Anda di halaman 1dari 20

JURNAL READING

ANATOMICAL ASPECT OF SHOULDER JOINT DISLOCATION FOR


VOLLEYBALL PLAYERS

OLEH:

Iin Asifah Maulidda

013.06.0025

PEMBIMBING

dr. Ketut Gede Arta Bujangga, Sp.OT

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK SMF


RADIOLOGI RSUD BANGLI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ISLAM AL AZHAR

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya laporan Journal Reading yang berjudul “Aspek Anatomi Dislokasi
Sendi Bahu Pada Pemain Voli” dapat penulis selesaikan dengan sabagaimana
mestinya.

Di dalam laporan ini penulis memaparkan hasil penelitian pustaka yang telah
penulis laksanakan yakni berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi serta
metode pembelajaran berbasis pada masalah yang merupakan salah satu metode
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan serta bantuan hingga terselesaikannya laporan ini, penulis
mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali
semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan materi journal
reading ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat membantu untuk dapat lebih baik lagi kedepannya.

Klungkung, 01 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover...............................................................................................................................i

Kata Pengantar...............................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................iii

Terjemahan jurnal...........................................................................................................1

Telaah Jurnal................................................................................................................13

ii
Aspek Anatomi Dislokasi Sendi Bahu Pada Pemain Voli

ABSTRAK
Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling sering mengalami dislokasi pada
tubuh kita. Etiologi utama dislokasi sendi bahu adalah olahraga seperti voli. Laporan
Australian Bureau of Statistics tahun 2000 menyebutkan bahwa angka kejadian
dislokasi sendi bahu adalah 32,2%. Data dari Rumah Sakit Victoria tahun 1996-1999
menyebutkan, ada 15 pasien cedera bahu akut yang datang ke IGD, empat pasien
mengalami dislokasi, tujuh pasien mengalami keseleo/regangan, dua pasien
mengalami patah tulang, dan satu pasien mengalami cedera otot/tendon. Oleh karena
itu, pemahaman tentang anatomi sendi bahu dan mekanisme dislokasi sangat penting
untuk menetapkan tujuan diagnostik dan terapeutik yang jelas.
Kata kunci: dislokasi sendi bahu, voli.
Korespondensi: Yuliana, Jurusan Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Jl PB Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia, email: juju_the_pooh2003@yahoo.com;
lee.yuliana@gmail.com.

Pendahuluan

Sendi bahu memiliki kebebasan bergerak karena caput humerus masuk ke


rongga glenoid kurang dari setengah bagian. Untuk memperkuat sendi ini, kita
membutuhkan struktur tambahan seperti ligamen dan otot (Basmajian 1975). Karena
arsitektur tulangnya lemah, meskipun ada ligamen dan otot, ada kemungkinan dislokasi
pada sendi ini. Dislokasi sendi bahu banyak terjadi pada olahraga seperti voli. Laporan
Australian Bureau of Statistics tahun 2000 menyebutkan bahwa angka kejadian
dislokasi sendi bahu adalah 32,2%. Data dari Rumah Sakit Victoria tahun 1996-1999
menyebutkan, ada 15 pasien cedera bahu akut yang datang ke IGD, empat pasien
mengalami dislokasi, tujuh pasien mengalami keseleo/regangan, dua pasien mengalami
patah tulang, dan satu pasien mengalami cedera otot/tendon. Dislokasi sering
menyebabkan tekanan saraf di sekitar sendi seperti saraf aksila. Namun sebagian besar
tekanan saraf bersifat subklinis. Untuk memahami kemungkinan dislokasi secara

1
komprehensif, kita harus mempelajari lebih lanjut tentang struktur anatomi sendi bahu.

Anatomi

Sendi bahu adalah sendi sinovial multiaksial (sendi bola dan soket). Kepala
humerus memasuki rongga glenoid kurang dari setengah bagian, artinya hanya
sebagian kecil dari kepala humerus yang berartikulasi dengan glenoid, oleh karena itu
sendi ini memiliki kebebasan bergerak.kebebasan ini Gerakanmenyebabkan
ketidakstabilan sendi. Ligamen dan otot diperlukan untuk meningkatkan stabilitas sendi
(Moore 1999).

Tulang
Kepala artikular dibentuk oleh kepala humerus dan rongga artikular dibentuk
oleh rongga glenoid dangkal. Labrum memperdalam rongga ini di sisinya. Namun,
kepala humerus memasuki rongga glenoid kurang dari setengah bagian, itu sebabnya
sendi ini tidak stabil (lihat Gambar 1 dan 2) (Moore 1999).

Kapsul Artikular Kapsul


fibrosa mengelilingi sendi bahu dan menempel di sekitar rongga glenoid di sisi
medial dan leher anatomis humerus di sisi lateral. Kapsul ini ditembus oleh kepala
panjang tendon biseps. Kapsul ini diperkuat oleh ligamen dan otot untuk
meningkatkan stabilitas sendi dan mencegah dislokasi (Moore 1999).

Ligamen Ligamen
Glenohumeral adalah penebalan kapsul artikular. Ada tiga bagian ligamen
glenohumeral, yaitu ligamen glenohumeral superior, ligamen glenohumeral medial, dan
ligamen glenohumeral inferior. ligamen glenohumeral. Ligamentum glenohumeral
superior berjalan dari bagian atas labrum glenoid dan dasar prosesus coracoideus ke
bagian atas leher humerus (Soames 1999). Ligamentum glenohumeral medial terletak di
bawah ligamentum glenohumeral superior dan berjalan secara oblik ke inferolateral,
setelah itu melekat pada tuberositas minor dalam pada tendon subscapular (Soames
1999). Ligamentum glenohumeral inferior lebih tebal dan panjang, berasal dari margin

2
anterior, tengah, dan posterior labrum glenoid. Ini adalah ligamen yang paling penting
karena merupakan penstabil utama saat lengan abduksi dan sering cedera jika terjadi
dislokasi (Soames 1999).

Gambar 1. Anatomi sendi bahu (Moore, 1999)

3
Gambar 2. Otot rotator cuff (Moore, 1999)

Ligamentum coracohumeral muncul dari margin lateral prosesus coracoid dan


berjalan miring ke arah inferolateral. Hal ini penting untuk mencegah dislokasi lateral
dan inferior dari lengan adduksi. Ini memperkuat bagian superior kapsul artikular
bersama dengan otot supraspinatus dan kepala panjang tendon biseps (Soames 1999).

Ligamentum transversal humerus menghubungkan puncak tuberkulum humerus


yang lebih kecil dan lebih besar (lihat Gambar 3) (Moore 1999, Soames 1999).

4
Gambar 3. Ligamen Sendi Bahu (Moore, 1999)

Otot

Otot yang menghasilkan gerakan adalah otot panjang yang menggerakkan sendi
dan otot pendek yang menguatkan sendi. Otot pendek adalah otot rotator cuff yaitu
supraspinatus pada bagian superior, infraspinatus dan teres minor pada bagian posterior,
dan yang terakhir adalah subscapularis pada bagian anterior (lihat Gambar2)
(Basmajian 1975).
Berdasarkan jenis gerakannya, otot-otot yang menggerakkan sendi bahu
diklasifikasikan menjadi 6 kelompok yaitu, fleksor kepala – pektoralis mayor (bagian
klavikula) dan deltoid (serabut anterior), disertai dengan coracobrachialis dan bisep
brachii, kepala ekstensor – latissimus dorsi, kepala abduktor - deltoid, terutama serat
sentral, kepala adduktor - pectoralis mayor dan latissimus dorsi, kepala rotator medial -
subscapularis, kepala rotator lateral – infraspinatus Coracobrachialis, kepala pendek
bisep, dan kepala panjang trisep, bekerja sama dengan otot deltoid untuk mencegah
dislokasi inferior (misalnya saat membawa barang berat) (Moore 1999).
Gerakan
Kemungkinan pergerakan sendi bahu lebih lebar dari sendi lainnya karena
kepala humerus masuk ke rongga glenoid kurang dari setengah bagian. Gerakan yang

5
dapat terjadi adalah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, dan sirkumduksi
(Basmajian 1975, Moore 1999).

Pembahasan

Sendi bahu memiliki kebebasan bergerak dan tidak stabil dari segi anatomi,
oleh karena itu sendi ini memerlukan mekanisme dan struktur tertentu untuk
memperkuat stabilitas sendi. Dislokasi terjadi ketika kepala humerus berada di luar
posisi normalnya (keluar dari rongga glenoid). Bagian inferior kapsul artikular
merupakan bagian yang paling lemah karena merupakan satu-satunya bagian yang
tidak dikelilingi oleh otot rotator cuff, sehingga dislokasi sebagian besar menuju ke
arah inferior. Namun secara klinis dikatakan dislokasi anterior, atau jarang disebut
dislokasi posterior (arahnya mengacu ke arah mana caput humerus, jika caput humerus
menuju ke bagian anterior tuberkulum Aspek Anatomi Dislokasi Sendi Bahu Pada
Pemain Bola Voli (Yuliana) infraglenoid dan caput trisep yang panjang berada di
depan glenoid). rongga, itu disebut dislokasi anterior, dan sebaliknya) (Moore 1999).
Stabilitas sendi bahu dipertahankan melalui mekanisme aktif dan pasif (Gavin
Yeh Tseng 2007). Mekanisme pasif (statis) adalah ukuran dan bentuk rongga glenoid,
efek vakum (perekatan tekanan negatif dan kohesi antara 2 permukaan sendi), struktur
ligamen (ligamentum glenohumeral superior, ligamen glenohumeral medial, ligamen
glenohumeral inferior, ligamen coracohumeral), kapsul artikular, glenoid labrum,
strukturnya sama dengan meniskus pada lutut. Tidak bisa sembuh dengan baik jika
patah, akromion, proses coracoid. Mekanisme aktif (dinamis) adalah otot rotator cuff
dan long head dari tendon biseps. Otot-otot rotator cuff adalah subscapularis,
supraspinatus, infraspinatus, dan teres minor. Subscapularis sangat penting untuk
stabilitas sendi bagian anterior. Jika otot dipotong, itu akan menyebabkan rotasi
eksternal meningkat 15-20 derajat. Supraspinatus berbeda dengan otot rotator cuff
lainnya karena penting untuk menarik caput humerus ke superior, oleh karena itu
fungsi otot ini untuk mencegah dislokasi inferior.

6
Mekanisme Dislokasi

Meskipun terdapat mekanisme aktif dan pasif untuk memperkuat stabilitas


sendi, permukaan artikular bagian inferior dan posterior masih lemah, sehingga sering
terjadi dislokasi pada daerah ini. Berdasarkan struktur ligamen dan otot rotator cuff,
bagian inferoposterior merupakan titik terlemah, oleh karena itu dislokasi yang paling
sering terjadi adalah dislokasi inferior dan posterior (lihat gambar 4) (Basmajian 1975,
Moore 1999).

Gambar 4. Bagian inferoposterior dari kapsul artikular tidak tertutup oleh otot
rotator cuff (Basmajian, 1975)
Dislokasi inferior dicegah dengan mekanisme penguncian. Mekanismenya
tergantung pada tiga faktor yaitu, kemiringan rongga glenoid, kekuatan struktur kapsul
superior, meliputi ligamen coracohumeral, aktivitas otot supraspinatus. Dislokasi
inferior terjadi ketika lengan menculik, memanjang, dan berputar eksternal, yaitu spike
pada bola voli. Ini adalah dislokasi yang paling umum dan tingkat kejadiannya adalah
95% (lihat Gambar 6) (Basmajian 1975, Moore 1999, Afsari 2004, Scott C et al 2007).
Dislokasi posterior terjadi ketika kepala humerus terkilir ke bagian posterior
rongga glenoid. Biasanya disertai robekan otot rotator cuff pada lansia karena
melemahnya tendon otot akibat bertambahnya usia dan tidak digunakan (lihat Gambar
5) (Anonim, 2005, Afsari 2004, Scott C et al. 2007).

7
Gambar 5. Tendon rotator cuff menjadi lebih lemah karena bertambahnya usia
dan tidak digunakan (Anonim 2005).

Angka kejadian dislokasi posterior adalah 2-4%. Mekanisme cedera adalah trauma
langsung, seperti pukulan langsung pada lengan yang berada dalam posisi adduksi,
fleksi, dan rotasi internal (Cluett 2007, Levangie PL & Humprey EC 2008, Seade LE
2006) serta kejang, cedera listrik, atau Electro Convulsive Theraphy tanpa pemberian
relaksan otot apapun sebelumnya (akan menyebabkan kekuatan otot rotator internal
lebih besar dari otot rotator eksternal) (Seade LE 2006, Welsh S 2004, Price D 2005).

Gambar 6. Dislokasi sendi bahu (Smith B et al.2004)


Dislokasi Sendi Bahu pada Pemain Bola Voli

Dislokasi sendi bahu inferior terjadi pada posisi abduksi, ekstensi, dan rotasi
eksternal. Dalam istilah klinis disebut dengan dislokasi anterior, paling sering dijumpai

8
pada saat pemain bola voli melakukan spike. Spike adalah klimaks dari setiap
permainan bola voli. Spike adalah keterampilan motorik yang paling sulit di semua
cabang olahraga. Spiker harus memukul bola pada waktu yang tepat sehingga blocker
tidak dapat mencapainya.

Spike sangat penting untuk menentukan skor kemenangan grup. Analisis


statistik menunjukkan bahwa spike yang baik dapat mempengaruhi skor permainan
hingga 80%.17 Persyaratan untuk spike yang baik adalah ketepatan awal, lompatan,
pukulan, dan pendaratan. Ketika pemain bola voli melakukan spike, lengan mereka
berada dalam posisi rotasi eksternal, abduksi, dan ekstensi. Jika gerakan ini dilakukan
berulang kali akan meningkatkan risiko dislokasi sendi bahu (lihat Gambar 8, 9, 10, 11)
(Reid J 2008, Hsieh C & Heise GD 2006, Roemer et al. 2008).

Gambar 7. Beberapa gerakan yang harus dilakukan pemain bola voli sebelum
melakukan spike (Hsieh C & Heise GD 2006).

Lonjakan yang luar biasa adalah yang tidak dapat diprediksi oleh kelompok
lawan. Untuk menghasilkan pukulan yang keras, pemain bola voli harus mengayunkan
tangan dengan cepat, tidak menggunakan pukulan keras, jadi faktor yang penting adalah
kecepatan. Mereka harus melompat, mengayunkan Beberapa teknik yang harus
dilakukan sebelum melakukan spike (lihat Gambar 7) (Hsieh C & Heise GD 2006)
melompat setinggi mungkin, Ayunkan lengan ke belakang, Angkat lengan yang lain

9
untuk memaksimalkan ketinggian lompatan, Pukul bola di depan bahu.

Gambar 8. Posisi bahu pemain bola voli saat melakukan spiking (menggunakan
sistem multi body system (MBS) man model DYNAMICUS)
(Roemer K et al2008)

10
Gambar 9. Para pemain bola voli sedang melakukan spike (diambil dari:
http://www sport world.org/sports/images/volley_girls.jpg) dan Gambar 10. Saat
pemain bola voli melakukan spike, lengannya(diambil dari
diluruskanhttp://www.eteamz.com/jammersvbc/images/ MaryaSpik e2.jpg).

11
Gambar 11. Pemain bola voli harus melompat saat
melakukan spike agar bola dapat melewati blocker
(diambil dari:
http://www.paloaltodailynews.com/pics/padn/400xN/
pa dn/2006-11-29-st- francis-mitty-volley).

Kesimpulan

Sendi bahu adalah dislokasi sendi yang paling umum di tubuh kita. Sendi ini
memiliki kebebasan bergerak dan secara anatomis tidak stabil, oleh karena itu
diperlukan mekanisme aktif dan pasif untuk memperkuat stabilitas sendi. Mekanisme
pasifnya adalah ligamen, kapsula artikularis, labrum glenoidalis, processus coracoideus,
dan akromion, sedangkan mekanisme aktifnya adalah otot rotator cuff dan long head
tendon biseps. Dislokasi paling banyak terjadi pada bagian inferoposterior, karena
bagian ini tidak diperkuat oleh otot rotator cuff. Angka kejadian dislokasi inferior
sekitar 95%, sedangkan untuk dislokasi posterior 2-4%. Dislokasi inferior terjadi ketika
lengan abduksi, ekstensi, dan rotasi eksternal, sedangkan dislokasi posterior terjadi
ketika lengan dalam posisi adduksi, fleksi, dan rotasi internal. Dislokasi inferior banyak
dialami oleh pemain bola voli pada saat melakukan spike. Spike adalah keterampilan
motorik yang paling sulit dalam permainan voli. Pemain bola voli harus memukul bola
dengan tepat dan penuh tenaga, sehingga lengan menculik, memanjang, dan berputar ke
luar. Jika mereka sering melakukan spike, mereka akan meningkatkan risiko dislokasi
bahu inferior. Komplikasi yang paling umum adalah cedera saraf aksila. Literatur
menulis bahwa 9-18% pasien dislokasi bahu menderita nyeri jangka panjang karena
cedera saraf aksila.

12
TELAAH JURNAL

1. Judul: Judul jurnal ini “Judul jurnal dengan jelas dan menggambarkan isi utama
jurnal.

2. Pengarang: Yuliana

3. Abstrak: Dalam jurnal ini sudah mencantumkan kata kunci. Jumlah kata pada
abstrak tidak lebih dari 250 kata yaitu 162 dalam bahasa ingris.

4. Tempat: Jurusan Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jl PB


Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia

5. Tahun terbit: Tidak dijeaskan

6. Kesimpulan: Sendi bahu adalah dislokasi sendi yang paling umum di tubuh kita.
Sendi ini memiliki kebebasan bergerak dan secara anatomis tidak stabil, oleh karena
itu diperlukan mekanisme aktif dan pasif untuk memperkuat stabilitas sendi.
Mekanisme pasifnya adalah ligamen, kapsula artikularis, labrum glenoidalis,
processus coracoideus, dan akromion, sedangkan mekanisme aktifnya adalah otot
rotator cuff dan long head tendon biseps.

7. Daftar Pustaka: Vancouver Style dengan 21 sitasi.

Metode PICO

1. Population
Populasi pada penelitian ini terdiri dari pemain bola voli.
2. Intervention
Dislokasi inferior terjadi ketika lengan abduksi, ekstensi, dan rotasi eksternal,
sedangkan dislokasi posterior terjadi ketika lengan dalam posisi adduksi, fleksi,
dan rotasi internal. Dislokasi inferior banyak dialami oleh pemain bola voli pada
saat melakukan smash.
3. Comparison
Dalam penelitian ini tidak dijelakan menggunakan metode penelitian.
4. Outcome

13
Pemain bola voli harus memukul bola dengan tepat dan penuh tenaga, sehingga
lengan memanjang, dan berputar ke luar. Jika mereka sering melakukan smash,
mereka akan meningkatkan risiko dislokasi bahu inferior.
Validitas

1. Apakah rancangan penelitian yang dipilih sesuai dengan penelitian?


Ya sesuai, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat resiko terjadinya dislokasi
bahu pada pemain voli yang sering melakukan smash.
2. Apakah dijelaskan cara menentukan sampel?
Tidak, pada jurnal ini tidak dijelaskan bagaimana cara peneliti menentukan sampel
3. Apakah dijelaskan mengenai criteria inklusi dan ekslusi?
Tidak, pada penelitian ini tidak dijelaskan mengenai criteria inklusi dan eklusi.
4. Apakah dijelaskan kriteria pemilihan sampel?
Tidak, dalam penelitian ini tidak dijelaskan keriteria pemilihan sampel, hanya
menjelaskan risiko dislokasi bahu inferior pada pemain voli yang sering melakukan
smash.
5. Apakah dalam pemilihan sampel dilakukan randomisasi?
Tidak, karena pada penelitian ini hanya menjelaskan resiko dislokasi bahu inferior
pada pemain voli yang sering melakukan smash.
6. Apakah dijelaskan jenis uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian?
Tidak, dalam penelitian ini tidak dijelaskan jenis uji hipotesis.
Importence
1. Subjek penelitian
Ya, pemain bola voli
2. Drop-out
Ya, pemain bola voli yang sering melakukan spike
3. Analisis
Tidak, Tidak dijelaskan jenis uji analisa yang digunakan dalam penelitian ini karena
hanya menjelaskan resiko dislokasi bahu inferior pada pemain voli yang sering
melakukan smash.
4. Nilai P
Tidak, tidak ada dicantumkan oleh penelitia nilai P dalam penelitian ini

14
5. Interval kepercayaan
Tidak, interval kepercayaan tidak dituliskan pada penelitian ini

Aplikabilitas
1. Apakah subjek penelitian sesuai dengan karakteristik penelitian yang akan dihadapi?
Ya, karena subjek penelitian yang digunakan adalah pemain voli yang sering
melakukan smash.
2. Apakah setting lokasi penelitian dapat diaplikasikan disituasi kita?
Ya, karena penelitian ini hanya melihat resiko terjadinya dislokasi bahu inferior pada
pemain bola voli yang sering melakukan smash.
3. Apakah hasil penelitian dapat diaplikasikan pada pasien di institusi kita?
Ya, karena penelitian ini hanya melihat resiko terjadinya dislokasi bahu pada pemain
voli yang sering melakukan smash.
4. Apakah terdapat kemiripan pasien ditempat praktek atau institusi dengan hasil
penelitian?
Ya, karena subjek yang digunakan dari penelittian hampir sama dengan Indonesia
Kelebihan penelitian
 Penelitian ini memperluas data tentang dislokasi bahu.
 Penelitian ini menjelaskan factor resiko terjadinya dislokasi bahu pada pemain voli
yang sering melakukan smash dan dijelaskan juga komplikasi yang bisa terjadi dan
teknik spike yang harus dilakukan agar tidak terjadi dislokasi bahu.
 Peneliti memaparkan dengan jelas mulai dari anatomi sendi bahu hingga gerakan
pada sendi bahu sehingga memperluas wawasan kita mengenai sendi bahu.
Kekurangan penelitian

 Penelitian ini tidak menjelaskan metode apa yang digunakan

 Dalam penelitian ini tidak menjelaskan keriteri inkulsi dan eklusi

 Penelitian ini menggunakan sebagaian besar referensi lebih dari 10 tahun

15
16

Anda mungkin juga menyukai