Anda di halaman 1dari 15

MODUL 1

KEGIATAN BELAJAR 1

Hakikat , Funsi dan Tujuan PKn di SD

Tentu kita masih ingat, dalam kurikulum pendidikan dasar 94, terdapat mata pelajaran

“pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pada saat itu secara hukum tertera dalam undang –

undang No.2/1989 tentang sistem pendidikan nasional. Sejak diundangkannya UU Sisdiknas No

20 Tahun 2003 secara hukum isitlah tersebut sudah berubah menjadi pendidikan

kewarganegaraam. Oleh karena itu, nama mata pelajaran tersebut di SD berubah menjadi mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

A. HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Apabila kita kaji secara historis kurikuler mata pelajaran tersebut telah mengalami pasang

surut pemikiran praksis. Sejak lahir kurikulum 1946 di awal kemerdekaan sampai pada era

reformasi saat ini. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar 1 ini, kita akan mengkaji

perkembangan mata pelajaran itu. Dengan cara itu, kita akan dapat membandingkan karakteristik

mata pelajaran yang serupa dalam berbagai konteks dan kurun waktu. Secara singkat kita akan

menganalisis setiap kurikulum tersebut. Tentu saja tidak akan dilakukan secara tuntas karena hal

itu tidak merupakan cakupan modul dan mata kuliah ini. Hal yang akan kita bahas hanyalah

mengenai status da nisi mata pelajaran sejenis mata pelajaran tersebut dalam kurikulum

kurikulum tersebut.

Dalam Wacana yang berkembang selama ini ada dua istilah yang perlu di bedakan, yakni

kewarganegara dan kewarganegaraan.seperti di bahas oleh soemantri (1967) istilah

kewargaannegara merupakan terjemahan dari “civics” yang merupakan mata pelajaran social
yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warha Negara yang baik

(good citizen). Wraga Negara yang baik adalah warga Negara yang tahu, mau dan mampu

berbuat baik (somantri 1970) atau secara umum yang mengetahui, menyadari, dan melaksanakan

hak dan kewjiban sebagai warga Negara (winataputra 1978).

B. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dalam Konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sekolah sebagai wahana

pengembangan warha Negara yang demokratis dan bertanggung jawab menjadi wahana

psikologis-pedagogis yang utama. Jika diruntut secara yuridis beberapa ketentuan perundang –

undangan yang mengandung amanat tersebut sebagai berikut.

1. Pembukaan Undang – undang dasar Negara Republik Indonesia dan perubahannya.

2. Undang – undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

3. Peraturan pemerintah republic Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

4. Pasal 6 ayat (4)

5. Pasal 7 ayat (2)

Dalam Konteks itu, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sekolah

seharusnya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan social pedagogis yang kondusif atau

memberi suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik.

Menyadari betapa pentingnya peran PKn dalam proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan

kemauan, danepengembangan kreativitas peserta didik dalm proses pembelajaran maka dengan
melalui PKn sekolah perlu dikembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan , sikap, dan

kereampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan demokrasi.

Dari kedua konsep dasar tersebut dapat dikemukakan bahwa paradigm pendidikan

demokrasi melalui PKn yang perlu di kembangkan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan

demokrasi yang bersifat multidimensional atau berisi jamak.

Apabila ditampilkan dalam wujud program pendidikan, paradigm baru ini menuntut hal-

hal sebagai berikut. Pertama, memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-

sungguh pada pengembangan pengertian hakikat dan karakteristik aneka ragam demokrasi,bukan

hanya yang berkemband di Indonesia.kedua, mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang

sengaja dirancang untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi bagaimana cita cita

demokrasi telah diterjemahkan ke dalam kelembagaan dan praktik di berbagai belahan bumi dan

dalam berbagai kurun waktu. Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa

mampu mengeksplorasi sejarah demokrasi di negaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah

kekuatan dan kelemahan demokrasi yang diterapkan di negaranya itu secara jernih. Keempat,

tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk memahami penerapan

demokrasi di Negara lain sehingga mereja memiliki wawasan yang luas tentang ragam ide dan

sistem demokrasi dam berbagai konteks.

KEGIATAN BELAJAR 2

A. RUANG LINGKUP PKn di SD

Dalam lampiran permendiknas No. 22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa “Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan

warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang di amanatkan oleh

pancasila dan UUD 1945” sedangkan tujuannya digariskan dengan tegas “adalah agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Berpikir secara kritis , rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam

kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta antikorupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-

karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau

tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Sementara itu, di tetapkan pula bahwa”Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata

pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai

peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi

yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan

berdasarkan standar kompetensi lulusan.

B. STRUKTUR KURIKULUM SD/MI

Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang

pendidikan selama enam tahun mulai kelas 1 sampai dengan kelas VI. Strukut kurikulum SD/MI

disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan

ketentuan sebagai berikut.

a. “Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan local dan pengembangan diri seperti

tertera pada table 1.1 (modul 1.17)


b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS

Terpadu”

c. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada

kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam

struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 jam

pembelajaran per minggu secara keseluruhan

e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit

f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.”

Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006 Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan

Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek aspek

sebagai berikut.

a. Persatuan dan KEsatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,

kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara kesatuan Republik

Indoensia,Partisipasi dalam pembelaan Negara,sikap positif terhadap Negara kesatuan

republic Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan

b. Norma Hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib

sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, peraturan- peraturan daerah, norma-norma dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan

peradilan Internasional.
c. Hak asasi manusia, meliputi Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota

masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, Pemajuan,Penghromatan dan

perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga Negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga

masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai

keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.

e. Konstitusi dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan Pemerintahan daerah dan

otonomi pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik budaya politik, budaya demokrasi

menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

f. Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Negara, proses

perumusan pancasila sebagai dasar Negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan

sehari hari, pancasila sebagai ideology terbuka.

g. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luat negeri Indonesia di era

globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan

mengevaluasi globalisasi.”

KEGIATAN BELAJAR 3

Tuntutan Pedagogis PKn di SD

Tuntunan pedagogis dalam modul ini diartikan sebagai pengalaman belajar yang

bagaimana yangdiperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan , dalam

pengertian ketuntasan penguasaankompetensi kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat dalam


lingkup isi dan kompetensi dasar.PKn merupakan mata pelajaran sebagai pendidikan nilai dan

moral, alasannya sebagai berikut :

1. Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta dinamika

perwujudanalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.

2. Sasaran Belajar Akhir PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku

nyatakehidupan sehari-hari.

3. Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosioal, intelektual, dan sosial dari peseta

didikdan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami ( bersifat kognitif) , tetapi

dihayati ( bersifat objektif), dan dilaksanakan (bersifat perilaku)konsep moral, sikap moral,

dan perilaku moral.

Setiap konsep nilai Pancasila yang telah dirummuskan sebagai butir materi PKn pada

dasarnya harusmemiliki aspek konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.

PKn sebagai pendidikan nilaidan moral kaitannya dengan pendidikan watak, ada catatan sebagai

berikut :

1. PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki aspek utama sebagai pendidikan nilaidan

moral, yang bermuara pada pengembangan watak dan karakter peserta didik.sesuai nilai-

nilai dan moral Pancasila

2. Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat dikembangkan dalam diri peeserta didik

melalui pengembangan konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral setiap rumusan

butir nilai materi PKn


MODUL 2

KEGIATAN BELAJAR 1

Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD

Herman ( 1972 ) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar , yakni

bahwa”...value isneither taugh nor cought, it learned”, yang artinya bahwa substansi nilai, tidak

semata – mata ditangkap ,diinternalisasi , dan dibakukan sebagai bagian melekat dalam kualitas

pribadi seseorang melalui proses belajar.

Proses pendidikan pada dasarnya merupakan proses pembudayaan atau enkulturasi

untukmenghasilkan manusia yang berkeadaban, termasuk didalamnya yang berbudaya.

Dalam latar belakang kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah barlangsung

dalamkehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Contohnya tradisi dongen dan

sejenisnya yang duludilakukan oleh orang tua terhadap anak dan cucunya semakin lama semakin

tergeser oleh film kartun atausinetron dalam media massa tersebut. Disitulah pendidikan nilai

menghadapi tantangan konseptual,instrumen, dan operasional.

Dalam Konteks Pendidikan Nasional Indonesia telah ditegaskan dalam Pasal 3 UU

Sidikan 20/2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak ulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi, serta bertanggungjawab.

Oleh karena itu maka proses pendidikan seyogyanya bukan hanya sebagai proses pendidikan
berfikir tetapi pendidikan berwatak seperti nilai dan perilaku.Di lingkungan masyarakat barat

sendiri yang secara ekonomi termasuk masyarakat modern terdapat berbagai persoalan moral

yang dirasa perlu mendapat perhatian pendidikan nilai. Melihat keadaan seperti itudirasakan

perlunya upaya pendidikan nilai moral yang dilakukan secara menyeluruh dengan

pertimbangansebagai berikut :

1. 1.Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokulturai yang jelas dan mendesak

bagikelangsungan kehidupan yang berkeadaban.

2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana

sosiopsikologis danselalu menjadi tugas dari proses peradaban.

3. Peranan sekolah sebaagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogik yang berfungsi

sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian kecil

anak yangmendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan peranan lembaga keagamaan

semakin kecil.

4. Dalam setiap masyarakat sebagai terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal

melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang

mengandung banyak potensiterjadinya konflik nilai.

5. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari

demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil pembawa

amanah rakyat, danmengusung komitmen mewujudkan keadilan dan kesejahteraan

rakyat.

6. Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah pertanyaan

moral.

7. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai sekolah.
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan

membinaguru-guru yang berkeadaban dan profesional.

9. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu

keniscayaankehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat

global

Dilihat dari substansi dan prosesnya , menurut Lickona ( 1992 : 53-63 ) yang perlu

dikembangkandalam rangka pendidikan nilai tersebut adalah nilai karakter yang baik ( good

character ) yang di dalamnyamengandung tiga dimensi nilai moral yaitu dimensi wawasan moral,

dimensi wawasan nilai moral, dimensi perasaan moral dan dimensi perilaku moral.

Pendidikan nilai moral secara formal – kurikuler terdapat dalam mata pelajaran PPKn

(Kurikulum1994) atau PKn (UU RI No.20 Thn.2003) dan Pendidikan Agama dan Bahasa. Pkn

mengandung unsur pokok sebagai pendidikan nilai moral-sosial/etis, Pend.Agama mengandung

nilai religius, dan Bahasamengandung nilai estetis dan etis.

Dari kajian dan bahasan terhadap konsep , isi dan strategi pendidikan nilai di dunia Barat

yanglebih cenderung bersifat bersifat sekuler dan berpijak serta bermuara pada pengembangan

moral kognitif ,kiranya terdapat beberapa hal yang dapat bisa diaptasikan bagi kepentingan

pendidikan nilai di Indonesiadengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Theistis atau

demokrasi yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pendidikan nilai bagi Indonesia

seyogyanya berpijak pada nilai – nilai keagamaan , nilai – nilai demokrasi yang ber Bhinneka

Tunggal Ika . Dalam konteksitu maka teori perkembangan moral dari Piaget dan Kohlberg yang
dapat diadaptasikan adalah terhadapnilai moral sosial- kultural selain nilai yang berkenaan atau

boleh dirasionalkan.

Konsep pendidikan nilai moral Piaget yang menitikberatkan pada pengembangan

kemampuanmengambil keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan dapat

diadaptasikan dalam pendidikan nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi konstitusional

Indonesia dan konteks sosial-kultural masyarakat Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika

termasuk dalam keyakinan agama.

Konsepsi pendidikan nilai moral Kholberg yang menitikberatkan pada penalaran moral

melalui pendekatan klarifikasi nilai yang memberikan kebebasan kepada individu peserta didik

untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks pembahasan nilai selain aqidah

sesuai dengan keyakinanmasing-masing . Sedangkan teori tingkatan dan tahapan perkembangan

moral Kohlberg secarakonseptual dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi

pengembangan paradigma penelitian perkembangan moral bagi orang Indonesia.

Kerangka konseptual komponen Good Character dari Lickona yang membagi karakter

menjadiwawasan moral, perasaan moral , dan perilaku moral dapat dipakai untuk

mengklasifikasikan nilai moraldalam pendidikan nilai di Indonesia dengan menambahkan ke

dalam masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenaan dengan konteks keagamaan seperti

wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa dalamdimensi Wawasan Moral , perasaan mengabdi

kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam dimensi Perasaan Moral, dan perilaku moral kekhalifahan

dalam dimensi Perilaku Moral.


KEGIATAN BELAJAR 2

Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi PKn di SD

Muatan isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada

pembentukanwarganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadiwarganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang

diamankan oleh Pancasila dan UUD1945.Secara umum PKn diSD bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan:

1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas

dalamkegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan karakter-

karakter masyarakat Indoensia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan dunia secara langsung atau

tidaklangsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah, menurut

Permendiknas No.22Tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang didalamnya

mengandung nilai dan moralsebagai beriku :

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi; Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta

Lingkungan,kebanggaan, sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara,

Kesatuan RepublikIndonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap

Negara Kesatuan RepublikIndonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.


2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi; Tata tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib

disekolah,norma yang berlaku dimasyarakat, Peraturan-peraturan daerah, norma-norma

dalam dalam kehidupan berbangsa, sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan

peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia meliputi; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota

masyarakat,instrumen nasional dan internasional Ham, Pemajuan, penghormatan dan

perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi; hidup gotong royong, harga diri sebagai warga

masyarakat,kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai

keputusan bersama, prestasi kedudukan warga negara,

5. Konstitusi Negara meliputi; Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,

konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan agar negara dengan

konstitusi.

6. Kekuasaan dan Politik meliputi; Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah

danotonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya

demokrasi menujumasyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat

demokrasi.

7. Pancasila meliputi; kedudukan Pancasila sebagai dasaar negara dan ideologi negara,

proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupan sehari-hari Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi; globalisasi di lingkungannya, poloitik luar negeri Indonesia di era

globalisasidampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan

mengevaluasi globaalisasi.
KEGIATAN BELAJAR 3

Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKn di SD

Konsep “values eduation, moral education, education for vitues” sebagai program dan

proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, juga mengembangkan nilai

dan sikap.

Lickona (1992:6-7) “pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi

pekembangan dan berhasilnya kehidupan demokrasi” Yakni: Menghormati hak orang lain

Mematuhi hukum yang belaku,Partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan Peduli terhadap

perlunya kebaikan bagi umat

Secara teoritik nilai dan moral berkembang secara psikologis dalam diri individu

mengikuti perkembangan usia dan konteks social. Piaget merumuskan perkembangan kesadaran

dan pelaksanaanaturan yang dibagi menjadi dua domain yaitu sebagai berikut :

1. Tahapan Domain Kesadaran

Mengenai Aturan Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dirasakan sebagai susatu hal yang

bersifa tidak memaksa, usia 2-8tahun, aturan disikapi dengan hal yang bersifat sacral dan

diterima tanpa pemikiran, usia 8-12 tahunaturan diterima sebagai hasil kesepakatan.

2. Tahapan Domain Pelaksanaan

Aturan Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dilakukan sebagai susatu hal yang bersifa

monorik saja, usia 2-6tahun, aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih berorientasi diri

sendiri, usia 6-10 tahun diterimasebagai hasil kesepakatan.

Piaget menyimpulkan bahwa pendidikan sekolah seyogyanya menitik beratkan pada

pengembangankemampuan mengambil keputusan (decision making skills) dan memecahkan


masalah (problem solving) danmembina pengembangan moral yang dilakukan dengan cara

menutut peserta didik untuk mengembangkanaturan berdasarkan keadilan (fairness).

Sedangkan Koherlberg merumuskan adanya tiga tingkat /level yang terdiri atas enam

tahap/ stage yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat I : Prakonvensional (Preconventional )

a.Tahap 1, Orientasi hukuman dan kepatuhan.

b. Tahap 2, Orientasi instrumental nisbi.2.

2. Tingkat II : Konvensioanal (Conventional)

a.Tahap 3, Orientasi kesepakatan timbal balik.

b.Tahap 4, Orientasi hokum dan ketertiban.

3. Tingkat III : Poskonvensional (Postconventional)

a. Tahap 5, Orientasi kontrak social lagalistik

b. Tahap 6, Orientasi prinsip etika universal

Dengan kata lain pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan Kohlberg sama dengan

yangditawarkan Piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi oleh

penalaran moral, namun berbeda dalam hal titik berat pembelaarannya dimana Piaget

menitikberatkan pada pengembangankemampuan mengambil keputusan dan memecahkan

masalah, sedangkan Kohlberg menitikberatkan pada pemilihan nilai yang dipegang terkait

dengan alternative pemecahan terhadap suatu dilemma moral melalui proses klarifikasi bernalar.

Anda mungkin juga menyukai