Anda di halaman 1dari 14

RESUME UU RI NO 5 TAHUN 2014

TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

A. Pengertian ASN
 Aparatur Sipil Negara (ASN)  profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
 Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN)  pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan per-UU.

B. Asas Penyelengaraan Kebijakan dan Manajemen ASN


1. kepastian hukum;
dalam setiap penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN, mengutamakan
landasan peraturan perundangundangan, kepatutan, dan keadilan
2. profesionalitas;
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan per-UU
3. proporsionalitas;
mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Pegawai ASN.
4. keterpaduan;
pengelolaan Pegawai ASN didasarkan pada satu sistem pengelolaan yang
terpadu secara nasional
5. delegasi;
bahwa sebagian kewenangan pengelolaan Pegawai ASN dapat didelegasikan
pelaksanaannya kepada kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, dan
pemerintah daerah.
6. netralitas;
bahwa setiap Pegawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun
dan tidak memihak kepada kepentingan siapapun
7. akuntabilitas;
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Pegawai ASN harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan per-UU
8. efektif dan efisien;
bahwa dalam menyelenggarakan Manajemen ASN sesuai dengan target atau
tujuan dengan tepat waktu sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan.
9. keterbukaan;
bahwa dalam penyelenggaraan Manajemen ASN bersifat terbuka untuk publik.
10.nondiskriminatif;
bahwa dalam penyelenggaraan Manajemen ASN, KASN tidak membedakan
perlakuan berdasarkan jender, suku, agama, ras, dan golongan.
11.persatuan dan kesatuan;
bahwa Pegawai ASN sebagai perekat NKRI

1
12.keadilan dan kesetaraan; dan
bahwa pengaturan penyelenggaraan ASN harus mencerminkan rasa keadilan
dan kesamaan untuk memperoleh kesempatan akan fungsi dan peran sebagai
Pegawai ASN.
13.kesejahteraan.
bahwa penyelenggaraan ASN diarahkan untuk mewujudkan peningkatan
kualitas hidup Pegawai ASN.

C. Prinsip, Nilai Dasar, Kode Etik & Kode Perilaku ASN


Prinsip ASN:
1. nilai dasar;
2. kode etik dan kode perilaku;
3. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
4. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. kualifikasi akademik;
6. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
7. profesionalitas jabatan.

Nilai Dasar:
1. memegang teguh ideologi Pancasila;
2. setia dan mempertahankan UUD Negara RI Tahun 1945 serta pemerintahan yang
sah;
3. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
10. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
11. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
15. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

Kode Etik dan Kode Perilaku:


1. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
2. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

2
4. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan per-UU;
5. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan per-UU dan etika
pemerintahan;
6. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain;
11. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
dan
12. melaksanakan ketentuan per-UU mengenai disiplin Pegawai ASN

D. JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN


JENIS
Pegawai ASN terdiri atas:
1. PNS
2. PPPK

STATUS
No. Jenis Status
1. PNS Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk
pegawai secara nasional.
2. PPPK Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan
perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan UU ini.

KEDUDUKAN
No. Jenis Kedudukan
1. PNS Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara.

Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh


2. PPPK pimpinan Instansi Pemerintah.

Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi


semua golongan dan partai politik.

E. FUNGSI, TUGAS, DAN PERAN


FUNGSI
Pegawai ASN berfungsi sebagai:

3
1. pelaksana kebijakan publik;
2. pelayan publik; dan
3. perekat dan pemersatu bangsa

TUGAS
Pegawai ASN bertugas:
1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan per-UU;
2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.

PERAN
Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

F. JABATAN ASN
Jabatan ASN terdiri atas;
1. Jabatan Administrasi Sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan publik
serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.
1) J. Administrator Bertanggung jawab memimpin pelaksanaan
seluruh kegiatan pelayanan publik serta
administrasi pemerintahan dan pembangunan.
2) J. Pengawas Bertanggung jawab mengendalikan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
pejabat pelaksana.
3) J. Pelaksana Bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan.

2. Jabatan Fungsional Sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan


tugas berkaitan dengan pelayanan
fungsional yang berdasarkan pada keahlian
dan keterampilan tertentu.
1) JF. Keahlian -
a. ahli utama -
b. ahli madya -
c. ahli muda -
d. ahli pertama -
2) JF. Keterampilan -
a. penyelia Pegawai ASN yang diangkat berdasarkan
keterampilan, pendidikan, dan pengalamannya
untuk melaksanakan fungsi koordinasi dalam

4
penyelenggaraan jabatan fungsional
keterampilan.
b. mahir Pegawai ASN yang diangkat berdasarkan
keterampilan, pendidikan, dan pengalamannya
untuk melaksanakan fungsi utama dalam
Jabatan Fungsional.
c. terampil Pegawai ASN yang diangkat berdasarkan
keterampilan, pendidikan, dan pengalamannya
untuk melaksanakan fungsi lanjutan dalam
jabatan fungsional keterampilan.
d. pemula Pegawai ASN yang diangkat berdasarkan
keterampilan, pendidikan, dan pengalamannya
untuk pertama kali dan melaksanakan fungsi
dasar dalam jabatan fungsional keterampilan.

3. Jabatan Pimpinan Tinggi Sekelompok jabatan tinggi pada instansi


pemerintah.
berfungsi memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN pada Instansi
Pemerintah melalui:
a. kepeloporan dalam bidang:
1. keahlian profesional;
2. analisis dan rekomendasi kebijakan; dan
3. kepemimpinan manajemen.
b. pengembangan kerja sama dengan instansi lain; dan
c. keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan
kode etik dan kode perilaku ASN.
1) JPT Utama
2) JPT. Madya
3) JPT. Pratama

Jabatan ASN:
1. Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN.
2. Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari:
a. prajurit Tentara Nasional Indonesia; dan
b. anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

G. HAK DAN KEWAJIBAN


HAK
PNS & PPPK berhak memperoleh:
Hak
PNS 1. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2. cuti;
3. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4. perlindungan; dan
5. pengembangan kompetensi.
PPPK 1. gaji dan tunjangan;
2. cuti;

5
3. perlindungan; dan
4. pengembangan kompetensi.

KEWAJIBAN
Pegawai ASN wajib:
1. setia dan taat pada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah;
2. menjaga persatuan & kesatuan bangsa;
3. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab;
6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan per-UU; dan
8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.

H. KELEMBAGAAN
 Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi, dan Manajemen ASN.
 Untuk menyelenggarakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada:
1. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara,
berkaitan dengan kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan,
koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan
kebijakan ASN;
2. KASN (Komisi Aparatur Sipil Negara),
berkaitan dengan kewenangan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin perwujudan Sistem Merit
serta pengawasan terhadap penerapan asas serta kode etik dan kode
perilaku ASN;
3. LAN (Lembaga Administrasi Negara),
berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan Manajemen
ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ASN; dan
4. BKN (Badan Kepegawaian Negara),
berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan Manajemen ASN,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria Manajemen ASN.

6
I. MANAJEMEN ASN
 Manajemen ASN  pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari pratik KKN.
 Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Sistem Merit  kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
 Manajemen ASN ada 2:
1) Manajemen PNS
2) Manajemen PPPK
 Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat
mendelegasikan kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan
pejabat fungsional keahlian utama kepada:
1. menteri di kementerian;
2. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah nonkementerian;
3. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan lembaga nonstruktural;
4. gubernur di provinsi; dan
5. bupati/walikota di kabupaten/kota.

1) Manajemen PNS
-Manajemen PNS pada instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat
-Manajemen PNS pada instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah
Manajemen PNS meliputi:
1. penyusunan dan penetapan kebutuhan;
2. pengadaan;
3. pangkat & jabatan;
4. pengembangan karier;
5. pola karier;
6. promosi;
7. mutasi;
8. penilaian kinerja;
9. penggajian & tunjangan;
10. penghargaan;
11. disiplin;
12. pemberhentian;
13. jaminan pensiun & jaminan hari tua; dan
14. perlindungan.

Penjelasan:
1. penyusunan dan penetapan kebutuhan

7
 Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
 Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1
(satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.

2. pengadaan
 Pengadaan PNS dilakukan melalui tahapan perencanaan  pengumuman
lowongan  pelamaran  seleksi  pengumuman hasil seleksi  masa
percobaan  pengangkatan menjadi PNS.
 Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS terdiri dari 3 tahap, meliputi seleksi
administrasi  seleksi kompetensi dasar (SKD)  seleksi kompetensi bidang
(SKB).

3. pangkat & jabatan


 PNS dapat berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan
Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Instansi Daerah
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja.

4. pengembangan karier
 Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah dengan
mempertimbangkan integritas dan moralitas.

5. pola karier
 Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan perlu disusun pola karier PNS yang
terintegrasi secara nasional.

6. promosi
 Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas
prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari
tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender,
suku, agama, ras, dan golongan.
 Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan tim penilai
kinerja PNS pada Instansi Pemerintah.
 Tim penilai kinerja PNS dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang.

7. mutasi

8
 Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat,
antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-
Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di luar negeri.
 Mutasi PNS dalam 1 instansi Pusat atau Instansi Daerah  dilakukan oleh 
Pejabat Pembina Kepegawaian
 Mutasi PNS antarkab/kota dalam 1 prov  ditetapkan oleh  Gubernur
setelah memperoleh pertimbangan kepala BKN
 Mutasi PNS antarkab/kota antarprov & antar prov ditetapkan oleh 
Menteri yg menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri setelah
menperoleh pertimbangan kepala BKN
 Mutasi PNS prov/kab/kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya  ditetapkan
oleh  kepala BKN.
 Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh  kepala BKN.
 Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik
kepentingan.

8. penilaian kinerja
 Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS
yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier.
 Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat
individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian,
hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.
 Hasil penilaian kinerja PNS disampaikan kepada tim penilai kinerja PNS.
 Hasil penilaian kinerja PNS digunakan untuk menjamin objektivitas dalam
pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai persyaratan dalam pengangkatan
jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan
promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
 PNS yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan sanksi
administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai dengan ketentuan per-UU.

9. penggajian & tunjangan


o Gaji  kompensasi dasar berupa honorarium sesuai dengan beban kerja,
tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yg ditetapkan oleh per-UU.
 Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko
pekerjaan.  dilakukan secara bertahap
 Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan & fasilitas
 Tunjangan kinerja ---> dibayarkan sesuai pencapaian kinerja
 Tunjangan kemahalan ---> dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan
berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing.
 Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada APBN
 Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada APBD

9
10.penghargaan
 PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran,
kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan.
 Penghargaan dapat berupa pemberian:
1. tanda kehormatan;
2. kenaikan pangkat istimewa;
3. kesempatan prioritas untuk pengembangan
4. kompetensi; dan/atau
5. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.

11.disiplin
 Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta
melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.
 PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

12.pemberhentian
 PNS diberhentikan dengan hormat karena:
1. meninggal dunia;
2. atas permintaan sendiri;
3. mencapai batas usia pensiun;
4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini; atau
5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas
dan kewajiban.
 PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
1. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945;
2. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum;
3. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
4. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan
berencana.
 PNS diberhentikan sementara, apabila:
1. diangkat menjadi pejabat negara;
2. diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau
3. ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana

Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara dilakukan oleh 


Pejabat Pembina Kepegawaian
 Batas usia pensiun :
a) 58 tahun bagi Pejabat Administrasi;

10
b) 60 tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
c) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan bagi Pejabat
Fungsional.

13.jaminan pensiun & jaminan hari tua


 Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan sebagai perlindungan
kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai penghargaan atas
pengabdian PNS.
 Jaminan ini mencakup jaminan pensiun & jaminan hari tua yang diberikan dalam
program jaminan sosial nasional
 Sumber pembiayaan jaminan pensiun & jaminan hari tua PNS berasal dari
pemerintah selaku pemberi kerja & iuran PNS yang bersangkutan.
 PNS diberikan jaminan pensiun apabila:
1. meninggal dunia;
2. atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu;
3. mencapai batas usia pensiun;
4. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini; atau
5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas
dan kewajiban.

14.perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
1. jaminan kesehatan;
mencakup jaminan sosial yg diberikan dlm
2. jaminan kecelakaan kerja; program jaminan sosial nasional
3. jaminan kematian; dan
4. bantuan hukum.
berupa pemberian bantuan hukum dalam
perkara yg dihadapi di pengadilan terkait
pelaksanaan tugasnya

2) Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi:
1. penetapan kebutuhan;
2. pengadaan;
3. penilaian kinerja;
4. penggajian & tunjangan;
5. pengembangan kompetensi;
6. pemberian penghargaan;
7. disiplin;
8. pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan

11
9. perlindungan.

J. PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI


 Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan per-UU. --- dilakukan pada tingkat nasional
 Jabatan pimpinan tinggi utama dan madya tertentu dapat berasal dari kalangan
non-PNS dengan persetujuan Presiden yang pengisiannya dilakukan secara
terbuka dan kompetitif serta ditetapkan dalam Keputusan Presiden.

K. PEGAWAI ASN YANG MENJADI PEJABAT NEGARA


 Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara.
 Pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 yaitu:
1. Presiden dan Wakil Presiden;
Pegawai ASN dari PNS yang mencalonkan diri atau
2. Ketua, wakil ketua, dan anggota MPR;
dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden;
3. Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR; ketua, wakil ketua, dan anggota DPR; ketua, wakil
4. Ketua, wakil ketua, dan anggota DPD; ketua, dan anggota DPD; gubernur dan wakil
gubernur; bupati/walikota dan wakil bupati/wakil
walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara
tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon.
5. Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada MA serta ketua, wakil
ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali hakim ad hoc;
6. Ketua, wakil ketua, dan anggota MK;
7. Ketua, wakil ketua, dan anggota BPK;
8. Ketua, wakil ketua, dan anggota KY;
9. Ketua dan wakil ketua KPK;
10. Menteri dan jabatan setingkat menteri;
11. Kepala perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;

Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi ....... diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS.

Pegawai ASN dari PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara diaktifkan kembali
sebagai PNS.

Dan dapat menduduki JPT, JA, atau JF, sepanjang tersedia lowngan jabatan.

Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan dalam waktu paling lama 2 tahun PNS yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat.

12.Gubernur dan wakil gubernur;


13.Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota;
14. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh UU.

12
L. ORGANISASI
 Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN RI.
 Tujuan korps profesi Pegawai ASN RI:
1. menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
2. mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
 Fungsi korps profesi Pegwai ASN RI:
1. pembinaan dan pengembangan profesi ASN;
2. memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps
profesi ASN Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem Merit
dan mengalami masalah hukum dalam melaksanakan tugas;
3. memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah
terhadap pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi; dan
4. menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps
profesi ASN RI sesuai dengan ketentuan per-UU.

M. SISTEM INFORMASI ASN


 Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.
 Sistem Informasi ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah.
 Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam Sistem Informasi ASN,
setiap Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN.
 Sistem Informasi ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berbasiskan teknologi informasi yang mudah diaplikasikan, mudah diakses, dan
memiliki sistem keamanan yang dipercaya.
 Sistem Informasi ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 ayat (1) memuat
seluruh informasi dan data Pegawai ASN.
 Data Pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang memuat:
1. data riwayat hidup;
2. riwayat pendidikan formal dan non formal;
3. riwayat jabatan dan kepangkatan;
4. riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
5. riwayat pengalaman berorganisasi;
6. riwayat gaji;
7. riwayat pendidikan dan latihan;
8. daftar penilaian prestasi kerja;
9. surat keputusan; dan
10. kompetensi.

13
N. PENYELESAIAN SENGKETA
 Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
 Upaya administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari keberatan
dan banding administratif.
 Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan secara tertulis kepada
atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat alasan keberatan
dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang menghukum.
 Banding administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada
badan pertimbangan ASN

KETENTUAN PERALIHAN
Pada saat UU ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969
tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai --- tetap
berlaku

KETENTUAN PENUTUP
 Kebijakan dan Manajemen ASN yang diatur dalam UU ini dilaksanakan
dengan memperhatikan kekhususan daerah tertentu dan warga negara
dengan kebutuhan khusus.
 Sistem Informasi ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 dan
Pasal 128 paling lama tahun 2015 dilaksanakan secara nasional.
 Peraturan pelaksanaan dari UU ini harus ditetapkan paling lama 2
tahun terhitung sejak UU ini diundangkan.
 Pada saat UU ini mulai berlaku, PNS Pusat dan PNS Daerah disebut
sebagai Pegawai ASN.

14

Anda mungkin juga menyukai