Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Cara berhukum setiap masyarakat memiliki ciri dan karakter khas masing-masing, yang
melahirkan tradisi atau sistem hukum yang berbeda. Dari segi kebiasaan atau tradisi
hukum negara-negara di dunia, maka sistem hukum dapat dibagi ke dalam 4 (empat)
pola. Bagi Indonesia sebagai negara hukum memiliki sistem hukum dengan karakter yang
khas sesuai dengan budaya Indonesia sendiri.
Pertanyaan :
1. Mengapa sistem hukum di Indonesia dikatakan memiliki karakter yang khas sesuai
dengan budaya Indonesia sendiri? Tanggapan anda harus berdasarkan pada pola-pola
sistem hukum yang ada.
Jawaban:
Sistem hukum di Indonesia menganut sistem hukum Eropa Kontinental atau Civil Law
Karena Negara hukum yang dianut Indonesia adalah negara hukum yang senentiasa
mempertimbangkan segala tindakan pada dua landasan. Yakni, dari segi kegunaan atau
tujuannya dan dari segi landasan hukumnya.
2. Buktikan bahwa pola sistem hukum yang anda sebutkan pada No. 1 ada ditemukan
dalam sistem hukum di Indonesia.
Contohnya UUD 45, Tap MPR, UU atau Perpu, Peraturan Pemerintah, Perpres, MA.
Jawaban:
Dalam badan usaha tidak berbadan hukum semisal Firma, tiap-tiap sekutu dalam Firma
bertanggung jawab secara tanggung renteng (bersama-sama) atas segala perikatan dan
utang-piutang sebagaimana diatur di pasal 16 KUHD. Berdasar hal tersebut,
pertanggungjawaban atas hutang Tuan Ferari kepada Tuan Dodol dibebankan pada
keseluruhan Firma.
Jawaban:
4. Tuan Bobo dengan Tuan Coreng di antara mereka berdua mengadakan perjanjian
perikatan jual beli satu bidang tanah dengan nilai seharga Rp. 5 Milyar dan telah terbayar
panjar sejumlah Rp. 500 juta. Perjanjian perikatan jual beli itu ditandatangani di hadapan
notaris dan dituangkan dalam Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli. Di dalam Akta
Perjanjian Pengikatan Jual Beli, diatur hal-hal sebagai berikut: Tuan Coreng berkewajian
mengurus penerbitan sertifikat tanah tersebut, sehingga menjadi nama Tuan Bobo, yang
mana waktu pengurusan sertifikat akan selesai selambat-lambatnya 120 hari kalender
sejak penerimaan panjar. Apabila terjadi keterlambatan dalam penyelesaian sertifikat
tersebut, maka Tuan Coreng akan dikenakan denda dan ganti rugi yang wajib dibayarkan
kepada Tuan Bobo sebesar Rp. 2 juta per hari keterlambatan dan apabila keterlambatan
melampaui 14 hari kalender, maka perjanjian jual beli menjadi batal dan Tuan Coreng
wajib mengembalikan seluruh pembayaran yang telah diterimanya dari Tuan Bobo
beserta dengan denda dan ganti rugi. Ternyata setelah 120 hari kalender, sertifikat
tersebut tidak dapat diterbitkan, karena ternyata atas tanah tersebut telah ada sertifikat,
yang mana sebelumnya telah dijual oleh Tuan Coreng kepada Tuan Kutu Buku, sehingga
tidak mungkin dan tidak bisa lagi diperjual belikan oleh Tuan Coreng kepada Tuan Bobo.
Oleh karena itu, Tuan Bobo menggugat Tuan Coreng dan menuntut pembatalan
perjanjian jual beli dan pengembalian uang yang telah dibayarkan dengan ganti rugi.
Petitumnya berisikan : Primair :
1. Mohon agar gugatan dikabulkan seluruhnya.
2. Mohon agar tergugat dihukum membayar biaya perkara.
Pertanyaan :
1. Jika diperhatikan, rumusan petitum primer dimaksud adalah tidak tepat. Mengapa
dikatakan bahwa rumusan tersebut tidak tepat? Berikan argumentasi anda.
Jawaban:
Agar gugatan sah, dalam arti tidak mengandung cacat formil, harus mencantumkan
petitum gugatan yang berisi pokok tuntutan penggugat, petitum primer atau tuntutan
pokok yang langsung berhubungan dengan pokok perkara dalam hal perkara jual beli
tanah yang dilakukan oleh Tuan Bobo dan Tuan Coreng. Gugatan Tuan Bobo dalam
petitum primer tidak tepat karena tidak mencantumkan dengan jelas dalam petitum yang
pertama menyatakan bahwa agar gugatan dikabulkan seluruhnya namun gugatan yang
dimaksud tidak jelas dan tidak menyangkut mengenai pokok perkara mengenai adanya
pembatalan perjanjian jual beli dalam pokok perkara.
2. Jika anda adalah penasihat hukumnya, maka buatlah rumusan petitum primer yang
seharusnya dari kasus tersebut.
Jawaban:
Jawaban:
Perlu untuk mencantumkan petitum subsider dalam sebuah gugatan karena petitun
subsider ini sebagai pengganti petitum pokok apabila tidak terjadi. Hukuman subsidiair
adalah hukuman pengganti Hipotik subsidiair adalah hipotik penambah dalam hal hipotik
yang pertama tidak mencukupi guna menjamin utang seluruhnya. Tududuhan subsidiar
adalah tuduhan sebagai pengganti tuduhan primair dalam hal ini tidak terbukti. Maka
dengan demikian dalam hal gugatan petitum subsider diperlukan dalam gugatan sebagai
pengganti bilaman tuntutan pokok tidak dikabulkan, petitum subsider ini harus sesuai
dengan perkara.