Anda di halaman 1dari 102

PERTEMUAN III

OKTOBER 2021

MON TUE WED THU FRI SAT SUN

28 29 30 31 1 2 3

4 5 6 7 8 9 10

11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31

1 2 3 4 5 6 7
AGENDA PERTEMUAN KELAS SKB APOTEKER

Pertemuan 01. Pertemuan 02. Pertemuan 03.


Kebijakan Dasar
SKN
RPJMN Puskesmas
UU Kesehatan
SDGs Bidang Kesehatan Standar Pelayanan
Kebijakan JKN
Minimal

Pertemuan 04. Pertemuan 05. Pertemuan 06.


Persiapan Rencana Kerja
Pengelolaan Perbekalan
Kefarmasian Pelayanan Farmasi Klinik
Farmasi
Farmasi Industri
AGENDA PERTEMUAN KELAS SKB APOTEKER

Pertemuan 07. Pertemuan 08.


Pelayanan Farmasi
Pelayanan Farmasi Klinik
Khusus
Pelaksanaan Tugas di
Tempat Risiko Tinggi

Pertemuan 09. Pertemuan 10.


Pengabdian Masyarakat
Menjadi Saksi dalam
Penghapusan Perbekalan Tambahan Materi
Farmasi
MATERI
 KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
 STANDAR PELAYANAN MINIMAL
 IMUNISASI
 KELUARGA BERENCANA
 P2PL
KEBIJAKAN DASAR
PUSKESMAS
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 128 TAHUN 2004
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
PENGERTIAN PUSKESMAS
(KEPMENKES NOMOR 128 TAHUN 2004)
 Pengertian Puskemas:
Unit pelaksana teknis dinas Kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan Kesehatan disuatu wilayah kerja
 KATA KUNCI:
UNIT PELAKSANA  penyelenggara tugas operasional Dinkes Kab/Kota
PEMBANGUNAN KESEHATAN  tujuan: meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal
WILAYAH KERJA  satu kecamatan
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
(KEPMENKES NOMOR 128 TAHUN 2004)
Indikator Kecamatan Sehat :
a. Lingkungan sehat
 Visi : Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan Kesehatan
yang bermutu
d. Derajat Kesehatan penduduk
 Misi : kecamatan

a. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya


b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
d. Memelihara dan meningkatkan Kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
• Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
TUJUAN hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja puskesmas agar terwujud derajat Kesehatan setinggi –
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2021

• Pusat penggerak pembangunan berwawasan


Kesehatan
FUNGSI • Pusat pemberdayaan masyarakat
• Pusat pelayanan Kesehatan strata pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan

Meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan
Perorangan
b. Pelayanan Kesehatan
Masyarakat
KEDUDUKAN PUSKESMAS
 Sistem Kesehatan Nasional : Sebagai sarana pelayanan Kesehatan strata
pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya Kesehatan
perorangan dan upaya Kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
 Sistem Kesehatan Kabupatan / Kota : Unit Pelaksana Teknis Dinas Kabupaten
/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan Kesehatan Kabupaten / Kota di wilayah Kerjanya
 Sistem Pemerintah Daerah : Unit pelaksana teknis dinas Kesehatan
kabupaten / kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota bidang Kesehatan di tingkat kecamatan
 Antar sarana pelayanan Kesehatan strata pertama :
Pembina :
Mitra :
1. Posyandu
1. Praktek dokter
2. Polindes
2. Praktek dokter gigi
3. Pos obat desa
3. Praktek Bidan
4. Pos UKK (Upaya Kesehatan
4. Poliklinik
Kerja)
5. Balai Kesehatan masyarakat
TATA KERJA PUSKESMAS DENGAN MASYARAKAT

 Pembentukan BADAN PENYANTUN PUSKESMAS (BPP)


 Pengertian BPP:
Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan
yang berperan sebagai mitra kerja Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
 BPP: tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha
 Fungsi:
a. TO SERVE: melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan
b. TO ADVOCATE: memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan
pembangunan kesehatan
c. TO WATCH: melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang
kinerja puskesmas
UPAYA KESEHATAN DI PUSKESMAS
UPAYA KESEHATAN WAJIB UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN

Definisi: Definisi:
- upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen - upaya yang ditetapkan berdasarkan
nasional, regional dan global serta yang permasalahan kesehatan yang ditemukan di
mempunyai daya ungkit tinggi untuk masyarakat serta yang disesuaikan dengan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. kemampuan puskesmas
- Harus diselenggarakan oleh seluruh Puskesmas - Dipilih dari daftar kesehatan Puskesmas yang
di Indonesia telah ada
Terdiri dari: Terdiri dari:
a. Upaya Promosi Kesehatan a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Lingkungan b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Berencana d. Upaya Kesehatan Kerja
d. Upaya Perbaikan Gizi e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan f. Upaya Kesehatan Jiwa
Penyakit Menular g. Upaya Kesehatan Mata
f. Upaya Pengobatan h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS

AZAS PERTANGGUNGJAWABAN WILAYAH puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat


yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya

AZAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk
ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukkan
Badan Penyantun Puskesmas (BPP).

AZAS KETERPADUAN a. Keterpaduan lintas program: upaya memadukan penyelenggaraan


berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas
b. Keterpaduan lintas sektor: upaya memadukan penyelenggaraan upaya
puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha

AZAS RUJUKAN Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan


tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang
oleh azas rujukan.
CONTOH AZAS KETERPADUAN
KETERPADUAN LINTAS PROGRAM KETERPADUAN LINTAS SEKTOR
1. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT 1. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH : dgn camat,
(MTBS) : KIA dengan P2M, Gizi, Promosi lurah/kepala desa, pendidikan, agama
Kesehatan, Pengobatan 2. UPAYA PROMOSI KESEHATAN: dgn camat,
2. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH (UPS): lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
Kesling dengan PromKes, pengobatan, pertanian
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi 3. UPAYA KIA : dgn camat, lurah/kepala
remaja dan kesehatan jiwa desa, organisasi profesi, organisasi
3. PUSKESMAS KELILING: pengobatan kemasyarakatan, PKK, PLKB
dengan KIA/KB, Gizi, PromKes, 4. UPAYA PERBAIKAN GIZI: dgn camat,
Kesehatan gigi lurah/kepala desa, pertanian,
4. POSYANDU: KIA dengan KB, Gizi, P2M, pendidikan, agama, koperasi, dunia
Kesehatan Jiwa, PromKes usaha, PKK, PLKB
5. UPAYA PEMBIAYAAN dan JAMINAN
KESEHATAN: dgn camat, lurah/kepala
desa, , tenaga kerja, kperasi, dunia
usaha, organisasi kemasyarakatan
AZAS RUJUKAN
SIMPUS
(Sistem Informasi Manajemen Puskesmas)
SOAL
(KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS)
diberikan saat zoom
Di bawah ini bukan fungsi dari Puskesmas adalah …
A. Pusat penggerak penyembuhan
B. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama
C. Pusat penggerak pembangunan
D. Pusat pelayanan kesehatan perorangan strata pertama
E. Pusat pemberdayaan masyarakat

Jawaban: A. Pusat penggerak penyembuhan


Fungsi Puskesmas
Pusat penggerak pembangunan berwawasan Kesehatan
Pusat pemberdayaan masyarakat
Pusat pelayanan Kesehatan strata pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan
Azas penyelenggaraan Puskemas adalah …
A. Azas lanjutan
B. Azas pengembangan masyarakat
C. Azas kesetaraan
D. Azas pertanggungjawaban pusat
E. Azas keterpaduan

Jawaban: E. Azas keterpaduan


Upaya kesehatan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan. Di bawah ini termasuk upaya kesehatan wajib adalah

A. Upaya kesehatan sekolah
B. Upaya kesehatan usia lanjut
C. Upaya perbaikan gizi
D. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
E. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Jawaban: C. Upaya perbaikan gizi


Di Puskesmas terdapat Badan Penyantun Puskesmas. Di bawah ini bukan termasuk
fungsi dari Badan Penyantun Puskesmas adalah …
A. To communicate
B. To serve
C. To watch
D. To advocate
E. B dan C

Jawaban: A. To communicate
Puskesmas berperan sebagai Pembina dengan sarana pelayanan kesehatan. Di
bawah ini termasuk saranan pelayanan kesehatan yang dibina oleh Puskesmas
adalah …
A. Pos obat desa
B. Poliklinik
C. Balai Kesehatan Masyarakat
D. Praktik Bidan
E. Semua benar

Jawaban: A. Pos obat desa


STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2018
PENGERTIAN
(PP NO 2 TAHUN 2018)

 Standar Pelayanan Minimal, yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan


mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan
Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara
minimal.
 SPM merupakan salah satu program strategis nasional. Pada Pasal 68 UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Kepala
Daerah yang tidak melaksanakan program strategis nasional akan dikenai
sanksi yaitu sanksi administratif, diberhentikan sementara selama 3 (tiga)
bulan, sampai dengan diberhentikan sebagai kepala daerah.
PRINSIP SPM
• SPM diterapkan sesuai dengan kewenangan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota
Kesesuaian kewenangan menurut pembagian Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan perayanan Dasar

• SPM ditetapkan dan diterapkan dalam rangka menjamin tersedianya barang dan/atau
Ketersediaan jasa kebutuhan dasar yang berhak diperoleh oleh setiap Warga Negara secara minimal

• SPM ditetapkan dan diterapkan dalam rangka menjamin barangdan/atau jasa


Keterjangkauan kebutuhan dasar yang mudah diperoleh oleh setiap Warga Negara

Kesinambungan
• SPM ditetapkan dan diterapkan untuk memberikan jaminan tersedianya barang
dan/atau jasa kebutuhan dasar warga Negara secara terus-menerus

• SPM ditetapkan dan diterapkan dengan barang dan/atau jasa yang terukur untuk
Keterukuran memenuhi kebutuhan dasar warga Negara.

• SPM ditetapkan dan diterapkan untuk pemenuhan barang dan/atau jasa


kebutuhan dasar yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara minimal
Ketepatan sasaran dan pemenuhan olehPemerintah Daerah ditujukan kepada warga Negara
dengan memprioritaskan bagi masyarakat miskin atau tidak mampu.
Jenis dan Materi Muatan Standar
Pelayanan Minimal

• Pendidikan
• Kesehatan
• Pekerjaan Umum
Jenis • Perumahan rakyat
• Ketentraman
• Ketertiban perlindungan masyarakat
• Sosial
• Jenis Pelayanan dasar
Materi Muatan • Mutu Pelayanan dasar
• Penerimaa Pelayanan dasar
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN
PMK NOMOR 4 TAHUN 2019
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
KESEHATAN
Pelayanan Kesehatan bagi
penduduk pada kondisi
kejadian luar biasa
provinsi

Provinsi
Pelayanan kesehatan bagi
penduduk terdampak krisis

SPM
kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi

Kesehatan bencana provinsi

Kabupaten / Total ada 12 (Next Slide)


kota
SPM (Standar Pelayanan Minimal) Bidang
Kesehatan daerah Kabupaten / Kota
PELAYANAN BERSIFAT
PROMOTIF & PREVENTIF

A. PENINGKATAN KESEHATAN
B. PERLINDUNGAN SPESIFIK
C. DIAGNOSIS
DINI DAN
PENGOBATAN TEPAT
D. PENCEGAHAN KECACATAN
E. REHABILITASI
RUMUS PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA

CONTOH:
NOMINATOR

DENOMINATOR
PEMENUHAN MUTU PELAYANAN DASAR
PADA SPM BIDANG KESEHATAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN IBU
HAMIL
STANDAR KUANTITAS STANDAR KUALITAS
Kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4): Pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T:
a. Satu kali pada trimester pertama. a. Pengukuran berat badan
b. Satu kali pada trimester kedua. b. Pengukuran tekanan darah
c. Dua kali pada trimester ketiga c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus
uteri)
e. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut
Jantung Janin (DJJ).
f. Pemberian imunisasi sesuai dengan
status imunisasi
g. Pemberian tablet tambah darah minimal
90 tablet
h. Tes Laboratorium: Hb, Gol darah,
Glukokprotein
i. Tatalaksana/penanganan kasus
j. Temu wicara (konseling)
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN IBU
BERSALIN
 STANDAR PERSALINAN NORMAL  ACUAN PERSALINAN NORMAL (APN) sesuai
standar, yaitu:
a.Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
b.Tenaga penolong minimal 2 orang, tdd:
(1) Dokter dan bidan, atau
(2) 2 orang bidan, atau
(3) Bidan dan perawat

 STANDAR PERSALINAN KOMPLIKASI  mengacu BUKU SAKU PELAYANAN


KESEHATAN IBU di FASKES DASAR dan RUJUKAN
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN BAYI
BARU LAHIR
STANDAR KUANTITAS STANDAR KUALITAS

Kunjungan 3 kali selama periode neonatal: a) Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam), meliputi:
a. Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam (1) Pemotongan dan perawatan tali pusat
b. Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari (2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
c. Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari (3) Injeksi vitamin K1
(4) Pemberian salep/tetes mata antibiotic
(5) Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0)
b) Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari),
meliputi:
(1) Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
(2) Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan
MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda)
(3) Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas
pelayanan kesehatan atau belum mendapatkan injeksi
vitamin K1.
(4) Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang
lahir tidak ditolong tenaga kesehatan.
(5) Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN
BALITA (0-59 BULAN)
USIA 0-11 BULAN USIA 12-23 BULAN USIA 24-59 BULAN
(1) Penimbangan minimal (1) Penimbangan minimal (1) Penimbangan minimal
8 kali setahun. 8 kali setahun 8 kali setahun
(2) Pengukuran (minimal 4 kali dalam (minimal 4 kali dalam
panjang/tinggi badan kurun waktu 6 bulan). kurun waktu 6 bulan).
minimal 2 kali /tahun (2) Pengukuran (2) Pengukuran
(3) Pemantauan panjang/tinggi badan panjang/tinggi badan
perkembangan minimal 2 kali/tahun. minimal 2 kali/tahun.
minimal 2 kali/tahun. (3) Pemantauan (3) Pemantauan
(4) Pemberian kapsul perkembangan perkembangan
vitamin A 1 kali minimal 2 kali/ tahun. minimal 2 kali/ tahun.
setahun. (4) Pemberian kapsul (4) Pemberian kapsul
(5) Pemberian imunisasi vitamin A sebanyak 2 vitamin A sebanyak 2
dasar lengkap kali setahun. kali setahun.
(5) Pemberian Imunisasi
Lanjutan.
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN PADA
USIA PENDIDIKAN DASAR
 dilaksanakan di satuan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS) dan di luar
satuan pendidikan dasar seperti di pondok pesantren, panti/LKSA, lapas/LPKA
dan lainnya
 SKRINING yang dilakukan:
a) Penilaian status gizi.
b) Penilaian tanda vital.
c) Penilaian kesehatan gigi dan mulut.
d) Penilaian ketajaman indera
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN PADA
USIA PRODUKTIF (15-59 TAHUN)
 SKRINING yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit
menular dan PTM:
a) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut.
b) Pengukuran tekanan darah.
c) Pemeriksaan gula darah.
d) Anamnesa perilaku berisiko
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN PADA
USIA LANJUT (≥ 60 TAHUN )
 SKRINING yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit
menular dan PTM:
a) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut.
b) Pengukuran tekanan darah.
c) Pemeriksaan gula darah.
d) Pemeriksaan gangguan mental
e) Pemeriksaan gangguan kognitif
f) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut
g) Anamnesa perilaku berisiko
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN
PENDERITA HIPERTENSI
a) Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas
pelayanan kesehatan
b) Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat
c) Melakukan rujukan jika diperlukan

Keterangan: Tekanan Darah Sewaktu (TDS) lebih dari 140 mmHg ditambahkan
pelayanan terapi farmakologi
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN
PENDERITA DIABETES MELITUS
a) Pengukuran gula darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas
pelayanan kesehatan
b) Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau Nutrisi
c) Melakukan rujukan jika diperlukan

Keterangan: Gula darah sewaktu (GDS) lebih dari 200 mg/dl ditambahkan
pelayanan terapi farmakolog
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN
ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA BERAT
a) Pemeriksaan kesehatan jiwa meliputi: 1) Pemeriksaan status mental; 2)
Wawancara
b) Edukasi kepatuhan minum obat.
c) Melakukan rujukan jika diperlukan
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN
ORANG TERDUGA TUBERKULOSIS
a) Pemeriksaan klinis Pelayanan klinis terduga TBC dilakukan minimal 1 kali
dalam setahun, adalah pemeriksaan gejala dan tanda
b) Pemeriksaan penunjang, adalah pemeriksaan dahak dan/atau bakteriologis
dan/atau radiologis
c) Edukasi perilaku berisiko dan pencegahan penularan
d) Melakukan rujukan jika diperlukan
MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN
ORANG RISIKO TERINFEKSI VIRUS HIV
 Orang dengan risiko terinfeksi virus HIV yaitu :
1) Ibu hamil
2) Pasien TBC
3) Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS)
4) Penjaja seks
5) Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), ataupun orientasi seksual
(heteroseksual, homoseksual atau biseksual)
6) Transgender/Waria
7) Pengguna napza suntik (penasun)

 Mekanisme Pelayanan:
a. Edukasi perilaku berisiko dan pencegahan penularan
b. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan Tes Cepat HIV minimal 1 kali dalam
setahun
c. Melakukan rujukan jika diperlukan
SOAL
(STANDAR PELAYANAN MINIMAL)
diberikan saat zoom
Peraturan yang mengatur tentang standar pelayanan minimal di Indonesia adalah

A. PMK Nomor 4 Tahun 2019
B. PP Nomor 2 Tahun 2018
C. PP Nomor 2 Tahun 2017
D. PMK Nomor 4 Tahun 2020
E. PP Nomor 2 Tahun 2016

Jawaban: B. PP Nomor 2 Tahun 2018


Dalam menjalankan standar pelayanan minimal ada prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan. Di bawah ini bukan termasuk prinsip dalam standar pelayanan
minimal adalah …
A. Ketersediaan
B. Keterjangkauan
C. Kesinambungan
D. Kesetaraan
E. Ketetapan sasaran

Jawaban: D. Kesetaraan
Standar pelayanan minimal bidang kesehatan terdiri dari di provinsi dan daerah
kabupaten/kota. Di bawah ini bukan termasuk standar pelayanan minimal bidang
kesehatan di daerah kabupaten/kota adalah …
A. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
B. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
C. Pelayanan kesehatan ODGJ berat
D. Pelayanan kesehatan penderita gangguan pernafasan
E. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi

Jawaban: D. Pelayanan kesehatan penderita gangguan pernafasan


Salah satu standar pelayanan minimal bidang kesehatan di daerah
kabupaten/kota adalah pelayanan kesehatan ibu hamil. Kunjungan ke dokter
selama kehamilan dilakukan pada, kecuali…
A. Satu kali pada trimester ketiga
B. Satu kali pada trimester pertama
C. Satu kali pada trimester kedua
D. B dan C
E. Salah semua

Jawaban: A. Satu kali pada trimester ketiga


Salah satu standar pelayanan minimal bidang kesehatan di daerah
kabupaten/kota adalah pelayanan kesehatan ibu hamil. Di bawah ini bukan
termasuk pelayanan kesehatan ibu hamil adalah …
A. Pemberian tablet tambah darah
B. Pengukuran berat badan
C. Pengukuran lingkar pinggang
D. Pengukuran tekanan darah
E. Tes glukokoprotein

Jawaban: C. Pengukuran lingkar pinggang


Salah satu standar pelayanan minimal bidang kesehatan di daerah
kabupaten/kota adalah pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Di bawah ini
termasuk pelayanan kesehatan bayi baru lahir adalah …
A. Pengukuran berat badan
B. Pengukuran tinggi badan
C. Pemberian vitamin A
D. Pemberian tetes mata antibiotik
E. Tes HB

Jawaban: D. Pemberian tetes mata antibiotik


Salah satu standar pelayanan minimal bidang kesehatan di daerah
kabupaten/kota adalah pelayanan kesehatan orang risiko terinfeksi virus HIV. Di
bawah ini termasuk orang dengan risiko terinfeksi virus HIV adalah, kecuali …
A. Balita
B. Ibu hamil
C. LSL
D. Transgender
E. Pasien TBC

Jawaban: A. Balita
IMUNISASI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 12 TAHUN 2017
IMUNISASI
PMK NOMOR 12 TAHUN 2017
IMUNISASI
 Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan
 Landasan hukum : UU no 36 tahun 2009 Pasal 130 dan Pasal 132
Pasal 130 : Pemerintah wajib memberikan imuniasi lengkap kepada setiap
bayi dan anak
Pasal 132 : (3) Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang
dapat dihindari melalui imunisasi
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis – jenis imunisasi dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Menteri

PMK NO 12 TAHUN 2017 TENTANG


“PENYELENGGARAAN IMUNISASI”
PERMENKES 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Imunisasi Rutin,tdd:
- Imunisasi dasar
- Imunisasi Lanjutan

Imunisasi Progam
Imunisasi Tambahan
(WAJIB)

Berdasarkan Imunisasi Khusus


Penyelenggaraannya

Imunisasi Pilihan
IMUNISASI RUTIN: IMUNISASI DASAR

 Diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun


 Tdd imunisasi:
1. hepatitis B;
2. poliomyelitis;
3. tuberkulosis;
4. difteri;
5. pertusis;
6. tetanus;
7. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b
(Hib)
8. campak
IMUNISASI RUTIN: LANJUTAN
 Diberikan pada:
a. Anak usia bawah dua tahun (batuta)
Pemberian Imunisasi lanjutan pada
baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat
diberikan dalam rentang usia 18-24
bulan
b. Anak usia sekolah dasar
diberikan pada bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan usaha kesehatan sekolah
c. Wanita usia subur
terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit tetanus dan difteri
IMUNISASI TAMBAHAN
 Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan
kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu
 Fungsi untuk melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target
sasaran yang belum tercapai.
 Yang termasuk kegiatan Imunisasi tambahan : Backlog Fighting, Crash
Progam, Pekan Imunisasi Nasional, Cath up Campaign, Sub PIN, ORI

IMUNISASI KHUSUS
 Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu berupa persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau
dari negara endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/wabah
penyakit tertentu

 Imunisasi Khusus berupa Imunisasi terhadap meningitis meningokokus, yellow


fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.
IMUNISASI KHUSUS
KETERANGAN MENINGITIS YELLOW FEVER RABIES POLIO
MENINGOKOKUS
Disebabkan oleh Bakteri Neisseria Virus genus Virus Polio liar
meningtidis Flavivirus, vector
perantaranya:
Aedes Aegepty
Waktu pemberian Minimal 30 hari Minimal 10 hari Secara dini pasca Minimal 14 hari
sebelum sebelum gigitan sebelum
keberangkatan keberangkatan keberangkatan
bagi yang belum
pernah diimunisasi
Informasi Antibodi terbentuk Diberikan kepada Diberikan kepada
tambahan 7-10 hari sesudah seluruh kasus orang yang beum
imunisasi dan gigitan hewan mendapatkan
bertahan seumur penular rabies imunisasi dasar
hidup yang berindikasi lengkap pada bayi
IMUNISASI PILIHAN
 Jenis imunisasi:
a. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus;
b. diare yang disebabkan oleh rotavirus;
c. influenza;
d. cacar air (varisela);
e. gondongan (mumps);
f. campak jerman (rubela);
g. demam tifoid;
h. hepatitis A;
i. kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
j. Japanese Enchephalitis;
k. herpes zoster;
l. hepatitis B pada dewasa; dan
m. demam berdarah
IMUNISASI PILIHAN
NAMA VAKSIN KETERANGAN
Measles, • Diberikan pada usia 12-18 bulan
Mumps, Rubela • Pada populasi dengan insidens penyakit campak tinggi, dapat diberikan
(MMR) pada usia 9 bulan
Tifoid Diberikan untuk anak usia ≥ 2 tahun
Varisela • Dapat diberikan bersama dengan MMR
• Diberikan mulai umur masuk sekolah (5 tahun)
• Pada anak ≥ 13 tahun, vaksin diberikan 2 kali selang 4 minggu
• Kontak dengan kasus varisela, pencegahan diberikan dalam waktu 72
jam setelah penularan
Hepatitis A • Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
• Anak usia ≥ 2 tahun, terutama anak di daerah endemis.
• Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis fulminan bila
tertular VHA.
• Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penjamah makanan;
anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak (TPA); staf TPA; staf dan
penghuni institusi untuk cacat mental; pria homoseksual dengan
pasangan ganda; pasien koagulopati; pekerja dengan primata; staf
bangsal neonatologi
IMUNISASI PILIHAN
NAMA VAKSIN KETERANGAN
Influenza • Semua orang usia ≥ 65 tahun
• Anak dengan penyakit kronik seperti asma, diabetes, penyakit ginjal dan kelemahan sistem
imun
• Anak dan dewasa yang menderita penyakit metabolik kronis, termasuk diabetes, penyakit
disfungsi ginjal, hemoglobinopati dan imunodefisiensi
• Orang yang bisa menularkan virus influenza ke seseorang yang berisiko tinggi mendapat
komplikasi yang berhubungan dengan influenza
• Imunisasi influenza dapat diberikan kepada anak sehat usia 6–23 bulan
Pneumokokus • Lansia usia > 65 tahun
Polisakarida (PPV) • Anak usia > 2 tahun yang mempunyai risiko tinggi IPD (Invasive Pneumococcal Disease)
• Pasien usia > 2 tahun dengan imunokompromais
• Pasien usia > 2 tahun dengan imunokompeten yang menderita penyakit kronis yaitu
penyakit paru atau ginjal kronis, diabetes
• Pasien usia > 2 tahun kebocoran cairan serebrospinal
Pneumokokus • Semua anak sehat usia 2 bulan – 5 tahun
Konyugasi (PCV) • Anak dengan risiko tinggi IPD
• Pasien dengan imunokompromais
• Pasien dengan imunokompeten yang menderita penyakit kronis
• Pasien kebocoran cairan serebrospinal
• Selain itu juga dianjurkan pada anak yang tinggal di rumah yang huniannya padat,
lingkungan merokok, di panti asuhan dan sering terserang akut otitis media
IMUNISASI PILIHAN
NAMA VAKSIN KETERANGAN
ROTAVIRUS • Vaksin monovalent oral: pemberian dalam 2 dosis pada usai 6-12 minggu dengan interval 8
minggu
• Vaksin pentavalent oral: dosis pertama diberikan umur 2 bulan. Maksimal diberikan pada
saat bayi usia 8 bulan. Pemberian vaksin selesai pada usia 24 minggu.
Japanese Untuk anak usia 1-3 tahun, diberikan secara serial pada hari ke 0, 7, dan 28.
Ensephalitis
Human • Diperuntukan pada anak perempuan sejak usia > 9 tahun
Papillomavirus
(HPV)
Herpes Zoster • Untuk individu usia 50 tahun ke atas, imunokompeten dengan atau tanpa episode zoaster
dan histori cacar air sebelumnya
Hepatitis B • Petugas kesehatan atau pekerja lainnya yang berisiko terhadap paparan darah penderita
Hepatitis B
• Pasien hemodialisis
• Pasien yang membutuhkan transfusi darah maupun komponen darah
• Individu yang memiliki keluarga dengan riwayat Hepatitis B
• Kontak atau hubungan seksual dengan karier Hepatitis B atau Hepatitis B akut
• Turis yang bepergian ke daerah endemik Hepatitis B
Dengue
CARA PEMBERIAN IMUNISASI
PENYIMPANAN VAKSIN
VAKSIN VIAL MONITOR
SARANA PENYIMPANAN VAKSIN

Kamar dingin dan kamar beku • Kamar dingin: kapasitas 5000-100000L, suhu 2 s/d 8 derajat C
• Kamar beku: kapasitas 5000-100000L, suhu -15 s/d -25 derajat C
Vaccine Refrigerator dan Freezer • Refrigerator: suhu 2 s/d 8 derajat C. Utk vaksin: BCG, Td, DT,
Hepatitis B, Campak, IPV dan DPT-HB-Hib
• Freezer: suhu -15 s/d -25 derajat C. Utk vaksin: polio
alat pembawa vaksin • Cold box: suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa
vaksin.
• Vaccine carrier: alat untuk mengirim/membawa vaksin dari
puskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan Imunisasi lainnya
yang dapat mempertahankan suhu +2°C s/d +8°C
Alat untuk mempertahankan suhu • Kotak dingin beku (cold pack): wadah plastic berbentuk segi empat
yang diisi dengan air yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -
15°C s/d -25°C selama minimal 24 jam.
• Kotak dingin cair (cool pack): wadah plastik berbentuk segi empat
yang diisi dengan air kemudian didinginkan dalam Vaccine
Refrigerator dengan suhu -3°C s.d +2°C selama minimal 12 jam
(dekat evaporator)
MASA PEMAKAIAN VAKSIN SISA
SOAL IMUNISASI
diberikan saat zoom
Berdasarkan penyelenggaraannya, imunisasi di Indonesia terdiri dari beberapa, di
antaranya adalah, kecuali …
A. Imunisasi dasar
B. Imunisasi utama
C. Imunisasi lanjutan
D. Imunisasi pilihan
E. Imunisasi tambahan

Jawaban: B. Imunisasi utama


Salah satu kategori imunisasi rutin adalah imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan
yang diberikan pada anak usia sekolah dasar adalah …
A. Campak
B. Polio
C. DPT-HB-Hib
D. Hepatitis
E. Varisela

Jawaban: A. Campak
Vaksin yang diberikan secara oral adalah …
A. Campak
B. Polio
C. Rotavirus
D. A dan B
E. B dan C

Jawaban: E. B dan C
Berdasarkan penyelenggaraanya terdapat imunisasi pilihan yang tidak menjadi
keharusan bagi seseorang untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Di bawah ini
bukan termasuk imunisasi pilihan adalah …
A. influenza
B. Demam tifoid
C. varisela
D. yellow fever
E. Human Papillomavirus

Jawaban: D. yellow fever


Berdasarkan penyelenggaraanya terdapat imunisasi pilihan yang tidak menjadi
keharusan bagi seseorang untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Di bawah ini
bukan termasuk imunisasi pilihan adalah …
A. influenza
B. Demam tifoid
C. varisela
D. yellow fever
E. Human Papillomavirus

Jawaban: D. yellow fever


Vaksin meningitis monokokus diberikan kepada seseorang yang akan melakukan
bepergian ke daerah endemic meningitis. Waktu minimal pemberian vaksin
tersebut sebelum keberangkatan adalah…
A. 10 hari
B. 15 hari
C. 20 hari
D. 30 hari
E. 7 hari

Jawaban: D. 30 hari
KELUARGA BERENCANA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 87 TAHUN 2014
PP NOMOR 87 TAHUN 2014
 Penyelenggaraan pengendalian kuantitas penduduk dilakukan sesuai dengan
daya dukung alam dan daya tampung lingkungan melalui:
a. Pengendalian kelahiran
b. Penurunan angka kematian
c. pengarahan mobilitas penduduk.

 Penyelenggaraan pengendalian kelahiran untuk melembagakan dan


membudayakan NKKBS melalui Penyelenggaraan Program Keluarga
Berencana.
KELUARGA BERENCANA

 PENGERTIAN:
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

 TUJUAN:
1. mengatur kehamilan yang diinginkan
2. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
3. meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi
4. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga
Berencana
5. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak
kehamilan.
KELUARGA BERENCANA

 Kebijakan Keluarga Berencana dilakukan melalui upaya:


a. peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat
b. pembinaan keluarga
c. pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial
ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat.

 Pengaturan Kehamilan ditujukan untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia,


dan sejahtera menuju NKKBS dengan menyelenggarakan Keluarga Berencana.

 Penyelenggaraan Keluarga Berencana dengan upaya peningkatan kepedulian dan


peran serta masyarakat melalui:
a. pendewasaan usia perkawinan;
b. pengaturan kehamilan yang diinginkan;
c. pembinaan kesertaan Keiuarga Berencana;
d. peningkatan kesejahteraan keluarga.
MANFAAT

Bagi Negara • Menekan laju pertumbuhan penduduk

Demografis • Menekan kepadatan penduduk

• Meningkatkan Kesehatan Ibu dan anak


Keluarga • Mengendalikan dan menjarangkan jumlah anak
• Mengatur dan menjarangkan kehamilan
Wanita • Meningkatkan kecukupan asi dan pola asuh yang baik bagi anak
• Menurunkan risiko kematian ibu dan bayi
RUANG LINGKUP PROGRAM KB

Menurut Handayani (2010:29), ruang lingkup program KB,meliputi:


1. Komunikasi informasi dan edukasi
2. Konseling
3. Pelayanan infertilitas
4. Pendidikan seks
5. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
6. Konsultasi genetik

Sumber: Modul Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Kemenkes, 2016


AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA
JENIS AKSEPTOR PENGERTIAN
AKSEPTOR AKTIF pada saat ini menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk
menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
AKSEPTOR AKTIF KEMBALI pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3
(tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan
kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang
sama maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang
lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut dan bukan karena hamil.
AKSEPTOR KB BARU akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat
kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan
alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
AKSEPTOR KB DINI para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2
minggu setelah melahirkan atau abortus.
AKSEPTOR KB LANGSUNG para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu
40 hari setelah melahirkan atau abortus.
AKSEPTOR KB DROPOUT akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3
bulan
Sumber: Modul Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Kemenkes, 2016
PASANGAN USIA SUBUR

Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25
– 35 tahun atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari
15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi
masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2007;66).

Sumber: Modul Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Kemenkes, 2016


KONTRASEPSI
 Akseptor KB menurut sasarannya, dikategorikan dalam 3 FASE:

FASE MENUNDA • Sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya Kontrasepsi yang cocok dan yang
KEHAMILAN belum mencapai usia 20 tahun. disarankan
• KRITERIA KONTRASEPSI: kontrasepsi yang adalah pil KB, AKDR.
diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin 100%.
FASE MENGATUR/ • Periode usia istri antara 20 - 30 tahun, dengan
MENJARANGKAN jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
KEHAMILAN adalah 2 – 4 tahun.
• KRITERIA KONTRASEPSI: efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi.
• Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak
kelahiran yang direncanakan.
FASE MENGAKHIRI • Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak Jika pasangan akseptor tidak
KESUBURAN dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil. mengharapkan untuk
• KRITERIA KONTRASEPSI: efektifitas tinggi. mempunyai anak lagi,
kontrasepsi yang cocok dan
disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB
dan pil KB
SYARAT KONTRASEPSI

 aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.


 efek samping yang merugikan tidak ada.
 kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
 tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
 tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
 cara penggunaannya sederhana
 harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
 dapat diterima oleh pasangan suami istri.
JENIS KONTRASEPSI
KONTRASEPSI
PELAYANAN KONTRASEPSI
INFORMASI TAMBAHAN
 KONTRASEPSI HORMONAL DARURAT: LEVONOGESTREL
 Efektif jika diberikan maksimal 72 jam setelah senggama tidak
terlindungi
 Dimininum 1 tablet segera setelah senggama tidak terlindungi atau
maksimal 72 jam, tablet kedua diminum 12 jam setelah tablet
pertama

 Keluarga Berencana efektif untuk mencegah 4 TERLALU:


TERLALU MUDA, TERLALU TUA, TERLALU SERING, TERLALU BANYAK

 3 TERLAMBAT penyumbang angka kematian pada ibu:


1. Terlambat mengambil keputusan: sehingga terlambat untuk mendapatkan
penanganan
2. Terlambat sampai ke tempat rujukan: karena kendala transportasi,
3. Terlambat mendapat penanganan: karena terbatasnya sarana dan SDM.
SOAL KELUARGA BERENCANA
diberikan saat zoom
Manfaat dengan terselenggaranya program keluarga berencana bagi negara
adalah…
A. Menekan kepadatan penduduk
B. Menekan laju pertumbuhan penduduk
C. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak
D. Menurunkan angka kematian ibu dan anak
E. Meningkatkan kecukupan ASI

Jawaban: B. Menekan laju pertumbuhan penduduk


Pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan
atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara
alat kontrasepsi baik setelah berhenti kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut
dan bukan karena hamil disebut …
A. Akseptor aktif
B. Akseptor KB dini
C. Akseptor aktif kembali
D. Akseptor KB langsung
E. Akseptor KB baru

Jawaban: C. Akseptor aktif kembali


Kriteria pasangan subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur …
A. 40 tahun
B. 37 tahun
C. 33 tahun
D. 55 tahun
E. Salah semua

Jawaban: C. 33 tahun
Alat kontrasepsi yang efektivitasnya sampai 10 tahun adalah …
A. implan
B. IUD
C. suntik
D. Pil KB
E. kondom

Jawaban: B. IUD
P2PL (PENCEGAHAN PENYAKIT DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN)
TERIMA KASIH
KEEP THE SPIRIT HIGH! YOU WILL REACH YOUR DREAM!!

Anda mungkin juga menyukai