Anda di halaman 1dari 12

Makalah Fisika Dasar

Tentang Suhu dan Kalor

Disusun Oleh Kelompok 2:

Mahalli Fiqri (C1G021224)

Mariun (C1G021225)

Maya Andani Rose (C1G021226)

Melsi Arnito (C1G021227)

Fakultas Pertanian

Universitas Mataram

JL.Majapahit No.62 Gomong,Kec.Selaparang

Kota Mataram

2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur tidak lupa kita panjatkan ke khadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fisika Dasar ini yang
bertemakan "Suhu dan Kalor".

Dan kami juga tidak lupa berterima kasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam
penyelesaian makalah ini,yang telah memberikan kritik dan saran sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu,kami mengharapkan segala
bentuk saran,masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu dalam dunia pendidikan.

Mataram,23 Oktober 2021


Suhu dan Kalor

A. SUHU
1. Pengertian Suhu
Suhu merupakan ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Suhu merupakan
salah satu besaran pokok fisika. Suhu atau temperatur adalah besaran fisika yang
menyatakan derajat panas suatu zat. Secara mikroskopis, suhu menunjukan energi
yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap benda memiliki atom-atom yang bergerak,
baik itu dalam bentuk perpindahan ataupun gerak di lokasi getaran. Makin tinggi
energi atom-atom penyusun benda, maka semakin tinggi suhu benda tersebut. Alat
untuk mengukur suhu disebut termometer. Yang menjadi pelopor pembuatan
termometer adalah Galileo Galilei (1564-1642). Termometer digital:Digunakan
dalam dunia medis untuk mengetahui suhu tubuh pasien,dan salah satu contoh dari
berbagai jenis termometer.

2. Jenis-Jenis Skala Termometer


Ditinjau dari skala yang dipergunakan, terdapat 4 jenis termometer yaitu
termometer Celcius, Fahrenheit, Reamur dan Kelvin. Nama termometer ini dipakai
sesuai dengan penemunya.
a. Skala Celcius

Andreas Celcius, menetapkan titik beku air sebagai titik tetap bawah
yaitu 0° dan titik didih air sebagai titik tetap atas yaitu100°. Celcius membagi
jarak titik tetap bawah dan titik tetap atas menjadi 100 skala, sehingga titik
beku air berada pada 0°C dantitik didih air pada 100° C. Menurut skala
celcius setiap bagianskala menunjukkan 1° C. Termometer skala celcius
banyak dipergunakan untuk mengukur suhu tubuh.

b. Skala Fahrenheit

Meskipun menggunakan patokan yang sama untuk titik tetapatas dan titik
tetap bawah, tetapi Gabriel Daniel Fahrenheit menetapkan titik beku air pada
32° F dan titik didih air pada 212° F. Untuk patokan yang sama, Fahrenheit
membagi skalanya dalam 180 bagian. Skala Fahrenheit banyak dipakai
dinegara Eropa dan Amerika.
c. Skala Reamur

Reamur juga menggunakan patokan yang sama, tetapi untuk jarak


tersebut Reamur membagi skalanya menjadi 80° bagian. Titik beku air
menurut skala Skala Reamur adalah 0° R,sedangkan titik didih air pada 100°
R.

d. Skala Kelvin

Menurut para ahli, suhu paling rendah yang dimiliki oleh suatu benda
sama dengan -273 ° C. Suhu ini dinamakan suhu nol mutlak, karena pada
suhu -273 ° C partikel-partikel gas tidak bergerak lagi. Ilmuwan pertama
yang mengusulkan pengukuran berdasarkan nol mutlak adalah Lord Kelvin,
oleh karenanya dinamakan Suhu Kelvin. Suhu Kelvin ditetapkan sebagai
Satuan

Internasional (SI) untuk besaran suhu.Seperti Celcius, Kelvin membagi skala


menjadi 100 bagian. Batas bawah skala Kelvin ditetapkan pada titik beku air adalah273 K
dan batas atas ditetapkan pada titik didih air 373 K.

B. Konsep Kalor
1. Pengertian Kalor
Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda yang bersuhu lebih
tinggi ke benda yang beruhu lebih rendah. Sebagai bentuk energi, dalam SI kalor
memiliki satuan joule (J).
Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah pada waktu kita memasak air dengan kompor.Air yang semula
dingin lama kelamaan akan berubah menjadi panas.Mengapa air menjadi
panas ?,air menjadi panas karena mendapatkan kalor,kalor yang didapatkan
mengakibatkan suhu air naik,kalor berasal dari bahan bakar dalam hal ini terjadi
perubahan energi kimia yang terkandung dalam gas menjadi energi panas atau
kalor yang dapat memanaskan air.
Sebelum abad ke-17 orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat yang
mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau tercampur.Jika kalor
merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa dan ternyata benda yang
dipanaskan massanya tidak bertambah.Kalor bukan zat tetapi adalah suatu bentuk
energi dan merupakan suatu besaran yang dilamabangkan dengan Q dengan
satuan Joule (J),sedang satuan lainnya adalah kalori (kal).
Besarnya kalor yang diterima atau dilepaskan oleh suatu benda
bergantung pada beberapa faktor.Antara lain massa benda,jenis benda dan
perubahan suhu pada benda tersebut,hubungan kalor dengan ketiga faktor tersebut
adalah:
1) Kalor yang diperlukan sebanding dengan massa benda.
Semakin besar massa benda semakin besar kalor yang diperlukan.
2) Kalor yang diperlukan sebanding dengan kalor jenis benda.
Untuk jenis benda yang berbeda tetapi massanya sama,kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda
bergantung pada jenis bendanya.
3) Kalor yang diberikan sebanding dengan kenaikan suhu benda.
Untuk jenis dan massa benda yang sama,jumlah kalor yang diberikan
besarnya mempengaruhi kenaikan suhu benda,semakin banyak kalor yang
diberikan kepada benda,semakin besar kenaikan suhu benda.
2. Rumus-Rumus Kalor
Berdasarkan pengertian kalor di atas, berikut ini rangkuman rumus-rumus
yang berkaitan dengan materi kalor dalam pelajaran Fisika:
1. Rumus Perpindahan Kalor
Q = m.c.ΔT
Keterangan:
Q = banyaknya kalor yang diterima atau dilepas oleh suatu zat benda tertentu
(J)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)
ΔT = perubahan suhu (⁰C)
2. Rumus Kalor Jenis
c = Q / m.ΔT
Keterangan:
c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)
Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
ΔT = perubahan suhu (⁰C)
3. Rumus Kapasitas Kalor
C = Q / ΔT
Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/K)
Q = banyaknya kalor (J)
ΔT = perubahan suhu (K)
4. Rumus Menentukan Kapasitas Kalor Itu Sendiri
C = m.c
Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/K)
M = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg.K)

5. Rumus Kalor Lebur dan Uap


Kalor lebur: Q = m x L
Kalor uap: Q = m x U
ketentuan:
L = Kalor lebur zat (Joule/kilogram)
U = Kalor uap zat (Joule/kilogram)
3. Kesetimbangan Termal
Kesetimbangan termal adalah proses yang mencakup fakta bahwa dua
sistem yang bersentuhan satu sama lain memiliki suhu yang seragam, itu
merupakan keadaan yang cenderung terjadi ketika sistem bersentuhan satu sama
lain.
Secara kualitatif , temperatur dari suatu benda dapat diketahui melalui
panas atau dinginnya benda tersebut. Jadi temperatur merupakan sifat kasar dari
suatu sistem oleh karenanya dapat dikatakan sebagai besaran makroskopik. Selain
temperatur, kualitas makroskopik yang lain adalah volume dan tekanan.
Oleh karena itu suatu keadaan dimana dua buah objek (yang berbeda
temperaturnya) dimasukkan dalam suatu bahan yang sama dinamakan suatu
kondisi bahan termal. Dengan kata lain, dua buah benda dikatakan dalam keadaan
kontak termal bila energi termal dapat bertukar diantara kedua benda tanpa adanya
usaha yang dilakukan.
Pada keadaan seperti ini, objek yang lebih tinggi temperaturnya akan
mendingin, sedangkan objek yang lebih rendah temperaturnya akan menghangat
akan menghangat pada keadaan setimbang, Kesetimbangan termal merupakan
situasi yang menunjukkan bahwa dua benda yang dalam keadaan kontak termal
saling menukarkan energi termal dalam jumlah yang sama. Waktu yang
diperlukan untuk mencapai kesetimbangan tergantung dari sifat benda yang
mengakibatkan memiliki temperatur yang sama.
Selain itu kesetimbangan termal juga dapat dikatakan pada saat kondisi
ketika sistem termal makroskopik diamati telah berhenti berubah dengan waktu.
Sebagai contoh, gas ideal fungsi distribusi yang telah stabil tertentu distribusi
Maxwell-Boltzman akan berada dalam kesetimbangan termal. Hasil ini
memungkinkan satu suhu dan tekanan dapat diberikan ke seluruh sistem.
Kesetimbangan termal suatu sistem tidak berarti keseragaman mutlak dalam suatu
sistem, misalnya, sistem sungai dapat berada dalam kesetimbangan termal ketika
makroskopik distribusi suhu stabil dan tidak berubah pada waktunya, meskipun
suhu ruang polusi termal mencerminkan distribusi input dan termal dispersi.
4. Energi Dalam
Energi dalam (U) adalah total energi yang dikandung dalam sebuah sistem
dengan mengecualikan energi kinetik (Ek) pergerakan sistem sebagai satu
kesatuan dan energi potensial (Ep) sistem akibat gaya-gaya dari luar. Oleh karena
itu energi dalam bisa dirumuskan dengan persamaan E = Ek + Ep (ini salah.
Rumus ini untuk mencari energi mekanik (ni). Namun karena besar energi kinetik
dan energi potensial pada sebuah sistem tidak dapat diukur, maka besar energi
dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah
besar perubahan energi dalam suatu sistem.
Perubahan energi dalam dapat diketahui dengan mengukur kalor (q) dan
kerja (w), yang akan timbul bila suatu sistem bereaksi. Oleh karena itu, perubahan
energi dalam dirumuskan dengan persamaan E = q - w.Jika sistem menyerap
kalor, maka q bernilai positif. Jika sistem mengeluarkan kalor, maka q bernilai
negatif. Jika sistem dikenai kerja oleh lingkungan, maka w pada rumus tersebut
bernilai positif. Jika sistem melakukan kerja, maka w bernilai negatif.
Jadi bila suatu sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar 10 kJ, dan
sistem tersebut juga melakukan kerja sebesar 6 kJ, maka perubahan energi dalam-
nya akan sebesar 4 kJ.Perubahan energi dalam bernilai 0 jika jumlah kalor yang
masuk sama besar dengan jumlah kerja yang dilakukan, dan jika kalor yang
dikeluarkan sama besar dengan kerja yang dikenakan pada sistem. Artinya, tidak
ada perubahan energi dalam yang terjadi pada sistem.
5. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor atau kapasitas panas (biasanya dilambangkan dengan
kapital C, sering dengan subskripsi) adalah besaran terukur yang menggambarkan
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat (benda) sebesar
jumlah tertentu (misalnya 10C).

Gambar diatas adalah gambar dari kalorimeter yaitu alat yang digunakan
untuk mengukur kapasitas kalor,Berikut ini adalah beberapa fungsi kalorimeter
antara lain:
1.Mengukur jumlah kalor suatu perubahan reaksi kimia
2.Mendeteksi kalor suatu perubahan reaksi kimia
3.Menghitung jumlah kalor suatu perubahan reaksi kimia
4. Alat peneliti percobaan pada kalor
5.Mendeteksi suhu pada kalor

6. Kalor Pada Perubahan Wujud.


Terjadinya perubahan wujud sering kita amati dalam kehidupan sehari-
hari. Contoh yang sering kamu jumpai, pada air mendidih kelihatan gelembung-
gelembung uap air, yang menunjukkan adanya perubahan wujud dari air menjadi
uap. Untuk mendidihkan air, diperlukan kalor. Jadi, untuk mengubah wujud zat
cair menjadi gas diperlukan kalor.
Kalor untuk mengubah wujud zat disebut kalor laten. Disebut kalor laten
karena pengaruh kalor tidak begitu tampak seolah-olah tersembunyi.
Dengan:
Q = kalor yang dibutuhkan/dilepas untuk berubah wujud (J)
m = massa zat yang berubah wujud (kg)
L = kalor lebur atau kalor beku (J/kg)
U = kalor penguapan atau kalor pengembunan (J/kg)
Berikut adalah beberapa perubahan wujud benda yang sering terjadi pada
kehidupan sehari:
a.Menguap
Menguap adalah peristiwa perubahan zat cair menjadi gas. Terdapat 4 cara
untuk mempercepat terjadinya penguapan, yaitu:

1. Memanaskan
2. Memperluas permukaan
3. Menutup udara diatas permukaan
4. Mengurangi tekanan diatas permukaan
Contoh proses penguapan pada gambar berikut:

b.Membeku
Membeku ialah peristiwa perubahan zat cair menjadi padat, karena adanya
pendinginan. Es adalah bentuk atau wujud dari air dalam bentuk padat. Air dapat
membeku apabila mengalami penurunan suhu yang sangat dingin. Perhatikan
gambar berikut:
c.Mencair
Mencair merupakan peristiwa perubahan zat padat menjadi cair, hal ini
karena adanya kenaikan suhu (panas). Contoh perubahan Zat padat menjadi zat
Cair misalnya es dalam sirup lama-lama berubah menjadi air. Juga mentega yang
dipanaskan di wajan berubah menjadi minyak. Peristiwa mencair yang lain yaitu
pada batu es yang berubah menjadi air dan lain-lain.Perhatikan gambar berikut
berikut:

d.Mengkristal dan Menyublim


Mengkristal dalam peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi padat
ataupun sebaliknya.Untuk membedakannya, kamu bisa menggunakan istilah
melenyap dan mengkristal. Melenyap adalah peristiwa perubahan wujud padat
menjadi gas. Mengkristal adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi padat.
Contohnya adalah kapur barus atau pada peristiwa berubahnya uap menjadi salju.
Sedangkan menyublim merupakan suatu peristiwa perubahan wujud zat padat
menjadi gas atau sebaliknya. Contoh menyublim yaitu pada kapur barus (kamper)
yang disimpan pada lemari pakaian lama-lama akan habis. Jadi kapur barus dapat
mengalami 2 macam perubahan wujud akibat kalor. Zat-zat lain yang mudah
menyublim selain kapur barus adalah iodin dan kafein.
e.Mengembun
Mengembun suatu peristiwa perubahan benda gas menjadi air yang
merupakan kebalikan dari menguap. Secara sederhana, dapat kita lihat minuman
dingin seperti es teh. Kalau kita amati dengan seksama, permukaan luar dari
wadah minuman es tersebut menjadi basah. Mengapa? Karena uap air dalam udara
yang menyentuh gelas mengembun. Hal ini disebabkan suhu gelas lebih rendah
dari pada suhu uap air di sekitar gelas.
Contoh mengembun yang lain adalah ketika kita menyimpan es batu dalam
sebuah gelas maka bagian luar gelas akan basah, atau rumput di lapangan pada
pagi hari menjadi basah walaupun malam harinya tidak hujan.
7. Pemuaian
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh
perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima
kalor.Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair,
dan pada zat gas.
Pemuaian pada zat padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu
demensi), pemuaian luas (dua dimensi) dan pemuaian volume (untuk tiga
dimensi). Sedangkan pada zat cair dan zat gas hanya terjadi pemuaian volume
saja, khusus pada zat gas biasanya diambil nilai koofisien muai volumenya sama
dengan 1/273.
a. Pemuaian panjang
Adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena meneria
kalor.Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan
dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada.
Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja adalah kawat kecil
yang panjang sekali.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang
awal benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai
panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan.
Secara matematis persamaan yang digunakan untuk menentukan
pertambahan panjang benda setelah dipanaskan pada suhu tertentu adalah

b. Pemuaian luas
Adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima kalor.
Pemuaian luas terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang dan lebar,
sedangkan tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada. Contoh benda yang
mempunyai pemuaian luas adalah lempeng besi yang lebar sekali dan tipis.
Seperti halnya pada pemuian luas faktor yang mempengaruhi pemuaian
luas adalah luas awal, koefisien muai luas, dan perubahan suhu. Karena
sebenarnya pemuaian luas itu merupakan pemuian panjang yang ditinjau dari dua
dimensi maka koefisien muai luas besarnya sama dengan 2 kali koefisien muai
panjang. Pada perguruan tinggi nanti akan dibahas bagaimana perumusan
sehingga diperoleh bahwa koefisien muai luas sama dengan 2 kali koefisien muai
panjang.
Untuk menentukan pertambahan luas dan volume akhir digunakan persamaan
sebagai berikut ac.
c. Pemuaian volume
Adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena menerima kalor.
Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal.
Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus, air dan udara.
Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu untuk
menentukan koefisien muai volume sama dengan 3 kali koefisien muai panjang.
Sebagaimana yang telah dijelskan diatas bahwa khusus gas koefisien muai
volumenya sama dengan 1/273.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan volume dan
volume akhir suatu benda tidak jauh beda pada perumusan sebelum. Hanya saja
beda pada lambangnya saja. Perumusannya adalah

C. Konduktor dan Isolator Panas


1. Pengertian Konduktor dan isolator
Konduktor panas adalah suatu bahan atau zat yang bisa menghantarkan
panas, baik dalam bentuk zat cair, padat, atau gas. Di mana peristiwa ini
dikarenakan oleh benda atau zat itu memiliki suatu sifat yang konduktif. Benda
yang termasuk konduktor panas antara lain alumunium, tembaga, baja, besi, air,
karbon, dan lain-lain.
Sedangkan, isolator panas adalah suatu jenis bahan atau zat yang sulit
bahkan tidak dapat menghantarkan panas dengan baik. Isolator umumnya dikenal
dengan sebutan sebagai penghambat aliran listrik. Contoh yang termasuk ke
dalam isolator panas adalah plastik, kayu, kertas, kaca, karet, dan lain-lain
2. Ciri konduktor dan isolator
1) Ciri Konduktor
•Dapat menghantarkan arus listrik dan panas.
• Ada konduktivitas termal di konduktor tinggi. Konduktivitas termal adalah
sifat material yang memungkinkan panas dapat melewatinya.
• Jika ditempatkan pada medan magnet, konduktor tidak akan menyimpan
energi.
• Pada permukaan konduktor terdapat medan listrik.
• Ikatan kovalen antara atom yang ada di konduktor sangat lemah.
• Jika diberikan perbedaan potensial, elektron bebas dalam konduktor akan
bergerak dari atom ke atom.
• Elektron bebas pada konduktor memiliki jumlah yang banyak.
• Resistansi konduktor rendah.
• Pada konduktor, pita konduksi penuh dan pita valensi kosong.
2) Ciri Isolator
• Isolator tidak dapat menghantarkan arus listrik.
• Ada konduktivitas termal di isolator rendah.
• Jika ditempatkan pada medan magnet, isolator akan menyimpan energi
dalam medan magnet.
• Pada permukaan isolator sama sekali tidak ada medan listrik.
• Ikatan kovalen antara atom yang ada di isolator sangat kuat.
• Jika diberikan perbedaan potensial, elektron bebas dalam isolator akan tetap
diam meski terdapat perbedaan potensial.
• Elektron bebas pada isolator memiliki jumlah yang sedikit.
• Resistansi isolator tinggi.
• Pada isolator, pita konduksi kosong dan pita valensi penuh.
Dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari, konduktor dan isolator
panas memiliki manfaatnya masing-masing. Umumnya, benda yang memiliki
sifat sebagai konduktor panas digunakan dalam peralatan yang dibutuhkan untuk
menghantarkan panas atau arus listrik seperti wajan, panci, dan kawat tembaga
untuk mengaliri arus listrik.
Sedangkan, benda yang memiliki sifat sebagai isolator panas biasa
digunakan sebagai pelindung dari panas pada suatu peralatan. Contohnya gagang
wajan, panci, dan pelindung kabel yang terbuat dari karet.

Anda mungkin juga menyukai