***
TERIK matahari siang ini tidak membuat pemuda dengan iris mata coklat itu berhenti
bermain basket di area lapangan outdoor SMA Rajawali.
Keringat sudah membanjiri wajah tampannya, napasnya juga mulai memburu. Hal itu
membuat seorang gadis yang semula hanya berdiri melihatnya beranjak menghampiri.
"Istirahat dulu kali," gadis itu menyodorkan minuman isotonik yang ada di tangannya
ke arah pemuda itu. "Nih minum dulu."
Bukannya menerima minuman itu, Aksara hanya melirik tanpa minat. "Pergi, Let!"
Aksara membuang bola yang ada di tangannya ke sembarang arah lalu pergi begitu saja.
"Dasar sepupu nggak tahu terima kasih." Dengusnya. Dia adalah gadis cantik dengan
poni sealis dan rambut sepinggang yang selalu dikuncir kuda, dia biasa dipanggil Violetta
oleh teman-temannya.
"Aksara lagi patah hati, Let, makanya pms gitu." Seorang pemuda yang bisa disebut
sahabat Aksara ini, bernama Dekahfi Andromeda.
"Diam lo, gue nggak minta lo ngomong ya!"
"Galak bener buset."
Violetta mengentakkan kakinya dengan kesal meninggalkan Kahfi di tengah
lapangan. Harusnya tadi dia menahan Aksara supaya tidak pergi begitu saja, namun tadi
otaknya seolah-olah tidak bekerja dengan benar. Ah, memikirkan Aksara membuat kepalanya
bisa pecah!
Aksara kembali ke tengah lapangan, dan bergabung dengan beberapa anak basket
yang sedang berlatih shooting. Cowok itu mengenakan jersey berwarna hijau hitam yang
bertuliskan Thunder, lengkap dengan bawahannya berwarna merah dan sepatu adidas
berwarna hitam putih. Keringat yang menetes di wajahnya termasuk rambutnya yang basah
membuat wajahnya berkali-kali lipat lebih tampan. Sesekali cowok itu menyisir rambutnya
membuat semua cewek yang melihat itu pun berteriak histeris.
"Anjirrr makin ganteng aja tuh cowok!"
"Aksara, semangat ya!"
"Nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?"
"Gila cool banget!"
Melva berdeham, "Oh yang itu," Melva melirik minuman isotonik yang dipegang
Violetta. "Itu minuman buat dia?" Tebak Melva yang dibalas anggukan oleh Violetta.
"Terus nggak lo kasih ke dia?"
"Udah, tapi nggak diterima kampret." Violetta mendengus.
"Kenapa dia nggak nerima minuman yang lo kasih?"
Violetta terdiam sejenak, sebelum akhirnya dia menjawab, "Sikapnya emang kayak
gitu, ketus, cuek dan dingin. Tapi kalo lo udah kenal dia, dia baik dan care banget kok."
"Dia tetep cuek ke sepupunya sendiri?" Melva bertanya lagi.
"Iya. Tapi dulu, sebelum kejadian itu terjadi, sikapnya nggak cuek dan dingin kayak
gitu. Kejadian itu membuat segala sesuatunya berubah, Mel. Karena kejadian itu, dia jadi
trauma dan membatasi dirinya untuk berteman dengan siapapun. Termasuk mengubah semua
sikap dia yang dulu." Tambah Violetta sedih.
"Kejadian apa?" Tanya Melva hati-hati.
Violetta terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa. Sedangkan Melva yang mendapat
respon seperti itu mengangguk mengerti. Mungkin Violetta belum siap untuk bercerita
kepadanya. Kemudian Melva kembali menatap Aksara dan mengamati setiap gerak gerik
cowok itu.
***
"BAIKLAH, pelajaran hari ini Ibu tutup, selamat sore."
"Selamat sore, Bu."
Semua murid di dalam kelas langsung bersiap-siap untuk pulang dan bergegas
membereskan alat tulis mereka lalu memasukkannya ke dalam tas masing-masing. Dan
setelah itu, semua siswa-siswi langsung berhamburan keluar kelas. Termasuk Melva dan
Violetta.
"Mel, ikut gue bentar ke kelas sepupu gue ya." Kata Violetta. "Gue mau ngasih
sesuatu ke dia."
Melva menaikkan sebelah alisnya. "Sesuatu?"
"Iya, sesuatu dari mama gue buat mama nya. Kayaknya sih soal bisnis." Jawab
Violetta.
"Kalo soal bisnis kenapa nggak mama lo aja yang ngasih langsung ke mama nya
Aksara?"
"Mungkin karena mama gue terlalu sibuk dan banyak kerjaan, jadi nggak ada waktu
buat ngasih langsung."
Mereka berjalan beriringan menuju ke koridor lantai dua. Di kelas Aksara berada, XI
IPS 1. Sesekali, mereka berdua mengobrol, dan tawa renyah pun terdengar dari bibir Melva
ketika Violetta melontarkan candaan recehnya. Dan kini, mereka sudah berada di depan
ruang kelas Aksara.
"Lo mau ikut masuk nggak, Mel?" Tanya Violetta.
Melva menggeleng, "nggak deh, gue nunggu lo disini aja."
Violetta mengangguk. Kemudian, dia berjalan masuk ke dalam kelas sepupunya yang
sudah sepi, hanya ada Aksara dan Kahfi yang masih berada di sana.
"Nih, ada titipan dari mama gue buat mama lo." Ujar Violetta sambil menyodorkan
sebuah amplop berwarna cokelat kepada Aksara.
Aksara melirik Violetta sekilas. "Taruh aja disitu." Ucap Aksara, yang kemudian
melanjutkan aktivitasnya bermain game mobile legends.
Violetta mendengus, lalu tatapannya beralih kepada Kahfi yang sepertinya sedang
sibuk mengerjakan sesuatu.
"Serius amat muka lo, Kak. Lagi ngerjain apaan sih?" Tanya Violetta pada Kahfi.
Kahfi menatap Violetta. "Ngerjain tugas sepupu lo." Jawaban Kahfi membuat Violetta
tertawa.
Ya, Kahfi memang sedang mengerjakan tugas Aksara yang diberikan Bu Marta tadi
sebelum bel pulang berbunyi dengan nyaring. Bu Marta sengaja memberikan tugas itu kepada
Aksara sebagai hukuman karena tadi cowok itu tidur di kelas saat Bu Marta sedang
menjelaskan pelajaran. Aksara yang tidak bisa matematika itu pun menyuruh Kahfi untuk
mengerjakan tugasnya. Selain karena otak Kahfi yang bisa diandalkan, cowok itu juga
memberikan sebuah tawaran menarik kepadanya.
"Kok lo mau aja sih disuruh ngerjain tugas sama dia?" Violetta yang masih tertawa itu
menatap Kahfi dengan heran.
Aksara yang mendengar hal itu sontak melotot tajam ke arah Violetta, yang membuat
cewek itu langsung tersenyum kikuk.
Kahfi mengangkat bahunya kemudian beralih menatap Aksara. "Pokoknya nanti lo
harus traktir gue bakwan sepuasnya!" Tuntut Kahfi.
"Hm,"
Tatapan mata Aksara kini tertuju kepada seorang gadis yang sedang berdiri di ambang
pintu kelasnya sambil berkutat pada handphone di tangannya. Sepersekian detik tatapan
Aksara terkunci menatap gadis yang menarik perhatiannya itu.
Violetta menaikkan sebelah alisnya, bingung. Kenapa tiba-tiba sepupunya malah
melamun dan terus menatap ke arah luar? Violetta pun mengikuti arah pandangan Aksara.
Dan ia benar-benar terkejut ketika mengetahui bahwa Aksara ternyata sedang memperhatikan
sahabatnya.
"Dia temen gue, namanya Melva." Suara Violetta membuat Aksara menatapnya
dengan ekspresi datar.
"Dari tadi gue perhatiin, lo ngelihatin Melva terus. Hayo ngaku, lo suka sama dia ya?"
Senyum jahil tercetak di bibir Violetta.
Aksara tidak menggubris sama sekali. Dia mengabaikan pertanyaan Violetta yang
menurutnya tidak jelas.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikiran cewek itu. Violetta pun menyunggingkan
senyum misteriusnya, lalu berjalan keluar kelas menghampiri sahabatnya.
Saat ia sudah berdiri di depan Melva, Violetta tiba-tiba menarik tangan Melva dan
membawanya masuk ke dalam kelas. Sedangkan Melva yang diperlakukan seperti itu
memutar bola mata kesal.
"Aksara, katanya Melva pengen kenalan sama lo." Kata Violetta polos sambil
tersenyum tanpa dosa.
Aksara yang semula fokus bermain game dan Kahfi yang sedang sibuk mengerjakan
tugas langsung mendongak secara bersamaan.
Melva mendelik. "Eh, sembarangan lo, Let! Gue kan nggak minta kenalan."
Kahfi tersenyum menggoda. "Kalau pengen kenalan juga boleh, dengan senang hati."
Cowok itu mengulurkan tangannya kepada Melva. "Dekahfi Andromeda."
Dengan ragu, Melva membalas uluran tangan Kahfi. "Melva Anthalia." Ucap Melva
diiringi senyum manisnya.
"Loh kok jadi kalian yang kenalan sih?" Violetta terlihat kesal. "Melva kan harusnya
kenalan sama Aksara, bukan lo!" Sewot Violetta.
"Terserah gue lah," Kahfi beralih menatap Aksara. "Sa, Melva pengen kenalan sama
lo tuh."
Aksara mengendikkan bahunya. Lalu cowok dengan rahang yang kokoh itu menatap
Melva yang ternyata juga sedang menatapnya. Dan tatapan mata mereka bertemu untuk
pertama kalinya.
Cantik. Aksara mengakui bahwa cewek yang berada di depannya ini memang cantik.
Rambut yang panjangnya sebahu itu dibiarkan tergerai. Tatapan matanya meneduhkan.
Belum apa-apa, Aksara sudah kagum pada sosok itu.
"Gue, Aksara." Ucapnya singkat, padat, dan jelas. Setelah itu, Aksara keluar dari
dalam kelas dengan tas yang disampirkan di bahu kanannya.
Dua kata yang keluar dari mulut cowok itu mampu membuat Violetta dan Kahfi
tercengang. Violetta menatap punggung Aksara yang semakin menjauh dengan mata
membulat. Sedangkan Kahfi masih belum sadar dengan keterkejutannya. Sosok Aksara yang
mereka kenal tidak pernah mau berkenalan dengan seorang cewek manapun semenjak
kejadian itu terjadi, tiba-tiba mau memperkenalkan dirinya sendiri. Violetta benar-benar
heboh, karena baru saja ia menyaksikan hal lain yang terdapat dalam diri Aksara.
***