Bab 1-3 Fix
Bab 1-3 Fix
PENDAHULUAN
3
Outlook Zakat Indonesia 2020, Badan Amil Zakat Nasional, (Jakarta : Pusat Puskas
Baznas, 2020), h. 4.
igitalisasi dalam pengumpulan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan platform internal dan eksternal. Platform internal dilakukan
melalui website dan aplikasi. Sementara untuk platform eksternal
dilakukan melalui e-commerce, ride-hailing, crowdfunding, dan e-wallet.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul strategi fundraising zakat LAZ Al-Azhar melalui digital
platform studi kasus di LAZ Al-Azhar Peduli Umat.
C. Perumusan Masalah
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan bagi penulis, pembaca sekaligus informasi tentang Strategi
Fundraising Zakat Melalui Digital Platform yang sangat dibutuhkan di
era sekarang ini.
2. Manfaat praktis
Dari penelitian yang dibuat oleh penulis diharapkan berguna dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, mengenai Strategi Fundraising
Zakat Melalui Digital Platform dalam rangka meningkatkan potensi
penghimpunan zakat di Indonesia.
3. Secara akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran dalam ilmu strategi fundraising zakat terutama bagi
mahasiswa manajemen zakat dan zakat. Kemudian penelitian ini
diharapkan juga bisa menjadi rujukan penelitian berikutnya terkait
bagaimana strategi dalam fundraising melalui digital platform.
E. Sistematika Penulisan
Dalam rangka memudahkan penulis, maka dalam penelitian ini
dibagi menjadi dalam beberapa bab sesuai dengan sistematika penulisan.
BAB I: Pendahuluan
Dalam bab ini berisi latar belakang, fokus dan subfokus,
perumusan masalah, kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II: Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini berisi deskripsi konseptual dan sub fokus penelitian
dan hasil penelitian yang relevan yang pernah diteliti sebelumnya.
BAB III: Metodologi Penelitian
Dalam bab ini berisi tujuan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, latar penelitian, metode dan prosedur penelitian, data
dan sumber data, teknik dan prosedur pengumpulan data, teknik
analisis data, dan validitas data.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini berisi gambaran umum tentang latar penelitian,
temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Menetapkan misi
2) Menyusun sasaran
3) Melakukan analisis strategi yang ada untuk menetapkan
hubungannya dengan penilaian internal dan eksternal
4) Menetapkan kapabilitas khusus organisasi
5) Menetapkan masalah strategi utama yang timbul dari analisis
sebelumnya
6) Menetapkan strategi korporasi dan fungsional untuk mencapai
sasaran dan keunggulan kompetitif, mempertimbangkan
masalah strategi utama
7) Mempersiapkan rencana strategi terintegrasi untuk menerapkan
strategi
8) Menerapkan strategi7
1) Menetapkan sasaran
2) Membuat kebijakan
6
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi dibidang Pendidikan, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press,
2000), h. 147.
7
Sedermayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia : Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.22.
3) Memotivasi karyawan dan
4) Mengalokasikan sumber daya sehingga strategi dapat
dilaksankan dengan baik.
b. Macam-macam Strategi
Supriyanto dan Sandu (2015:137), menyebutkan ada beberapa
macam strategi, diantaranya:
1) Corporate Level Strategi
Urusan organisasi dapat berupa kumpulan bisnis yang secara
relatif independen dan terkadang disebut sebagai Strategic
Busines Unit. Pelayanan dan area pelayanan yang akan
dilaksanakan pada level nasional atau global ditentukan dalam
strategi ini.
Pada level ini, ada empat strategi yang harus dilaksanakan:
a) Build, menentukan pelayanan dan area bisnis baru untuk
meningkatkan pangsa pasar.
b) Hold, keputusan untuk mempertahankan pangsa pasar.
c) Harvest, keputusan meningkatkan keuntungan jangka
pendek dengan menurunkan biaya pelayanan.
d) Divest, keputusan melepaskan pasar yang tidak
menguntungkan.
2) Competitive Level Strategi
Pada level ini ditentukan bagaimana pelayanan
dilaksanakan sehingga diperoleh keunggulan kompetitif produk
atau jasa.
a) Otonomi pelayanan
b) Mempunyai strategi yang berbeda
c) Mempunyai pesaing sendiri
d) Mempunyai manajer yang bertanggung jawab8
c. Fungsi Strategi
Berikut beberapa fungsi strategi :
1) Strategi sebagai rencana (plan)
Dalam menghadapi tantangan lingkungan tertentu, strategi
dapat menjadi pedoman atau arah tindakan.
2) Strategi sebagai siasat
Dalam hal ini strategi manuver atau latihan untuk menghadapi
pesaing.
3) Strategi sebagai pola
Dalam menghadapi tantangan atau mencari peluang, strategi
dapat digunakan sebagai pola untuk mengambil tindakan.
4) Strategi sebagai kedudukan
Strategi menjadi media yang menjembatani perusahaan dengan
lingkungan.
8
Sandu dan Suprianto, Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, (Yokyakarta: Andi, 2015),
h. 137.
5) Strategi sebagai Perspektif
Strategi menjadi perwujudan cara melihat dan memahami
lingkungan.
d. Manfaat Strategi
Selain memiliki beberapa fungsi, strategi juga memiliki
manfaat bagi organisasi. Menurut Kusnardi (2001: 216) manfaat
strategi bagi organisasi adalah sebagai berikut:
1) Strategi mampu menjunjung fungsi kontrol, sehingga seluruh
proses pencapaian tujuan strategik berlangsung terkendali.
2) Strategi bisa menjadi sarana dalam mengkomunikasikan
gagasan, kreativitas, dan informasi serta cara merespon
perubahan dan perkembangan lingkungan operasional,
nasional dan global kepada semua pihak sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya.
3) Strategi yang disepakati dapat memperkecil bahkan
meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam
mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan
strategi.
4) Pemersatu sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk
manajemen puncak, tetapi juga merupakan keberhasilan
bersama keseluruhan organisasi dan masyarakat.9
2. Fundraising
a. Pengertian Fundraising
10
Hasanudin, Manajemen Zakat dan Zakat (Pamulang: Buku Ajar Tahun, 2010), h. 132.
11
Widi Nopiardo, “Strategi Fundraising Dana Zakat pada Baznas Kabupaten Tanah
Datar”, dalam IMARA, Vol. 1, No. 1, 2017, h. 60.
meningkatkan sumber pendanaan dan kualitas pelayanan kegiatan
dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat.
b. Fundraising Zakat
Fundraising yang dilakukan lembaga zakat adalah kegiatan
menghimpun atau menggalang dana zakat, infaq, dan sadaqah serta
sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok,
organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan
didayagunakan untuk mustahik. Sementara orang atau lembaga
yang melakukan pengumpulan dana tersebut dinamakan fundraiser.
Sejatinya, fundraising tidak hanya soal uang semata lebih
dari itu ruang lingkupnya begitu luas dan mendalam sebab
pengaruhnya akan berdampak terhadap keberadaan atau eksistensi
sebuah lembaga. Sesuai dengan tujuan dari adanya perintah
berzakat untuk mensejahterakan masyarakat sehingga tidak ada
ketimpangan sosial antara si miskin dan si kaya maka peran
fundraising tidak bisa dianggap sebelah mata.
Fundraising pada sebuah organisasi pengelola zakat (OPZ)
dapat diartikan sebagai segala upaya atau proses kegiatan dalam
rangka menghimpun dana zakat, infaq, dan shodaqah serta sumber
daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi
dan perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk
mustahik. Dalam konteks yang lebih kompleks, aktifitas
fundraising, yaitu penggalangan dana atau daya yang dilakukan
dengan manajemen pemasaran (marketing), motivasi dan relasi.
Dalam hal ini pengalangan dana atau daya tidak hanya bersifat
pemberian semata yang sangat dipengaruhi oleh pertimbangan
calon donatur (muzaki).12
12
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI , 2009), hlm. 65.
Suksesnya fundraising dapat menjadi standar keberhasilan
sebuah organisasi nirlaba karena akan berpengaruh terhadap proses
program yang akan dilaksanakan maka tidak heran jika fundraising
selalu menjadi tema besar bagi lembaga pengelola zakat.
c. Tujuan Fundraising
Terdapat 5 tujuan dari kegiatan fundraising, yaitu:
menghimpun dana, menghimpun donatur, menghimpun simpatisan
atau pendukung, membangun citra lembaga, dan memberikan
kepuasan pada donatur.
1) Menghimpun Dana
Merupakan tujuan pokok Fundraising. Dana yang dihimpun
tidak hanya identik dengan uang semata tetapi juga barang atau
jasa yang memiliki nilai komersil atau value. Dapat dikatakan
bahwa fundraising yang gagal adalah fundraising yang tidak
mampu menghimpun dana. Karena dapat dipastikan program
yang direncanakan tidak berjalan dengan maksimal jika tidak
ada dana.
2) Menghimpun Donatur
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah donasi per
orang, dan pada saat yang sama memperbanyak penyumbang.
Dengan banyaknya donator diharapkan semakin banyak pula
dana yang terhimpun.
3) Menghimpun Simpatisan atau Pendukung
Hal ini dimaksudkan untuk menjadi promotor atau informan
positif tentang lembaga kepada orang lain. Kelompok seperti ini
juga diperlukan oleh lembaga sebagai pemberi kabar informan
kepala setiap orang yang memerlukan. Dengan adanya
kelompok simpatisan dan pendukung ini, maka kita memiliki
jaringan informasi-informasi yang akan sangat menguntungkan.
Tentunya untuk mendapatkan simpatisan dan pendukung kita
perlu membuat program yang menarik dan bermanfaat luas.
4) Membangun Citra Lembaga
Dalam fundraising dapat disematkan motivasi dan membangun
relasi yang baik dalam kemitraan. Dengan citra ini setiap orang
akan menilai lembaga, dan ujungnya adalah bersikap atau
menunjukkan perilaku terhadap lembaga. Fundraising yang baik
akan menebarkan aura positif kepada calon muzakki atau
masyarakat yang ingin berdonasi. Jika masyarakat sudah menilai
lembaga kita positif maka mereka akan berdonasi begitupun
sebaliknya, jika lembaga dinilai negative maka donator tidak
ingin berdonasi.
5) Memuaskan Donatur
Memuaskan donator, bisa dikatakan sebagai tujuan tertinggi
dalam fundraising. perlu dirancang sebagai goal in the long run,
meskipun kegiatannya secara teknis dilakukan sehari-hari.
Sebab, jika donatur puas mereka akan mendonasikan dananya
kembali kepada lembaga semula. Bila puas, mereka akan
menceritakan lembaga kepada orang lain secara positif.
Sederhanaya, kegiatan fundraising tidak hanya berfokus kepada
penghimpunan semata tetapi juga menjaga kepercayaan kepada
masyarakat atau donatur terhadap pelayanan yang diberikan oleh
organisasi pelayanan sosial tersebut.
e. Metode Fundraising
Setelah mengetahui unsur-unsur dalam fundraising,
selanjutnya adalah menentukan metode. Pengertian metode dalam
hal ini adalah suatu bentuk kegiatan oleh sebuah organisasi atau
lembaga dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat.
Terdapat berbagai teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan
fundraising. Terdapat dua jenis metode dalam fundraising, yaitu
metode langsung dan tidak langsung.
1) Metode langsung
Metode ini menggunakan cara-cara yang melibatkan
partisipasi muzaki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi
terhadap respon muzaki bisa seketika (langsung) dilakukan.
Dengan metode ini apabila dalam diri muzaki muncul
keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan
promosi dari fundraising lembaga, maka segera dapat
melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi
yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia.
13
Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, (Semarang: CV.Karya Abadi Jaya, 2015), h. 41.
Sebagai contoh dari metode ini adalah: Direct Advertising,
telefundraising, dan presentasi langsung.
2) Metode tidak langsung
Metode ini menggunakan cara-cara yang tidak melibatkan
partisipasi muzaki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya
akomodasi langsung terhadap respon muzaki seketika. Metode
ini misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah
kepada pembentukan citra nazhir yang kuat, tanpa cara khusus
diarahkan untuk menjadi transaksi zakat, infak, sedekah atau
zakat pada saat itu. Sebagai contoh: Adventorial, Image
Compaign dan penyelenggaraan Event, pengumuman produk,
melalui perantara, dan lain-lain.
Metode yang dilakukan dalam fundraising sangat
berpengaruh terhadap muzaki. Keduanya memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Setiap Lembaga
mempunyai ciri khas dalam menggunakan metode
fundraising, mengingat dewasa ini perkembangan digital yang
berkembang semakin pesat mengharuskan lembaga pengelola
zakat untuk ikut eksis mengikuti perkembangan zaman. Oleh
karena itu, dibutuhkan inovasi dengan cara memadukan antara
keduanya agar proses fundraising lebih maksimal.14
3. Zakat
a. Pengertian Zakat
Secara etimologi (bahasa), kata zakat memiliki beberapa
arti, yaitu: al-barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘bertumbuh dan
berkembang’, aththaharatu, ‘kesucian’ dan ash-shalahu
‘keberesan’. Sedangkan secara harfiah, zakat berarti suci, berkah,
rapi, patut, dan damai. Dalam terminologi para ulama syariah,
Murtadho Ridwan, "Analisis Model Fundraising Dan Distribusi Dana Zis Di Upz Desa
14
Wonoketingal Karanganyar Demak", dalam STAIN Kudus, Vol. 10, No. 2, 2016, h. 7.
zakat diartikan sebagai nama bagi sesuatu harta kekayaan yang
dikeluarkan oleh seseorang dari hal Allah untuk disalurkan kepada
kaum fuqara.15
Dalam undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun
2011 tentang pengelolaan zakat, zakat diartikan sebagai harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
islam.16 Adapun orang yang berhak menerima zakat disini adalah
mustahik.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa zakat infak dan sedekah yang ketentuan bayar
dan penyalurannya tidak diatur secara detail. Sementara zakat
memiliki aturan yang jelas tentang harta apa yang wajib
dizakatkan, batasan harta yang terkena zakat atau nisab, waktu
untuk membayarnya, cara penghitungannya, bahkan siapa
penerimanya sudah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya melalui
ketentuan-ketentuan syariat yang tercantum juga dalam undang-
undang no 23 tahun 2011.
Zakat merupakan instrumen ekonomi Islam yang sangat
penting yang berpengaruh di bidang sosial dan ekonomi
masyarakat. Tidak hanya itu, kedudukan zakat sejajar dengan
shalat. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai
salah satu rukun islam. Kata al-zakah yang dalam Al-Qur’an
diulang-ulang sebanyak 32 kali dalam 19 surah dan 32 ayat. Rata-
rata digandingkan dengan kata al-shalah yang dalam Al-Qur’an
kata al-shalah juga diulang-ulang lebih banyak lagi, hingga 67
kali.
15
Sayyid Sabiq, dkk, Fiqh Al-Sunnah, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 1973), h. 327.
16
UUD No 23 tahun 2011.
b. Landasan Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam atau unsur
pokoknya umat Islam, sehingga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Zakat hukumnya wajib bagi muslim yang sudah memenuhi syarat
dan ketentuan untuk berzakat. Zakat diwajibkan di Madinah pada
bulan syawal tahun ke 2 Hijriyah. Kewajiban berzakat dimulai
setelah diwajibkannya berpuasa di bulan Ramadhan dan zakat
fitrah. Hanya saja, zakat tidak diwajibkan untuk para Nabi. Hal ini
karena tujuan ditunaikannya zakat adalah untuk penyucian orang-
orang yang berdosa, sementara para nabi bebas dari dosa.17
17
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian berbagai Mazhab, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h.89.
18
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Hafidz, (Bandung: Cordoba, 2018), h. 7
ِ ِ ٱلز َك ٰو َة وم ا ُت َق د أِل
َّ ْٱلص لَ ٰو َة َوءَاتُ وا ِ
ُِّمواْ َن ُفس ُكم ِّمن َخ ري جَت ُدوه
ُ ََ َّ ْيم وا
ُ َوأَق
ِعن َد ٱللَّ ِه إِ َّن ٱللَّهَ مِب َ ا
ِ تَعملُو َن ب
صري َ َ
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan
kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu
akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah
Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.19
هِب ِهِل ِ
ك َ ص ِّل َعلَي ِهم إِ َّن
َ َص لَ ٰوت َ ص َدقَة تُطَ ِّه ُرمُه َو ُتَز ِّكي ِهم َ ا َو
َ ُخ ذ من أَم َٰو م
19
Ibid., h. 17.
20
Ibid., h. 203.
َ َن اَلنَّيِب َّ صلى اهلل عليه وسلم َب َع
ث ٍ ََّع ِن اِبْ ِن َعب
َّ ( أ:اس َر ِض ي اَللَّهُ َعْن ُه َم ا
َ
َن اَللَّهَ قَ ِد
َّ ( أ: َوفِي ِه,يث ِ
َ ُم َع ا ًذا رض ي اهلل عن ه إِىَل اَلْيَ َم ِن ) فَ َذ َكَر َحْلَ د
َفُت ر ُّد يِف, تُ ْؤ َخ ُذ ِم ْن أَ ْغنِيَ ائِ ِه ْم,ص َدقَةً يِف أ َْم واهِلِ ْم ِ
َ َ َ ض َعلَْي ِه ْم
َ ا ْفَت َر
) ُف َقَرائِ ِه ْم
c. Macam-macam Zakat
22
UU No 23 tahun 2011
23
Hasbiyallah, Fikih, (Bandung: Grafindo, 2006) h. 43.
5) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang
miskin.
6) Membentuk rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
pada mereka yang memiliki kecukupan harta.
7) Mendidik manusia untuk displin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
8) Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai
keberhasilan sosial.24
4. Digital Platform
a. Pengertian Digital Platform
Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti
jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka
berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix,
yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran
dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off
dan on (bilangan biner).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) platform
adalah rencana kerja; program atau mimbar.25 Semua sistem
komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat
disebut juga dengan istilah Bit(BinaryDigit).26 Peralatan canggih,
seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian
perhitungan biner contohnya pada proses biner seperti saklar
lampu, yang memiliki 2 keadaan, yaitu Off (0) dan On (1).
Misalnya ada 20 lampu dan saklar, jika saklar itu dinyalakan dalam
posisi A, misalnya, maka ia akan membentuk gambar bunga, dan
jika dinyalakan dalam posisi B, ia akan membentuk gambar hati.
Begitulah kira-kira biner digital tersebut.
24
Didin Hanifudin dan Ahmad Juwaeni, Membangun Peradaban Zakat, (Jakarta: Imz,
2006), h.8
25
https://kbbi.web.id/platform diakses pada Rabu, 23 juni 2021, pukul 14:00 WIB.
26
Zulfikar Mochamad Rachman. Bikin Telecenter Yuk!. Tim Partnership for e- Prosperty
for the Poor (Pe-PP) Bappenas,(Jakarta: UNDP, 2007). h.25.
Media digital merupakan bentuk media elektronik yang
menyimpan data dalam wujud digital, bukan analog. Pengertian
dari media digital dapat mengacu kepada aspek teknis (misalnya
hard disk sebagai media penyimpan digital) dan aspek transmisi
(misalnya jaringan komputer untuk penyebaran informasi digital),
namun dapat juga mengacu kepada produk akhirnya seperti video
digital, audio digital, tanda tangan digital serta seni digital.
Media digital merupakan perangkat dalam bentuk media
elektronik dimana data disimpan dalam bentuk digital. Perangkat
ini juga sangat pesat berkembang seiring dengan berjalannya
kecanggihan teknologi saat ini. Banyak orang telah menggunakan
perangkat digital untuk mempermudah aktivitas mereka maupun
digunakan untuk hiburan semata.
Platform adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk
menjalankan perangkat sistem secara lunak. Dengan arti ini makan
platform memberikan berbagai dapak yang baik, sebagai pelengkap
seseorang dalam menjalankan sistemasiasi perangkatnya
Asosiasi industri media digital Florida, Digital Media Alliance
Florida mendefinisikan media digital sebagai konvergensi kreatif
seni digital, ilmu pengetahuan, teknologi dan bisnis untuk ekspresi
manusia, komunikasi, interaksi sosial dan pendidikan. Media
digital penggunaanya pun sangatlah mudah tidak terkesan kuno
seperti alat-alat analog yang masih menggunakan sistem manual.
Pada perangkat digital ini kita dapat mengerjakan sesuatu
secara cepat atau istilahnya instan tanpa banyak menggunakan
tenaga manusia. Teknologi digital terutama digunakan dengan
media komunikasi fisik baru, seperti satelit dan transmisi serat
optik. Modem digunakan untuk mengubah informasi digital di
komputer ke sinyal analog untuk saluran telepon dan untuk
mengkonversikan sinyal telepon analog ke informasi digital untuk
komputer.
Teknologi digital pada dasarnya sistem yang menghitung
secara cepat yang memproses semua bentuk informasi sebagai
nilai-nilai numeris. Teknologi ini juga dapat mengubah sinyal
menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (bilangan biner) untuk
memproses informasi yang lebih mudah, cepat dan akurat dan
sinyal tersebut disebut bit.
Manfaat digital platform menurut Darmin Nasution
sebagaimana dimuat dalam Liputan6.com, Jakarta diantaranya;
pertama adalah sebagai inovasi munculnya model-model bisnis
baru tidak lepas dari kemampuan para inovator untuk merancang
strategi lewat platform digital. Di Indonesia sendiri, inovasi digital
yang terjadi tidak hanya di dunia ritel, tapi juga di bidang
pendidikan, katering, kesehatan, bahkan di dunia hukum. Semakin
banyak orang yang berpartisipasi, maka akan timbul persaingan
sehat yang berdasarkan inovasi, sehingga memberikan nilai tambah
bagi masyarakat. Manfaat kedua adalah Inklusivitas, lewat
platform digital, segala macam layanan dapat dengan mudah
menjangkau
orang banyak di berbagai daerah. Hasilnya, terjadi inklusivitas
yang menguntungkan orang-orang yang bertempat tinggal jauh dari
daerah metropolitan, sehingga mereka turut menikmati layanan
digital. Dan terakhir adalah Efisiensi, tentu dengan berkembangnya
inovasi platform digital, otomatis akan ada efisiensi, baik dari segi
manufaktur maupun pemasaran. Hal ini tentunya memerlukan
kecerdasan dari pebisnis untuk mengoptimalkan strategi mereka di
dunia digital.
27
Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. (Malang:
Bayumedia, 2005), h.324.
28
Apri Junaidi,” Internet of Things, Sejarah, Teknologi dan Penerapannya” dalam Jurnal
Ilmiah Teknologi Informasi Terapan, Vol. I, No.3, 2015, h. 63.
29
Abdul Wahid dan Moh. Labib. Kejahatan Mayantara (Cyber Crime). (Bandung:
PT.Refika Aditama,2005). h.31.
3) Agus Rahardjo mengistilahkan internet sebagai jaringan komputer
antar negara atau antar benua yang berbasis transmission control
protocol/internet protocol (TCP/IP).30
4) Internet adalah sebuah jaringan mengglobal yang terbentuk dari
berbagai jaringan komputer, masing-masing jaringan tersebut
terbentuk secara terdesentralisasi namun saling terkoneksi melalui
protokol yang disebut TCP/IP.
5) Internet adalah produk teknologi, maka pendefinisiannya pun
sebaiknya mengikuti terminologi teknis. Namun, Istilah internet
lalu dianggap mewakili medium tunggal, bukannya jaringan atau
infrastruktur bagi pertukaran data digital
atau“informationsuperhighway”. Penyederhanaan tersebut
dilakukan pula oleh sebagian pengamat/ilmuwan dari disiplin ilmu
komunikasi, yang menyebutkan Internet sebagai new media dalam
konteks sebuah medium tunggal, namun kadang memisahkannya.
30
Abdul Wahid dan Moh. Labib, Ibid., h.59.
1) Efisien dalam hal waktu, melalui jaringan internet dapat
mengefisiensi waktu terutama pada sesuatu yang biasanya
memerlukan mobilitas bias dilakukan secara online.
2) Tanpa batas, penjelajahan melalui internet tidak mengenal
batas baik ruang/tempat maupun waktu (Absence of
boundaries).
3) Terbuka selama 24 jam (24 hours online), internet dapat
diaksesselama 24 jam, jadi sewaktu-waktu penjelajah dunia
virtual dapat melakukan penjelajahannya.
4) Interaktif, terdapat banyak situs-situs yang menyediakan
fasilitas interaktif dapat diakses melalui media internet;
5) Terjalin dalam sekejap (Hyperlink), informasi yang tersedia
tersaji dalam bentuk hyperlink, berarti pengunjung dapat
melompat dari satu informasi ke informasi yang lain baik yang
6) mempunyai ikatan langsung maupun tidak memiliki ikatan.
7) Efisiensi biaya, hal ini dikarenakan dengan internet kita tidak
perlu melakukan banyak mobilitas yang menghabiskan biaya
operasional.
31
Johnny Ibrahim, Op.cit, hlm.326
Perlu dipahami bersama, bahwa perkembangan media yang
semakin pesat seperti saat ini, pada hakikatnya menunjukkan
perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang.
Secara kasat mata, seolah perkembangan tersebut hanya
dirasakan pada sisi teknologi. Namun lebih dari itu,
perkembangan yang ditunjukkan dengan kemajuan teknologi,
merupakan cerminan dari perkembangan budaya masyarakat
Internet telah merubah di berbagai aspek kehidupan
masyarakat sehingga sering kita dengar “internet is anything”.
Atas dasar inilah, maka OPZ pun harus mengikuti
perkembangan ini, agar bisa terus maju dan berkembang,
dalam rangka melakukan fundraising dan dakwah di media
digital pun berangkat dari fenomena ini, maka OPZ dalam
melakukan fundraising zakat harus mampu bertransformasi
dari mekanisme dan metode konvensional, menjadi digital
fundraising.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Juli 2021.
C. Latar Penelitian
Berdasarkan studi yang bersumber dari bacaan dan trend saat ini
penghimpunan zakat melalui digital platform sedang booming dan banyak
digunakan oleh lembaga nirlaba. LAZ Al-Azhar adalah lembaga yang cukup
eksis di antara lembaga pengelola zakat lainnya saat ini. Menjawab
perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern berikut
masyarakatnya yang dominan millenial, LAZ Al-Azhar membuat inovasi
dalam memaksimalkan fundraising zakat. Salah satunya dengan dibuat nya
aplikasi mobile yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna
smartphone.
Pemilihan LAZ Al-Azhar sebagai tempat penelitian karena lembaga
ini merupakan LAZ skala Nasional yang eksis dan terus inovatif dalam
memaksimalkan penggunaan digital platform.
memahami suatu fenomena atau gejala sosial dengan lebih benar dan lebih
berikut:
Al-Azhar.
perolehan data yang bersumber dari LAZ Al-Azhar. Berikut sumber data:
1. Data Primer
2. Data Sekunder
pada data primer, yaitu dengan studi pustaka mengenai fundraising zakat
melalui digital platform dari buku, jurnal, majalah, dan lain sebagainya.
1. Observasi
platform.
2. Wawancara
Yaitu suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atau lebih
yang duduk berhadapan fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu.
33
John Cress Well, Op. Cit., h. 267.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki
dari partisipan.34
3. Studi Dokumentasi
partisipan.36
atau suatu fenomena atau gejala sosial seperti yang dilakukan dalam
34
John Cress Well, Ibid., h. 267.
35
John Cress Well, Ibid., h. 270.
36
John Cress Well, Ibid., h. 269.
penelitian deskriptif, juga mencari atau menganalisis bagaimana saling
1. Pengumpulan data;
H. Validitas Data
1. Kredibilitas
37
Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian,( Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012),
h. 34.
meningkatkan kreadibilitas data meliputi perpanjangan pengamatan,
2. Transferbilitas
dapat digeneralisasikan atau transfer pada konteks atau setting yang lain.
3. Defenbilitas
4. Konfirmabilitas
38
Suharsiwi, dkk., Op. Cit., h. 32.
39
Suharsiwi, dkk., Ibid., h. 33.
40
Suharsiwi, dkk., Ibid.
41
Suharsiwi, dkk., Ibid.
BAB IV
Badan Pengurus Yayasan Pesantren Al- Azhar yaitu H. Rusydi Hamka dan
pengurus organisasi.
kaum dhuafa ini menuju sejahtera adalah tugas berat kita semua, LAZ Al-
42
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar, Proposal Pembentukan LAZ Al-Azhar,
(Jakarta: YPI AL-Azhar, 2004), h.3
43
Lo.cit
meningkatkan kesejahteraan, memperkuat ketahanan pangan, dan
Agama Andi Yasri di Aula Buya Hamka, pada hari senin 21 Juni 2021 di
a. Visi
b. Misi
yang professional.
Media).
3. Jati Diri
masjid.
4. Karakter Lembaga
minallah). Disamping hal itu, LAZ Al Azhar juga memiliki budaya spirit
U : Universal
Melayani sepenuh hati pada seluruh aspek kehidupan umat
manusia yang berlaku di mana saja dan kapan saja, sebagai wujud
M : Manfaat
M : Martabat
penerima manfaat.
A : Amanah
T : Tabligh
5. Tujuan
6. Grand Strategi
usia produktif. Dalam hal ini LAZ Al-Azhar membuat program Sejuta
2) Keluarga Berdaya
3) Beasiswa 3G
B. Temuan Penelitian
mengenai kewajiban berzakat itu sendiri. Masyarakat masih belum sadar akan
menganggap bahwa zakat hanya dilakukan ketika hendak idul fitri saja.
Fenomena seperti ini menjadi tugas kita bersama, khususnya para amil dan