Anda di halaman 1dari 6

Rayhansyah Wibisana

207010038
Sejarah dan Kebudayaan Masyarakat Indonesia (UTS)
Waktu kunjungan : 30 dan 31 Oktober 2021

Masjid Al-Atiqiyah Sebagai Bukti Peninggalan Kerajaan Muaraberes

Masjid Al-Atiqiyah merupakan salah satu masjid tertua di Bogor yang berlokasi di Jalan Kaum I,
Kelurahan Karadenan, Cibinong, Kabupaten Bogor. Pada saat masjid ini pertama kali dibangun
dulunya masjid ini tidak memiliki nama. Masjid ini diyakini merupakan peninggalan dari
kerajaan kecil bernama Muara Beres yang masih berada dibawah pimpinan kerajaan Padjajaran.
Raja yang memimpin kerajaan bawahan itu adalah Pangeran Surawisesa, salah satu anak dari
raja Pajajaran, Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.
Salah satu dari istri Prabu Siliwangi bernama Kentrik Manik Mayang Sunda melahirkan anak
yakni Pangeran Sanghyang yang kemudian menikah dengan Kinawati, putri dari Mental Buana,
cucu dari Munding Kawati, penguasa kerajaan Tanjung Barat. Dari pernikahan Pangeran
Sanghyang dengan Kinawati mempunyai putri yaitu Ratu Ropi’ah yang kemudian menikah
dengan Pangeran Raden Sagiri.

Di belakang masjid ini terdapat pemakaman warga dan situs makam kuno yang merupakan salah
satu bukti eksistensi Kerajaan Muara Beres. Ada 3 makam yang paling istimewa, yaitu makam
Abah Raden Syafe’i yang merupakan pendiri masjid Al-Atiqiyah yang sekaligus cucu dari
pangeran Sanghyang dari anak lelakinya, Raden Nasib. Lalu makam Ratu Enok dan Raden
Hamzah. Ratu Enok adalah istri dari Raden Syafei sedangkan Raden Hamzah adalah sesepuh
yang hidup satu zaman dengan Raden Syafei.

Berikut adalah foto dari makam tersebut:


Makam Raden Syafei

Makam Ratu Enok


Makam Raden Hamzah

Di salah satu tiang penyangga yang menopang masjid ini dulunya terdapat tulisan aksara sunda
yang jika diartikan merujuk pada tahun 1667. Namun sayang bukti dari tulisan aksara tersebut
sudah hilang saat diadakannya renovasi besar-besaran pada tahun 1962. Dengan dasar itu
menjadikan masjid Al-Atiqiyah salah satu masjid tertua di Bogor.

Berikut adalah foto dari salah satu tiang penyangga yang diyakini dulunya terdapat tulisan aksara
sunda yang saya sempat foto saat saya berkunjung ke masjid tersebut:

Berjalan kebagian samping masjid Al-Atiqiyah terdapat musium keris. Sayangnya ketika saya
berkunjung ke sana bapak Raden Dadang selaku ketua RW serta pemegang kunci musium
tersebut sedang tidak ada dirumah, jadi saya tidak bisa memotret bagian dalam dari musium
tersebut. Akhirnya saya berinisiatif untuk bertanya kepada warga sekitar perihal isi di dalam
musium tersebut. Warga sekitar mengatakan bahwa didalamnya terdapat keris, kujang, tombak
serta benda pusaka lainnya sepeninggalan kerajaan Muaraberes.
Berikut adalah tampak luar dari musium keris tersebut;
Beranjak kebagian depan masjid terdapat angka “1667” yang ditulis dengan bahasa arab. Karena
hilangnya bukti dari kapan dibangunnya masjid ini, akhirnya dibuatlah tulisan ini untuk
menyatakan bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1667.

Tampak depan masjid Al-Atiqiyah


Dengan tidak adanya narasumber yaitu bapak Raden Dadang selaku keturunan dari Pangeran
Raden Sagiri, saya sempat bertanya ke tetangga beliau lalu tetangga beliau mengatakan bahwa
bapak Raden Dadang sedang tidak ada dirumah karena sedang mengurus pernikahan putrinya
beliau diperkirakan akan berada dirumah lagi sekitar seminggu kedepan, hal ini mengharuskan
saya mencari informasi dari sumber lain. Saya mendapat beberapa informasi dari warga sekitar
yang tahu sedikit tentang sejarah Masjid Al-Atiqiyah lalu beberapa informasi saya dapat dari
Merdeka.com tentang jejak kerajaan Muaraberes. (https://www.merdeka.com/khas/jejak-
kerajaan-muara-beres-di-cibinong.html)
Saya juga sempat bertanya kepada warga sekitar tentang arti dari “Al-Atiqiyah” tapi sayangnya
tidak ada yang tahu, lalu saya coba bertanya kepada Bapak Sasmita selaku ustad yang tinggal
dekat rumah saya.

“Atiqiyah dalam bahasa arab itu artinya tua atau antik” Ujar bapak Sasmita.

Jadi bisa disimpulkan bahwa arti dari Masjid Al-Atiqiyah adalah masjid yang tua.

Anda mungkin juga menyukai