Anda di halaman 1dari 5

PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI

Penyebab terjadinya korupsi harus diketahui oleh masyarakat. Sebab, korupsi terjadi
kadang dari hal terkecil di lingkungan sekitar. Penyebab terjadinya korupsi ada berbagai
macam, tergantung konteksnya. Seperti yang kini marak di Indonesia, kasus korupsi banyak
dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan.

Pada faktanya, korupsi bisa terjadi dari hal paling sederhana, sampai yang kompleks.
Namun acap kali terabaikan dan seiring berjalannya waktu menjadi kebiasaan yang dianggap
normal. Tanpa mereka sadari, tindak korupsi sekecil apa pun sesungguhya telah merugikan
orang lain. Secara sederhana, ada dua faktor penyebab terjadinya korupsi dari setiap segi
kehidupan, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Berdasarkan fakta empirik hasil penelitian, serta dukungan teoritik oleh para saintis
sosial, menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan dan kesetaraan
sosial. Hal ini berakibat pad perbedaan antar kelompok sosial kian tajam terlihat.

Tindak pidana korupsi di Tanah Air, digolongkan dalam kejahatan luar biasa
(extraordinary crime). Juga termasuk ke dalam golongan tindak pidana khusus. Sehingga
memerlukan langkah-langkah yang lebih ekstra untuk memberantasnya.

Berikut beberapa penyebab terjadinya korupsi dari hal kecil hingga yang kompleks,
lengkap dengan definisi dan tantangan memberantasnya.

Sejatinya perilaku konsumtif masyarakat dan sistem politik yang berfokus ke materi,
memicu penyebab terjadinya korupsi. Permainan uang korupsi ini tidak akan terputus, bila tak
ada perubahan dalam memandang kekayaan. Berikut penyebab terjadinya korupsi dari faktor
internal:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor penyebab terjadinya korupsi, yang berasal dari dalam
diri pribadi seseorang. Hal ini ditandai dengan sifat manusia yang terbagi menjadi dua aspek,
yakni:
a. Berdasarkan aspek perilaku individu

- Sifat tamak/rakus

Tamak adalah sifat manusia yang selalu merasa kurang dengan apa yang telah dimiliki,
atau bisa pula disebut kurangnya rasa bersyukur. Orang tamak memiliki hasrat untuk
menambah harta dan kekayaan dengan melakukan tindakan yang merugikan orang lain, seperti
korupsi.

- Moral yang tidak kuat

Orang yang tidak memiliki moral kuat, tentunya akan mudah tergoda untuk melakukan
korupsi.

Ketika seseorang memang sudah tidak memiliki moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa
tergoda dengan mudah. Banyak pengaruh dari luar yang masuk ke dalam dirinya.

- Gaya hidup yang konsumtif

Seperti diketahui, manusia kerap kali ingin memenuhi keinginan yang tak terbatas.
Gaya hidup secara berlebihan, tentu menjadi salah satu penyebab terjadinya korupsi.

Saat seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif dan pendapatan yang lebih kecil dari
konsumsinya tersebut, maka hal ini akan menjadi penyebab terjadinya korupsi. Hal ini sangat
erat kaitannya dengan pendapatan seseorang dan menjalar ke faktor eksternal.

b. Berdasarkan aspek sosial

Penyebab terjadinya korupsi dari faktor internal selanjutnya, dari aspek sosial.
Berdasarkan aspek sosial, bisa membuat sesorang tergiur melakukan tindak korupsi.

Hal ini terjadi karena dorongan dan dukungan dari keluarga. Walaupun sifat pribadi seseorang
itu tak ingin melakukannya, lingkungan dalam hal ini, malah memberikan dorongan untuk
melakukan korupsi, bukan mencegah atau memberi hukuman.

2. Faktor Eksternal

Penyebab terjadinya korupsi dilihat dari faktor eksternal, lebih condong terhadap
pengaruh dari luar yang terbagi dalam aspek berikut:
- Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

Penyebab korupsi dalam aspek ini ialah saat nilai-nilai di masyarakat itu kondusif untuk
terjadinya korupsi. Masyarakat tidak menyadari, bahwa yang paling rugi atau korban utama
dari adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, ada pula masyarakat yang tidak
menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.

Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas, bila ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan. Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi tentang
kesadaran dalam menanggapi korupsi di masyarakat. Berikut aspek sikap masyarakat yang
memicu terjadinya korupsi:

Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung terjadinya korupsi. Semisal,


masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimiliki. Akibatnya masyarakat
menjadi tidak kritis terhadap kondisi tersebut, seperti dari mana kekayaan dia berasal.

Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian akibat terjadinya


korupsi adalah negara. Padahal, justru pada akhirnya kerugian terbesar dialami oleh mereka
sendiri. Contoh, akibat korupsi anggaran pembangunan menjadi berkurang, pembangunan
transportasi umum terbatas. Masyarakat juga yang rugi besar, padahal sudah patuh membayar
pajak.

Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku korupsi. Setiap
tindakan korupsi pasti melibatkan masyarakat, tapi justru sudah terbiasa terlibat dalam tindak
korupsi sehari-hari. Masyarakat secara terbuka namun tidak disadari.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dihentikan, bila ikut aktif dalam
agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi. Umumnya masyarakat menganggap bahwa
pencegahan dan pemberantasan korupsi hanyalah tanggung jawab pemerintah.

- Aspek Ekonomi

Penyebab terjadinya korupsi berikutnya, dari aspek ekonomi. Hampir mirip dengan
perilaku konsumtif pada faktor internal. Bedanya, di sini lebih ditekankan pada pendapatan
seseorang. Bukan kepada sifat konsumtifnya. Pendapatan yang dinilai tidak mencukupi, bisa
menjadi penyebab terjadinya korupsi dilakukan seseorang.
- Aspek Politis

Selanjutnya pada aspek politis, penyebab terjadinya korupsi karena kepentingan politik
serta haus kekuasaan, ingin meraih dan mempertahankan jabatan. Biasanya dalam aspek politis
ini, bisa membentuk rantai-rantai korupsi yang tak terputus. Dari seseorang kepada orang
lainnya.

- Aspek Organisasi

Penyebab terjadinya korupsi dari aspek organisasi, bisa terjadi karena beberapa hal.
Termasuk di antaranya sebagai berikut:

 Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin.


 Tidak adanya kultur budaya organisasi yang benar.
 Kurang memadainya sistem akuntabilitas.
 Kelemahan sistem pengendalian manajemen.
 Pengawasan yang terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal (pengawasan
fungsional dan pengawasan langsung oleh pemimpin) dan pengawasan eksternal
(pengawasan dari legislatif dalam hal ini antara lain KPKP, Bawasda, masyarakat dll).

UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI

Upaya memberantas tindak korupsi bukanlah hal mudah. Meski sudah dilakukan
berbagai bentuk hukum untuk memberantas korupsi, masih ada beberapa hambatan dalam
pelaksanaannya. Seperti operasi tangkap tangan (OTT) sudah sering dilakukan oleh KPK.
Untuk itu juga diperlukan upaya-upaya pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi tersebut.
Beberapa upaya itu di antaranya:

1. Berikan Hukuman Berat Pada Koruptor

Memberikan hukuman berat bagi para pelaku koruptor, akan memunculkan efek jera.
Hal ini juga dapat menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan agar tidak melakukan hal yang
serupa. Tak hanya di pemerintahan, hukuman berat bagi pelaku koruptor dalam kehidupan
sehari-hari juga harus diterapkan.

2. Jadi Pemimpin Yang Berintegritas

Sebagai seorang pemimpin sudah seharusnya menjadi contoh yang baik bagi setiap
anggotanya. Jika seluruh pemimpin suatu negara, pemerintahan, perusahaan atau usaha tidak
melakukan tindak korupsi maka ini bisa menghalangi orang-orang yang berada di bawahnya
melakukan tindak korupsi.

3. Manfaatkan Teknologi Pada Sistem

Teknologi digital kini berkembang dengan pesat. Teknologi juga dapat digunakan
untuk mempermudah sistem birokrasi baik di pemerintahan, perusahaan, bisnis maupun
lembaga pendidikan. Dengan memanfaatkan teknologi maka setiap aktivitas dapat dipantau
sehingga meminimalisir kesempatan untuk melakukan korupsi.

4. Bangun Pendidikan Moral Sejak Kecil

Pendidikan moral merupakan pondasi yang harus diberikan sedari kecil. Dengan
pendidikan moral maka setiap insan tidak mudah tergiur dengan praktik korupsi. Orang yang
bermoral tidak akan berlaku adil, berintegritas dan bermartabat. Mereka menyadari bahwa
perbuatan korupsi akan merugikan orang lain.

5. Tanamkan Nilai Religi Secara Intensif

Sudah bukan rahasia lagi jika menanamkan nilai-nilai religi maka dapat berperan
memberantas korupsi. Setiap agama pada dasarnya tidak pernah mengajarkan perbuatan
tercela. Maka orang-orang yang beriman biasanya tidak akan terjebak dalam tindak korupsi.

6. Supremasi Hukum yang Kuat

Kekuatan hukum sangat diperlukan untuk menegakkan keadilan. Ketika hukum tidak
berfungsi sebagai mana fungsinya, maka kepercayaan publik akan hilang. Dengan membangun
supremasi hukum yang kuat, maka pelaku-pelaku koruptor tidak menemukan celah untuk
melancarkan aksi mereka. Membangun supremasi hukum yang kuat adalah dengan
memberlakukan hukuman secara adil tanpa pilih kasih sehingga tak ada lagi manusia yang
kebal hukum.

7. Menutup Celah Internasional

Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi korupsi adalah dengan menutup celah
internasional. Banyak koruptor yang melakukan pencucian uang dan menyembunyikannya di
negara lain. Dengan menutup celah internasional maka para koruptor akan lebih mudah
dilacak.

Anda mungkin juga menyukai