Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik penderita secara menyeluruh penting untuk membuat diagnosis infertil.
Pemeriksaan Laboratorium :
• Pemeriksaan kencing (Analisa Urin) : untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing dan
kelainan saluran kencing lainnya.
• Ultrasonografi (USG), untuk memantau kondisi organ reproduksi pria dan mendeteksi apakah
terdapat kelainan pada organ tersebut.
• Pemeriksaan hormon, untuk menentukan tingkat hormon seks atau hormon yang berperan
penting dalam menghasilkan sperma, misalnya testoteron.
• Biopsi testis, untuk memeriksa bila ada masalah pada proses produksi sperma, misalnya
tumor atau kanker pada testis
• Vasografi, yaitu sinar-X khusus yang digunakan untuk mencari penghalang pada organ
reproduksi pria.
• Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon, biasanya FSH dan testosteron, tetapi terkadang
juga LH, estradiol, atau prolaktin.
• Aglutinasi sperma: Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah sperma saling melekat atau
tidak. Bila terjadi penggumpalan sperma menyebabkan tak bisa bergerak melalui lendir serviks.
• Uji penetrasi sperma: Tes ini untuk mengevaluasi kemampuan sperma menembus sel telur.
Tes ini jarang dilakukan.