Istilah audit berasal dari kata Latin “audire” yang berarti mendengar keaslian akun
dijamin dengan bantuan tinjauan independen. Audit dilakukan untuk memastikan validitas dan
reliabilitas informasi. Pemeriksaan pembukuan, rekening atau suatu sistem dengan bukti, data
dan dokumen pendukung untuk mendeteksi dan mencegah kesalahan, fungsi utama audit adalah
pengendalian internal untuk menentukan sejauh mana pemeriksaan audit. Audit mempunyai
- Memastikan kelengkapan
Tujuan audit yang pertama adalah memastikan kelengkapan yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan. Audit diperlukan untuk memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi telah
- Memastikan ketepatan
Audit bertujuan memastikan semua berjalan dengan baik dan sesuai aturan yang berlaku.
Ini temasuk transaksi didokumentasikan dengan baik, perhitungan yang benar, jumlah yang
- Memastikan eksistensi
Tujuan audit adalah memastikan eksistensi atau keberadaan semua harta dan kewajiban
yang dimiliki perusahaan sesuai tanggal tertentu. Dengan kata lain, semua transaksi yang
Tujuan audit selanjutnya adalah membuat sebuah pemilaian. Audit berguna untuk
melaporkan bahwa semua aturandan prinsip yang berlaku umum telah diaplikasikan
dengan benar.
- Membuat klasifikasi
Audit juga bertujuan untuk memastikan kegiatan baik itu transaksi atau operasional di
- Membuat cut-off
Tujuan audit yang tak kalah penting adalah memastikan bahwa semua transaksi yang dekat
Bukti Audit
membuktikan apakah informasi yang diaudit sudah sesuai dengan kriteria tertentu. Memperoleh
sejumlah bukti audit yang berkualitas sangatlah penting untuk mencapai tujuan audit. Auditor
memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk menghasilkan pelaporan audit
yang kompeten.
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan yang diaudit.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor seputar kelayakan bukti audit,
yaitu:
Perusahaan pada umumnya selalu menyediakan bukti atas informasi yang diberikan
kepada auditor. Bahkan, bukti yang dihadirkan terkadang berjumlah besar dan bertumpuk antara
satu jenis bukti dengan bukti lainnya. Diantara berbagai bukti yang disediakan seringkali
dilakukannya audit. Oleh karena itu, umumnya auditor akan melakukan seleksi terhadap
kelayakan bukti audit ini. Adapun beberapa hal yang umumnya dijadikan dasar oleh auditor
Auditor wajib menguasai bidang keilmuan baik teoritis maupun praktis terhadap objek
yang diaudit. Dalam audit hukum, auditor harus menguasai keilmuan bidang hukum.
Demikian halnya dalam bidang audit keuangan, auditor haruslah seorang akuntan publik.
Kompetensi tersebut nantinya akan digunakan oleh auditor melakukan screening secara
cepat dan tepat terhadap laporan keuangan atau dokumen hukum yang disediakan oleh
- Integritas Manajemen
Terkadang seorang auditor juga menilai track record dari pihak manajemen, bagaimana
selama ini profil mereka, bagaimana tingkat integritas mereka. Ini juga mempengaruhi
Status badan hukum dari suatu perusahaan juga akan mempengaruhi cara penilaian bukti
oleh auditor. Badan hukum perseroan terbatas tentu akan dinilai lebih detail dibandingkan
- Kondisi Keuangan
Dalam audit keuangan, financial condition menjadi faktor yang sangat menentukan apakah
auditor akan menilai secara detail (satu per-satu) bukti yang disodorkan atau hanya melihat
sampel saja. Semakin baik kondisi keuangan yang baik tentu buktinya berbeda dengan
Bukti Audit/ Audit Evidence sendiri mempunyai beberapa jenis dalam penerapannya,
antara lain:
1. Pengujian Fisik
Bukti jenis ini adalah fakta atau informasi yang diperoleh oleh auditor dengan cara melihat
secara langsung fisik dari aset perusahaan. Misalnya fisik dari persediaan yang dimiliki
perusahaan. Pengujian fisik ini digunakan dalam audit hukum misalnya untuk melakukan
2. Konfirmasi
Bukti konfirmasi ini adalah fakta yang diperoleh auditor berdasarkan pernyataan, baik
bersifat langsung maupun tertulis oleh pihak ketiga yang independen. Auditor umumnya
lebih memilih bukti yang sifatnya tertulis dibandingkan bukti yang sifatnya pernyataan
3. Dokumentasi
Dalam memperoleh bukti yang valid, setelah melakukan pengujian fisik atau terhadap
bukti barang yang sifatnya habis pakai, atau berupa kegiatan maka cara pembuktian yang
4. Analitis
Bukti analitis ini berkaitan dengan kompetensi keilmuan dari auditor, dalam memperoleh
bukti analitis ini umumnya auditor akan membandingkan suatu objek dengan objek
lainnya. Atau dalam laporan keuangan auditor tentu akan melakukan perbandingan antara
5. Wawancara
Wawancara ini diperlukan sebagai bukti pendukung, misalnya untuk menilai bagaimana
kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan, bukti yang paling valid antara lain adalah
Bukti ini hanya berlaku jika yang diaudit adalah laporan keuangan. Teknik ini digunakan
7. Observasi
Meskipun hampir sama dengan pengujian fisik, tapi prakteknya berbeda. Pengujian fisik
lebih detail dari observasi, sebab dalam observasi ini hanya dilakukan pengamatan saja
tanpa melakukan kontak fisik. Namun, metode ini juga bisa mendapatkan fakta lain yang
lebih valid dibandingkan dengan uji fisik. Tujuannya tentu berbeda, bila uji fisik dilakukan
untuk melakukan cek terhadap informasi yang dicantumkan, observasi dilakukan untuk