Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KREATIFITAS GURU FIQIH TERHADAP

SITUASI BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF DI KELAS

(Penelitian Siswa Kelas 8 dan 9 di MTs. 2 Kota Sukabumi)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Ujian Tengah Semester (UTS)


Ganjil Mata Kuliah Bimbingan Penulisan Skripsi Pada Semester VII (Tujuh)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (A)

Dosen Pengampu:

Muhammad Ridwan Fauzi, S.Hum., M.Pd.

Disusun Oleh:

Faridah Hasna

No.Pokok/NIRM: 18.1.T1.5140/014.14.0500.18

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYAMSUL’ULUM GUNUNGPUYUH SUKABUMI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


A. Judul Penelitian

PENGARUH KREATIFITAS GURU FIQIH TERHADAP SITUASI


BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF DIKELAS.

B. Latar Belakang Masalah

Salah satu Lembaga Pendidikan atau secara legal formal Lembaga Pendidikan
adalah sekolah. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar yang
merupakan inti dari proses Pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
penunjang peranan utama. Dengan adanya proses belajar mengajar itu bertujuan
untuk membimbing, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa untuk
mencapai tujuan, antara lain adalah menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Hal itu sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20


tahun 2003 bahwa fungsi dan tujuan Pendidikan adalah:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Sementara itu, tentang pendidikan keagamaan pada pasal 30 Undang-undang


Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai
berikut: “Pendidikan Keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (2) pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan/ atau menjadi ahli ilmu agama, (3) pendidikan keagamaan dapat
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, (4)
pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabhaya samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

Pada pasal 30 ini menyebutkan tentang penjelasan pendidikan keagamaan baik


pada penyelenggaraan , fungsi, dan bentuknya.

Seperti kita ketahui bahwa tugas utama guru adalah laksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas. Dalam melaksanakan tugas tersebut tentu guru harus
melakukan pengelolaan kelas yang mencakup pengelolaan peserta didik, ruang
kelas, posisi duduk, hingga pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas berarti
upaya yang dilakukan oleh guru meliputi perencanaan, pengaturan, dan
pengoptimalan berbagai sumber, bahan serta sarana pembelajaran yang efektif dan
berkualitas bagi peserta didik.

Seorang guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas agar mampu


menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Jika guru tidak memiliki kemampuan
demikian, berarti guru kurang mampu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang efektif. Lebih parah lagi jika guru tidak mengetahui bagaimana cara
mengelola kelas untuk kegiatan pembelajaran. Hal ini jelas merupakan kesalahan
besar seorang guru.

Perlu kita ketahui Bersama bahwa pengelolaan kelas menurut Supriyanto, dapat
didefinisikan menjadi dua yaitu:

1. Pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik.


Hal-hal fisik yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas mencakup
pengaturan kelas dan perabot kelas, serta pengaturan peserta didik dalam
belajar. Pengaturan ruang belajar dan perabot kelas (meja, kursi, lemari,
papan tulis, dan meja guru) hendaknya diperhatikan:
a. Bentuk dan ruangan kelas
b. Bentuk dan ukuran meja dan kursi peserta didik
c. Jumlah dan tingkatan peserta didik
d. Jumlah kelompok dalam kelas
e. Jumlah peserta didik dalam tiap kelompok

Hal-hal lain yang harus diperhatikan guru dalam mengatur peserta didik dalam
belajar mencakup:

1). Siapa yang Menyusun anggota kelompok


2). Kriteria pengelompokkan (homogeny, heterogen, berdasarkan minat, atau
kemampuan)
3). Dinamika kelompok (tetap atau berubah sesuai kebutuhan)
2. Pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat non fisik.
Hal-hal yang bersifat non fisik dalam pengelolaan kelas memfokuskan
pada aspek:
a. Interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya
b. Peserta didik dengan guru
c. Lingkungan kelas maupun kondisi kelas menjelang selama, dan
akhir pembelajaran.

Menurut Uzer Usman (1992:89) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru


untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti
penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan
ganjaran bagi siswa yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau
penetapan norma kelompok yang produktif.

Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan


kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap,
memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan
petunjuk yang jelas, menegur bila siswa melakukan Tindakan
menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement).
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar
yang optimal, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan
siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan
Tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Guru dapat menggunakan strategi: (a) modifikasi tingkah laku. Guru
hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami
masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut
dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis, (b) guru
menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara
memperlancar tugas-tugas melalui kerja sama di antara siswa dan
memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, dan (c) menemukan dan
memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, (d) menciptakan
suasana kelas yang aktif, menyenangkan dan kreatif bagi siswanya juga.

Disamping dua jenis keterampilan di atas, hal lainnya yang perlu diperhatikan
oleh guru dalam pengelolaan kelas agar menjadi efektif, menghindari campur
tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan
memulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang terlalu bertele-
tele. Dalam situasi belajar yang efektif salah satunya ialah melibatkan siswa
dalam pembelajaran, karena kegiatan belajar mengajar memang hendaknya tidak
didominasi oleh guru, tapi harus melibatkan siswa. Maksudnya, pembelajaran
harus melibatkan secara maksimal kemampuan siswa untuk mencari atau
menyelidiki sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan.

Untuk belajar secara aktif, siswa harus bekerja sendiri, melalui:

a. Siswa mencari jalan untuk memecahkan masalah mereka sendiri.


Misalnya, Ketika siswa mendapat tugas atau masalah, mereka mencari
jalan sendiri untuk memecahkan masalah tersebut. Contohnya, pada saat
guru memberikan soal, maka siswa berusaha menyelesaikan soal tersebut
dengan kemampuan yang ada.
b. Siswa menjawab pertanyaan dari guru.
Dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki siswa, siswa mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan guru maupun teman. Dengan siswa
menjawab pertanyaan dari guru, maka guru dapat mengetahui sejauh mana
keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
c. Siswa belajar bertanya.
Jika siswa mengalami kesulitan atau belum memahami secara jelas selama
pembelajaran, maka siswa diharapkan dapat bertanya kepada guru maupun
siswa lain yang lebih tahu.
d. Siswa mengambil keterangan dari buku, internet maupun dari penjelasan
guru.
Pada saat siswa mengerjakan soal atau ketika memecahkan suatu masalah,
siswa dapat menggunakan referensi lain yang mendukung agar soal dapat
terselesaikan.
Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran dalam bidang
keagamaan yang dapat mengembangkan pengetahuan siswa mengenai hukum
syariat islam dalam kehidupan sehari-hari, sebagai salah satu contohnya yaitu
hukum shalat, rukun-rukun shalat, tata cara shalat, hukum zakat, materi cara
berpuasa yang benar, macam-macam puasa, materi praktek haji dan umrah dan
lain-lain.
Dalam dunia Pendidikan, Fiqih merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam tata cara hidup manusia dalam islam. Fiqih diberikan pada setiap
jenjang Pendidikan, bahkan sejak usia dini pun seorang manusia sudah diajarkan
tata cara shalat dan hukum zakat, agar anak terlatih untuk melakukan aktifitas
yang baik dan tetap mengikuti hukum syariat islam. Oleh karena itu pentingnya
pembelajaran Fiqih, maka perlu adanya keseriusan dalam memperhatikan,
mendengar, menghafal dan melihat setiap materi yang disampaikan oleh guru,
dikarenakan jika tidak dibimbing dan mencari sumber yang salah maka akibatnya
akan fatal dalam kehidupan.
Namun, terkadang suasana kelas yang kurang efektif mengakibatkan siswa
menjadi pasif dan tidak memahami materi yang telah disampaikan oleh gurunya.
Peneliti menemukan di lokasi sekolah Mts. 2 Kota Sukabumi, bahwa adanya
suasana belajar mengajar yang kurang efektif dikelas yaitu dari cara penyampaian
guru yang monoton, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak adanya suasana kelas
yang menyenangkan, hasil dari kegiatan pembelajaran menjadi kurang maksimal
yang kemudian akan berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik, peserta didik
kurang focus pada pembelajaran karena sibuk dengan aktifitasnya masing-masing,
suasana kelas kurang kondusif untuk mendukung kegiatan pembelajaran karena
tidak dikelola dengan baik. Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, guru harus kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran menjadi
efektif.
Atas pemikiran tersebut, melalui penelitian observasi dan wawancara ini, penulis
mencoba mengangkat suatu masalah yakni “Pengaruh Kreatifitas Guru Fiqih
Terhadap Situasi Belajar Mengajar Yang Efektif Di kelas”.

C. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apa saja pengaruh bagi siswa ketika guru fiqih menggunakan


kreatifitasnya terhadap situasi belajar mengajar yang efektif di kelas?
2. Apa saja akibat dari kurangnya kreatifitas guru fiqih terhadap menciptakan
situasi belajar mengajar yang efektif di kelas?
3. Bagaimana strategi guru fiqih terhadap menciptakan situasi belajar
mengajar yang efektif di kelas?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kreatifitas guru fiqih terhadap situasi belajar mengajar yang efektif di
kelas.
b. Tujuan Khusus Penelitian
1). Ingin mengetahui pengaruh bagi siswa ketika guru fiqih
menggunakan kreatifitasnya terhadap situasi belajar mengajar
yang efektif di kelas.
2). Ingin mengetahui akibat dari kurangnya kreatifitas guru fiqih
terhadap menciptakan situasi belajar yang efektif di kelas.
3). Ingin mengetahui strategi guru fiqih terhadap menciptakan situasi
belajar mengajar yang efektif di kelas.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat berguna untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh kreatifitas
guru fiqih terhadap situasi belajar mengajar yang efektif dikelas.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
masukan untuk mengetahui pengaruh kreatifitas guru dan kaitannya
dengan situasi belajar mengajar yang efektif di kelas.

E. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

G. Definisi Operasional

H. Metode Penelitian

1. Menentukan Pendekatan Penelitian dan Jenis Data


2. Sumber Data
3. Tekhnik Pengumpulan Data
4. Prosedur Analisis Data

I. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan

J. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai