Anda di halaman 1dari 9

CERITA RAKYAT (HIKAYAT)

A. Definisi Umum
Hikayat adalah cerita fiksi Melayu klasik yang mengisahkan riwayat tokoh agung
atau sakti berwatak panutan sehingga dapat dipetik berbagai nilai positifnya sebagai
cerminan hidup kita.
Sebagai catatan, hikayat merupakan salah satu jenis cerita rakyat.  Oleh karena
itu, ada baiknya kita mengetahui apa itu cerita rakyat. Cerita rakyat atau berbagai
kisah atau cerita yang dikisahkan secara lisan dan diwariskan secara turun-temurun
dalam suatu wilayah atau negara tertentu.
Terdapat berbagai jenis cerita rakyat. Namun, semuanya memiliki kemiripan
yang menaunginya, yakni anonim yang berarti tidak jelas siapa penulisnya, kemudian
selalu disertai tema yang terpengaruh budaya setempat dan latar suatu wilayah
tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hikayat adalah karya satra melayu lama
berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan,
keagamaan, historis, biografi, atau gabungan sifat-sifat dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat jiwa, atau sekedar untuk meramaikan pesta, misalnya hikayat
Hangtuah dan hikayat seribu satu malam.
Karim (2015: 18) menyebutkan beberapa fungsi hikayat yaitu: menumbuhkan
jiwa kepahlawanan atau patriotisme, sebagai sarana pendidikan atau didaktis, sebagai
medium mengabadikan atau mengekalkan segala kejadian atau peristiwa yang dialami
para raja, seta sebagai media hiburan, sekadar menyenangkan hati, atau dengan tujuan
tertentu si pencerita.

B. Jenis-jenis Hikayat
Menurut Rismawati (2017:54) membagi hikayat menjadi beberapa jenis yakni:
a. Hikayat agama, yaitu hikayat yang berisis berbagai ajaran agama yang terkait
dengan hukum, ahlak, tasawuf, filsafat dan sebagainya.
b. Hikayat sejarah, yaitu hikayat yang berisis sejarah masa lampau, baik sejarah islam
maupun yang lainnya.
c. Hikayat safari, hikayat yang menceritakan kisah perjalanan, seperti hikayat malem
dagang.
d. Hikayat peristiwa, yaitu hikayat yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian,
seperti hikayat prang kompeoni.
e. Hikayat jihad, yang dimaksud yaitu, hikayat yang kandungannya berisi hikayat
berisi untuk melawan musuh, seperti hikayat perang sabil.
f. Hikayat cerita (novel), yaitu hikayat yang berisi cerita percintaan atau roman, baik
roman fiksis atau sejarah. Hikayat jenis ini banyak sekali, seperti hikayat banta
beransah.

C. Unsur-unsur Intrinsik Hikayat


Sebuah karya sastra memiliki unsur-unsur yang turut membangun karya
sastra tersebut baik sastra modern maupun sastra melayu klasik. Unsur tersebut bisa
berasal dari dalam karya sastra itu sendiri (instrinsik). Begitu juga dengan hikayat
yang termasuk ke dalam sastra melayu klasik. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan
tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang
menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Hartoko
(1985:142) mengatakan tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah
karya sastra. Menurut Nurgiyantoro (2009: 66) menyatakan bahwa “Tema dalam
cerita berhubungan dengan makna pengalaman hidup. Tema terbagi menjadi dua
bagian, yaitu tema umum dan tema khusus.” Selanjutnya, Wiyatmi (2005:23)
mengatakan tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subyek, atau
pokok masalah, baik secara implicit maupun eksplisit.

2. Alur
Sebuah hikayat menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah
peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Menurut
Nurgiyantoro (2005:153) kriteria urutan waktu alur terdiri atas tiga kategori, yaitu:
a) Alur maju
Jika cerita dikisahkan secara kronologis, peristiwa-peristiwa pertama diikuti
oleh peristiwa yang kemudian atau secara runtun dimulai dari tahap awal, tengah
dan akhir cerita atau disebut juga dengan alur maju.
b) Alur mundur
Jika cerita atau kejadian yang dikisahkan tidak bersifat kronologis, cerita
tidak dimulai dari tahap awal melainkan dari tengah atau bahkan dari akhir.
c) Alur Campuran
Sebenarnya tak mungkin ada cerita pun yang mutlak flash-back. Hal itu
disebabkan jika yang demikian terjadi pembaca akan sulit mengikuti cerita.

3. Latar (Setting)
Sebuah cerita tentunya memiliki latar. Latar menunjukkan segala keterangan
mengenai latar tempat, latar suasana dan latar waktu. Menurut Abrams (dalam
Nurgiyantoro 2009 : 216) “Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.” Latar biasanya menggambarkan
tempat, waktu dan sosial. Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sementara Latar waktu berhubungan dengan
masalah “kapan‟ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dan latar sosial
mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat disuatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

4. Tokoh dan Penokohan


Hartoko (1985:144) menjelaskan, citra tokoh itu disusun dengan memperpadukan
berbagai faktor yakni apa yang difokalisasinya, bagaimana ia memfokalisasi, oleh
siapa dan bagaimana ia sendiri difokalisasi, kelakuannya sebagai sebagai pelaku
dalam deretan peristiwa, ruang dan waktu (suasana) serta pertentangan tematis di
dalam karya itu yang secara tidak langsung merupakan bingkai acuan bagi tokoh.

5. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh pengarang
melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu
dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa
yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir dan dapat pula disampaikan secara
eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran atau
larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. Menurut Kosasih
(2003:230), “Amanat merupakan ajaran moral atau pesan dedaktis yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu.” Karena itu, untuk
menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan
harus menghabiskannya sampai tuntas.

6. Gaya Bahasa
Menurut Nurgiyantoro (2009:276), “Gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa
dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan
dikemukakan.” Penggunaan gaya bahasa hakikatnya adalah kegiatan berbahasa.
Sebuah gaya bahasa dikatakan baik bila memandang tiga dasar yaitu kejujuran, sopan
santun dan menarik. Dengan demikian gaya bahasa dapat bermacam-macam sifatnya
tergantung konteks dimana digunakan. Sedangkan Kosasih (2003:230) menyatakan,
“Dalam cerita penggunaan gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau
suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan
dan interaksi antara sesama tokoh.”

D. Ciri-ciri Teks Hikayat


 Ceritanya tetap tidak berubah, meskipun diceritakan turun menurun
 Ceritanya dimiliki seluruh masyarakat, karena tidak diketahui pengarangnya
 Memakai bahasa yang di lebih-lebihkan merupakan ciri-ciri teks hikayat
 Memakai bahasa yang terus diulang
 Sifatnya tradisional
 Memakai unsur pendidikan di dalam ceritanya
 Kisahnya bersifat universal adalah ciri-ciri teks hikayat
 Banyak hal Magis
 Banyak kemustahilan yang dimunculkan dalam cerita

E. Karakteristik Hikayat
Mengutip Kemdikbud RI, karakteristik hikayat adalah:
1) Terdapat kemustahilan dalam cerita;
2) Terdapat kesaktian tokoh-tokohnya;
3) Anonim;
4) Istana sentris;
5) Menggunakan alur berbingkai (cerita berbingkai).
Berikut ini penjelasan singkat masing-masing karakteristik hikayat:
1) Kemustahilan
Menurut KBBI, pengertian mustahil adalah tidak mungkin (terjadi).
Kemustahilan dalam hikayat terdapat dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari
segi cerita. Kemustahilan artinya sesuatu hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar
oleh akal pikiran manusia.

2) Kesaktian
Menurut KBBI, kesaktian adalah kepandaian (kemampuan) berbuat sesuatu yang
bersifat gaib (melampaui kodrat alam) atau kekuasaan gaib. Para tokoh yang terdapat
dalam hikayat biasanya memiliki kesaktian yang melebihi orang biasa.

3) Anonim
Menurut KBBI, anonim adalah tanpa nama, tidak beridentitas, awanama atau
tidak ada penandatangannya. Salah satu ciri cerita rakyat, termasuk hikayat, adalah
anonim. Anonim artinya tidak diketahui secara jelas siapa nama pencerita atau
pengarang cerita tersebut. Penyebabnya, cerita rakyat hikayat biasanya disampaikan
secara lisan.

4) Istana sentris
Maksud dari istana sentris adalah hikayat sering bertema dan berlatar kerajaan.
Dalam hikayat seringkali tokohnya adalah raja, pangeran, puteri, dan orang terdekat
keluarga kerajaan.

5) Alur berbingkai
Alur adalah rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat yang
membentuk satu rangkaian cerita yang utuh. Dalam hikayat biasanya menggunakan
alur berbingkai atau cerita berbingkai. Maksud alur berbingkai adalah di dalam cerita
ada cerita lain. Alur berbingkai dalam hikayat biasanya dengan menghadirkan tokoh
lain yang bercerita tentang suatu kisah.

F. Nilai-nilai dalam Hikayat


Sastra Melayu klasik merupakan cerminan masyarakat lama. Artinya, nilai-nilai
yang terkandung dalam karya tersebut adalah cerminan kondisi masyarakat lama saat
itu. Nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat sebagai berikut:
1. Nilai religius
Nilai religius adalah nilai kepercayaan terhadap Sang Maha Pencipta.
2. Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai yang mencerminkan norma-norma berinteraksi terhadap
sesama.
3. Nilai moral (etika)
Nilai moral atau etika merupakan nilai yang berkaitan dengan baik buruknya
suatu perbuatan yang berlaku dalam masyarakat.
4. Nilai budaya
Nilai budaya adalah nilai yang berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat tertentu.
5. Nilai pendidikan
Nilai pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut
kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
6. Nilai patriotik (kepahlawanan)
Nilai patriotik adalah nilai yang berkaitan dengan sikap yang berani, pantang
menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara.
7. Nilai ekonomi
Nilai ekonomi adalah segala hal yang berhubungan dengan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya.
8. Nilai politik
Nilai politik adalah nilai yang berkaitan dengan segala hal yang berhubungan
dengan tujuan tertentu untuk meraih kemenangan pada diri seseorang dan berkaitan
dengan usaha untuk mengatur kelangsungan hidup.

G. Struktur Hikayat
1. Abstraksi
Abtraksi dalam struktur teks hikayat berisikan inti cerita yang akan
dikembangkan menjadi berbagai peristiwa atau abtraksi juga sering disebut dengan
gambaran awal dari sebuah cerita. Dalam sebuah cerita hikayat, penyusunan teks ini
boleh tidak memakai abstrak. Abstraksi menjadi awal yang penting untuk
membangun cerita hikayat yang baik.

2. Orientasi
Orientasi adalah salah satu bagian teks hikayat yang berisikan keterangan waktu,
tempat dan suasana yang tercipta dalam cerita. Suasana dalam sebuah cerita hikayat
biasanya disusun dengan sangat dramatis, sehingga pembaca ikut merasa berasa di
suasana yang sama dan sebuah ini biasanya tidak akan berubah, meskipun diceritakan
dengan turun menurun.

3. Komplikasi
Pada bagian struktur teks hikayat, komplikasi akan berisikan urutan berbagai
kejadian yang dihubungkan sesuai dengan sebab dan akibat. Pada bagian komplikasi
berbagai konflik mulai dimunculkan dan konflik berlangsung dengan terus menerus.
Pada bagian komplikasi juga biasanya didapatkan karakter dari seorang tokoh dan
berbagai keistimewaannya.

4. Evaluasi
Dalam tahapan evaluasi, berbagai konflik mulai mendapatkan berbagai
penyelesaian dan penyelesaian dilakukan dengan peran tokoh yang sangat sentral.
Evaluasi membuat teks hikayat talah mendekati ujung cerita atau mendekati tamat.
Bagian evaluasi sangatlah penting, karena sering mengandung berbagai poin yang
bermanfaat untuk kehidupan manusia secara umum.

5. Resolusi
Resolusi menjadi bagian dari teks hikayat yang berisi berbagai solusi pengarang
terhadap suatu permasalahan yang dialami tokoh dalam cerita dan sosuli dihadirkan
dari pemikiran pengarang secara pribadi. Resolusi yang dihadirkan pengarang, bisa
menjadi pilihan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
masyarakat.

6. Koda
Koda adalah bagian akhir dalam penulisan teks hikayat dan bagian ini bisa
disebut sebagai kesimpulan. Dalam koda, ada berbagai nilai atau pelajaran yang bisa
diambil dari suatu teks cerita dan berbagai pelajaran penting sangatlah bermanfaat
bagi para pembaca. Disinilah poin penting dari sebuah cerita diperoleh pembaca.

H. Kaidah Kebahasaan Hikayat


1. Penggunaan Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung banyak dipakai dalam suatu teks hikayat dan
penggunaan konjungsi biasanya di awal kalimat. Dengan adanya kata penghubung,
maka teks ini menjadi lebih menarik dan setiap kalimat atau kata bisa terhubung
dengan baik. Contoh konjungsi yang banyak dipakai untuk teks ini yaitu serta, dan,
maka dan lain-lain.

2. Kata Arkais
Kata arkais adalah kata yang banyak dipakai jaman dulu dan kata arkais sangat
sulit dimengerti di jaman sekarang. Kata arkais biasanya dipakai untuk awalah
berbagai istilah dan penggunaan kata arkais sering ditemukan dalam kaidah teks
hikayat. Dengan kata arkais, para pembaca juga bisa mengetahui berbagai kosakata
yang populer di jaman dulu.

3. Gaya Bahasa (Majas)


Gaya bahasa adalah salah satu teknik untuk memanfaatkan kekayaan bahasa
untuk memperluas sebuah karya sastra dan dalam teks, penggunaan gaya bahasa
sangatlah sering ditemukan. Dengan gaya bahasa, maka suatu teks ini menjadi lebih
menarik dan ceritanya menjadi bervariatif. Pembaca juga akan senang dengan
berbagai gaya bahasa yang diterapkan penulis dalam suatu kaidah teks hikayat.

I. Langkah Menceritakan Kembali Isi Hikayat


Secara umum, ada 5 langkah yang bisa dilakukan dalam menuliskan atau
menceritakan kembali isi hikayat secara ringkas, diantaranya :
1. Baca hikayat secara keseluruhan
2. Mencatat dan mengartikan kata-kata sulit.
3. Pahami urutan peristiwa yang terjadi dalam hikayat
4. Identifikasi tokoh-tokoh penting dalam cerita
5. Ceritakan kembali hikayat yang telah kamu baca menggunakan bahasa
Indonesia. Saat menceritakan kembali isi hikayat ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
 Penceritaan kembali hikayat tetap mempertahankan alur asli
 Nilai-nilai dalam hikayat tetap disampaikan
 Hikayat diceritakan kembali dengan bahasa yang mudah dipahami

Anda mungkin juga menyukai