(Poin A) Kaitan Otak Dan Prilaku
(Poin A) Kaitan Otak Dan Prilaku
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pada masa bayi berat otak telah mencapai 750 gram. Pada usia lima tahun
berat otak mencapai 1200-1250 gram dan pada usia 18 tahun terjadi sedikit
penambahan berat otak menjadi 1300-1500 gram. Pada usia 18 tahun ini, tidak
terjadi lagi pertumbuhan otak. Ada beberapa periode dalam kehidupan individu
yang merupakan periode kritis (penting), yang mempunyai pengaruh sangat besar
terhadap perkembangan otak individu (cara menanggapi respon). Periode-periode
kritis ini biasanya terjadi pada awal-awal kelahiran individu. Adanya kejadian-
kejadian yang salah ketika periode kritis ini muncul, bisa menyebabkan terjadinya
perkembangan otak yang abnormal, yang kemudian menyebabkan terjadinya
perilaku yang abnormal pula.
1. Neuron
2. Glia
Neuron paling banyak ditemukan pada korteks serebri atau otak besar.
Dapat pula dikatakan bahwa korteks serebri atau otak besar dususun atas beribu-
ribu neuron yang saling terkoneksi. Korteks serebri atau otak besar memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap bagian otak yang lain dan juga terhadap
perilaku-perilaku individu. Korteks serebri berfungsi sebagai pemproses informasi
yang berasal dari reseptor panca indera, reseptor gerak pada tulang, sendi dan otot
gerak, serta informasi yang berasal dari thalamus, sistem limbik, basal ganglia,
dan serebelum. Korteks serebri terdiri dari korteks somatosensoris, korteks
motoris, korteks berpikir, dan korteks limbik. Korteks serebri berkorelasi positif
dengan proses kelahiran, migrasi, pematangan, dan juga pengelompokan syaraf
individu. Korteks serebri (kelahiran syarafà neural generation) mulai bekembang
pada 6 minggu awal kehamilan, dan sempurna pada minggu ke 20. Migrasi syaraf
dimulai pada usia 8 minggu kehamilan dan sempurna pada usia 29 minggu.
Kematangan syaraf (neuron), termasuk pertumbuhan akson dan dendrit, dimulai
pada usia 20 minggu kehamilan dan berlanjut sampai kelahiran terjadi.
Kematangan syaraf ini ditentukan oleh faktor lingkungan, produksi hormon
gonad, serta ada tidaknya luka pada otak.
Luka yang terjadi pada otak dapat pula mempengaruhi perkembangan otak.
Beberapa jenis luka pada otak yang terjadi pada awal masa pertumbuhan diyakini
menjadi penyebab terjadinya gangguan perilaku yang kronis seperti retardasi
mental atau serebral palsy. Misalnya, seorang anak yang jatuh dari tempat tidur
maka besar kemampuan kognitifnya akan berkurang, perilakunya terganggu, dan
keadan tersebut akan dibawanya hingga dewasa.
2). Mempelajari dan menelaah bagian mana dari otak yang bekerja ketika
suatu aktifitas sedang berlangsung, seperti ketika seseorang berbicara,
bagian otak yang mana dari orang tersebut yang sedang aktif atau bekerja,
dan
Berikut ini beberapa gangguan psikologi yang terjadi karena adanya gangguan
pada otak. :
yaitu di samping perilaku manusia itu dapat dikendalikan, perilaku manusia juga
merupakan perilaku yang integreted, yang berarti bahwa keseluruhan individu
atau organisme itu terlibat dalam perilaku yang bersangkutan, bukan bagian demi
bagian.
Menurut Pendapat Kaum Stoic, yang menyatakan bahwa manusia adalah bagian
dari dunia keteraturan yang alamiah dan rasional sehingga mempunyai tanggung
jawab satu dengan yang lain dan secara bersama-sama mengejar kebahagiaan.