Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode pembelajaran merupakan salah satu pembelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Pemanfaatan metode dan media merupakan bagian yang harus mendapat
perhatian dari guru dan fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran,
oleh karena itu guru dan fasilitator perlu mempelajari bagaimana
menetapkan metode pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Metode pembelajaran akan mempermudah para guru atau praktisi
lainnya dalam melakukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan
pada waktu yang tepat dalam merencanakan pembelajaran atau kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan metode yang
disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik
belajar, akan sangat menunjang proses dan hasil pembelajaran. Dengan
berkembangnya teknologi alat bantu pembelajaran pun semakin banyak.
Oleh karena itu metode pembelajaran sangat penting untuk dilakukan
karena bertujuan agar tidak salah dalam penggunaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran STAD ?
2. Apa langkah-langkah pempelajaran STAD ?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan pembelajaran STAD ?
4. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw?
5. Apa pengertian model pemebelajaran Jigsaw ?
6. Apa langkah-langkah pembelajaran Jigsaw ?
7. Apa saja kekurangan dan kelebihan model pembelajaran Jigsaw ?
8. Bagaimana Penerapan Model pembelajaran Jigsaw ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian metode pembelajaran STAD
2. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran STAD
3. Mengetahui pengertian metode pembelajaran JIGSAW
4. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran JIGSAW
5. Mengetahui kekurangan dan kelebihan model pemebelajaran JIGSAW
6. Mengetahui materi yang sesuai untuk pembelajaran JIGSAW

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Kooperatif


Model Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar
konstruktivitisme yang lahir dari Piaget dan Vigosky. Berdasarkan
penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu
dibangun dalam pikiran anak (Ratna, 1988:181 dalam Rusman, 2011:201).
Dalam model pembelajaran kooperatif, guru yang lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak
hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus
membangun pengetahuan pengetahuan dalam pikirannya. Siswa
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam
menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi (Nurul Hayati, 2011:25 dalam Rusman, 2011:203). Dalam
sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota
lainnya. Dalam model ini siswa memiliki tanggung jawab, yaitu mereka
belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok
untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan
mereka dapat melakukannya seorang diri.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen.

3
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas,
yaotu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic
comunication).
Pada pembelajran kkooperatif diyakini bahwa keberhasilan peserta
didik tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil (Woolfolk, 1993
dalam Budiyono dkk, 2012:13)
Lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran
kooperatif yaitu (a) saling ketergantungan positif (b) interaksi berhadapan
(face to face interaction) (c) tanggung jawab individu (individual
reponsibility), (d) keterampilan sosial (social skills), (e) terjadi proses
dalam kelompok (group rocessing).
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para
ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Slavin (1995) dinyatakan bahwa (1) penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan
menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat
memenuhi kebutuhn siswa dalam berpikir kritis memecahkan masalah dan
mengintegrasikan pengetahuan dn pengalaman.

B. Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)


Model ini dikembangkan oleh Robert Salvin dan teman-temannya
di Universitas John Hopkin. Dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok
beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan
sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam
kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis
perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh
saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa

4
diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh
sendirinya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa
tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu
melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah
untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai
kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang
lainnya.
Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD
siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotaan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku.
Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim
mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut,
pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Slavin memaparkan bahwa “gagasan utama di belakang STAD
adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama
lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Jika siswa
menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu
teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus
mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik,
memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan
menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah
pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika
menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai meteri itu. Para
siswa mungkin bekerja berpasangan dan mungkin bertukar jawan,
mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain,
mereka bisa mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan
masalah itu, atau mereka bisa saling memberikan pertanyaan tentang isi
dari materi yang mereka pelajari.

5
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaraan kooperatif tipe
STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain :
1. Perangkat Pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran ini perlu disiapkan perangkat pembelajarannya,
yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), buku siswa, lembar
kegiatan siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
2. Membentuk Kelompok Koorperatif.
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu
kelompok dengan kelompok yang lainnya relatif homogen. Apabila
memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras,
agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas
terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka
pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik,
yaitu:
a. Siswa dalam kelas terlebih dahulu di ranking sesuai kepandaian
dalam mata pelajaran tersebut. Tujuannya adalah untuk
mengurutkan siswa sesuai kemampuannya dan digunakan untuk
mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok.
b. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas,
kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas
sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa ranking
satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari
urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok kebawah
sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah
diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
3. Menentukan Skor Awal.
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis.

6
Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes,
maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.
4. Pengaturan Tempat Duduk.
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur
dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk
dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya
pembelajaran pada kelas kooperatif.
5. Kerja Kelompok.
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD, terlebih dahulu diadakan latihan latihan kerja sama kelompok.
Hal ini bertujuan untuk lebih mengenalkan masing-masing individu
dalam kelompok.

C. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD


Langkah-langkah pembelajarn kooperatif tipe STAD ini didasarkan
pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase.
Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti tersajikan dalam tabel berikut :
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap
kelompoknya terdiri dari 4-6 siswa yang memproiritaskan
heterogenitas dalam prestasi akademik, gender/ jenis kelamin, rasa
atau etnik.
3. Presentase dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan
tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari.Guru
memberi motifasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di

7
dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi,
pernyataan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang
diharapkan diskusi siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan
serta cara-cara mengerjakannya.
4. Kegiatan belajar dalam Tim (kerja tim)
Siswa belajar dengan kelompok yang telah dibentuk. Guru
menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,
sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan
kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan,
memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan.
5. Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap prestasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Siswa diberika kursi secara individual dn
tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar
siswa secara individual bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam
memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas
penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya
sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
6. Memberikan Penghargaan
Setelah oelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan
memberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.
a. Menghitung skor individu
Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung
perkembangan skor individu dihitung sebagaiman dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:

No Nilai Tes Skor perkembangan


1. Lebih dari 10 poin dibawah skor 0 poin

8
dasar
2. 10 sampai 1 poin dibawah skor 10 poin
dasar
3. Skor 0 sampai 10 poin diatas 20 poin
skor dasar
4. Lebih dari 10 poin diatas skor 30 poin
dasar
5. Pekerjaan sempurna (tanpa 30 poin
memperhatikan dasar)
b. Menghitung Skor Kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan anggota kelompok dan membagi
sejumlah anggota kelompok tersebut.
7. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru
memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok
sesuai dengan predikatnya.

D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Model STAD


Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran STAD menurut
Roestiyah (2001:17), yaitu:
1. Kelebihan model pembelajaran STAD, yaitu:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
d. Para siswa lebih ktif bergabung dalam pelajaran dan lebih aktif
dalam berdiskusi.

9
e. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan rasa, menghargai, menghormati pribadi
temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
2. Kekurangan model pembelajaran STAD yaitu:
a. Membutuhkan waktu yang lama untuk siswa sehingga sulit
mencapai target kurikulim.
b. Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
c. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya suka bekerja sama.

E. Model Pembelajaran Jigsaw Tipe I


Pengertian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa menjadi
kearah yang lebih baik. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dan
bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan
kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok
lain.
Jigsaw merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif.
Metode ini dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan
dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas Jhon hopkins. Dalam metode Jigsaw, para siswa dari suatu
kelas dikelompokan secara hitrogen menjadi beberapa kelompok belajar
yang beranggotakan 5-6 orang siswa.
Guru memberikan bahan ajar dalam bentuk teks kepada setiap
kelompok, dan setiap siswa dalam satu kelompok bertanggung jawab
untuk mempelajari satu porsi materinya. Para anggota dari kelompok-
kelompok yang berbeda, tetapi membahas topik yang sama bertemu untuk
belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Kelompok
ini disebut kelompok ahli (exspert group).

10
Pelaksanaan metode Jigsaw terdiri atas enam laangkah kegiatan
berikut ini :

Fase 1 Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok belajar.


Setiap kelompok beranggotaan 5-6 orang.
Fase 2 Guru memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah
dibagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara
khusus oleh setiap anggota kelompok.
Fase 3 Semua kelompok mempelajari materi ajar yang telah
diberikan oleh guru.
Fase 4 Kelompok ahli bertemu dan membahas topik materi yang
menjadi tanggung jawabnya.
Fase 5 Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok masing-masing.
Fase 6 Guru mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual.

F. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model Jigsaw


Langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw Tipe I, antara lain:
1. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen
(bagian).
2. Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
segmen yang ada. Jika jumlah peserta didik adalah 50, sementara
jumlah segmen adalah 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari
10 orang. Jika jumlah itu dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua,
sehingga setiap kelompok 5 orang. Kemudian, setelah proses selesai
digabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami meteri
pelajaran yang berbeda-beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan
sekirannya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam
kelompok.

11
6. Beri pesera didik beberapa pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi.
Pengecekan pemahaman siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan mereka dalam memahami materi tersebut. Strategi
model pembelajaran ini menarik digunakan jika materi yang akan
dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut
tidak mengharuskan urutan penyampaian.

Persyaratan lain yang harus disiapkan oleh guru adalah :

1. Bahan kuis.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS).
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Sistem evaluasi pada jigsaw sama dengan sistem evaluasi pada tipe
STAD, yaitu pemberian skor nilai baik secara individual maupun
kelompok.

G. Model Pembelajaran Model Jigsaw Tipe II


Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen,1996).
Dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe Jigsaw, secara
umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa
diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk
dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan
untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut.
Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda
berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain
sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang dipelajari. Kemudian
kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka
kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau
assessment yang lain pada semua topik yang diberikan.

12
Model pembelajaran Jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh
Slavin. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw
II, kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang
akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain yang di
dapatkan melalui diskusi dengan teman sekelompoknya. Pada tipe II ini
setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep
(scan read) sebelum mereka belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli
(expert). Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep
yang akan dibicarakan.

H. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Jigsaw Tipe II


1. Orientasi.
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.
Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw
dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri,
kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini. Peserta didik diminta
belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran
keseluruhan dari konsep. (Bisa juga pemahaman konseo ini menjadi
tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di rumah).
2. Pengelompokan.
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan
belajarnya dan sudah di-ranking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi
dalam 25% (ranking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (ranking 6-10)
kelompok baik, 25% selanjutnya (ranking 11-15) kelompok sedang,
25% (ranking 15-20) rendah.
Selanjutnya kita akan membaginya menjadi grup (A-E) yang isi tiap-
tiap grupnya heterogen dalam kemampuan mata pelajaran tersebut,
berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2
untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4
untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti grup A dari kelompok
sangat baik, (samapai A4 grup A dari kelompok rendah)).

13
Tiap grup akan berisi
Grup A ( A1, A2, A3, A4)
Grup B ( B1, B2, B3, B4)
Grup C ( C1, C2, C3, C4)
Grup D ( D1, D2, D3, D4)
Grup E ( E1, E2, E3, E4)
3. Pembentukan dan Pembinaan kelompok Ahli (expert).
Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan
mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert,
berdasarkan indeksnya.
Kelompok 1 (Aı, Bı, Cı, Dı, Eı)
Kelompok 2 (A₂, B₂, C₂, D₂, E₂)
Kelompok 3 (A₃, B₃, C₃, D₃, E₃)
Kelompok 4 (A₄, B₄, C₄, D₄, E₄)
Tiap kelompok ini diberi konsep pembelajaran sesuai dengan
kemampuannya. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang
diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum mereka kembali ke dalam
grup sebagai tim ahli (expert), tentunya peran pendidik cukup penting
dalam fase ini.
4. Diskusi (Pemaparan) Kelompok Ahli dalam Grup.
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing
kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup memiliki ahli
dalm konsep-konsep atau materi tertentu. Selanjutnya pendidik
mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya
kepada grupnya masing-masing, satu persatu. Proses ini diharapkan
akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka.
Aturan dalam fase ini :
a. Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap
anggota tim mempelajari materi yang diberikan.
b. Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama,
jadi tidak ada yang berkuasa atau yang paling pintar dalam

14
kelompok karena semua anggota dalam kelompok harus menguasai
konsep atau materinya.
c. Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada pendidik.
d. Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup
lain.
e. Akhiri diskusi kelompok dengan “merayakannya” agar
memperoleh kepuasan.
5. Tes (Penilaian).
Pada fase ini guru memberikan tes tertulis untuk dikerjakan oleh siswa
yang memuat seluruh konsep atau materi yang didiskusikan. Pada tes
ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin
tempat duduknya agak berjauhan.
6. Hasil Penilaian Kelompok dan Individu
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan
individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor
sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin
maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa
memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis
mereka melampaui skor dasar mereka.

I. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw


1. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
b. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
c. Menerapkan bimbingan sesama teman
d. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar dan sikap
apatis berkurang
f. Pemahaman materi lebih mendalam
g. Meningkatkan motivasi belajar

15
h. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
i. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
j. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama
dengan kelompok lain
2. Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai
berikut:
a. Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa
binggung dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan
pembelajaran baru.
b. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan
ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-
masing maka dikhawatirksn kelompok akan macet
c. Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang
pandai
d. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan
masalah,misal jika ada anggota yang hanya memboncengdalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
e. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan
ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu
merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh
waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini
bisa berjalan dengan baik.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam
setting pembelajaran koopertif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran
dari teacher center menjadi student centered. Pada intinya konsep dari
model pembelajaran tipe STAD adalah guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Model pembelajaran tipe
STAD mempunyai banyak kelebihan sehingga mendorong peningkatan
mutu pendidikan.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu strategi belajar
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
belajar atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Penerapan
model pembelajaran jigsaw ini pada kelas, siswa dibagi berkelompok
dengan lima atau enam anggota kelompok beajar heterogen. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu
bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada kelompoknya. Dengan
demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerja sama secara
cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

B. Saran
Diharapkan guru mengenalkan dan melatih keterampilan proses
kooperatif dan keterampilan kooperatif sebelum atau selama pembelajaran

17
agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan
konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai
yang dituntut.

DAFTAR PUSTAKA

 Abiyu, Mifzal. 2012. Strategi Pembelajaran untuk Anak. Jogjakarta:


Jovalitera
 Bermawy, Munthe. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Jogjakarta:
Pustaka Insan Madeni
 Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif. Jakarta:
PT Indeks
 Trinto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
 www.deri.web.id
 www.bukupaket.com

18

Anda mungkin juga menyukai