Anda di halaman 1dari 3

Nama : Riski Amanda Abdon

Nim : D10120728
Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara

RESUME
BARANG MILIK NEGARA

A. BarangMilikNegara

Ruang lingkup Barang Milik Negara mengacu pada pengertian Barang Milik Negara
berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. Dalam UU tersebut, ruang lingkup Barang Milik Negara
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara (BMN), BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang yang
diperoleh atas beban APBN meliputi baik melalui pembelian maupun pembangunan. Barang
yang berasal dari perolehan lain yang sah meliputi:
1. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis
2. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
3. barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
atau
4. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
Tidak termasuk dalam pengertian BMN adalah barang-barang yang dikuasai dan atau
dimiliki oleh:

1. Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD termasuk yang sumber
dananya berasal dari APBN tetapi sudah diserahterimakan kepada Pemerintah
Daerah).
2. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari:
a. Perusahaan Perseroan, dan
b. Perusahaan Umum.
3. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah.

BMN merupakan bagian dari aset milik pemerintah pusat, sehingga harus dikelola dengan
baik agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. PP
Nomor 27 tahun 2014 menyebutkan bahwa pengelolaan BMN
adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan,
pemeliharaan dan pengamanan, pemanfaatan, penilaian, pengamanan dan pemeliharaan,
pemindahtanganan sampai dengan pemusnahan dan penghapusan, dimana seluruh
kegiatan tersebut ditatausahakan dengan baik disertai dengan kegiatan pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian.
Guna melengkapi pemahaman tentang BMN, berikut pengertian beberapa tahapan dalam
pengelolaan BMN sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014:
1. Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan Barang
Milik Negara/Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu
dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang
akan datang.
2. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola
dan menatausahakan Barang Milik Negara/Daerah yang sesuai dengan tugas dan
fungsi instansi yang bersangkutan.
3. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah yang tidak
digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/ Lembaga/satuan
kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi Barang Milik Negara/Daerah dengan
tidak mengubah status kepemilikan.
4. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah.
5. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan Barang Milik
Negara/Daerah.
6. Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar
barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna
Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
7. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi,
dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

B. PenatausahaanBMN

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi,


dan pelaporan BMN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Objek penatausahaan adalah BMN yaitu seluruh barang milik negara baik yang
diperoleh dari APBN maupun perolehan lainnya yang sah. Tujuan penatausahaan
BMN adalah:
1. Mewujudkan tertib administrasi termasuk menyusun Laporan BMN yang akan
digunakan sebagai bahan penyusunan neraca pemerintah pusat.
2. Mendukung terwujudnya tertib pengelolaan BMN adalah menyediakan data agar
pelaksanaan pengelolaan BMN dapat dilaksanakan sesuai dengan azas fungsional,

kapastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan


kepastian nilai.

Hasil penatausahaan BMN ini nantinya dapat digunakan untuk penyusunan neraca
pemerintah pusat setiap tahun, perencanaan kebutuhan pengadaan dan
pemeliharaan BMN setiap tahun untuk digunakan sebagai bahan penyusunan
rencana anggaran, dan pengamanan administrasi BMN.
Penatausahaan BMN meliputi penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna Barang/
Pengguna Barang dan Pengelola. Pelaksana penataausahaan BMN pada Kuasa
Pengguna Barang/Pengguna Barang dilakukan oleh unit penatausahaan Kuasa
Pengguna Barang/ Pengguna Barang pada Pengelola Barang dilakukan oleh unit
penatausahaan Pengelola Barang. Organisasi penatausahaan BMN pada pengguna
barang adalah:
1. Unit Penatausahaan Pengguna Barang (UPPB);
UPPB adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga
(pengguna barang), yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon I yang
membidangi kesekretariatan, unit eselon II, unit eselon III dan unit eselon IV yang
membidangi BMN. Penanggung jawab UPPB adalah Menteri/Pimpinan Lembaga.
UPPB ini membawahi UPPB-E1, UPPB-W dan/atau UPKPB.
2. Unit Penatausahaan Pengguna Barang-Eselon I (UPPB-E1);
UPPB-E1 adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat eselon I, yang secara
fungsional dilakukan oleh unit eselon II yang membidangi kesekretariatan, unit
eselon III dan unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawab UPPB-E1
adalah pejabat eselon I. UPPB-E1 ini membawahi UPPB-W dan/atau UPKPB.
3. Unit Penatausahaan Pengguna Barang-Wilayah (UPPB-W);
a) UPPB-W adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat kantor wilayah atau
unit
kerja lain di wilayah yang ditetapkan sebagai UPPB-W, yang secara fungsional
dilakukan oleh unit eselon III yang membidangi kesekretariatan dan unit
eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawab UPPB-W adalah Kepala
Kantor Wilayah atau Kepala unit kerja yang ditetapkan sebagai UPPB-W.
UPPB-W ini membawahi UPKPB.
b) Untuk unit penatausahaan BMN Dana Dekonsentrasi, penanggung jawab
UPPB-W adalah Gubernur, sedangkan untuk penatausahaan BMN Dana Tugas
Pembantuan, penanggung jawab UPPB-W adalah Kepala Daerah sesuai
dengan penugasan yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian
Negara/Lembaga.
4. Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (UPKPB).
a) UPKPB adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat satuan kerja (Kuasa
Pengguna Barang), yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon III,
eselon IV dan/atau eselon V yang membidangi kesekretariatan dan/atau
BMN. Penanggung jawab UPKPB adalah Kepala Kantor/Kepala Satuan Kerja.
b) Untuk unit penatausahaan BMN dari Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan, penanggung jawab UPKPB adalah Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD).
c) Untuk unit penatausahaan BMN pada BLU, penanggung jawab UPKPB adalah
Pimpinan BLU atau Pimpinan Satuan Kerja pada BLU.

Anda mungkin juga menyukai