Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No.

1 Tahun 2012 67-73


Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Sebelas Maret

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN


TGT DAN STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK HUKUM DASAR KIMIA

Susanto1,*, Endang Susilowati 2, dan Haryono 2


1
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia
2
Dosen Pembimbing Penelitian, P.Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

* Keperluan publikasi karya ilmiah, tlp : 085727374024, e-mail : susanto.saja@yahoo.co.id

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah pembelajaran kimia dengan metode TGT
dapat memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan metode STAD pada materi
pokok hukum dasar kimia kelas X semester gasal di SMAN 2 Karanganyar tahun pelajaran
2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian
Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design. Populasi penelitian adalah siswa
kelas X semester gasal di SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri
atas 8 kelas. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik Cluster Random Sampling
(pemilihan kelas secara acak). Sampel dalam penelitian ini terdiri atas 2 kelas yaitu kelas X.4
sebagai kelas eksperimen I (pembelajaran dengan metode TGT) dan kelas X.3 sebagai kelas
eksperimen II (pembelajaran dengan metode STAD). Pengambilan data penelitian
menggunakan tes kognitif dan angket afektif. Teknik analisis data menggunakan uji-t pihak
kanan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia dengan
metode pembelajaran TGT memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan metode
STAD pada materi pokok hukum dasar kimia kelas X semester gasal di SMAN 2 Karanganyar
tahun pelajaran 2011/2012.

Kata Kunci : Teams games Tournaments (TGT), Students Teams Achievement Divisions
(STAD), Prestasi Belajar Siswa, dan Materi Hukum Dasar Kimia

PENDAHULUAN dalam proses pembelajaran di kelas.


Metode pembelajaran konvensional
Kualitas pembelajaran sangat
masih diterapkan dengan alasan mudah
ditentukan oleh kemampuan satuan
diterapkan, praktis, dan tidak banyak
pendidikan dalam mengelola proses
menyita waktu dan pikiran. Maka hasil
pembelajaran berdasarkan kurikulum
belajar (learning outcomes) yang terjadi
yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat
menurut Endang Nugrahaeni (2007)
Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah
adalah tingkat keterampilan berpikir
kurikulum operasional yang disusun oleh
rendah (hanya mengingat, mengenal,
dan dilaksanakan di masing-masing
dan menjelaskan) dan sebatas hafalan
tingkat satuan pendidikan. KTSP
suatu fakta, rumus, atau besaran yang
dikembangkan berdasarkan prinsip
abstrak secara terpisah-pisah atau
student centered learning, pembelajaran
terkotak-kotak [6].
yang beragam dan terpadu serta tanggap
Materi hukum dasar kimia
terhadap perkembangan ilmu
merupakan salah satu materi kimia yang
pengetahuan, teknologi, dan seni [3].
bersifat abstrak, konkrit dan matematis
Salah satu satuan pendidikan di sehingga untuk memahaminya
kabupaten Karanganyar (Karesidenan memerlukan motivasi yang tinggi,
Surakarta) adalah SMA Negeri 2 adaptasi struktur kognitif, keaktifan dalam
Karanganyar. Kondisi pembelajaran kegiatan belajar, dan perlunya belajar
kimia secara umum di SMA tersebut bersama dalam kelompok. Materi ini
pembelajaran masih berpusat pada guru. penting karena konsep-konsep di
Siswa belum dilibatkan secara aktif dalamnya merupakan dasar dalam

Copyright © 2012 67
JPK, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012

mempelajari materi selanjutnya yaitu [12]. Dua metode dalam pembelajaran


perhitungan kimia. Namun, materi ini kooperatif yang memiliki kemiripan dalam
masih dianggap sulit oleh siswa, hal ini langkah pembelajaran adalah metode
ditunjukkan dari rata-rata kelas untuk STAD dan TGT yaitu presentasi kelas,
nilai materi hukum dasar kimia tahun tim, kuis (untuk metode STAD)/games
pelajaran 2010/2011 hanya senilai 62,33 akademik/tournament (untuk metode
(masih dibawah KKM yaitu 65) dan siswa TGT), skor kemajuan individu, dan
yang tidak tuntas pada materi ini yaitu rekognisi tim. Kedua metode tersebut
47,48 % (Sumber data: Dokumen nilai berbeda dalam hal evaluasi tujuan
ulangan harian materi hukum dasar kimia pembelajaran dimana STAD
kelas X SMAN 2 Karanganyar tahun menggunakan kuis sedangkan TGT
pelajaran 2010/2011). Rendahnya nilai menggunakan tournament atau games
rata-rata pelajaran kimia dan banyaknya akademik. Unsur penting dalam proses
siswa yang belum tuntas kemungkinan pembelajaran STAD dan TGT yaitu
dampak dari pembelajaran dengan kerjasama belajar dalam tim, tanggung
metode konvensonal. jawab terhadap teman satu timnya, dan
Prestasi belajar peserta didik adanya penghargaan tim (rewards).
dilambangkan dengan nilai-nilai hasil Kerjasama belajar dalam tim menentukan
belajar yang pada dasarnya keberhasilan kelompok dalam meraih
mencerminkan sampai sejauh mana rewards sehingga hal ini menjadi
tingkat keberhasilan yang telah dicapai motivasi bagi tiap individu dalam tim.
oleh peserta didik dalam pencapaian Setiap siswa mendapat kesempatan
tujuan pendidikan yang telah ditentukan yang sama untuk menunjang timnya agar
bagi masing-masing mata pelajaran atau mendapat nilai setinggi-tingginya saat
bidang studi [2]. Pengukuran prestasi kuis/games akademik sehingga setiap
belajar bertujuan untuk mengetahui hasil siswa dituntut aktif dan kreatif dalam
yang telah dicapai siswa dalam belajar belajar. Dengan demikian, prestasi
[11]. Nilai rata-rata ulangan harian dan belajar dapat tercapai optimal. Inilah
persentase ketuntasan siswa yang keunggulan kedua metode tersebut yang
rendah menunjukkan pembelajaran yang tidak dimiliki metode pembelajaran lain.
dilakukan oleh guru belum berhasil Disisi lain, kelebihan kedua metode
sehingga prestasi belajar siswa rendah. sesuai dengan karakteristik materi
Untuk mengatasi masalah tersebut maka pelajaran hukum dasar kimia sehingga
guru perlu melakukan evaluasi apakah kedua metode cocok diterapkan pada
penggunaan metode pembelajaran meteri tersebut.
dikelas sudah tepat sesuai KTSP Penerapan metode STAD
sehingga prestasi belajar siswa tercapai memiliki kelebihan dalam meningkatkan
sesuai yang diharapkan. hasil belajar siswa. Menurut Adesoji dan
Pembelajaran yang sesuai Ibraheem (2009) menyatakan bahwa
KTSP dapat membangun pengetahuan pembelajaran STAD memiliki potensi
siswa salah satunya yaitu pembelajaran untuk memberikan hasil positif terhadap
kooperatif. pembelajaran kooperatif peningkatan hasil belajar siswa dalam
adalah peserta didik (siswa) bekerja pelajaran kimia di SMA dari sisi kognitif,
sama dalam sebuah tim atau kelompok afektif dan minat [1]. Sedangkan metode
untuk menyelesaikan masalah. TGT dalam pembelajaran menimbulkan
Pembelajaran kooperatif tidak hanya sikap positif siswa sebab kegiatan belajar
meningkatkan kecerdasan intelektual mengajar tidak membosankan dan
tetapi juga meningkatkan kecerdasan pencapaian prestasi siswa dapat tercapai
sosial dan psikologi peserta didik [8]. maksimal [13]. Namun demikian, adanya
Menurut Slavin (2010) pembelajaran perbedaan antara STAD dan TGT, hal
kooperatif berfokus pada penggunaan tersebut memungkinkan adanya
kelompok kecil untuk bekerja sama perbedaan prestasi belajar siswa
dalam memaksimalkan kondisi belajar sehingga perlu untuk melakukan studi
untuk memecahkan masalah, saling komparasi kedua metode pembelajaran.
membantu untuk mencapai tujuan belajar

Copyright © 2012 68
JPK, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012

METODE PENELITIAN kelas. Pengambilan sampel dilakukan


secara cluster random sampling. Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di
penelitian yaitu kelas X.4 sebagai kelas
SMA Negeri 2 Karanganyar pada kelas X
eksperimen TGT (kelas eksperimen I)
semester ganjil tahun pelajaran
dan kelas X.3 sebagai kelas eksperimen
2011/2012. Penelitian ini menggunakan
STAD (kelas eksperimen II). Kedua
metode eksperimental dengan tujuan
sampel kelas dianalisis kesetaraannya
untuk mengetahui penggunaan metode
melalui uji t-matching (uji t-dua pihak)
TGT apakah lebih tinggi dalam
dengan taraf signifikansi 5 %. Uji t-
pencapaian prestasi belajar siswa
matching dalam penelitian ini diambil dari
dibandingkan dengan metode STAD.
nilai midsemester gasal dua kelas
Desain penelitian yang digunakan adalah
eksperimen yaitu kelas X.3 dan X.4.
perluasan dari ”Randomized Pretest-
Variabel bebas dalam penelitian
Posttest Comparison Group Design” [9].
ini adalah metode pembelajaran STAD
Untuk lebih jelasnya, desain penelitian
dan metode pembelajaran TGT,
dijelaskan pada Tabel 1.
sedangkan variabel terikatnya adalah
Tabel 1. Desain Penelitian prestasi belajar siswa, meliputi prestasi
Kelas Pretest Perlakuan Posttest kognitif dan afektif. Teknik pengumpulan
Eksperi- data dilakukan dengan: (1) Instrumen
T1 X1 T2 tes, dilakukan untuk mengukur prestasi
men I
Eksperi- belajar kognitif. Dalam penelitian
T1 X2 T2 digunakan bentuk tes obyektif (pilihan
men II
berganda). (2) Angket, digunakan jenis
keterangan : X1 = pembelajaran dengan
angket langsung dan tertutup. Angket
metode TGT, X2 = pembelajaran dengan
digunakan untuk mendapatkan data nilai
metode STAD, T1 = tes awal, T2 = tes
prestasi belajar afektif. (3) Dokumentasi,
akhir.
dilakukan untuk mendapatkan data
Berdasarkan desain penelitian primer yang diperlukan. Instrumen
diatas maka langkah-langkah penelitian penelitian ada dua macam, yaitu (1)
yang dilakukan adalah sebagai berikut: Instrumen pelaksanaan pembelajaran
(1) Memberikan pretest T1 pada kelas yang meliputi silabus dan Rencana
eksperimen I dan kelas eksperimen II Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
untuk mengukur rata-rata kemampuan Silabus sebagai acuan pengembangan
kognitif sebelum perlakuan. (2) RPP memuat identitas mata pelajaran
Memberikan perlakuan X1 pada atau tema pelajaran, Standar
kelompok eksperimen I menggunakan Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
metode pembelajaran TGT. (3) (KD), materi pembelajaran, kegiatan
Memberikan perlakuan X2 pada pembelajaran, indikator pencapaian
kelompok eksperimen II dengan STAD. kompetensi, penilaian, alokasi waktu,
(4) Memberikan posttest T2 pada kedua dan sumber belajar. RPP dijabarkan dari
kelas untuk mengukur rata-rata silabus untuk mengarahkan kegiatan
kemampuan kognitif dan afektif setelah belajar peserta didik mencapai KD. RPP
diberi perlakuan. (5) Menentukan selisih memuat: identitas mata pelajaran,
nilai antara pretest T1 dan posttest T2 standar kompetensi, kompetensi dasar,
pada kelas eksperimen I dan kelas indikator pencapaian kompetensi, tujuan
eksperimen II untuk mengukur rata-rata pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
selisih nilai pretest dan posttest kognitif. metode pembelajaran, kegiatan
(6) Menentukan selisih nilai posttest T2 pembelajaran, penilaian hasil belajar,
pada kelas eksperimen I dan kelas dan sumber belajar [4]. (2) Instrumen
eksperimen II untuk mengukur nilai pengambilan data yang meliputi
posttest afektif siswa. (7) Menggunakan Instrumen penilaian kognitif dan afektif.
statistik uji t pihak kanan untuk Teknik analisis Instrumen
membuktikan hipotesis. (8) Menarik kognitif menggunakan: (1) uji validitas,
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini penentuan validitas tes menggunakan
adalah siswa kelas X yang terdiri dari 8 korelasi point biserial. (2) Uji reliabilitas,

Copyright © 2012 69
JPK, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012

digunakan rumus Kuder Richardson (KR- yang homogen atau tidak digunakan
20). (3) Tingkat kesukaran, ditentukan metode Bartlett. Adapun statistik uji yang
atas banyaknya siswa yang menjawab digunakan adalah:
benar butir soal dibanding jumlah seluruh
siswa yang mengikuti. (4) Daya pembeda
suatu item, ditentukan dari proporsi test x1 − x 2
kelompok atas yang dapat menjawab t=
1 1
dengan benar butir item yang s +
bersangkutan dikurangi proporsi test n1 n2
kelompok bawah yang dapat menjawab
dengan benar butir item tersebut.
(n1 − 1)s1 + (n2 −1)s2
2 2
Sedangkan teknik analisis angket afektif s2 =
menggunakan: (1) uji validitas, untuk n1 + n2 − 2
mengukur validitas digunakan rumus Keterangan: x1 = nilai rata-rata tes kelas
korelasi product moment. (2) Uji eksperimen I, x2 = nilai rata-rata tes kelas
reliabilitas, untuk mengetahui tingkat eksperimen II, n1 = jumlah sampel pada
reliabilitas digunakan rumus alpha. kelas eksperimen I, n2 = jumlah sampel
Sistem penskoran yang digunakan pada kelas eksperimen II, s = simpangan
menggunakan skala Likert. baku gabungan, s12 = variansi kelas
Teknik analisis data eksperimen I, s22 = variansi kelas
menggunakan uji t-pihak kanan yang eksperimen II.
mensyaratkan data normal dan homogen
[5]. Untuk menguji apakah sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian dari populasi distribusi normal
atau tidak digunakan metode Lilliefors. Data hasil penelitian mengenai
Sedangkan untuk mengetahui apakah prestasi belajar secara ringkas disajikan
sampel penelitian mempunyai variansi pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Hasil Penelitian


Rata-rata
Kelas Eksperimen Nilai Kognitif Nilai
Pretest Posttest Selisih Afektif
STAD 30,17 75,77 45,60 95,11

TGT 24,46 77,03 52,57 100,23

Berdasarkan Tabel 2 terlihat data pada kelas eksperimen TGT


bahwa rata-rata selisih nilai kognitif dan kecendrungan frekuensi data juga
nilai afektif kelas eksperimen TGT lebih mengalami tren naik namun puncak
tinggi dari pada kelas eksperimen STAD. tertinggi berada pada titik tengah lebih
Hal ini berarti metode TGT memberikan tinggi dari kelas eksperimen STAD yaitu
kontribusi pencapaian prestasi kognitif 59,8. Hal ini menunjukkan bahwa kelas
yang lebih tinggi dari metode STAD. eksperimen TGT memberikan hasil yang
Untuk memperoleh gambaran yang lebih lebih tinggi dalam hal pencapaian
jelas tentang data dalam Tabel 2, maka prestasi kognitif dibandingkan dengan
data disajikan dalam histogram pada kelas eksperimen STAD. Pada
Gambar 1 dan 2. histogram dalam Gambar 2,
Jika ditinjau secara keseluruhan kecendrungan frekuensi data dari kelas
pada histogram dalam Gambar 1, eksperimen STAD mengalami tren
kecendrungan frekuensi data dari kelas makin tinggi tiba-tiba lalu menurun dan
eksperimen STAD mengalami tren puncak tertinggi terdapat nilai tengah
makin tinggi dan puncak tertinggi rendah 89,7. Sedangkan data pada
terdapat nilai tengah 51,1. Sedangkan kelas eksperimen TGT kecendrungan

Copyright © 2012 70
JPK, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012

16 15
14
12 11
10
Frekuensi

8
8 7 Eksperimen
6 STAD
6
4 4 Eksperimen
4 3 3
2 2 2 2 TGT
2 1
0
16,3 25 33,7 42,4 51,1 59,8 68,5
Nilai Tengah

Gambar 1. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen


STAD dan Kelas Eksperimen TGT.

16
14
14
12 11
10
Frekuensi

8
8 7 7 7
Eksperimen
6 5
STAD
4 3 3
2
2 1 1 1
0
0
76,3 83 89,7 96,4 103,1 109,8 116,5
Nilai Tengah

Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen STAD dan


Kelas Eksperimen TGT

frekuensi data mengalami tren naik dan kelas STAD dan TGT berturut-turut =
menurun berangsur-angsur dan puncak 0,062; 0,123; 0,077; 0,080) > Ltabel
tertinggi berada pada titik tengah jauh (0,150). Sedangkan homogenitas
lebih tinggi dari kelas eksperimen STAD dibuktikan χ2hitung (selisih nilai kognitif =
yaitu 103,1. Hal ini menunjukkan bahwa 0,205 dan nilai afektif = 0,105 ) > χ2tabel
kelas eksperimen TGT memberikan hasil (3,841). Adapun hasil perhitungan uji t-
yang lebih tinggi dalam hal pembentukan pihak kanan dirangkum pada Tabel 3.
afektif siswa dibandingkan dengan kelas Berdasarkan Tabel 3 diketahui
eksperimen STAD. bahwa harga thitung hasil uji pihak kanan
Hasil uji t-matching untuk (prestasi kognitif = 2,227 dan prestasi
menguji kesetaraan kemampuan sampel afektif 2,308) lebih besar dari ttabel
menunjukkan harga thitung sebesar 1,275 (1,669). Hal ini menyebabkan bahwa H0
masuk dalam daerah penerimaan H0 (DK ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa
= { t ‫ ׀‬thitung < - 1,997 atau thitung >1,997}) prestasi belajar kognitif dan afektif siswa
yang berarti kedua sampel setara yang diajar dengan pembelajaran kimia
(matching). Data hasil penelitian metode TGT lebih tinggi dibanding
dinyatakan terbukti normal sebab harga metode STAD pada materi hukum dasar
Lhitung (selisih nilai kognitif dan afektif kimia. Hal ini disebabkan karena pada

Copyright © 2012 71
JPK, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Data Prestasi Kognitif


Prestasi belajar thitung ttabel Daerah Kritis Kesimpulan
Kognitif 2,227 H0 ditolak
t(58,0,05) = DK ={t ‫׀‬
1,669 thitung >1,669}
Afektif 2,308 H0 ditolak

pembelajaran dengan TGT pembelajaran gasal SMAN 2 Karanganyar tahun


yang disertai dengan adanya suatu pelajaran 2011/2012.
permainan, maka belajar bagi siswa Dalam pembelajaran hukum
menjadi menarik, menyenangkan, dan dasar kimia guru seharusnya
selalu teringat. Hal ini menyebabkan menggunakan metode TGT karena
siswa lebih maksimal dalam metode tersebut terbukti lebih unggul
mengkontruksi pengetahuan dan daripada metode STAD dalam hal
memunculkan sikap positif. Dengan prestasi belajar dan metode tersebut
demikian, prestasi belajar siswa menjadi sesuai karakteristik materi pelajaran dan
maksimal. Sedangkan pada kelas kebutuhan siswa.
eksperimen STAD, pembelajaran
berjalan secara serius dan tidak boleh UCAPAN TERIMA KASIH
main-main. Siswa dituntut bekerja secara Penulis mengucapkan terima
individual untuk mengerjakan kuis di kasih kepada Kepala Sekolah SMA
akhir pembelajaran. Maka belajar dapat Negeri 2 Karanganyar yang telah
dirasakan menjadi beban bagi siswa. memberi izin dan arahan penelitian.
Walaupun ada penghargaan diakhir kemudian kepada Guru Pelajaran Kimia
pembelajaran, Namun suasana serius kelas X dan XI yang membantu penulis
memungkinkan minat, sikap positif, dan dalam melakukan penelitian ini.
motivasi siswa menjadi berkurang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA
penelitian yang telah dilakukan Raden
Sunarko (2004) yang memperoleh [1] Adesoji, Francis A dan Yunde L
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Ibraheem. 2009. “Effects of
signifikan pada prestasi belajar yaitu Student Teams Achievement
pembelajaran kooperatif TGT Divisions Strategy and
memberikan prestasi belajar yang lebih Mathematics Knowledge on
tinggi dari pada sistam modul [10]. Hasil Learning Outcomes in Chemical
penelitian ini juga diperkuat oleh kinetics”. The Journal of
Johnson et al. (2000) bahwa jika metode International Social Research,
pembelajaran kooperatif dikomparasi- Volume 2 (6): 15.
kan dengan pembelajaran individual
maka metode pembelajaran TGT [2] Anas Sudijono. 2008. Pengantar
menempati peringkat keempat Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
sedangkan STAD menempati peringkat Raja Grafindo Persada.
keenam dari delapan metode [3] BSNP. 2006. Panduan
pembelajaran yang diteliti [7]. Penyusunan KTSP Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah.
KESIMPULAN
Jakarta: Depdiknas.
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran [4] BSNP. 2007. Peraturan Menteri
kimia dengan metode TGT memberikan Pendidikan Nasional Republik
prestasi belajar yang lebih tinggi Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
dibandingkan dengan metode tentang Standar Proses untuk
pembelajaran STAD pada materi pokok satuan Pendidikan Dasar dan
hukum dasar kimia kelas X semester Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Copyright © 2012 72
JPK, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012

[5] Budiyono. 2009. Statistika Dasar [10] Raden Sunarko. 2004. “Pengaruh
untuk Penelitian. Surakarta: UNS Pembelajaran TGT dan Sistem
Press. Modul terhadap Prestasi Belajar
IPA Siswa SLTP Terbuka Ditinjau
[6] Endang Nugrahaeni. 2007. dari Motivasi Belajar dan
“Student Centered Learning dan Intelegensi Siswa”. Tesis Pasca
Implikasinya terhadap Proses Sarjana UNS Surakarta.
Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan. Volume 8, [11] Saifudin Azwar. 2002. Tes Prestasi
Nomor 1: 3. Fungsi dan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka
[7] Johnson, David W., Roger T. Pelajar.
Johnson, dan Mary Beth Stanne.
2000. “Cooperative Learning [12] Slavin, Robert E. 2010.
Methods: A Meta-Analisis”. Cooperative Learning: Teori, Riset
University Minnesota : 11. dan Praktik. Terjemahan Nurulita.
http//www.tablelearning.com/uploa Bandung: Nusa Media.
d/file/exhibit.html (diakses pada
tanggal 24 Februari 2012) [13] Van Wyk, Micheal M. 2011. “The
Effects of Teams-Games-
[8] Mohammed Shafiuddin. 2010. Tournaments on Achievement,
“Cooperative Learning Approach in Retention, and Attitudes of
Learning Mathematics”. Economics Education Students”.
International Journal of Educational School of Social Science, South
Administration. Volume 2, Number Africa.26(3):183.http://www.cluteins
(4): 589. itute.com/proceedings2010_Dublin
_ETLC_Articles/articles131. html
[9] Nana Syaodih S. 2005. Metode (diakes pada tanggal 11 November
penelitian Pendidikan. Bandung: 2011.
PT Remaja Rosdakarya.

Copyright © 2012 73

Anda mungkin juga menyukai