (-).
Setelah azimuth masing-masing sisi poligon terhitung, dihitung besarnya latitude dan
departure. Latitude adalah suatu garis hasil proyeksi ortografis pada sumbu utara-selatan (Y)
suatu survei. Depature adalah suatu garis hasil proyeksi ortografis pada sumbu timur-barat (X)
suatu survei.
Berikut ini merupakan contoh perhitungan latitude dan depature
Tabel 2.1 Perhitungan Latitude dan Departure
Titik Azimuth Panjang (m) Latitude (m) Depature (m)
B 104°11’40”
102,912 -25,235 99,770
1 45°0’12”
106,410 75,238 75,248
2 144°27’10”
86,003 -69,975 50,000
3 39°47’32”
155,853 119,753 99,747
R
Jumlah 451,178 +99,781 +324,765

Kesalahan penutup latitude (fy):


fy = (YR-YB) -99,781
fy = (1150,000-1050,235)-99,781
fy = -0,016 m
Kesalahan penutup depature (fx)
fx = (XR-XB) -324,765
fx = (1425,000-1100,230)-324,756
fx = 0,005 m
Kesalahan penutup linear (fi)
fi = √[(fx)² + (fy)²]
fi = √[(0,005)² + (-0,016)²]
fi = 0,018 m
Ketelitian:
Fi : 451,178
0,018 : 451,178
1:25065 atau dibulatkan 1:25100
Jika kesalahan penutup linear lebih besar dari toleransi, bila mungkin dilakukan
pengulangan pengukuran sudut atau jarak. Jika kesalahan penutup linear lebih kecil dari
toleransi, selanjutnya dilakukan perataan yaitu dengan mendistribusikan kesalahan penutup itu.

Anda mungkin juga menyukai