Anda di halaman 1dari 2

AGAMA DAN BUDAYA

A. Manusia Mencipta Budaya: Manusia yang diberi budi dan daya oleh Sang
pencipta merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupan bersama, manusia
membangun suatu kesepakatan akan perilaku sosial (social behaviour) yang diberi
makna dan mengikat bagi semua orang di lingkup tertentu. Kesepakatan akan
perilaku sosial itu berkembang menjadi budaya. Setiap kelompok manusia dapat
membuat dan menentukan budayanya sendiri, sehingga kita menjumpai adanya
beragam budaya umat manusia hingga saat ini. Budaya tercipta dalam suatu tempat,
tradisi, dan berdasarkan suatu kepercayaan tertentu.
B. Agama Lahir dalam Budaya: Sebelum agama atau sistem kepercayaan lahir,
manusia telah menghidupi suatu sistem perilaku sosial bersama yang menjadi
budaya. Oleh karena itu sistem kepercayaan yang kemudian menjadi agama lahir dan
hidup dalam suatu lingkup budaya tertentu. Oleh karena itu, setiap agama akan
memuat unsur budaya di tempat agama itu muncul serta berkembang. Bahkan
budaya itu dapat masuk dan menjadi bagian dalam sistem kepercayaan atau agama.
Beberapa agama besar dapat disebutkan di sini seperti Hindu dan Budha datang dari
India (abad V dan VI); Islam dari Arab lewat India di abad XIII; Kristen dari
Palestina lewat Eropa di abad XII; Kong Hu Cu dari Cina; Shinto dari Jepang; Sikh
dari Pakistan; Yahudi dari Palestina (Israel).
C. Budaya untuk Mengkonkretkan Iman: Iman pertama-tama menyangkut
hubungan manusia dengan Allah. Namun manusia tidak hidup sendirian melainkan
dalam masyarakat yang sudah memiliki suatu sistem kehidupan atau budaya.
Kehidupan sosial dan budaya merupakan penghayatan hidup manusia secara
konkret. Iman lahir dalam konteks budaya agar iman menjadi konkret bagi
kehidupan manusia secara personal ataupun komunal. Iman yang konkret selalu
menyangkut hidup yang konkret dan tidak dapat lepas dari masyarakat serta
kebudayaan yang dimilikinya. Kendati demikian, tidak semua budaya dapat
dimasukan atau menyatu dengan iman. Hanya budaya-budaya tertentu yang
dianggap cocok untuk mengungkapkan suatu keyakinan adikodrati yang dimasukan
dalam keagamaan dan hal itu dinamakan inkulturasi.
D. Budaya membentuk Pluralisme: Pewahyuan Tuhan yang diterima setiap agama
ditangkap dalam konteks budaya tertentu. Tuhan mengkomunikasikan diriNya
kepada manusia melalui bahasa dan kehidupan manusia yang real agar manusia
mampu menangkap kehendakNya. Pewahyuan Tuhan berkembang dalam sistem
kepercayaan agama yang dihidupi melalui kebudayaan manusia. Dengan demikian,
budaya membentuk kenekaragaman sistem kepercayaan selain budaya itu sendiri
memang sudah beragam. Kemahakuasaan Tuhan tidak terkurangi oleh pluralisme
agama dan budaya. Justru melalui perbedaan budaya dan sistem kepercayaan
kemahakuasaan Tuhan menjadi semakin nyata.
E. Agama menjadi Budaya Spiritual: Agama memang lahir dalam suatu budaya
tertentu, namun agama sendiri telah membentuk suatu budaya baru yang bercirikan
spiritual. Dari waktu ke waktu, penghayatan iman orang beragama akan selalu
disesuaikan dengan perkembangan zaman dan budaya. Agama memiliki sistem
kepercayaan dan pengungkapan yang dipertahankan terus-menerus melewati
perjalanan waktu dan menjadi suatu sistem budaya spiritual. Dalam seluruh
dinamika perjalanannya, ada aspek-aspek budaya yang semula menjadi bagian dari
agama dihilangkan karena sudah tidak relevan lagi namun ada juga hal-hal baru dari
budaya yang dimasukan dalam sistem penghayatan agama. Aneka hasil budi dan
daya manusia yang sering masuk dalam sistem keagamaan adalah sastra, seni lukis,
seni tari, drama atau teater, puisi, musik dan lagu, pahat, kaligrafi juga dalam seni
arsitektur, dsb.
F. Tantangan: Agama perlu mengkritisi budaya dan tidak memasukan semua budaya
dalam khazanah agama. Budaya yang sesuai dalam sistem kepercayaan akan
membantu penghayatan iman, sebaliknya yang tidak sesuai justru akan mengganggu.
Budaya menjadi bungkus dari sistem kepercayaan, oleh karena itu budaya tidak
dapat diperlakukan sama dengan inti agama atau sistem kepercayaan.

Anda mungkin juga menyukai