Anda di halaman 1dari 47

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam
sebagaimana Yusuf Al-Qardhawi menyebutkan ada 30 kata zakat
dirangkaikan dengan kata shalat. Bahkan Ali Yafi` menyebutkan ada
sekitar 72 ayat yang mengaitkan antara Zakat dengan Shalat. 1 Dalam kasus
ini menandakan bahwa Zakat tidak bisa dipandang sebelah mata, sebab
sama pentingnya dengan shalat.
Zakat adalah instrumen solutif yang mampu menyeimbangkan
kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Zakat juga menjaga
stabilitas hubungan antara golongan kaya dan golongan miskin, sebagai
alat untuk sosialisasi bagi setiap individu dengan individu lainnya
(hablumminannas) dan tentu saja fungsi utamanya berperan sebagai ibadah
(hablumminallah) bagi manusia sesuai dengan tuntunan Allah SWT.
Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk
meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat; bahwa dalam
rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola
secara melembaga sesuai dengan syariat Islam hal ini tercantum dalam
Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.2
Di Indonesia, potensi zakat mulai tergali dengan dampak yang
semakin signifikan sejak era 1990-an. Yang mana pada era ini zakat
mengalami kebangkitan ditangan masyarakat sipil. Era ini kemudian
dikenal menjadi era pengelolaan zakat secara profesional modern berbasis
prinsip-prinsip manajemen dan tata kelola organisasi yang baik.
Adanya Undang-Undang No 23 tahun 2011 adalah bukti dukungan
pemerintah terhadap kebangkitan Zakat di Indonesia terlepas dari
perdebatan yang berujung pada gugatan materil maupun formil pada
1
Safwan Idris, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, Pendekatan
Transformatif (Jakarta: Citra Putra Bangsa, 1997), h.33.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
undang undang ini. UU No 23 tahun 2011 menegaskan bahwa otoritas
pengumpul zakat (fundraiser) adalah pemerintah melalui badan atau
lembaga yang secara resmi dibentuk atau diakui oleh Negara yaitu
BAZNAS dan LAZ. Ketentuan ini sesuai dengan prinsip pengelolaan
zakat berdasarkan syariat dimana Al-Qur`an mengisyaratkan melalui
perintah pengambilan zakat yang harus melalui otoritas kekuasaan agar
dapat dilakukan secara efektif, terjamin dan mempunyai kepastian hukum.
Keterlibatan negara dalam membuat regulasi, koordinasi dan kontrol
sangat diperlukan dalam mewujudkan tata kelola perzakatan nasional yang
baik.
Pengumpulan dan pendistribusian zakat merupakan dua hal yang
saling berkaitan. Pengumpulan atau yang akrab dikenal istilah fundraising
diambil dari kamus bahasa inggris yang artinya pengumpulan uang
diperlukan untuk membiayai program kerja sebuah organisasi atau
lembaga termasuk BAZNAS dan LAZ. Sementara pendistribusian
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memiliki arti proses,
cara, dan perbuatan mendistribusikan. untuk mencapai pengumpulan dan
pendistribusian yang maksimal diperlukan yang namanya strategi.
Potensi zakat di Indonesia terhitung mencapai Rp.233.8 Triliun,
yakni; zakat perusahaan sebesar Rp.6,71 Triliun, zakat penghasilan sebesar
Rp.139,07 Triliun, zakat pertanian sebesar Rp.19,79 Triliun, zakat uang
sebesar Rp.58,76 Triliun, dan Rp.9,51 Triliun zakat peternakan.3
Dewasa ini, dengan berkembangnya Robotics Process Automation
(RPA), Artificial Intellegent (AI), dan Internet of Things (IoT), telah
merubah tatanan social masyarakat dan industry secara mendasar dari
berbagai aspek kehidupan manusia. Perkembangan ini memberikan
dampak yang positif terhadap lembaga zakat sehingga dapat membantu
OPZ meningkatkan efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Menyambut
perkembangan di era digital ini BAZNAS dan LAZ mulai melakukan d

3
Outlook Zakat Indonesia 2020, Badan Amil Zakat Nasional, (Jakarta : Pusat Puskas
Baznas, 2020), h. 4.
igitalisasi dalam pengumpulan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan platform internal dan eksternal. Platform internal dilakukan
melalui website dan aplikasi. Sementara untuk platform eksternal
dilakukan melalui e-commerce, ride-hailing, crowdfunding, dan e-wallet.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul strategi fundraising zakat LAZ Al-Azhar melalui digital
platform studi kasus di LAZ Al-Azhar Peduli Umat.

B. Fokus dan Subfokus Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, agar


masalahnya menjadi terarah dan tidak melebar kemana-mana maka penulis
akan memfokuskan masalah yang diambil pada strategi fundraising zakat
LAZ Al-Azhar melalui digital platform dengan subfokus konsep zakat,
fundraising dan digital platform. Penulis ingin meneliti bagaimana strategi
yang diterapkan oleh LAZ Al-Azhar dalam melakukan fundraising melalui
digital platform.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus dan subfokus di atas, maka penulis


merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana strategi
fundraising zakat LAZ Al-Azhar melalui digital platform ?

D. Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini terdapat manfaat teoritis dan manfaat praktis,


yaitu:

1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan bagi penulis, pembaca sekaligus informasi tentang Strategi
Fundraising Zakat Melalui Digital Platform yang sangat dibutuhkan di
era sekarang ini.
2. Manfaat praktis
Dari penelitian yang dibuat oleh penulis diharapkan berguna dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, mengenai Strategi Fundraising
Zakat Melalui Digital Platform dalam rangka meningkatkan potensi
penghimpunan zakat di Indonesia.
3. Secara akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran dalam ilmu strategi fundraising zakat terutama bagi
mahasiswa manajemen zakat dan zakat. Kemudian penelitian ini
diharapkan juga bisa menjadi rujukan penelitian berikutnya terkait
bagaimana strategi dalam fundraising melalui digital platform.
E. Sistematika Penulisan
Dalam rangka memudahkan penulis, maka dalam penelitian ini
dibagi menjadi dalam beberapa bab sesuai dengan sistematika penulisan.
BAB I: Pendahuluan
Dalam bab ini berisi latar belakang, fokus dan subfokus,
perumusan masalah, kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II: Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini berisi deskripsi konseptual dan sub fokus penelitian
dan hasil penelitian yang relevan yang pernah diteliti sebelumnya.
BAB III: Metodologi Penelitian
Dalam bab ini berisi tujuan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, latar penelitian, metode dan prosedur penelitian, data
dan sumber data, teknik dan prosedur pengumpulan data, teknik
analisis data, dan validitas data.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini berisi gambaran umum tentang latar penelitian,
temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

BAB V: Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.


DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian


1. Strategi
a. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu Strategos yang


artinya jendral. Berdasarkan asal katanya, kata strategi berarti seni
para jendral yang mana awalnya berasal dari peristiwa peperangan
sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh dalam suatu
peperangan. Namun sesuai dengan perkembangan zaman, kata
strategi pun ikut berkembang sehingga bisa digunakan untuk
semua kegiatan organisasi, termasuk di aspek sosial, ekonomi,
budaya dan agama. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara
untuk mendapat kemenangan atau pencapaian tujuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi


dari strategi adalah suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran yang tepat. Strategi adalah suatu kesatuan
rencana, komprehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan
strategi perusahaan dengan lingkungan yang dihadapi guna
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran pokok.4

Sederhananya strategi merupakan seni atau ilmu


menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya) untuk mecapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.5 Hemat penulis, strategi adalah jalan untuk
4
Metondang, Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), h. 73
5
Sumarsono, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Gramedia, 2006) h. 139.
mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi
sebuah organisasi.

Dalam manajemen atau suatu organisasi, penggunaan kata


strategi diartikan sebagai kiat cara dan taktik utama yang dirancang
secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang
terarah pada tujuan strategi organisasi.6

Terdapat beberapa tahapan dalam strategi, yang pertama


adalah perumusan strategi. Adapun proses dalam perumusan terdiri
dari :

1) Menetapkan misi
2) Menyusun sasaran
3) Melakukan analisis strategi yang ada untuk menetapkan
hubungannya dengan penilaian internal dan eksternal
4) Menetapkan kapabilitas khusus organisasi
5) Menetapkan masalah strategi utama yang timbul dari analisis
sebelumnya
6) Menetapkan strategi korporasi dan fungsional untuk mencapai
sasaran dan keunggulan kompetitif, mempertimbangkan
masalah strategi utama
7) Mempersiapkan rencana strategi terintegrasi untuk menerapkan
strategi
8) Menerapkan strategi7

Yang kedua, adalah pelaksanaan strategi. Adapun proses


dalam pelaksanaan strategi terdiri dari:

1) Menetapkan sasaran
2) Membuat kebijakan
6
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi dibidang Pendidikan, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press,
2000), h. 147.
7
Sedermayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia : Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.22.
3) Memotivasi karyawan dan
4) Mengalokasikan sumber daya sehingga strategi dapat
dilaksankan dengan baik.

Kemudian tahapan yang terakhir adalah evaluasi strategi.


Evaluasi strategi meliputi:

1) Mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang merupakan


dasar bagi setiap strategi yang sedang dijalankan.
2) Mengukur kinerja yang sudah dijalankan
3) Mengambil sebuah tindakan perbaikan apabila terjadi
ketidaksesuaian.

b. Macam-macam Strategi
Supriyanto dan Sandu (2015:137), menyebutkan ada beberapa
macam strategi, diantaranya:
1) Corporate Level Strategi
Urusan organisasi dapat berupa kumpulan bisnis yang secara
relatif independen dan terkadang disebut sebagai Strategic
Busines Unit. Pelayanan dan area pelayanan yang akan
dilaksanakan pada level nasional atau global ditentukan dalam
strategi ini.
Pada level ini, ada empat strategi yang harus dilaksanakan:
a) Build, menentukan pelayanan dan area bisnis baru untuk
meningkatkan pangsa pasar.
b) Hold, keputusan untuk mempertahankan pangsa pasar.
c) Harvest, keputusan meningkatkan keuntungan jangka
pendek dengan menurunkan biaya pelayanan.
d) Divest, keputusan melepaskan pasar yang tidak
menguntungkan.
2) Competitive Level Strategi
Pada level ini ditentukan bagaimana pelayanan
dilaksanakan sehingga diperoleh keunggulan kompetitif produk
atau jasa.

3) Function Level Strategy

Strategi ini dapat diartikan dengan strategi pemasaran


interaktif, strategi finansial, dan strategi sumber daya manusia
(SDM). Level ini berkaitan dengan interpretasi peran dari
fungsi pusat-pusat pelayanan dalam menerapkan strategi
kompetitif. Ciri-ciri pada level ini yaitu:

a) Otonomi pelayanan
b) Mempunyai strategi yang berbeda
c) Mempunyai pesaing sendiri
d) Mempunyai manajer yang bertanggung jawab8

c. Fungsi Strategi
Berikut beberapa fungsi strategi :
1) Strategi sebagai rencana (plan)
Dalam menghadapi tantangan lingkungan tertentu, strategi
dapat menjadi pedoman atau arah tindakan.
2) Strategi sebagai siasat
Dalam hal ini strategi manuver atau latihan untuk menghadapi
pesaing.
3) Strategi sebagai pola
Dalam menghadapi tantangan atau mencari peluang, strategi
dapat digunakan sebagai pola untuk mengambil tindakan.
4) Strategi sebagai kedudukan
Strategi menjadi media yang menjembatani perusahaan dengan
lingkungan.

8
Sandu dan Suprianto, Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, (Yokyakarta: Andi, 2015),
h. 137.
5) Strategi sebagai Perspektif
Strategi menjadi perwujudan cara melihat dan memahami
lingkungan.

d. Manfaat Strategi
Selain memiliki beberapa fungsi, strategi juga memiliki
manfaat bagi organisasi. Menurut Kusnardi (2001: 216) manfaat
strategi bagi organisasi adalah sebagai berikut:
1) Strategi mampu menjunjung fungsi kontrol, sehingga seluruh
proses pencapaian tujuan strategik berlangsung terkendali.
2) Strategi bisa menjadi sarana dalam mengkomunikasikan
gagasan, kreativitas, dan informasi serta cara merespon
perubahan dan perkembangan lingkungan operasional,
nasional dan global kepada semua pihak sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya.
3) Strategi yang disepakati dapat memperkecil bahkan
meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam
mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan
strategi.
4) Pemersatu sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk
manajemen puncak, tetapi juga merupakan keberhasilan
bersama keseluruhan organisasi dan masyarakat.9

2. Fundraising
a. Pengertian Fundraising

Dalam kamus Inggris-Indonesia, fundraising diartikan


sebagai pengumpulan dana. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, yang dimaksud pengumpulan adalah proses,
cara, perbuatan, pengumpulan, penghimpunan, dan pengarahan.
Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana
9
Kusnardi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Brawijaya, 2001), h. 216.
ZISWAF dan sumber dana lainnya dari masyarakat (baik individu,
kelompok, organisasi, perusahaan, maupun pemerintah) yang
digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional
lembaga yang kemudian goals akhirnya adalah untuk mencapai visi
dan misi dari lembaga tersebut.10

Fundraising (penghimpunan dana) dapat pula diartikan


sebagai proses mempengaruhi masyarakat baik perseorangan
sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar
menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


strategi penghimpunan dana (fundraising) adalah rencana sebuah
proses mempengaruhi calon donator agar mau melakukan amal
kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya
yang bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang
membutuhkan yang dalam hal ini adalah mustahik. Proses
mempengaruhi disini meliputi kegiatan memberitahukan,
mengingatkan, mendorong, mengajak, membujuk, dan merayu.11
Koordinasi antara penghimpunan dan pelayanan donatur
adalah dua hal yang menjadi kunci sekaligus menjadi penentu
keberhasilan dalam proses penghimpunan. Berdasarkan pernyataan
tersebut, pentingnya strategi fundraising dalam aktivitas
fundraising tidak terfokus hanya mengejar kepada penciptaan
sumber-sumber pendanaan saja. Tetapi, dapat menjaga
kepercayaan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan oleh organisasi pelayanan sosial tersebut. Sehingga,
strategi fundraising yang dilakukan oleh organisasi pelayanan
sosial dilakukan dengan efektif dan penciptaan inovasi baru untuk

10
Hasanudin, Manajemen Zakat dan Zakat (Pamulang: Buku Ajar Tahun, 2010), h. 132.
11
Widi Nopiardo, “Strategi Fundraising Dana Zakat pada Baznas Kabupaten Tanah
Datar”, dalam IMARA, Vol. 1, No. 1, 2017, h. 60.
meningkatkan sumber pendanaan dan kualitas pelayanan kegiatan
dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat.

b. Fundraising Zakat
Fundraising yang dilakukan lembaga zakat adalah kegiatan
menghimpun atau menggalang dana zakat, infaq, dan sadaqah serta
sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok,
organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan
didayagunakan untuk mustahik. Sementara orang atau lembaga
yang melakukan pengumpulan dana tersebut dinamakan fundraiser.
Sejatinya, fundraising tidak hanya soal uang semata lebih
dari itu ruang lingkupnya begitu luas dan mendalam sebab
pengaruhnya akan berdampak terhadap keberadaan atau eksistensi
sebuah lembaga. Sesuai dengan tujuan dari adanya perintah
berzakat untuk mensejahterakan masyarakat sehingga tidak ada
ketimpangan sosial antara si miskin dan si kaya maka peran
fundraising tidak bisa dianggap sebelah mata.
Fundraising pada sebuah organisasi pengelola zakat (OPZ)
dapat diartikan sebagai segala upaya atau proses kegiatan dalam
rangka menghimpun dana zakat, infaq, dan shodaqah serta sumber
daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi
dan perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk
mustahik. Dalam konteks yang lebih kompleks, aktifitas
fundraising, yaitu penggalangan dana atau daya yang dilakukan
dengan manajemen pemasaran (marketing), motivasi dan relasi.
Dalam hal ini pengalangan dana atau daya tidak hanya bersifat
pemberian semata yang sangat dipengaruhi oleh pertimbangan
calon donatur (muzaki).12

12
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI , 2009), hlm. 65.
Suksesnya fundraising dapat menjadi standar keberhasilan
sebuah organisasi nirlaba karena akan berpengaruh terhadap proses
program yang akan dilaksanakan maka tidak heran jika fundraising
selalu menjadi tema besar bagi lembaga pengelola zakat.

c. Tujuan Fundraising
Terdapat 5 tujuan dari kegiatan fundraising, yaitu:
menghimpun dana, menghimpun donatur, menghimpun simpatisan
atau pendukung, membangun citra lembaga, dan memberikan
kepuasan pada donatur.
1) Menghimpun Dana
Merupakan tujuan pokok Fundraising. Dana yang dihimpun
tidak hanya identik dengan uang semata tetapi juga barang atau
jasa yang memiliki nilai komersil atau value. Dapat dikatakan
bahwa fundraising yang gagal adalah fundraising yang tidak
mampu menghimpun dana. Karena dapat dipastikan program
yang direncanakan tidak berjalan dengan maksimal jika tidak
ada dana.
2) Menghimpun Donatur
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah donasi per
orang, dan pada saat yang sama memperbanyak penyumbang.
Dengan banyaknya donator diharapkan semakin banyak pula
dana yang terhimpun.
3) Menghimpun Simpatisan atau Pendukung
Hal ini dimaksudkan untuk menjadi promotor atau informan
positif tentang lembaga kepada orang lain. Kelompok seperti ini
juga diperlukan oleh lembaga sebagai pemberi kabar informan
kepala setiap orang yang memerlukan. Dengan adanya
kelompok simpatisan dan pendukung ini, maka kita memiliki
jaringan informasi-informasi yang akan sangat menguntungkan.
Tentunya untuk mendapatkan simpatisan dan pendukung kita
perlu membuat program yang menarik dan bermanfaat luas.
4) Membangun Citra Lembaga
Dalam fundraising dapat disematkan motivasi dan membangun
relasi yang baik dalam kemitraan. Dengan citra ini setiap orang
akan menilai lembaga, dan ujungnya adalah bersikap atau
menunjukkan perilaku terhadap lembaga. Fundraising yang baik
akan menebarkan aura positif kepada calon muzakki atau
masyarakat yang ingin berdonasi. Jika masyarakat sudah menilai
lembaga kita positif maka mereka akan berdonasi begitupun
sebaliknya, jika lembaga dinilai negative maka donator tidak
ingin berdonasi.
5) Memuaskan Donatur
Memuaskan donator, bisa dikatakan sebagai tujuan tertinggi
dalam fundraising. perlu dirancang sebagai goal in the long run,
meskipun kegiatannya secara teknis dilakukan sehari-hari.
Sebab, jika donatur puas mereka akan mendonasikan dananya
kembali kepada lembaga semula. Bila puas, mereka akan
menceritakan lembaga kepada orang lain secara positif.
Sederhanaya, kegiatan fundraising tidak hanya berfokus kepada
penghimpunan semata tetapi juga menjaga kepercayaan kepada
masyarakat atau donatur terhadap pelayanan yang diberikan oleh
organisasi pelayanan sosial tersebut.

d. Unsur-unsur Fundraising Zakat

Unsur-unsur fundraising dalam hal ini dimaksudkan agar


calon muzaki dapat terpengaruh dan mau memberikan dananya
kepada OPZ, adapun unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi Calon Donatur/Calon Muzaki


Dalam hal identifikasi calon donatur, diperlukan beberapa
pertanyaan yang mengindikasi calon donator tersebut. Misalnya,
siapa donator atau calon muzaki, calon donator ini tertarik di
program apa, dimana dan kapan biasanya ia menyumbang
beserta berapa jumlah yang biasa ia sumbangkan. Satu hal yang
tidak kalah penting yaitu OPZ harus membuat database dari
calon muzaki hal ini dapat mempermudah membuat
perencanaan dalam fundraising sehingga tepat sasaran.
2) Penggunaan Strategi Fundraising
Unsur yang kedua setelah mengidentifikasi calon donatur,
OPZ dapat menentukan metode-metode yang tepat untuk
menghimpun dana ziswaf dari muzaki. Pemilihan metode yang
tepat akan memperoleh hasil yang maksimal.13

e. Metode Fundraising
Setelah mengetahui unsur-unsur dalam fundraising,
selanjutnya adalah menentukan metode. Pengertian metode dalam
hal ini adalah suatu bentuk kegiatan oleh sebuah organisasi atau
lembaga dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat.
Terdapat berbagai teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan
fundraising. Terdapat dua jenis metode dalam fundraising, yaitu
metode langsung dan tidak langsung.
1) Metode langsung
Metode ini menggunakan cara-cara yang melibatkan
partisipasi muzaki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi
terhadap respon muzaki bisa seketika (langsung) dilakukan.
Dengan metode ini apabila dalam diri muzaki muncul
keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan
promosi dari fundraising lembaga, maka segera dapat
melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi
yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia.

13
Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, (Semarang: CV.Karya Abadi Jaya, 2015), h. 41.
Sebagai contoh dari metode ini adalah: Direct Advertising,
telefundraising, dan presentasi langsung.
2) Metode tidak langsung
Metode ini menggunakan cara-cara yang tidak melibatkan
partisipasi muzaki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya
akomodasi langsung terhadap respon muzaki seketika. Metode
ini misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah
kepada pembentukan citra nazhir yang kuat, tanpa cara khusus
diarahkan untuk menjadi transaksi zakat, infak, sedekah atau
zakat pada saat itu. Sebagai contoh: Adventorial, Image
Compaign dan penyelenggaraan Event, pengumuman produk,
melalui perantara, dan lain-lain.
Metode yang dilakukan dalam fundraising sangat
berpengaruh terhadap muzaki. Keduanya memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Setiap Lembaga
mempunyai ciri khas dalam menggunakan metode
fundraising, mengingat dewasa ini perkembangan digital yang
berkembang semakin pesat mengharuskan lembaga pengelola
zakat untuk ikut eksis mengikuti perkembangan zaman. Oleh
karena itu, dibutuhkan inovasi dengan cara memadukan antara
keduanya agar proses fundraising lebih maksimal.14
3. Zakat
a. Pengertian Zakat
Secara etimologi (bahasa), kata zakat memiliki beberapa
arti, yaitu: al-barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘bertumbuh dan
berkembang’, aththaharatu, ‘kesucian’ dan ash-shalahu
‘keberesan’. Sedangkan secara harfiah, zakat berarti suci, berkah,
rapi, patut, dan damai. Dalam terminologi para ulama syariah,

Murtadho Ridwan, "Analisis Model Fundraising Dan Distribusi Dana Zis Di Upz Desa
14

Wonoketingal Karanganyar Demak", dalam STAIN Kudus, Vol. 10, No. 2, 2016, h. 7.
zakat diartikan sebagai nama bagi sesuatu harta kekayaan yang
dikeluarkan oleh seseorang dari hal Allah untuk disalurkan kepada
kaum fuqara.15
Dalam undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun
2011 tentang pengelolaan zakat, zakat diartikan sebagai harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
islam.16 Adapun orang yang berhak menerima zakat disini adalah
mustahik.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa zakat infak dan sedekah yang ketentuan bayar
dan penyalurannya tidak diatur secara detail. Sementara zakat
memiliki aturan yang jelas tentang harta apa yang wajib
dizakatkan, batasan harta yang terkena zakat atau nisab, waktu
untuk membayarnya, cara penghitungannya, bahkan siapa
penerimanya sudah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya melalui
ketentuan-ketentuan syariat yang tercantum juga dalam undang-
undang no 23 tahun 2011.
Zakat merupakan instrumen ekonomi Islam yang sangat
penting yang berpengaruh di bidang sosial dan ekonomi
masyarakat. Tidak hanya itu, kedudukan zakat sejajar dengan
shalat. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai
salah satu rukun islam. Kata al-zakah yang dalam Al-Qur’an
diulang-ulang sebanyak 32 kali dalam 19 surah dan 32 ayat. Rata-
rata digandingkan dengan kata al-shalah yang dalam Al-Qur’an
kata al-shalah juga diulang-ulang lebih banyak lagi, hingga 67
kali.

15
Sayyid Sabiq, dkk, Fiqh Al-Sunnah, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 1973), h. 327.
16
UUD No 23 tahun 2011.
b. Landasan Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam atau unsur
pokoknya umat Islam, sehingga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Zakat hukumnya wajib bagi muslim yang sudah memenuhi syarat
dan ketentuan untuk berzakat. Zakat diwajibkan di Madinah pada
bulan syawal tahun ke 2 Hijriyah. Kewajiban berzakat dimulai
setelah diwajibkannya berpuasa di bulan Ramadhan dan zakat
fitrah. Hanya saja, zakat tidak diwajibkan untuk para Nabi. Hal ini
karena tujuan ditunaikannya zakat adalah untuk penyucian orang-
orang yang berdosa, sementara para nabi bebas dari dosa.17

Zakat wajibkan dalam Al-Qur`an, Hadist dan Ijma`.


Landasan hukum zakat yang tercantum dalam Al-Qur`an
diantaranya:

Surah Al-Baqarah ayat 43 :

َّ ْ‫ٱلص لَ ٰو َة َوءَاتُ وا‬


‫ٱلز َك ٰو َة َوٱر َكعُ واْ َم َع‬ َّ ْ‫يم وا‬ِ
ُ ‫َوأَق‬
‫ني‬ِ ِ َّٰ
َ ‫ٱلركع‬

Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah


beserta orang-orang yang ruku’.”18

Surah Al-Baqarah ayat 110:

17
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian berbagai Mazhab, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h.89.
18
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Hafidz, (Bandung: Cordoba, 2018), h. 7
ِ ِ ‫ٱلز َك ٰو َة وم ا ُت َق د أِل‬
َّ ْ‫ٱلص لَ ٰو َة َوءَاتُ وا‬ ِ
ُ‫ِّمواْ َن ُفس ُكم ِّمن َخ ري جَت ُدوه‬
ُ ََ َّ ْ‫يم وا‬
ُ ‫َوأَق‬
‫ِعن َد ٱللَّ ِه إِ َّن ٱللَّهَ مِب َ ا‬
ِ ‫تَعملُو َن ب‬
‫صري‬ َ َ
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan
kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu
akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah
Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.19

Surah At-Taubah ayat 103 :

‫هِب‬ ِ‫هِل‬ ِ
‫ك‬ َ ‫ص ِّل َعلَي ِهم إِ َّن‬
َ َ‫ص لَ ٰوت‬ َ ‫ص َدقَة تُطَ ِّه ُرمُه َو ُتَز ِّكي ِهم َ ا َو‬
َ ‫ُخ ذ من أَم َٰو م‬

ُ‫َس َكن هَّلُم َوٱللَّه‬


‫يم‬ِ ِ‫مَس‬
ٌ ‫يع َعل‬
ٌ
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”20

Selain berasal dari al-Qur`an, landasan hukum zakat juga terdapat


dalam hadis, diantaranya:

19
Ibid., h. 17.
20
Ibid., h. 203.
َ ‫َن اَلنَّيِب َّ صلى اهلل عليه وسلم َب َع‬
‫ث‬ ٍ َّ‫َع ِن اِبْ ِن َعب‬
َّ ‫ ( أ‬:‫اس َر ِض ي اَللَّهُ َعْن ُه َم ا‬
َ
‫َن اَللَّهَ قَ ِد‬
َّ ‫ ( أ‬:‫ َوفِي ِه‬,‫يث‬ ِ
َ ‫ُم َع ا ًذا رض ي اهلل عن ه إِىَل اَلْيَ َم ِن ) فَ َذ َكَر َحْلَ د‬
‫ َفُت ر ُّد يِف‬,‫ تُ ْؤ َخ ُذ ِم ْن أَ ْغنِيَ ائِ ِه ْم‬,‫ص َدقَةً يِف أ َْم واهِلِ ْم‬ ِ
َ َ َ ‫ض َعلَْي ِه ْم‬
َ ‫ا ْفَت َر‬
) ‫ُف َقَرائِ ِه ْم‬

ُ ‫ َواللَّ ْف‬,‫ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬


‫ظ‬
ِ
ّ ‫ل ْلبُ َخا ِر‬
‫ي‬

Artinya : Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa


Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman ia meneruskan hadits
itu dan didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari
orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-
orang fakir di antara mereka." Muttafaq Alaihi dan lafadznya
menurut Bukhari.

c. Macam-macam Zakat

Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam yaitu zakat


fitrah (nafsh) dan zakat maal.

1) Zakat Fitrah/jiwa (nafsh)

Menurut bahasa zakat fitrah berasal dari fi’il madhi


yakni fatara yang berarti menjadikan, membuat, mengadakan,
dan bisa berarti berbuka dan makan pagi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), zakat fitrah adalah zakat yang
wajib diberikan oleh setiap muslim setahun sekali pada awal
ramadhan hingga hari raya Idul Fitri yang berupa makanan
pokok sehari-hari (beras, jagung, dan sebagainya). Zakat ini
dinamakan zakat fitrah karena di kaitkan dengan diri (al-fitrah)
seseorang, berikut sesuai dengan tujuannya yang selain sebagai
bentuk ibadah, juga bertujuan untuk membersihkan diri baik
lisan maupun perilaku maksiat selama berpuasa, dan
memberikan kecukupan kepada orang-orang yang
membutuhkan atau mustahik pada hari raya Idul Fitri.

Zakat fitrah ini dimaksudkan untuk membersihkan dosa-


dosa yang pernah dilakukan selama puasa Ramadan, agar
orang-orang itu benar-benar kembali kepada keadaan fitrah,
dan juga untuk menggembirakan hati fakir miskin pada hari
raya Idul Fitri.21

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa zakat


fitrah adalah zakat yang dikeluarkan oleh setiap muslim yang
mempunyai kelebihan untuk keperluan keluarga yang wajar
berupa uang atau bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi
masyarakat setempat dalam jumlah kadar tertentu pada malam
hari raya Idul Fitri dengan tujuan sebagai ibadah kepada Allah,
dan pembersih jiwa (nafsh) dari perkataan dan perbuatan yang
tidak bermanfaat selama berpuasa.

Terkait waktu dan jumlah/kadar zakat fitrah sudah diatur


oleh Allah SWT. yaitu dilaksanakan dari awal Ramadhan
hingga sebelum dilakukannya shalat Idul Fitri. Sedangkan
banyaknya zakat fitri yang harus di bayarkan perorang adalah
satu sha (2,5 kg/3,5 liter) dari bahan makanan pokok.

Adapun waktu yang paling utama untuk menunaikan zakat


fitrah yaitu pada akhir bulan Ramadhan mulai dari
terbenamnya matahari hingga akan dimulainya shalat idul fitri.
21
Abu Malik, Terjemahan Fathur Qarib (Pengantar Fiqih Imam Syafi’i), (Surabaya :
Mutiara Ilmu, 2013), h. 354-355.
Jika muzakki menunaikan zakat fitrahnya setelah shalat idul
fitri, maka akan dihitung sebagai sedekah biasa. Dan untuk
tempat menunaikan zakat fitrah yang baik adalah tempat
dimana muzakki tinggal saat itu. Konsekuensi bagi yang telat
menunaikan zakat fitrah adalah dosa karena kelalaiannya.

Terdapat dua hikmah dalam zakat fitrah sebagaimana yang


dikemukakan oleh Yusuf Al-Qardhawi, yaitu:

a) Saat melaksanakan puasa, kita seringkali terjerumus pada


perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat sehingga
berujung kepada maksiat maka zakat fitrah ini adalah
penawarnya. Karena fungsi zakat fitrah adalah untuk
membersihkan kotoran selama menjalankan ibadah puasa.
b) Mengingat hari raya idul fitri adalah hari besar umat Islam
dan merupakan momen yang paling dinanti-nantikan umat
Islam tentunya semuanya ingin menyambutnya dengan
kegembiraan dan penuh sukacita. Zakat fitri berfungsi
sebagai fasilitator untuk menumbuhkan kecintaan kepada
sesama umat Islam terlebih lagi kepada yang tidak mampu.
2) Zakat Maal
Menurut bahasa, kata ‘maal’ berarti kecenderungan, atau
segala sesuatu yang di inginkan sekali oleh manusia untuk
dimiliki dan disimpannya yang secara harfiah disebut harta.
Sedangkan menurut syarat, maal adalah segala sesuatu yang
dapat dimiliki atau dikuasai dan dapat digunakan
(dimanfaatkan) sebagaimana lazimnya.
Zakat mal sebagaimana dimaksud meliputi:
a) emas, perak, dan logam mulia lainnya;
b) uang dan surat berharga lainnya;
c) perniagaan;
d) pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
e) peternakan dan perikanan:
f) pertambangan;
g) perindustrian;
h) pendapatan dan jasa; dan
i) rikaz22

Harta kekayaan yang wajib dizakati meliputi: binatang


ternak, emas dan perak, uang, perhiasan, barang temuan, harta
perdagangan, hasil pertanian.23 Dalam zakat maal, dibayarkan
jika sudah mencapai haul dan nishabnya.

d. Tujuan dan Hikmah Zakat

Dalam Islam segala sesuatunya tidak mungkin terjadi


begitu saja. Tentu ada yang Namanya tujuan dan pasti terdapat
hikmah di dalamnya. Zakat, dapat dikatakan sebagai instrumen
untuk meminimalisir kesenjangan antara si kaya dan si miskin
sehingga terwujud pemerataan dan keadilan sosial masyarakat,
sebagai bentuk ibadah kepada Allah zakat juga memiliki tujuan
secara horizontal kepada manusia dan jiwa (nafsh) individu,
adapun tujuan zakat di antaranya :

1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari


kesulitan hidup.
2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh
gharimin (orang-orang yang berhutang), ibnusabil (orang yang
kehabisan biaya dalam perjalanan), dan mustahiq (orang yang
berhak menerima zakat).
3) Menyambung dan membina tali persaudaraan sesama umat
islam dan manusia pada umumnya.
4) Mensucikan jiwa dari sifat kikir.

22
UU No 23 tahun 2011
23
Hasbiyallah, Fikih, (Bandung: Grafindo, 2006) h. 43.
5) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang
miskin.
6) Membentuk rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
pada mereka yang memiliki kecukupan harta.
7) Mendidik manusia untuk displin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
8) Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai
keberhasilan sosial.24

4. Digital Platform
a. Pengertian Digital Platform
Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti
jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka
berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix,
yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran
dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off
dan on (bilangan biner).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) platform
adalah rencana kerja; program atau mimbar.25 Semua sistem
komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat
disebut juga dengan istilah Bit(BinaryDigit).26 Peralatan canggih,
seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian
perhitungan biner contohnya pada proses biner seperti saklar
lampu, yang memiliki 2 keadaan, yaitu Off (0) dan On (1).
Misalnya ada 20 lampu dan saklar, jika saklar itu dinyalakan dalam
posisi A, misalnya, maka ia akan membentuk gambar bunga, dan
jika dinyalakan dalam posisi B, ia akan membentuk gambar hati.
Begitulah kira-kira biner digital tersebut.
24
Didin Hanifudin dan Ahmad Juwaeni, Membangun Peradaban Zakat, (Jakarta: Imz,
2006), h.8
25
https://kbbi.web.id/platform diakses pada Rabu, 23 juni 2021, pukul 14:00 WIB.
26
Zulfikar Mochamad Rachman. Bikin Telecenter Yuk!. Tim Partnership for e- Prosperty
for the Poor (Pe-PP) Bappenas,(Jakarta: UNDP, 2007). h.25.
Media digital merupakan bentuk media elektronik yang
menyimpan data dalam wujud digital, bukan analog. Pengertian
dari media digital dapat mengacu kepada aspek teknis (misalnya
hard disk sebagai media penyimpan digital) dan aspek transmisi
(misalnya jaringan komputer untuk penyebaran informasi digital),
namun dapat juga mengacu kepada produk akhirnya seperti video
digital, audio digital, tanda tangan digital serta seni digital.
Media digital merupakan perangkat dalam bentuk media
elektronik dimana data disimpan dalam bentuk digital. Perangkat
ini juga sangat pesat berkembang seiring dengan berjalannya
kecanggihan teknologi saat ini. Banyak orang telah menggunakan
perangkat digital untuk mempermudah aktivitas mereka maupun
digunakan untuk hiburan semata.
Platform adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk
menjalankan perangkat sistem secara lunak. Dengan arti ini makan
platform memberikan berbagai dapak yang baik, sebagai pelengkap
seseorang dalam menjalankan sistemasiasi perangkatnya
Asosiasi industri media digital Florida, Digital Media Alliance
Florida mendefinisikan media digital sebagai konvergensi kreatif
seni digital, ilmu pengetahuan, teknologi dan bisnis untuk ekspresi
manusia, komunikasi, interaksi sosial dan pendidikan. Media
digital penggunaanya pun sangatlah mudah tidak terkesan kuno
seperti alat-alat analog yang masih menggunakan sistem manual.
Pada perangkat digital ini kita dapat mengerjakan sesuatu
secara cepat atau istilahnya instan tanpa banyak menggunakan
tenaga manusia. Teknologi digital terutama digunakan dengan
media komunikasi fisik baru, seperti satelit dan transmisi serat
optik. Modem digunakan untuk mengubah informasi digital di
komputer ke sinyal analog untuk saluran telepon dan untuk
mengkonversikan sinyal telepon analog ke informasi digital untuk
komputer.
Teknologi digital pada dasarnya sistem yang menghitung
secara cepat yang memproses semua bentuk informasi sebagai
nilai-nilai numeris. Teknologi ini juga dapat mengubah sinyal
menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (bilangan biner) untuk
memproses informasi yang lebih mudah, cepat dan akurat dan
sinyal tersebut disebut bit.
Manfaat digital platform menurut Darmin Nasution
sebagaimana dimuat dalam Liputan6.com, Jakarta diantaranya;
pertama adalah sebagai inovasi munculnya model-model bisnis
baru tidak lepas dari kemampuan para inovator untuk merancang
strategi lewat platform digital. Di Indonesia sendiri, inovasi digital
yang terjadi tidak hanya di dunia ritel, tapi juga di bidang
pendidikan, katering, kesehatan, bahkan di dunia hukum. Semakin
banyak orang yang berpartisipasi, maka akan timbul persaingan
sehat yang berdasarkan inovasi, sehingga memberikan nilai tambah
bagi masyarakat. Manfaat kedua adalah Inklusivitas, lewat
platform digital, segala macam layanan dapat dengan mudah
menjangkau
orang banyak di berbagai daerah. Hasilnya, terjadi inklusivitas
yang menguntungkan orang-orang yang bertempat tinggal jauh dari
daerah metropolitan, sehingga mereka turut menikmati layanan
digital. Dan terakhir adalah Efisiensi, tentu dengan berkembangnya
inovasi platform digital, otomatis akan ada efisiensi, baik dari segi
manufaktur maupun pemasaran. Hal ini tentunya memerlukan
kecerdasan dari pebisnis untuk mengoptimalkan strategi mereka di
dunia digital.

b. Ruang lingkup media digital


Ruang lingkup media digital untuk mempersempit ruang
berpikir kita dan merupakan fokus dari penelitian ini, maka
pembahasan media digital hanya akan berpusat pada Internet saja.
Tidak mudah untuk mendefinisikan tentang apa itu internet, sebab
tiap orang akan berpendapat lain jika ditanya tentang pengertian
internet.
Istilah internet merupakan akronim dari Interconnection
Networking, dalam dunia globalisasi internet diartikan sebagai
global network of computernetwork.27
Sejak mulai dikenalnya internet pada tahun 1989,
mulai banyak hal kegiatan melalui internet, Pada tahun 1990
John Romkey menciptakan 'perangkat', pemanggang roti yang
bisa dinyalakan dan dimatikan melalui Internet.28
Internet adalah sumber daya informasi yang menjangkau
seluruh dunia. Sumber daya informasi tersebut sangat luas dan
sangat besar, sehingga tidak ada satu orang, satu organisasi, bahkan
satu negara yang dapat menanganinya sendiri. Internet adalah
“anetwork of computer networks”, kita dapat memikirkannya
sebagai suatu sistem yang mengkombinasikan berbagai komputer
dari seluruh dunia kedalam satu komputer raksasa yang dapat
dioperasikan dari komputer personal di depan kita. Beberapa
pengertian Internet menurut beberapa literatur :
1) Internet dapat didefinisikan sebagai jaringan komputer yang
menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersil,
organisasi, maupun perorangan.
2) The US Supreme Court, mendefinisikan internet
sebagai“internasional network of interconnected computers,”
(jaringan internasional dari komputer-komputer yang saling
berhubungan).29

27
Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. (Malang:
Bayumedia, 2005), h.324.
28
Apri Junaidi,” Internet of Things, Sejarah, Teknologi dan Penerapannya” dalam Jurnal
Ilmiah Teknologi Informasi Terapan, Vol. I, No.3, 2015, h. 63.
29
Abdul Wahid dan Moh. Labib. Kejahatan Mayantara (Cyber Crime). (Bandung:
PT.Refika Aditama,2005). h.31.
3) Agus Rahardjo mengistilahkan internet sebagai jaringan komputer
antar negara atau antar benua yang berbasis transmission control
protocol/internet protocol (TCP/IP).30
4) Internet adalah sebuah jaringan mengglobal yang terbentuk dari
berbagai jaringan komputer, masing-masing jaringan tersebut
terbentuk secara terdesentralisasi namun saling terkoneksi melalui
protokol yang disebut TCP/IP.
5) Internet adalah produk teknologi, maka pendefinisiannya pun
sebaiknya mengikuti terminologi teknis. Namun, Istilah internet
lalu dianggap mewakili medium tunggal, bukannya jaringan atau
infrastruktur bagi pertukaran data digital
atau“informationsuperhighway”. Penyederhanaan tersebut
dilakukan pula oleh sebagian pengamat/ilmuwan dari disiplin ilmu
komunikasi, yang menyebutkan Internet sebagai new media dalam
konteks sebuah medium tunggal, namun kadang memisahkannya.

Pada era modern seperti pada zaman sekarang ini, manusia


mampu melakukan berbagai kegiatan di dalam rumah ataupun di
dalam kantor tanpa harus bermobilitas kemana mana. Dengan
adanya teknologi internet, manusia dapat melakukan banyak hal
seperti bersosialisasi, bertegur sapa dengan teman jauh maupun
dekat, membaca buku, memperoleh berbagai informasi, berbelanja
secara online tanpa harus memikirkan seberapa jauh jarak kita.
Perkembangan teknologi telah merubah cara interaksi dalam
komunikasi pemasaran dari face to face (konvensional) menjadi
screen to screen (internet marketing). Hal ini yang menyebabkan
peningkatan pengguna internet serta pengguna media sosial di
Indonesia yang berdampak juga pada sosial dan ekonomi
masyarakat bahkan ke pola kehidupan setiap individu.

Kelebihan Media Internet

30
Abdul Wahid dan Moh. Labib, Ibid., h.59.
1) Efisien dalam hal waktu, melalui jaringan internet dapat
mengefisiensi waktu terutama pada sesuatu yang biasanya
memerlukan mobilitas bias dilakukan secara online.
2) Tanpa batas, penjelajahan melalui internet tidak mengenal
batas baik ruang/tempat maupun waktu (Absence of
boundaries).
3) Terbuka selama 24 jam (24 hours online), internet dapat
diaksesselama 24 jam, jadi sewaktu-waktu penjelajah dunia
virtual dapat melakukan penjelajahannya.
4) Interaktif, terdapat banyak situs-situs yang menyediakan
fasilitas interaktif dapat diakses melalui media internet;
5) Terjalin dalam sekejap (Hyperlink), informasi yang tersedia
tersaji dalam bentuk hyperlink, berarti pengunjung dapat
melompat dari satu informasi ke informasi yang lain baik yang
6) mempunyai ikatan langsung maupun tidak memiliki ikatan.
7) Efisiensi biaya, hal ini dikarenakan dengan internet kita tidak
perlu melakukan banyak mobilitas yang menghabiskan biaya
operasional.

Disisi lain, internet juga mempunyai kelemahan. Adapun


kelemahan media internet diantaranya:
1) Content Credibilitz. Internet dapat diakses oleh hampir semua
orang pada wilayah yang amat sangat tersebar. Telah lama
dipercaya bahwa konten yang beredar melalui jaringan internet
dapat dibuat oleh siapa saja dengan menyembunyikan identitas
diri, sehingga kredibilitas konten menjadi sangat lemah.31
2) Kesenjangan digital (Digital Divide)Kesenjangan digital adalah
adanya jarak/kesenjangan antara mereka yang memiliki akses
terhadap teknologi digital dengan mereka yang tidak memiliki
akses;

31
Johnny Ibrahim, Op.cit, hlm.326
Perlu dipahami bersama, bahwa perkembangan media yang
semakin pesat seperti saat ini, pada hakikatnya menunjukkan
perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang.
Secara kasat mata, seolah perkembangan tersebut hanya
dirasakan pada sisi teknologi. Namun lebih dari itu,
perkembangan yang ditunjukkan dengan kemajuan teknologi,
merupakan cerminan dari perkembangan budaya masyarakat
Internet telah merubah di berbagai aspek kehidupan
masyarakat sehingga sering kita dengar “internet is anything”.
Atas dasar inilah, maka OPZ pun harus mengikuti
perkembangan ini, agar bisa terus maju dan berkembang,
dalam rangka melakukan fundraising dan dakwah di media
digital pun berangkat dari fenomena ini, maka OPZ dalam
melakukan fundraising zakat harus mampu bertransformasi
dari mekanisme dan metode konvensional, menjadi digital
fundraising.

B. Hasil Penelitian yang Relavan


Dalam melakukan penelitian, peneliti mengacu pada beberapa hasil
penelitian sebelumnya. Hal ini sebagai referensi sekaligus bias menjadi
pembanding antara hasil penelitian sekarang dengan yang terdahulu.
Adapun referensi atau acuan perbandingan penelitian yang relavan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Peneliti : Meike Siti Nurhajizah

Prodi : Mahasiswa strata satu Manajemen Dakwah


Konsentrasi Ziswaf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2017),

Judul penelitian : “Strategi Fundraising Badan Amil Zakat Nasional


(Baznas) Pusat Melalui E-Commerce”.
Penelitian ini bertjuan untuk mengidentifikasi strategi dalam
melakukan penghimpunan atau fundraising yang dilakukan oleh Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat dengan menggunakan
teknologi digital yaitu ecommerce, pemaparan hasil penelitian ini
berisi mengenai penerapan strategi fundraising yang dilakukan
BAZNAS Pusat ddan hasi penerapan strategi yang digunaka.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif. Dimana penelitian ini didasari dengan
pengamatan yang dilakukan oleh penulis kemudian di paparkan sesuai
apa yang penulis amati di lapangan. Adapun pengumpulan data yang
peneliti lakukan yaitu menggunakan metode observasi, wawancara
documenter, dan data lainnya. Ketika data-data telah terkumpul,
peneliti melakukan analisis lalu mengambil kesimpulan dari analisis
tersebut. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu BAZNAS menerapkan
empat strategi yaitu: 1. Program yang menarik berupa kemudahan
bertransaksi, 2. Menumbuhkan rasaempati pada donator dengan
membuat program pendayagunaan dan periklanan, 3. Bekerjasama
dengan perusahaan ecommerce, dan 4. Memberikan pelayanan berupa
pemberian notifikasi dan laporan zakat melalui e-mail. Penerapan
strategi tersebut tersebut memberikan dampak pada peningkatan dana,
namun penurunan jumlah dana juga terjaddi karena kurang
maksimalnya penerapan strategi tersebut.

2. Peneliti : Prafika Phasa,


Prodi : Manajemen Zakat dan Zakat Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta (2018),
Judul Penelitian : “Efektifitas Promosi Melalui Media Sosial Dalam
Menghimpun Zakat Tunai Di Badan Zakat Al-
Quran Tebet Jakarta Selatan”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas promosi
melalui media sosial dalam menghimpun zakat tunai di badan zakat al-
quran tebet selatan, keefektifan tersebut dapat di lihat dari beberapa
indicator antara lain kedekatan hubungan, database yang diperoleh,
efisiensi biaya, dan hasil pengjimpunan dana zakat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dengan cara
penelitian lapangan sedangkan alat yang di gunakan untuk
mengumpulkan data adalah wawancara, study dokumentasi dan
observasi. Analisis data yang di gunakan adalah yang bersifat kualitatif
denga menggunakan reduksi data dan display data untuk mencari
kesimpulan atau verifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan,
pertama promosi pengumpulan dana zakat melalui media sosial
dianggap efektif. Faktanya BWA dapat melakukan promosi online
dengan biaya rendah dan waktu yang efisien namun dapat menjangkau
audiens yang luas. BWA memiliki media sosial dengan ribuan
followers dan mendapatkan 200.000 data calon wakif potensial dari
seluruh Indonesia setiap bulannya, kedua, pengumpulan zakat
mengalami peningkatan yang signifikan setelah diilakukan promosi
melalui media social.

3. Peneliti : Ilham Saputra


Prodi : Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
Judul Penelitian : “Analisis Strategi Penghimpunan Dana Zakat,
Infak dan Sedekah Rumah Zakat Cabang Banda
Aceh”
Penelitian ini bertujuan ntuk menganalisis strategi dalam
penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah pada Rumah Zakat
Cabang Banda Aceh. Dan untuk mendeskripsikan kendala yang
dihadapi dalam penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah pada
Rumah Zakat Cabang Banda Aceh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat memfokuskan
diri dalam sosialisasi dan edukasi tentang zakat kepada masyarakat
mengenai zakat infak dan sedekah. Strategi yang dilakukan oleh
Rumah Zakat dengan melakukan promosi menggunakan media sosial
seperti website, facebook, instagram dan media sosial lainnya.
1. Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis akan memaparkan
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis
lakukan yaitu sebagai berikut:
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
fundraising yang dilakukan LAZ Al-Azhar melalui Digital
Platform
3. Penelitian ini menggambarkan bagaimana trend fundraising
melalui digital platform saat ini
Studi kasus dari penelitian ini di LAZ Al-Azhar pada tahun 2021

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui Strategi Fundraising Zakat di

LAZ Al-Azhar melalui Digital Platform studi kasus LAZ Al-Azhar

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian : LAZ Al-Azhar


Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan bulan Mei sampai bulan

Juli 2021.

C. Latar Penelitian

Berdasarkan studi yang bersumber dari bacaan dan trend saat ini
penghimpunan zakat melalui digital platform sedang booming dan banyak
digunakan oleh lembaga nirlaba. LAZ Al-Azhar adalah lembaga yang cukup
eksis di antara lembaga pengelola zakat lainnya saat ini. Menjawab
perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern berikut
masyarakatnya yang dominan millenial, LAZ Al-Azhar membuat inovasi
dalam memaksimalkan fundraising zakat. Salah satunya dengan dibuat nya
aplikasi mobile yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna
smartphone.
Pemilihan LAZ Al-Azhar sebagai tempat penelitian karena lembaga
ini merupakan LAZ skala Nasional yang eksis dan terus inovatif dalam
memaksimalkan penggunaan digital platform.

D. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian

yang menghasilkan data deskriptif, tidak menggunakan angka-angka statistik,

melainkan dalam bentuk kata-kata. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk

memahami suatu fenomena atau gejala sosial dengan lebih benar dan lebih

objektif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus

yaitu penelitian di mana penulis menyelidiki secara cermat suatu program,

peristiwa, aktivitas, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh


waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap

dengan menggunakan berbagi prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu

yang telah ditentukan.32

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca

literatur yang ada di perpustakaan, yang berkaitan dengan masalah

fundraising zakat melalui digital platform, untuk merumuskan teori,

pendapat, definisi dan lain-lain;

2. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan

penulis dengan terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian. Penelitian ini dilakukan

dengan teknik sebagai berikut:

a. observasi, yaitu dengan mengamati aktivitas-aktivitas yang

berlangsung, di LAZ Al-Azhar dalam melakukan fundraising zakat

melalui digital platform.

b. dokumentasi, yaitu dengan mengkaji dokumen-dokumen tertulis, di

antaranya arsip, internet, majalah, dan lain-lain;

c. wawancara, yaitu dengan teknik pengambilan data dengan

menggunakan metode tanya jawab yang dilakukan dengan pihak LAZ

Al-Azhar.

John W. Creswell, Reseach Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode


32

Campuran, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cetakan kelima, h. 20.


E. Data dan Sumber Data

Data dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dan

perolehan data yang bersumber dari LAZ Al-Azhar. Berikut sumber data:

1. Data Primer

Data Primer yaitu di peroleh dari hasil pengumpulan observasi,

wawancara dan dokumentasi di LAZ Al-Azhar.

2. Data Sekunder

Data sekunder berguna untuk melengkapi kekurangan yanga ada

pada data primer, yaitu dengan studi pustaka mengenai fundraising zakat

melalui digital platform dari buku, jurnal, majalah, dan lain sebagainya.

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya

peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengamati perilaku dan

aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini,

peneliti merekam atau mencatat baik dengan cara terstruktur maupun

semistuktur aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian.33 Dalam hal ini

yang akan diamati adalah mengenai fundraising zakat melalui digital

platform.

2. Wawancara

Yaitu suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atau lebih

yang duduk berhadapan fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu.
33
John Cress Well, Op. Cit., h. 267.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki

komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek, atau responden.

Peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara

berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan

telepon, atau terlibat dalam focus group interview (wawancara dalam

kelompok) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per

kelompok. Wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-

pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat

(open minded) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini

dari partisipan.34

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi ini bisa berupa dokumen publik (seperti, koran,

majalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian,

diary, surat, e-mail).35 Data dokumentasi ini menyajikan data yeng

berbobot. Data ini biasanya sudah tertulis secara mendalam oleh

partisipan.36

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan adalah dengan metode deskriptif-

komparatif, yaitu dengan membuat deskripsi atau gambaran tentang variabel

atau suatu fenomena atau gejala sosial seperti yang dilakukan dalam

34
John Cress Well, Ibid., h. 267.
35
John Cress Well, Ibid., h. 270.
36
John Cress Well, Ibid., h. 269.
penelitian deskriptif, juga mencari atau menganalisis bagaimana saling

hubungannya antara berbagai variabel atau berbagai fenomena atau berbagai

gejala sosial tersebut.37

Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data;

2. Pemeriksaan kejelasan dan kelengkapan instrument (editing);

3. Proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan;

4. Entri data ke dalam tabel induk (tabulating);

5. Pengujian validitas dan reabilitas instrumen dari pengumpulan data; dan

6. Mendeskripsikan data dengan menyajikan ke dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan sejenisnya.

H. Validitas Data

Penulis dalam memeriksa keabsahan data menggunakan teknik

kredibilitas, transferbilitas, defendabilitas, dan konfirmalitas dalam

memeriksa keabsahan data.

1. Kredibilitas

Kredibilitas dimana partisipan adalah satu-satunya orang yang dapat

menilai secara sah kredibilitas hasil penelitian tersebut. Strategi untuk

37
Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian,( Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012),
h. 34.
meningkatkan kreadibilitas data meliputi perpanjangan pengamatan,

ketekunan penelitian, triangulasi, dan diskusi teman sejawat.38

2. Transferbilitas

Transferbilitas merujuk pada tingkat kemapuan hasil penelitian yang

dapat digeneralisasikan atau transfer pada konteks atau setting yang lain.

Peneliti dapat meningkatkan transferbilitas dengan melakukan suatu

pekerjaan mendeskripiskan konteks penelitian dan asumsi-asumsi yang

menjadi sentral pada penelitian tersebut.39

3. Defenbilitas

Defenbilitas menekankan perlunya peneliti untuk memperhitungkan

konteks yang berubah-ubah dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti

bertanggungjawab menjelaskan perubahan-perubahan yang tejadi dalam

seting dan bagaiman perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi

cara pendekatan penelitian dalam studi tersebut.40

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas atau objektivitas merujuk pada tingkat kemampuan

hasil penelitian yang dikonfirmasikan oleh orang lain. Terdapat sejumlah

strategi untuk meningkatkan konfrimabilitas. Peneliti dapat

mendokumentasikan prosedur untuk mengecek dan mengecek kembali

seluruh data penelitian.41

38
Suharsiwi, dkk., Op. Cit., h. 32.
39
Suharsiwi, dkk., Ibid., h. 33.
40
Suharsiwi, dkk., Ibid.
41
Suharsiwi, dkk., Ibid.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum tentang Latar Penelitian

1. Profil LAZ Al-Azhar

Pada tanggal 24 juni 2004, Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar

secara resmi memberikan mandat kepada tim pembentukan Lembaga

Amil Zakat untuk mempersiapkan pembentukan sebuah Lembaga Amil

Zakat di lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar hal ini dilakukan

sesuai dengan berlakunya keputusan Menteri Agama RI No. 372 tahun


2003 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat (UUPZ).42

LAZ Al Azhar adalah lembaga nirlaba yang dibentuk oleh Badan

Pengurus Yayasan Pesantren Al Azhar pada 1 desember 2004 melalui SK

No 1 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang ditandatangani oleh Ketua

Badan Pengurus Yayasan Pesantren Al- Azhar yaitu H. Rusydi Hamka dan

Sekretaris H. Nasroul Hamzah. Adapun tujuan dari pembentukan LAZ Al-

Azhar adalah untuk memberdayakan masyarakat dhuafa, berbasis di

pendidikan dan dakwah dengan mendayagunakan sumberdaya dan

partisipasi publik dan bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi

pengurus organisasi.

Sejauh ini, LAZ AL-Azhar sudah berkiprah dan berkontribusi

banyak dalam program kemanusiaan, pemberdayaan komunitas, tanggap

bencana dan CSR selama 17 tahun di seantero Indonesia dengan support

dari puluhan donator-donatur, baik perindividu, korporat, BUMN dan

perusahaan lainnya serta sudah banyak terdapat cabang-cabang Laz- Azhar

yang tersebar di berbagai wilayah yang turut andil dalam pemberdayaan

komunitas mandiri dan penguatasan kesejahteraan masyarakat.43

Mengentaskan kemiskinan dan menjadikan para mustahik dan

kaum dhuafa ini menuju sejahtera adalah tugas berat kita semua, LAZ Al-

Azhar membuat berbagai program yang beragam dan komprehensif untuk

42
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar, Proposal Pembentukan LAZ Al-Azhar,
(Jakarta: YPI AL-Azhar, 2004), h.3

43
Lo.cit
meningkatkan kesejahteraan, memperkuat ketahanan pangan, dan

menjadikan solusi dari beragam masalah sosial dan kemiskinan.

LAZ Al-Azhar merupakan Lembaga Amil Zakat berskala

Nasional yang dikukuhkan oleh Kasubdit Kelembagaan dan Informasi

Zakat dan Wakaf Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian

Agama Andi Yasri di Aula Buya Hamka, pada hari senin 21 Juni 2021 di

Masjid Agung Al Azhar, Jakarta.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi Lembaga filantropi Islam global yang professional

dan terpercaya dalam pengelolaan dana sosial Islam untuk

mewujudkan keberdayaan masyarakat dan kesejahteraan sosial.

b. Misi

1) Mengembangkan edukasi zakat, infaq, sedekah dan wakaf

dengan pelayanan berkarakter yang berbasis teknologi.

2) Mengembangkan progam yang komprehensif, terukur dan

berkelanjutan untuk mendorong keberdayaan masyarakat

berbasis kearifan local menuju kesejahteraan umat.

3) Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembaga melalui penguatan

sistem dan manajemen yang didukung oleh sumber daya insani

yang professional.

4) Membangun kemitraan secara nasional dan global secara

berkelanjutan (Sustainable partnership) dengan kalangan


ABCGM (Academic, Business, Civil Society, Government, dan

Media).

3. Jati Diri

a. Lembaga nirlaba yang mengelola zakat, infak dan sedekah berbasis

masjid.

b. Bergerak dalam dunia dakwah, pendidikan, kemanusiaan dan

pengembangan masyarakat dengan sumber dana ZIS, dan dana sosial,

CSR yang tidak mengikat.

c. Nilai-nilai yang dijadikan panduan lembaga dalam menjalankan

programnya adalah nilai-nilai Islam.

d. Badan hukum lembaga Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.

4. Karakter Lembaga

LAZ Al Azhar sebagai lembaga yang menyediakan layanan

keagamaan yang mengelola dana ummat, juga bergerak diberbagai bidang

lainnya guna mendukung pemberdayaan ekonomi ummat diantaranya

bidang pendidikan, kesehatan, dakwah, sekaligus memperbaiki akhlaq

masyarakat dalam hal hubungan makhluk dengan penciptaNya (hablu

minallah). Disamping hal itu, LAZ Al Azhar juga memiliki budaya spirit

kerja yang diterapkan, spirit kerja tersebut disingkat dengan UMMAT :

U : Universal
Melayani sepenuh hati pada seluruh aspek kehidupan umat

manusia yang berlaku di mana saja dan kapan saja, sebagai wujud

implementasi dari nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

M : Manfaat

Selalu berupaya menghadirkan kebermanfaatan bagi orang lain.

M : Martabat

Menjunjung tinggi harga diri amil, muzakki, dan mustahik sebagai

penerima manfaat.

A : Amanah

Sebagai lembaga yang mengelola dana umat, tentu harus

ditanamkan rasa tanggungjawab kepada setiap sumber daya insani dalam

melaksanakan tugas dan melayani umat.

T : Tabligh

LAZ Al Azhar juga mempunyai misi untuk mendidik,

mencerahkan, mencerdaskan, membina, dan memotivasi diri serta

masyarakat untuk menjadi lebih baik.

5. Tujuan

a. Menjadi lembaga yang menginspirasi masyarakat dan Indonesia

dalam bidang pengelolaan zakat berbasis masjid.

b. Menjadi lembaga yang komitmen dalam dunia kepeduliaan, dakwah

dan pengembangan umat.


c. Mengembangkan kepeduliaan masyarakat melalui volunteerism.

d. Menjadikan masjid sebagai rumah perubahan kemandirian masyarakat

yang dapat memerankan fungsi sosial selain sebagai rumah ibadah.

e. Mengembangkan pesantren mandiri yang dapat mendukung akses

dakwah lebih luas.

f. Membangun komunitas mandiri melalui pengembangan masyarakat

berbasis pendidikan dan dakwah.

6. Grand Strategi

Mendukung pembangunan sosial (pendidikan, kesehatan,

ekonomi) dan akhlak dengan memberdayakan dan mensinergikan potensi-

potensi masyarakat, memberikan produk dan pelayanan berkarakter,

peningkatan pendapatan dan sumber-sumber pendanaan.

7. Sustainable Prosperity Plan

Klaster pendayagunaan dana sosial islam ZISWAF (zakat, infaq,

sedekah, wakaf) untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkelanjutan

sesuai dengan kaidah Sustainable Dovelopment Goals (SDGs).

a. Klaster penyelamatan dan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga pra

sejahtera. Dalam hal ini LAZ Al-Azhar membuat program Zakat

Pride dan My Heart for Yatim.

b. Klaster penanganan kegawatdaruratan, pengadaan infrastruktur,

penunjang keberdayaan masyarakat serta konservasi lingkungan.


Dalam hal ini LAZ AL-Azhar membuat program Formula Tanggap

Bencana Nasional dan Infralink.

c. Klaster Pengentasan kemiskinan, pemberdayaan dan pengembangan

ekonomi masyarakat desa serta pengentasan pengangguran pemuda

usia produktif. Dalam hal ini LAZ Al-Azhar membuat program Sejuta

Berdaya, Indonesia Gemilang dan Rumah Gemilang Indonesia.

8. Layanan LAZ Al-Azhar

a. Layanan Kegawatdaruratan Sosial ( Zakat Pride )

Layanan Zakat Pride adalah program terintegrasi untuk

memperluas pendistribusian. Program Zakat Pride meliputi:

1) Layanan Mustahik Menuju Mandiri

2) Keluarga Berdaya

3) Beasiswa 3G

4) Ambulans Kesehatan & Layanan Jenazah Gratis

5) Pendidikan Muballigh Al Azhar

6) Bimbingan Rohani Islam

7) Benah Rumah Mustahik untuk Pasien & Narapidana

Bagan 1 Data Penerima Manfaat Program


b.

B. Temuan Penelitian

Masalah perzakatan di Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi

boomerang para penggiat zakat adalah tentang pemahaman masyarakat

mengenai kewajiban berzakat itu sendiri. Masyarakat masih belum sadar akan

pentingnya berzakat, terlebih lagi masih banyak masyarakat yang

menganggap bahwa zakat hanya dilakukan ketika hendak idul fitri saja.

Fenomena seperti ini menjadi tugas kita bersama, khususnya para amil dan

lembaga zakat untuk terus bersosialisasi tentang zakat.

Anda mungkin juga menyukai