Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

Disusun guna memenuhi tugas akhir Psikologi Pendidikan


Dosen pengampu : Drs. Moh Yasin, M.Ag

Disusun oleh :
Isnaini Aurelya Putri (181320000407)

Nimas Melinda Nurhidayah (181320000415)

KELOMPOK 13

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA


2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas rahmat dan hidayahNya, sehingga kita bisa menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Diagnosis Kesulitan Belajar” tepat waktu. Tujuan penulisan artikel
ini adalah untuk melengkapi tugas makalah dari Bapak Drs. Moh Yasin, M.Ag dalam mata
kuliah Psikologi Pendidikan.
Selain itu, artikel ini bertujuan untuk menambah pemahaman tentang diagnosis
kesulitan belajar pada pendidikan bagi pembaca dan penulis. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. Moh Yasin, M.Ag selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah ilmu dan wawasannya sesuai
dengan bidang yang kami geluti.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah
membagikan ilmunya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jepara, 15 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................4
B. TUJUAN..................................................................................................................................4
BAB II ISI...............................................................................................................................................5
A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar..................................................................................5
B. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar Dalam Pembelajaran.............................................6
C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar......................................................7
D. Langkah-langkah Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar...............................................10
E. Tindak Lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar.........................................................................14
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas
guru tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses
pembelajaran. Guru dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik.
Hal itu karena perkembangan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung
dari peserta didik tersebut.
Perkembangan yang diamati dalam kasus ini adalah perkembangan mengenai
pemahaman dalam menerima materi pelajaran. Perkembangan pemahaman peserta didik
dalam pembelajaran dapat diamati dengan cara diagnosis kesulitan belajar, karena
pemahaman peserta didik dapat diamati dari tingkat kesulitan belajar yang dapat dialami
peserta didik. Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak pada peserta didik
yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah standar yang
ditetapkan.
Adapun pengertian diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan
masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar. Pemahaman dan konsep
mengenai diagnosis kesulitan belajar perlu dikaji lebih lanjut oleh seorang guru atau
pendidik. Oleh karena itu makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih
lanjut mnegenai diagnosis kesulitan belajar.

B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang:

1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)


2. Kedudukan diagnosis kesulitan belajar dalam pembelajaran
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
4. Langkah-langkah pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar
5. Pengajaran remedial dan program pengayaan dalam pembelajaran
BAB II
ISI
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar


Tidak semua siswa dapat menguasai materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Oleh karena itu, seorang guru yang bertugas dalam pengembangan siswa harus memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar,
menemukan penyebab penyakit, dan kemudian menentukan keterampilan yang dapat
membantu mengatasi kesulitan belajar siswa tersebut. Kegiatan memahami kesulitan
belajar siswa tersebut dinamakan diagnosis kesulitan belajar.
Diagnosis adalah untuk menentukan jenis masalah atau kelainan atau
ketidakmampuan dengan memeriksa latar belakang penyebab atau menganalisis gejala
yang terlihat. Sedangkan kesulitan belajar merupakan gejala yang muncul pada diri
siswa yang ditandai dengan prestasi akademik yang rendah atau pada standar yang
telah ditentukan atau prestasi akademik yang tidak sesuai dengan kemampuan
intelektualnya.
Blassic dan Jones menyatakan bahwa, kesulitan belajar menunjukkan adanya suatu
jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan yang dicapai. Peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar adalah peserta didik yang memilki inteligensi normal, tetapi
menunjukkan kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi,
ingatan, perhatian, dan atau fungsi motoriknya. Dengan kata lain, peserta didik dikatakan
mengalami kesulitan belajar bila prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan
kapasitas inteligensinya. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh inteligensi yang
rendah, namun dapat disebabkan oleh faktor fisiologik, psikologik, instrumen, dan
lingkungan belajar.
Dari uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai proses menentukan masalah atau ketidak-mampuan peserta didik dalam
belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan menganalisis
gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
Kesulitan belajar setiap peserta didik, jenis, sifat maupun manifestasinya tidak selalu
sama, sehingga guru atau pembimbing harus mencermati jenis, sifat, dan manifestasi
kesulitan belajar peserta didik, sehingga pendekatan dengan peserta didik tersebut dapat
dilakukan dengan lebih tepat.
Berikut adalah permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri dkk. (1990),
1. Kekacauan Belajar (Learning Disorder)

Suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan, sehingga anak tidak dapat menguasai atau memahami bahan yang
dipelajari dengan baik. Sebenarnya anak tersebut memiliki potensi dasar yang tidak
diragukan lagi.
2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability)

Suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan
berbagai sebeb sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi
intelektualnya.
3. Learning Disfunctions

Mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik walaupun
anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun
gangguan psikologis yang lain. Misalnya, anak sudah belajar dengan tekun tetapi tidak
mampu menguasai bahan belajar dengan baik.
4. Under Achiever

Terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi
prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah, tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan
yang dimiliki.
5. Lambat Belajar (Slow Learner)

Disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan
kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain
yang memiliki tingkat potensi intelektual sama.

B. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar Dalam Pembelajaran


Berkaitan dengan konsep belajar tuntas (mastery learning), tingkat penguasaan bahan
pelajaran biasanya ditetapkan antara 75 % - 90%. Bila peserta didik belum mampu
meguasai bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut
harus dibantu hingga mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah
ditetapkan. John B. Caroll (1968) mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik
dipengaruhi oleh :
1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan

2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran

3. Bakat yang dimiliki peserta didik

4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran

5. Kemampuan peserta didik untuk dapat mendapat manfaat optimal dari


keseluruhan proses pembelajaran yang sedang dihadapi.

Agar proses pembelajaran berhasil maka guru harus berusaha menemukan letak dan
jenis kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya. Dengan demikian kedudukan
diagnosis kesulitan belajar dalam proses pembelajaran sangatlah penting demi
keberhasilan proses pembelajaran.

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar


Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedang faktor
ekternal adalah faktor yang ada diluat individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah
dan faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kelelahan. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar adalah faktor keluarga ( cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi
keluarga, pengetian dan perhatian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor
sekolah (metode mengajar, metode belajar, tugas rumah, kurikulum, relasi antar guru
dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, dan keadaan gedung) faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan media massa).
Dimyati dan mudijono (1994:228-235) mengemukakan faktor-faktor internal yang
mempengaruhi proses belajar:
1. Sikap terhadap belajar

2. Motivasi belajar

3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan ajar

5. Menyimpan perolehan hasil belajar

6. Menggali hasil belajar yang tersimpan

7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja

8. Rasa percaya diri siswa

9. Inteligensi dan keberhasila belajar

10. Cita-cita siswa

Muhibbinsyah (1997) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :


1. Faktor Internal yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa,

2. Faktor eksternal yang meliputi kondisi lingkungan disekitar siswa,

3. Faktor pendekatan belajar yang meliputi jenis upaya belajar siswa yang berupa
setrategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.

Ditinjau dari faktor pendekatan belajar, terdapat 3 bentuk dasar pendekatan belajar
siswa menurut hasil penelitian Biggs(1991) yaitu :
1. Pendekatan surface (permukaan/bersiafat lahiriah) yaitu kecenderungan belajar
siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya mau belajar
karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi orangtua. Oleh karena itu gaya
belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementigkan pemahaman yang
mendalam.

2. Pendekatan deep (mendalam) yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya


dorongan dari dalam (intrinsik) misalnya mau belajar karena memang tertarik
pada materi dan meraa membutuhkannya. oleh karena itu gaya belajarnya serius
dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi), yaitu kecenderungan belajar


siswa karena adanya doronga untuk mewujudkan ego enhancement yaitu ambisi
probadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara
meraih prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar yang seperti ini merupakan
gaya belajar siswa ini lebih serius dripada siswa yang menggunakan pendekatan
belajar yang lain.

Terdapat ketrampilan belajar yang baik dalam arti memiliki kemampuan tnggi
dalam mengatur ruang belajar/kerja, membagi waktu dan menggunakannya
secara efisien, serta memiliki ketrampilan tinggi dalam penelaahan silabus.
Disamping itu siswa dengan pendekatan ini sangat disiplin, rapi, sistematis,
memiliki perencanaa kedepan (plans ahead), dan memiliki dorongan
berkompetisi tinggi secara positif.
D. Langkah-langkah Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
Kegiatan untuk menentukan masalah atau kesulitan belajar peserta didik disebut
dengan diagnosis keuslitan belajar. Adapun prosedur dalam melaksanakan diagnosis
kesulitan belajar adalah sebagai berikut(Sugihartono, dkk, 2013: 165).
1. Mengidentifikasi Peserta Didik yang Diperkirakan Mengalami Kesulitan Belajar

Kegiatan di sini adalah metenapkan peserta didik ynag keuslitan belajar, dengan
cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikoolgis(Sugihartono,
dkk, 2013: 165). Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui:
a. Analisis Perilaku

Peserta didik yang kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau
laporan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui:
1) Cepat Lambatnya Menyelesaikan Tugas

Dalam proses pembelajaran, guru sering memberikan tugas kepada peserta


didik,, baik tugas individu, kelompok ataupun ujian yang ditentukan batas
waktunya. Batas waktu tersebut dapat digunakan sebagai tolak ukur
kemampuan belajar dalam hal cepat atau lambatnya dalam mengumpulkan
tugas. Peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar adalah peserta
didik yang paling lambat mengumpulkan tugas. Namun tolak ukur tersebut
dinilai kurangakurat, karena bisa jadi peserta didik yang pintar juga
mempunyai kemungkinan untuk mengumpulkan tugas tidak tepat waktu
karena mempunyai sifat yang malas.
2) Kehadiran dan Ketekunan dalam Proses Belajar

Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran secara tertib merupakan


indokator bahwa beserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik. Sebaliknya peserta didik yang sering absen, membolos, tidka tekun,
malas, acuh terhadap guru, dapat diduga peserta didik tersebut mengalami
kesulitan belajar.
3) Peran Serta dalam Tugas Kelompok

Pada mata pelajaran tertentu peserta didik seirng dituntut kemampuanya untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan temna-temennya dalam satu
kelompok, misalnya kemampuan dalam mengemukakan pendapat, bertanya,
menyanggah, menolak atuau menerima pendapat teman lain dan sebgaainya.
Dengan mengamati dan mencatat aktivitas peserta didik dalam pembicaraan
dengan segala kualifikasinya, kita akan memperoleh gambaran tentang peran
serta peserta didik dalam kelompoknya dan dapat juga mrenemukan peserta
didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.
4) Kemampuan Kerjasama dan Penyesuaian Sosial

Pada mata pelajaran tertentu peserta didik dituntut untuk mampu bekerja
dalam kelompok. Untuk itu peserta didik dituntut agar mampu bekerjasama,
saling menerima, saling percaya, dan daling menyayangi di antara sesaa
anggota kelompok. Karena itu guru harus mengetahui hubungan sosialnya
sehari-hari dalam kelas atau menggunakan sosiometri untuk mengetahui
hubungan sosial peserta didiknya.
b. Analisis Prestasi Belajar

Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat


dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta
menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar peserta didik haris digunakan
norma, sedang norma yang digunakan untuk menentukan baik buruknya hasil
belajar peserta didik adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
AcuanPatokan (PAP).
Penilaian acuan norma sering disebut norma kelompok yang wujudnya adalah
skor rerata yang dijadikan norma. Jadi peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan belajar yaitu apabila skor hasil belajar yang dicapai di bawah dan
semakin jauh dari rerata kelas atau kelompok. Sedangkan penilaian acuan
patokan merupakan skor minimal yang seharusnya dicapai oleh peserta didik,
sehingga peserta didik yang hasil belajarnya belum mencapai syarat minimal,
diduga mereka belum menguasai bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai.
Dengan kata lain peserta didik yang skor hasil belajarnya kurang dari syarat
minimal dapat diduga mereka mengalami kesulitan belajar, apalagi skor yang
diperoleh lebih jauh dari syarat minimal yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar


Setelah kita menemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan
belajar, maka langkah selanjutnya adalah menemukan di mana letak eksulitan belajar
yang dialami peserta didik. Dalam hal ini dapat kita lakukan dengan cara mengetahui
dalam mata pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi, kemudian aspek
atau bagian mana kesulitan itu dirasakan oleh peserta didik(Sugihartono, dkk, 2013:
167).
Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan belajar
dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor prestasi yang diperoleh peserta
didik dengan nilai rerata dari maisng-masing bidang studi. Apabila skor hasil belajar
peserta didik di bawah skor rerata bidang studi, maka peserta didik tersebut diduga
mengalami kesulitan dalam bidang studi tersebut.
Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu
dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan dengan memeriksa pekerjaan tes.
Apabila peserta didik tidak dapat menjawab dengan benar ats pertanyaan mengenai
pokok bahasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik tersebut
mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut.

3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Untuk menentukan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan dengan


cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik (internal) dan faktor-
faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal) yang menghambat proses belajar
atau pembelajaran(Sugihartono, dkk, 2013: 168).
Faktor internal penyebab kesulitan belajar peserta didik pada garis besarnya
bersumber pada aspek fisik yang meliputi kondisi dan kesehatan tubuh misalanya
kecacatan tunbuh dan penyakit yang diduga mengganggu proses belajarnya, dan
aspek psikologis yang meliputi kecerdasan, bakat, minat, kemampuan, kemauan,
perhatian, dorongan, konsentrasi, ketekunan, dan ketrampilan yang kurang memadai.
Sebagai faktor eksternal penyebab kesulitan belajar peserta didik pada garis
besarnya bersumber pada dua faktor yaitu faktor lingkungan sosial yang meliputi
lingkungan ynag berupa manusia dan lingkungan non-sosial yang berupa alam, dan
faktor instrumen yang meliputi fasilitas barang yang berupa perangkat lunak
(software) dan perangkat keras (hardware). Serta guru yang kurang mendukung
proses kegiatan belajar peserta didik.
4. Memperkirakan Alternarif Bantuan

Lengkah keempat ini merupakan langkah yang akan ditempuh dengan cara
menajawab beberapa pertanyaan di berikut ini (Sugihartono, dkk, 2013: 168).
a. Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya?

Bila peserta didik tidak mungkin ditolong karena tingkat kesulitannya yang
berat, maka kita harus berusaha untuk mencairkan jalan keluar yang tepat bagi
peserta didik yang bersangkutan, misalnya dengan menyarankan peserta didik
untuk pindah ke lembaga yang sesuai dengan keadaannya.
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan peserta didik?

Memperkirakan kebuuthan waktu sangat penting dalam kaitannya dengan


efektivitas program bantuan dan kegiatan yang lain.
c. Kapan dan di mana pertolongan dapat diberikan kepada peserta didik?

d. Siapa yang memberi pertolongan?

Dalam hal ini adalah menentukan personil yang tepat untuk memberikan
pertolongan, karena harus disesuaikan dengan latar belakang kesulitan dan
faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Personalian
yang dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik adalah konselor,
guru bidang studi, atau ahli lain misalnya dokter, psikolog, dan akli lain yang
relevan. Dalam menentukan personalian yang dapat membantu pemecahan
masalah yang dihadapi peserta didik harus mempertimbangkan peranan atau
sumbangan yang dapat diberikan oleh masing-masing ahli dalam menolong
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut.

5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya

Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau usaha


penyembuhan yang diperlakukan peserta didik, dalam menentukan bantuan
penyembuhan perlu dikomunikasikan atau didiskusikan dengan berbagai pihak yang
dipandang berkepentingan atau yang diperkirakan akan terlibat dalam pemberian
bantuan. Selanjutnya peserta didik harus disesuaikan dengan jenis kesulitan yang
dialami peserta didik(Sugihartono, dkk, 2013: 169).
Bantuan dapat diberikan melalui program remidial atau pengajaran perbaikan,
layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu mengirimakna peserta
didik kepada ahli yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

E. Tindak Lanjut Diagnosis Kesulitan Belajar


Tindak lanjut merupakan langkah terakhir dalam proses diagnosis kesulitan belajar
yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Sugihartono, dkk, 2013: 170).
a. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada
langkah sebelumnya.

b. Melibatkan berbagai pihak ynag dipandang dapat memberikan pertolongan


kepada peserta didik.

c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap


bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki
kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yangdiberikan.

d. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani


kesulitan yang dialami peserta didik.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :

1. Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan atau ketidakmampuan


dengan meniliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-
gejala yang tampak. Sedangkan kesulitan belajar yaitu suatu gejala yang nampak
pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau
di bawah norma yang telah ditetapkan atau prestasi belajar yang dicapai tidak
sesuai dengan kapasitas intelegensinya.
2. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran yang berkaitan
dengan konsep belajar tuntas (mastery learning), tingkat penguasaan bahan
pelajaran biasanya ditetapkan antara 75 % - 90%. Kedudukan diagnosis kesulitan
belajar dalam proses pembelajaran sangatlah penting demi keberhasilan proses
pembelajaran.
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar, terdapat dua faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedang faktor ekternal adalah
faktor yang ada diluat individu.
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
a. Analisis Perilaku

- Cepat Lambatnya Menyelesaikan Tugas

- Kehadiran dan Ketekunan dalam Proses Belajar

- Peran Serta dalam Tugas Kelompok

- Kemampuan Kerjasama dan Penyesuaian Sosial

b. Analisis Prestasi Belajar


Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat
dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta
menafsirkannya.

c. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar


Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan
belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor prestasi yang
diperoleh peserta didik dengan nilai rerata dari maisng-masing bidang studi
d. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Untuk menentukan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan
dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik (internal)
dan faktor-faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal) yang
menghambat proses belajar atau pembelajaran.
e. Memperkirakan Alternarif Bantuan
Dalam menentukan personalian yang dapat membantu pemecahan masalah
yang dihadapi peserta didik harus mempertimbangkan peranan atau
sumbangan yang dapat diberikan oleh masing-masing ahli dalam menolong
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut.
f. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya
Bantuan dapat diberikan melalui program remidial atau pengajaran
perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu
mengirimakna peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
5. Tindak Lanjut merupakan langkah terakhir dalam proses diagnosis kesulitan belajar
yang berupa memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada
langkah sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihartono, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai