Anda di halaman 1dari 18

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Jenis Fluida

Percobaan ini memiliki tujuan adalah mempelajari prinsip rheology


serta pengaruh suhu dan konsentrasi larutan terhadap rheology. Pada
percobaan ini, larutan yang digunakan adalah kecap manis, susu bubuk, dan
tepung tapioka (1,5%, 3%, dan 4% b/v). Umumnya, terdapat dua jenis fluida
yaitu Newtonian dan non-newtonian. Untuk larutan non-newtonian dibagi
lagi menjadi 3 model, yaitu pseudoplastic, dilatant dan bingham.
Pseudoplastic dan dilatant apabila digambarkan dalam grafik akan
membentuk fungsi eksponensial dan biasa disebut dengan power law. Untuk
menentukan model fluida, plot grafik shear stress (τ) sebagai sumbu y dan
shear rate (γ) sebagai sumbu x. Shear stress dan shear rate dapat dicari
menggunakan viskometer dengan variasi kecepatan 2,5; 5; 10; 20; 50 RPM.

Percobaan pertama adalah menggunakan kecap manis. Hal pertama


yang dilakukan adalah menyiapkan kecap manis dengan pengenceran 10%.
Siapkan 14,4 ml kecap manis dan 1,6 ml aquades, kemudian masukkan ke
dalam silinder. Pengenceran dilakukan untuk menurunkan nilai dial number.
Alat yang digunakan adalah viskometer. Pada viskometer jarum penunjuk
dial number hanya bisa menunjukkan angka 0 sampai 100. Pengenceran
dilakukan agar nilai dial number untuk kecap masih terdapat dalam selang
tersebut. Namun pengenceran juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat
mempengaruhi sifat asli dari kecap manis. Suhu dari larutan yang digunakan
adalah 30°C dan 40°C. Suhu diatur menggunakan waterbath yang sudah
diberi pemanas dan dihubungkan menuju jacket pada silinder. Setelah kondisi
suhu sudah sesuai kemudian jalankan viskometer untuk masing-masing suhu
dengan kecepatan yang sudah ditentukan. Kemudian catat nilai dial number
untuk masing-masing kecepatan pada tiap variasi suhu. Nilai dial number dan
kecepatan (RPM) dari percobaan kemudian digunakan untuk mencari nilai
shear stress (τ) dan shear rate (γ).

III - 1
45
f(x) = 0.71 x
40 R² = 0.99
35

Shear Stress (dyne/cm2) 30


f(x) = 0.47 x
25 R² = 0.99
T = 30°C
20 Linear (T
= 30°C)
15
T = 40°C
10
Linear (T
5 = 40°C)

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Gambar 3.1.1 Model Newtonian dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Kecap dengan Pengenceran 10% pada Variasi Suhu

45

40 f(x) = 0.65 x + 2.16


R² = 1
35
Shear Stress (dyne/cm2

30 T = 30°C

25 f(x) = 0.42 x + 2.06 Linear (T =


R² = 1 30°C)
20 T = 40°C
15 Linear (T =
40°C)
10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Gambar 3.1.2 Model Bingham dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Kecap dengan Pengenceran 10% pada Variasi Suhu

III - 2
45

40 f(x) = 1.34 x^0.83


R² = 1
35
Shear Stress (dyne/cm2 T = 30°C
30
Power (T
25 f(x) = 1.16 x^0.76 = 30°C)
R² = 1
20 T = 40°C
15 Power (T
= 40°C)
10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Gambar 3.1.3 Model Power Law dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Kecap dengan Pengenceran 10% pada Variasi Suhu

Gambar 3.1.1 – 3.1.3, menunjukkan nilai R2 untuk tiap model pada


suhu 30°C dan 40°C yang dapat ditentukan melalui persamaan. Apabila nilai
R2 mendekati 1, berarti model tersebut merupakan karakteristik fluida yang
dicari. Pada suhu 30°C, nilai R2 yang didapatkan untuk model Newtonian
0,9862, untuk model Bingham 0,9982, dan untuk model power law 0,9992.
Dari hasil yang diperoleh nilai R2 yang paling mendekati 1 adalah untuk
model power law. Dapat disimpulkan untuk kecap manis pada suhu 30 °C
dan faktor pengenceran 10% model fluidanya adalah power law. Pada suhu
40°C, nilai R2 yang didapatkan untuk model Newtonian 0,9719, untuk model
Bingham 0,9981, untuk model power law 0,9983. Dari hasil yang diperoleh
nilai R2 yang paling mendekati 1 adalah untuk model power law. Dapat
disimpulkan untuk kecap manis pada suhu 40°C dengan faktor pengenceran
10% model fluidanya adalah power law.

Menurut teori yang ada, kecap manis seharusnya memiliki model fluida
Bingham. Sehingga, dari kedua hasil yang didapatkan berbeda untuk
keduanya. Faktor yang mempengaruhi error antara lain,
a. Spindle tidak berada di tempat yang sebenarnya (tidak tepat berada di
tengah)

III - 3
b. Pembacaan dial number yang susah dilakukan karena jarum yang
goyang
c. Suhu larutan belum mencapai suhu yang ditentukan

Percobaan selanjutnya, menggunakan larutan susu bubuk dengan rasio


pengenceran 1 : 1. Siapkan 50 gram susu bubuk dan larutkan dalam 50 ml
aquades. Masukkan 16 ml larutan susu ke dalam silinder. Sama seperti
percobaan sebelumnya, tentukan suhu larutan sebesar 30°C dan 40°C. Suhu
diatur menggunakan waterbath yang sudah diberi pemanas dan dihubungkan
menuju jacket pada silinder. Setelah kondisi suhu sudah sesuai kemudian
jalankan viskometer untuk masing-masing suhu dengan kecepatan yang sudah
ditentukan. Kemudian catat nilai dial number untuk masing-masing
kecepatan pada tiap variasi suhu. Nilai dial number dan kecepatan (RPM)
dari percobaan kemudian digunakan untuk mencari nilai shear stress (τ) dan
shear rate (γ).

80
f(x) = 1.37
1.31 x
R² = 0.94
0.95
70

60
Shear Stress (dyne/cm2)

T=
50 30°C
Linear
(T =
40 30°C)
T=
30 40°C
Linear
(T =
20 40°C)

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.4 Model Newtonian dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Susu dengan Pengenceran 1:1 pada Variasi Suhu

III - 4
80
f(x) = 1.08 x + 12.28
f(x)==0.94
R² 1.06 x + 10.43
70 R² = 0.95

60
Shear Stress (dyne/cm2)
50 T = 30°C

40 Linear (T
= 30°C)

30 T = 40°C

Linear (T
20 = 40°C)

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.5 Model Bingham dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Susu dengan Pengenceran 1:1 pada Variasi Suhu

80
f(x)
f(x) == 4.58
4.01 x^0.7
x^0.72

R² == 0.99
0.99
70

60
Shear Stress (dyne/cm2)

T=
50 30°C
Power
(T =
40 30°C)
T=
30 40°C
Power
20 (T =
40°C)
10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.6 Model Power Law dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Susu dengan Pengenceran 1:1 pada Variasi Suhu

Gambar 3.1.4 – 3.1.6, menunjukkan nilai R2 untuk tiap model pada


suhu 30°C dan 40°C yang dapat ditentukan melalui persamaan untuk larutan
susu bubuk. Pada suhu 30°C, nilai R2 yang didapatkan untuk model
Newtonian 0,8521, untuk model Bingham 0,9532, dan untuk model power

III - 5
law 0,9885. Dari hasil yang diperoleh nilai R2 yang paling mendekati 1 adalah
untuk model power law. Dapat disimpulkan untuk larutan susu bubuk pada
suhu 30 °C dan rasio pengenceran 1 : 1 model fluidanya adalah power law.
Pada suhu 40°C, nilai R2 yang didapatkan untuk model Newtonian 0,8068,
untuk model Bingham 0,941, untuk model power law 0,992. Dari hasil yang
diperoleh nilai R2 yang paling mendekati 1 adalah untuk model power law.
Dapat disimpulkan untuk larutan susu bubuk pada suhu 40°C dengan rasio
pengenceran 1 : 1 model fluidanya adalah power law.

Percobaan selanjutnya digunakan tepung tapioka dengan berbagai


variasi konsentrasi yaitu 1,5%; 3%; 4% b/v. Pembuatan larutan tepung
tapioka dilakukan dalam beaker glass 100 ml. Untuk pembuatan larutan
tepung tapioka 1,5%, dilakukan dengan menimbang tepung tapioka sebanyak
1,5 gram dan dilarutkan dalam 100 ml aquades. Begitu juga untuk pembuatan
larutan tepung tapioka 3% dan 4%, dilakukan dengan menimbang 3 gram dan
4 gram tepung tapioka lalu dilarutkan dalam 100 ml aquades. Setelah dibuat
larutan tepung tapioka, ambil 16 ml untuk masing-masing larutan lalu
masukkan kedalam silinder. Lakukan pengujian dengan kecepatan 2,5; 5; 10;
20; 50 RPM dan pada kondisi suhu 30°C dan 40°C sama seperti percobaan
sebelumnya. Catat dial number yang tertera pada viscometer. Dari data yang
di dapat bisa dicari nilai shear stress dan shear rate, kemudian plot grafik
shear stress vs shear rate untuk dapat ditentukan model fluidanya.

III - 6
00,030
f(x) = 0.52 x
R² = 0.91
00,025

T = 30°C
Shear Stress (dyne/cm2) 00,020 f(x) = 0.35 x
R² = 0.89 Linear
(T =
30°C)
00,015
T = 40°C
Linear
00,010 (T =
40°C)

00,005

00,000
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.7 Model Newtonian dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 1,5% pada Variasi Suhu

30.0
f(x) = 0.39 x + 5.51
R² = 0.87
25.0

T=
Shear Stress (dyne/cm2

20.0 30°C
f(x) = 0.26 x + 3.64 Linear
R² = 0.81 (T =
15.0 30°C)
T=
40°C
10.0 Linear
(T =
40°C)
5.0

0.0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.8 Model Bingham dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 1,5% pada Variasi Suhu

III - 7
30.0
f(x) = 1.95 x^0.68
R² = 0.97
25.0
f(x) = 0.84 x^0.82
R² = 0.92 T = 30°C
Shear Stress (dyne/cm2 20.0
Power (T
= 30°C)
15.0
T = 40°C

Power (T
10.0 = 40°C)

5.0

0.0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.9 Model Power Law dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 1,5% pada Variasi Suhu

Gambar 3.1.7 – 3.1.9, menunjukkan nilai R2 untuk tiap model pada


suhu 30°C dan 40°C yang dapat ditentukan melalui persamaan untuk larutan
tepung tapioka 1,5%. Pada suhu 30°C, nilai R 2 yang didapatkan untuk model
Newtonian 0,685, untuk model Bingham 0,8738, dan untuk model power law
0,9723. Dari hasil yang diperoleh nilai R 2 yang paling mendekati 1 adalah
untuk model power law. Dapat disimpulkan untuk larutan tepung tapioka
1,5% pada suhu 30 °C model fluidanya adalah power law. Pada suhu 40°C,
nilai R2 yang didapatkan untuk model Newtonian 0,6444, untuk model
Bingham 0,8137, untuk model power law 0,9242. Dari hasil yang diperoleh
nilai R2 yang paling mendekati 1 adalah untuk model power law. Dapat
disimpulkan untuk larutan tepung tapioka 1,5% pada suhu 40°C model
fluidanya adalah power law.

III - 8
30
f(x) = 0.47 x
R² = 0.97
25

T=
Shear Stress (dyne/cm2) 20 30°C
Linear
(T =
f(x) = 0.28 x 30°C)
15 R² = 0.96
T=
40°C
10 Linear
(T =
40°C)
5

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.10 Model Newtonian dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 3% pada Variasi Suhu

30

f(x) = 0.41 x + 2.57


25 R² = 0.97
Shear Stress (dyne/cm2)

20 T = 30°C
Linear
(T =
15 f(x) = 0.23 x + 1.97 30°C)
R² = 0.96
T = 40°C
10 Linear
(T =
40°C)
5

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.11 Model Bingham dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 3% pada Variasi Suhu

III - 9
30
f(x) = 0.97 x^0.83
R² = 0.98
25

Shear Stress (dyne/cm2 T=


20 30°C
Power
f(x) = 0.62 x^0.82 (T =
15 R² = 0.95 30°C)
T=
40°C
10 Power
(T =
40°C)
5

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.12 Model Power Law dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 3% pada Variasi Suhu

Gambar 3.1.10 – 3.1.12, menunjukkan nilai R2 untuk tiap model pada


suhu 30°C dan 40°C yang dapat ditentukan melalui persamaan untuk larutan
tepung tapioka 3%. Pada suhu 30°C, nilai R 2 yang didapatkan untuk model
Newtonian 0,9306, untuk model Bingham 0,9737, dan untuk model power
law 0,9839. Dari hasil yang diperoleh nilai R2 yang paling mendekati 1 adalah
untuk model power law. Dapat disimpulkan untuk larutan tepung tapioka 3%
pada suhu 30°C model fluidanya adalah power law. Pada suhu 40°C, nilai R2
yang didapatkan untuk model Newtonian 0,8869, untuk model Bingham
0,9621, untuk model power law 0,9535. Dari hasil yang diperoleh nilai R2
yang paling mendekati 1 adalah untuk model Bingham. Dapat disimpulkan
untuk larutan tepung tapioka 3% pada suhu 40°C model fluidanya adalah
Bingham.

III - 10
60

50 f(x) = 0.87 x
R² = 1

T = 30°C
Shear Stress (dyne/cm2 40
Linear
(T =
f(x) = 0.56 x 30°C)
30 R² = 0.97
T = 40°C
Linear
20 (T =
40°C)

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.13 Model Newtonian dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 4% pada Variasi Suhu

60

50 f(x) = 0.84 x + 1.28


R² = 0.99
Shear Stress (dyne/cm2

40
T = 30°C
Linear (T =
30 f(x) = 0.49 x + 2.99 30°C)
R² = 0.96
T = 40°C
20 Linear (T =
40°C)

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.14 Model Bingham dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 4% pada Variasi Suhu

III - 11
60
f(x) = 0.87 x^1.02
R² = 0.95
50

Shear Stress (dyne/cm2 40 T = 30°C


f(x) = 0.87 x^0.92 Power
R² = 0.97 (T =
30 30°C)
T = 40°C
Power
20 (T =
40°C)

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Shear Rate (s-1)

Grafik 3.1.15 Model Power Law dengan Shear Stress vs Shear Rate untuk
Larutan Tapioka 4% pada Variasi Suhu

Gambar 3.1.13 – 3.1.15, menunjukkan nilai R2 untuk tiap model pada


suhu 30°C dan 40°C yang dapat ditentukan melalui persamaan untuk larutan
tepung tapioka 4%. Pada suhu 30°C, nilai R 2 yang didapatkan untuk model
Newtonian 0,9907, untuk model Bingham 0,9932, dan untuk model power
law 0,9529. Dari hasil yang diperoleh nilai R2 yang paling mendekati 1 adalah
untuk model Bingham. Dapat disimpulkan untuk larutan tepung tapioka 4%
pada suhu 30°C model fluidanya adalah Bingham. Pada suhu 40°C, nilai R2
yang didapatkan untuk model Newtonian 0,9205, untuk model Bingham
0,9596, untuk model power law 0,9702. Dari hasil yang diperoleh nilai R2
yang paling mendekati 1 adalah untuk model power law. Dapat disimpulkan
untuk larutan tepung tapioka 4% pada suhu 40°C model fluidanya adalah
power law.

Menurut teori yang ada, larutan tepung tapioka seharusnya memiliki


model fluida power law. Dari hasil yang didapatkan, diketahui beberapa data
menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan teori, yaitu untuk konsentrasi
3% suhu 30°C dan konsentrasi 4% suhu 40°C.

III - 12
3.2. Pengaruh Suhu terhadap Rheologi
1.2

1.0

0.8
Viscous (Poise)

0.6

0.4

T = 30°C
0.2 T = 40°C

0.0
00,000 00,010 00,020 00,030 00,040 00,050 00,060 00,070
Shear Rate (s-1)

Menurut teori, perbedaan suhu akan mempengaruhi viskositas. Secara


umum, dengan naiknya suhu viskositas larutan akan menurun. Berikut
merupakan grafik antara viskositas (sumbu y) vs shear rate (sumbu x) :

3
Viskositas [Poise]

1
T = 30°C
1
T = 40°C

0
0 10 20 30 40 50 60 70

Shear Rate (s-1)

Gambar 3.2.1 Viskositas Vs Shear Rate pada Kecap Manis dalam Varisasi
Suhu

Gambar 3.2.2 Viskositas Vs Shear Rate pada Larutan Susu dalam Varisasi
Suhu

III - 13
00,002

00,001

00,001

Viscosity [Poise] 00,001

00,001

00,001

00,000
T = 30°C
00,000 T = 40°C

00,000
00,000 00,010 00,020 00,030 00,040 00,050 00,060 00,070

Shear Rate (s-1)

Gambar 3.2.3 Viskositas Vs Shear rate Larutan Tepung Tapioka 1,5%


dalam Varisasi Suhu

00,001

00,001

00,001

00,001
Viscosity [Poise]

00,001

00,000

00,000

00,000 T = 30°C
00,000 T = 40°C

00,000
00,000 00,010 00,020 00,030 00,040 00,050 00,060 00,070

Shear Rate (s-1)

Gambar 3.2.3 Viskositas Vs Shear rate Larutan Tepung Tapioka 3%


dalam Varisasi Suhu

III - 14
00,001

00,001

00,001

00,001
Viscosity [Poise]
00,001

00,000

00,000

00,000
T = 30°C
00,000 T = 40°C

00,000
00,000 00,010 00,020 00,030 00,040 00,050 00,060 00,070

Sheer Rate (s-1)

Gambar 3.2.4 Viskositas Vs Shear rate Larutan Tepung Tapioka 4%


dalam Varisasi Suhu

Gambar 3.2.1 – 3.2.4, menunjukkan grafik viskositas vs shear rate


untuk masing – masing larutan pada tiap variasi suhu. Dari grafik tersebut,
bisa disimpulkan bahwa semuanya sesuai dengan teori yang ada, dimana
semakin tinggi suhu semakin rendah juga viskositas larutan tersebut. Hanya
saja untuk larutan susu bubuk, nilai viskositasnya hampir mirip antara suhu
30°C dan 40°C. Hal itu mungkin dapat terjadi karena suhu larutan yang
berada dalam silinder tidak sesuai dengan suhu yang diinginkan dalam
percobaan ini.

III - 15
3.3. Pengaruh Konsentrasi terhadap Viskositas Fluida
1.6

1.4

1.2
Viskositas [Poise]

1.0

0.8
Larutan Tapioka 1.5%
b/v
0.6
Larutan Tapioka 3% b/v
0.4
Larutan Tapioka 4% b/v
0.2

0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Shear Rate (s-1)

Menurut teori, konsentrasi suatu senyawa pada fluida dapat


mempengaruhi viskositas fluida. Semakin meningkatnya konsentrasi larutan,
viskositas akan meningkat pula. Berikut merupakan grafik antara viskositas
(sumbu y) vs shear rate (sumbu x)

Grafik 3.3.1 - Viskositas vs Shear Rate Larutan Tapioka dalam Variasi


Konsentrasi pada Suhu 30oC

0.9

0.8

0.7

0.6
Viskositas [Poise]

0.5

0.4 Larutan Tapioka 1.5% b/v


Larutan Tapioka 3% b/v
0.3 Larutan Tapioka 4% b/v

0.2

0.1

0.0
0 10 20 30 40 50 60 70

Shear Rate (s-1)

III - 16
Grafik 3.3.2 - Viskositas vs Shear Rate Larutan Tapioka dalam Variasi
Konsentrasi pada Suhu 40oC

III - 17
Menurut teori, viskositas untuk larutan tepung tapioka 4% adalah yang
paling besar dibandingkan 3% dan 1,5%. Dari hasil yang didapatkan pada
percobaan ini, untuk konsentrasi 1,5% dan 3% terjadi ketidaksesuaian dengan
teori, dimana untuk konsentrasi tersebut baik pada suhu 30°C maupun 40°C
nilai viskositas larutan dengan konsentrasi 1,5% lebih tinggi dibandingkan
viskositas larutan dengan konsentrasi 3%. Untuk konsentrasi 4%, hasil yang
didapatkan hampir sesuai dengan teori kecuali pada suhu 30°C pada shear
rate kurang dari 20 s-1 nilai viskositasnya lebih rendah dibandingkan
viskositas untuk konsentrasi 1,5%.

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya error pada percobaan ini


antara lain :

a. Saat membuat larutan tepung tapioka, waktu pemanasan berbeda-


beda sehingga tingkat kekentalan tidak seragam
b. Saat percobaan dimulai, spindle tidak tepat ditengah sehingga
mempengaruhi pembacaan dial number
c. Suhu larutan untuk masing-masing konsentrasi tidak sesuai.

III - 18

Anda mungkin juga menyukai