Anda di halaman 1dari 12

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No.

1, Maret 2013 47

KOMUNIKASI UNTUK PENYELESAIAN KONFLIK


DALAM KELUARGA : ORIENTASI PERCAKAPAN
DAN ORIENTASI KEPATUHAN
Damayanti Wardyaningrum

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia


Lembaga Pengabdian dan Penelitian Masyarakat Universitas Al Azhar Indonesia
Kompleks Masjid Agung Al Azhar Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta 12110
Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta 12110

E-mail : damayanti@uai.ac.id

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk adalah pada remaja yang orangtuanya
mengetahui bagaimana penyelesaian konflik melakukan komunikasi berorientasi kepatuhan
dalam komunikasi keluarga dengan orientasi dan sering terjadi konflik maka anak akan
pada percakapan dan orientasi percakapan mencari figur orang lain diluar keluarga inti
pada kepatuhan. Konsep yang digunakan seperti paman, teman, pacar, atau orangtua
adalah komunikasi keluarga dan konsep konflik. pacar. Remaja cenderung engga n
Informan dalam penelitian ini adalah remaja berkomunikasi kepada orangtua tentang teman
usia sekolah menengah atas, pria dan wanita dekat atau pacar karena orang tua pada
yang tinggal bersama orang tua dan mengalami umumnya tidak menyukai berkomunikasi
konflik dengan ada penyelesaian. Status tentang hal tersebut.
ekonomi keluarga remaja termasuk kelompok
kelas menengah. Dari hasil wawancara Abstract - The aim of the research are to
diperoleh temuan bahwa remaja dan orangtua identify the solving of the family conflct using
memiliki kesempatan komunikasi dengan the conversation orientation and the confirmity
orangtua pada malam hari setelah orangtua orientation. The concept use are family
bekerja dan pada hari libur. Remaja lebih dekat communication and conflict consept. The
dengan ibu dibandingkan ayah karena ibu informant in these research are four tenegars,
dianggap lebih banyak melakukan percakapan. boy and girl, senior high school student, from
Konflik yang dialami remaja dengan orang tua midle class, and having conflict with the parents
umumnya seputar masalah kegiatan sekolah, with solution. From the daily communication
kebiasaan belajar dan hubungan dengan activity, the result shows that informants have
saudara kandung. Remaja sebagian besar dapat the efective time for communication with the
memahami konflik yang timbul antara orang parents at night after office hour or in the
tua dan remaja, hanya sebagian kecil yang tidak holiday. Informants have more intensive
memahami tentang konflik yang terjadi. communications with mother than father.
Sebagian orang tua menyelesaikan konflik The conflict between informant and parents
dengan orientasi kepatuhan terutama untuk most the topic about the activities of studies,
masalah pilihan sekolah dan masa depan anak. friends and brother relations. Some of the
Disisi lain remaja lebih menyukai penyelesaian informant could understand about the conflict is
konflik dengan orientasi percakapan. Hal lain the concern of the parents to their life while
yang ditemukan others informant does’t understand. The
informant feel more satisfied with the parents
*. Penelitian ini telah dipresentasikan pada : The 4th who use the coversation in conflict solution,
International Communication Research Conference. while for the informant that their parents using
Culture, Conflict and Communication 21-22 June 2013. confirmity for conflict solution feel unstisfied
STIKOM The London School of Public Rekations, and find someone else for helping their problem.
Jakarta
48 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 2, No.1, Maret 2013

Keyword - Komunikasi keluarga, orientasi percakapan yang mengemukakan tentang kelemahan penelitian
dan orientasi kepatuhan tentang tawuran pelajar. Ketidakberhasilan
argumentasi teoritis penelitian atau pakar
sebelumnya diduga karena penelahaan tidak
I. PENDAHULUAN memperhitungkan tawuran sebagai gejala tingkah
laku kelompok yang berbeda dengan penyimpangan
1.1. Latar Belakang Masalah tingkah laku individu. Berbagai penelitian
membuktikan, tidak ada korelasi antara pelaku

B eberapa fakta yang terjadi akhir-akhir


tentang konflik dalam keluarga dapat ditinjau
dari beberapa aspek. Antara lain misalnya
konflik antara anak dan orang tua atau konflik
tawuran dan keluarga yang tidak harmonis. Winarni
(1998) dalam artikel tersebut menyebutkan baik
siswa yang terlibat langsung maupun yang tidak
terlibat mengaku memiliki hubungan dekat dengan
antara suami dan istri. Kasus anak yang melakukan orangtuanya.
penganiayaan terhadap temannya (Kompas 15 Meskipun hasil penelitian diatas memberikan
Februari 2012) mengurai bahwa permasalahan kesimpulan berbeda dengan penelitian sejenis
tindak kekerasan anak atau remaja terjadi ataupun sebelumnya, namun perlu dicermati
diantaranya disebabkan oleh adanya konflik atau pendapat pakar pendidikan Arif Rahman terkait
ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga. dengan aksi tawuran pelajar yang terjadi pada tahun
Beberapa kasus lain yang sempat menjadi 2012. ”Tradisi tawuran pelajar harus dipatahkan.
perhatian masyarakat beberapa waktu yang lalu Peran sekolah amat besar dalam upaya ini, tentu
misalnya mengenai anak yang pergi dari rumah saja harus diimbangi dengan peran orang tua
karena tidak merasa nyaman tinggal bersama orang mendampingi dan mengawasi anaknya” (Kompas,
tuanya, dan terjadi kasus bunuh diri pada beberapa 15 Oktober 2012. Tawuran Pelajar : Orangtua dan
anak. Guru Diminta Awasi Siswa).
Disisi lain konflik keluarga dapat memicu
terjadinya hal-hal seperti kekerasan dalam rumah Kasus lain yang menjadi perhatian masyarakat
tangga, tawuran remaja, kurangnya toleransi adalah tentang perkosaan anak. (Kompas 13
masyarakat, penyalahgunaan narkoba dan bunuh Oktober 2012 artikel pemerkosa Anak Marak.)
diri. Sehingga peran keluarga juga diperlukan Dalam artikel tersebut terdapat himbauan dari
dalam proses pendidikan masyarakat selain pejabat kepolisian agar orangtua perlu benar-benar
sosialisasi nilai-nilai melalui dunia pendidikan. mencermati keseharian anak saat beraktivitas dan
(Kompas 15 November 2012). Fakta lain bergaul. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 telah terjadi orang tua hendaknya lebih sering berkomunikasi
tawuran pelajar yang telah menewaskan 4 siswa, dan mengawasi anak. Tidak jarang komunikasi dan
selain itu terjadi peningkatan gangguan mental dan pengawasan orang tua terhadap anak juga
emosional pada warga DKI yang menimpa warga menimbulkan konflik. Anak tidak suka terlalu
usia produktif 20-40 tahun (jumlahnya mencapai 2 diawasi, atau orangtua tidak mengetahui dengan
kali lipat dari tahun 2010 yaitu 306.621 orang). tepat bagaimana berdialog dengan anak untuk
mengawasi.
Data tersebut menunjukkan bahwa individu sebagai
anggota keluarga dan masyarakat tidak mampu Jika merujuk pada konflik yang terjadi dalam
menyelesaikan konflik yang dihadapinya. Sebagai keluarga maka konflik dapat memberikan dampak
unit masyarakat terkecil keluarga adalah tempat positif maupun negatif. Uraian yang disebutkan
dimana kehidupan seorang individu dimulai dan diatas adalah contoh bagaimana individu tidak
paling banyak menghabiskan masa hidup. Keluarga mampu beradaptasi dalam menyelesaikan konflik
yang seyogyanya menjadi tempat yang paling baik dengan diri sendiri maupun konflik yang
utama bagi setiap individu untuk beranung bukan terkait dengan orang lain. Konflik sendiri jika
hanya secara fisik dan namun juga psikologis. ditinjau dari prosesnya dipengaruhi oleh banyak
faktor dan dari dari tahap yang konstruktif sampai
Hal lain yang perlu menjadi bahan perhatian kepada yang bersifat destruktif dengan begitu
adalah konflik remaja dalam bentuk tawuran banyak variasi yang ditimbulkan (Galvin &
pelajar. Artikel Kompas pada tanggal 2 Oktober Brommel; 1986). Disisi lain Wilmot dan Hocker
2012 tentang Kompleksitas Tawuran Pelajar (2001) mengemukakan bahwa komunikasi
mengulas hasil penelitian Pakar Kriminologi merupakan sentral elemen dalam terjadinya konflik
Muhammad Mustafa dan pakar psikologi Winarini interpersonal. Komunikasi merupakan sebuah alat
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 1, Maret 2013 49

yang dapat memberikan kontribusi produktif 2. Mengetahui komunikasi apa saja yang
maupun destruktif dalam pengelolaan konflik. menimbulkan konflik antara remaja dan orang
Selain komunikasi sendiri dapat menciptakan tua.
konflik atau perilaku komunikasi sendiri dapat 3. Mengetahui bagaimana penyelesaian konflik
merefleksikan suatu konflik. antara remaja dan orang tua dengan
komunikasi melalui pendekatan percakapan
Konflik dapat dipelajari dari beberapa prinsip yang dan pendekatan kepatuhan.
melingkupinya seperti fokus konflik apakah terletak
pada isu tentang konten atau konflik yang berfokus
pada isu hubungan antar pelaku konflik, konflik II. TINJAUAN PUSTAKA
memiliki efek negatif dan positif, beberapa bentuk
konflik sampai manajemen dalam menghadapi 2.1. Konsep Keluarga
konflik yang didalammnya mencakup tahapan atau
strategi dalam penyelesaian konflik. (De Vitto : Dalam kehidupannya manusia tidak dapat berdiri
2007). sendiri, oleh sebab itu manusia dikategorikan
sebagai mahluk sosial yang perlu mengadakan
Sejalan dengan uraian De Vitto, Littlejohn dan komunikasi dengan manusia lainnya, ataupun
Domenici (2007) mengemukakan bahwa dari menyatakan pendapat, perasaan, kemauan dan
beberapa literatur tentang komunikasi dalam keinginan agar orang lain dapat memahami
perkawinan sangat jelas diuraikan bahwa keinginan kita begitupula kita dapat memahami
kemampuan yang rendah dalam mengelola konflik keinginan orang lain. Dengan kodratnya demikian
adalah merupakan salah satu tanda adanya tekanan secara tidak langsung manusia akan membuat suatu
dalam suatu hubungan, dan anak-anak akan komunitas yang lebih besar yang disebut
mengalami kerugian dengan adanya tekanan masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok
sebagai akibat dari kelemahan orangtuanya dalam terkecil masyarakat yaitu keluarga. Sehingga dapat
mengelola konflik dan anak-anak akan belajar dari dilkatakan keluarga merupakan sistem sosial
cara orangtuanya dalam menghadapi konflik dan terkecil yang ada di dalam masyarakat. Hal ini
membawa pola interaksi orangtuanya dalam terjadi, sebab di dalam keluarga terjalin hubungan
kehidupan saat dewasa dan dalam perkawinan. yang kontinyu dan penuh kekaraban, sehingga jika
diantara anggota keluarga itu mengalami peristiwa
1.2. Permasalahan Penelitian tertentu maka, anggota keluarga yang lain biasanya
ikut merasakan peristiwa itu.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Salah satu definisi dari keluarga adalah :
permasalahan penelitian ini adalah :
1) Bagaimana komunikasi yang dilakukan Jaringan orang-orang yang berbagi kehidupan
antara remaja dan orang tua terkait dengan mereka dalam jangka waktu yang lama, yang
aktivitas sehari-hari? terikat oleh perkawinan, darah, atau komitmen,
2) Komunikasi apa saja yang menimbulkan legal atau tidak, yang menganggap diri mereka
konflik antara remaja dan orang tua? sebagai keluarga, dan yang berbagi pengharapan-
3) Bagaimana penyelesaian konflik antara pengharapan masa depan mengenai hubungan
remaja dan orang tua dengan komunikasi yang berkaitan (Galvin and Bromel dalam Moss &
melalui pendekatan percakapan dan Tubbs; 2005).
pendekatan kepatuhan?
Dari definisi tersebut maka keluarga adalah
1.3.Tujuan Penelitian kelompok orang yang secara bersama saling
berbagi kehidupan dalam jangka waktu yang lama
Dari uraian fakta-fakta kasus maupun konsep baik dalam ikatan perkawinan maupun tidak dan
diatas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan saling berbagi harapan tentang masa depan mereka.
sebuah penelitian tentang komunikasi untuk Sehingga bentuk keluarga dalam definisi tersebut
penyelesaian konflik dalam keluarga terutama ini tidak selalu dalam bentuk ikatan perkawinan.
ditinjau dari pandangan remaja. Sehingga penelitian Sedangkan definisi lain tentang keluarga disebutkan
ini bertujuan untuk : sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana komunikasi yang An organized, relational transactional group,
dilakukan antara remaja dan orang tua ussualy occupying a common living space over an
terkait dengan aktivitas sehari-hari extended time period, and possessing a confluence
50 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 2, No.1, Maret 2013

of interpersonal images that evolve through the negatif dan bila onflik ditekan, maka hal demikian
exchange of meaning over time. (Person dalam De dapat menimbulkan akibat yang buruk pada
Vito : 2001) anggota keluarga. Bila konflik tidak muncul, maka
Di budaya timur yang disebut keluarga adalah tidak berarti bahwa kebahagiaan sudah terjamin.
mereka yang terikat dalam ikatan perkawinan yang
sah. Selain itu jumlah anggota keluarga di Konflik terjadi dalam keluarga dalam rangka
masyarakatbarat biasanya hanya terdiri dari anggota upaya-upaya para angota keluarga untuk
keluarga inti yaitu ayah, ibu dan anak. Sedangkan memperebutkan sumber-sumber daya yang langka
di masyarakat Timur konsep anggota keluarga yaitu hal-hal yang diberi nilai, seperti uang,
bukan hanya terdiri dari keluarga inti namun perhatian, kekuasaan dan kewenangan dalam
termasuk anggota keluarga yang lain seperti nenek, memainkan peranan tertentu. Para anggota keluarga
kakek, adik, keponakan dan sebagainya. dapat juga merundingkan atau mengadaka proses
Dari pendekatan sosiologi dikemukakan oleh tawar menawar dalam mencapai tujuan yang saling
Charles Cooley dalam Henslin (2006) bahwa berkompetisi. Interaksi yang bersifat konflik
keluarga merupakan kelompok primer atau berkisar dari interaksi yang bersifat verbal sampai
kelompok pertama yang memberikan dasar bagi kepada yang bersifat fisik. Interaksi yang penuh
kehidupan seseorang. Dengan adanya interaksi masalah terjadi bila tidak ada aturan-aturan
tatap muka yang intim, kelompok primer semacam itu, atau bila aturan aturan tidak
memberikan perasaan kepada seseorang tentang ditetapkan secara konsekuen, atau bila aturan-
siapa dirinya. Selain itu keluarga penting bagi aturan itu itu hanya diterima oleh satu pihak saja.
kesejahteraan emosional seseorang, dan
memunculkan rasa harga diri karna didalamnya 2.2. Komunikasi Keluarga
menawarkan rasa kebersamaan , rasa dihargai, dan
dicintai. John P. Caughlin dan Allison M. Scot dalam
Muntaha (2011) menyebutkan bahwa komunikasi
Keluarga menjadi penting karena nilai dan sikapnya dalam keluarga mengacu pada pola dan perilaku
menyatu dalam identitas seseorang. Seseorang akan interaksi yang berulang (repeated interaction styles
menginternalisasikan pandangan keluarganya yang and behaviours); yang dapat berbeda antara
menjadi suatu lensa melalui mana ia memandang keluarga tunggal dan keluarga besar (dengan
kehidupan. Bahkan sebagai orang dewasa, tidak anggota banyak); dan terbangun dalam waktu
peduli sejauh apapun masa kanak-kanak telah sebentar maupun kurun waktu lama.
meninggalkan seseorang, keluarga sebagai
kelompok primer awal tetap berada dalam dirinya. Rasa aman secara emosi juga meliput rasa aman
Oleh karenanya sangat sukar bagi seseorang bahkan ketika menyatakan diri, pendapatnya, maupun
barangkali tidak mungkin, untuk memisahkan diri mendiskusikan kesulitan dihadapi. Sehingga dlam
dari kelompok primer seseorang, karena diri dan hal ini maka komunikasi diantara anggota keluarga
keluarga melebur kedalam suatu konsep “kita”. merupakan salah satu elemen yang sangat penting
untuk menjamin terwujudnya rasa aman.
Seperti disebutkan juga oleh Littlejohn (2001)
bahwa sebagai sebuah sistem maka keluarga juga Komunikasi keluarga memiliki tingkat
memiliki hierarki, yang membedakan posisi antara ketergantungan yang sangat tinggi dan sekaligus
satu unsur dengan unsur lainnya. sangat komplek (Ruben, 2006). Seperti telah
diuraikan sebelumnya bahwa keluarga adalah
Akses para anggota keluarga terhadap kekuasaan termasuk kelompok primer sehingga dalam
dan sumberdaya berbeda. Ketidaksamaan atau komunikasi kelompok menurut Charles Horton
asimetri yang melekat pada sistem keluarga inilah Cooley dalam Rohim (2009) komunikasi pada
yang merupakan dasar konflik, dan ini muncul pada kelompok primer memiliki karakteristik sebagai
waktu para anggota keluarga mengadkan tawar- berikut :
menawar dan bersaing untuk meraih kedudukan
dan hal-hal yang dinilai tinggi. Walaupun Pertama, kualitas komunikasi pada kelompok
ketegangan dan potensi kinlik terus menerus hadir, primer bersifat dalam dan meluas, dalam arti
tujuan-tujan bersama dan cinta yang timbal balik menembus kepribadian kita yang paling dalam dan
menyebabkan para anggota keluarga saling terikat. tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage.
Asumsi yang lain adalah bahwa konflik dalam Sedangkan meluas artinya sedikit sekali kendala
keluarga dapat membawa akibat positif dan yang menentukan rintangan dan cara
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 1, Maret 2013 51

berkomunikasi. Pada kelompok primer, kita anggota keluarga memiliki ketergantungan satu
mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi sama lain.
dengan menggunakan berbagai lambing verbal Ahli lain yaitu Anne Fitzpatrick mengembangkan
maupun nonverbal. serangkaian riset dan teori mengenai hubungan
keluarga yang memberikan penjelasan tentang
Kedua, pada kelompok primer bersifat personal. berbagai tipe keluarga serta pengaruh tipe keluarga
Dalam komunikasi primer, yang penting buat kita tersebut dalam cara mereka berkomunikasi. Adapun
adalah siapa dia, bukan apakah dia. Hubungan empat tipe keluarga yang diidentifikasi oleh
dengan kelompok primer sangat unik dan tidak Fitzpatrik yaitu : 1) Konsensual 2) Pluralistis 3)
dapat digantikan. Misalnya hubungan antara ibu Protektif dan 4) laissez faire (Morisan dan
dan anak. Wardhani: 2009).

Ketiga, pada kelompok primer, komunikasi lebih Pada konsep lainnya dikemukakan bahwa terdapat
menekankan pada aspek hubungan, daripada aspek dua jenis komunikasi dalam keluarga yaitu yang
isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara berorientasi pada percakapan (conversation
hubungan baik, dan isi komunikasi bukan sesuatu orientation) atau pada orientasi konformitas
yang amat penting. Berbeda dengan kelompok (conformity orientation) (Gudyunkst dalam
sekunder yang lebih dipentingkan adalah aspek Hammond dkk : 2003). Pada orientasi komunikasi
isinya bukan pada aspek hubungan. yang memfokuskan pada percakapan anggota
keluarga memiliki keleluasaan untuk
Keempat, pada kelompok primer pesan yang menyampaikan pendapatnya. Setiap anggota
disampaikan cenderung lebih bersifat ekspresif, keluarga tidak memiliki kekhawatiran terhadap
dan berlangsung secara informal. timbulnya perbedaan, berani menyampaikan
pendapat dan ketidaksetujuannya serta memiliki
Jika membahas tentang keluarga sebagai kelompok argumentasi yang diperdebatkan. Sebaliknya pada
primer maka komunikasi adalah salah satu aspek orientasi kesesuaian, maka setiap anggota keluarga
penting yang digunakan untuk menilai hubungan memiliki aktivitas komunikasi yang rendah.
antara anggota keluarga. Galvin and Brommel Anggota keluarga cenderung diarahkan untuk
(1986) menggunakan kerangka berikut untuk menyesuaikan pendapatnya dengan anggota
membahas tentang komunikasi keluarga: keluarga lain, membangun suasana yang aman,
menekan perbedaan, tidak sering mengangkat
We view the family as a system in which tentang perbedaan dan memperuncing konflik.
communication regulates cohesion and adaptability
by a flow og message patterns through a defined Konsep tentang orientasi percakapan atau
network of evolving interdependent relationships. konformitas diuraikan pula lebih lanjut oleh
Kroener dan Fitzpatrick dalam Muntaha (2011)
Dari definisi tersebut maka dapat diuraikan bahwa bahwa menyangkut hubungan antaranggota dalam
keluarga adalah merupakan suatu sistem yang satu keluarga, pada keluarga yang berorientasi
terdiri dari sekelompok orang yang saling kepatuhan komunikasi keluarga cenderung bersifat
berhubungan satu sama lain, individunya authoritarian atau berpola tertutup. Sedangkan pada
didalamnya bisa mengalami perubahan dan keluarga yang berorientasi percakapan keluarga
mempengaruhi sistem dalam keluarga. Komunikasi cenderung beriklim longgar memungkinkan
yang dilakukan dalam keluarga adalah suatu proses keberagaman peran serta dan interaksi, luwes dan
pertukaran arti dan bahwa keluarga dapat terbuka.
mengembangkan kapasitasnya sebagai wadah
saluran emosi bagi anggotanya. Karena anggota Sementara itu jika dikaitkan dengan konsep budaya
keluarga saling berinteraksi dalam frekuansi yang maka menurut Liliweri dalam Muntaha (2011)
tinggi dan berulang-ulang, maka komunikasi yang keluarga Indonesia termasuk dalam kategori high
dilakukan cenderung dapat diprediksi dan satu culture context (budaya konteks tinggi). Dalam hal
sama lain berinteraksi dengan cara yang khusus. ini persepsi terhadap komuniasi dicirikan menjadi
Selain itu kehidupan keluarga tidak statis. tiga hal : 1) menggunakan gaya komunikasi tidak
Didalamnya dapat terjadi hal yang dapat langsung 2)mengutamakan pertukaran komunikasi
diprediksi, ada perubahan atau dapat terjadi krisis. non verbal dan 3) mengutamakan suasan
Pada umumnya kondisi tersebut dapat membuat komunikasi informal.
52 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 2, No.1, Maret 2013

Dalam penelitian ini karena fokus unit analisis konflik. Disebutkan bahwa konflik meiliki
adalah remaja dan orang tua maka penulis akan beberapa tahapan proses yaitu tahap kondisi awal,
munguraikan beberapa konsep yang terkait dengan tahap frustasi dan penyadaran, tahap aktif, tahap
relasi anak khususnya remaja dan orang tua. solusi atau tidak tercapai solusi, tahap tindak lanjut
Konsep yang meliputi sejumlah aspek dan masing- dan tahap resolusi.
masing aspek mengandung sejumlah indikator yaitu Jika dikaitkan dengan faktor penyebab konflik
:a)Persepsi remaja mengenai sikap saling dalam keluarga maka Galvin dan Broomel
menghargai diantara para anggota keluarga menguraikan lebih lanjut bahwa konflik dalam
b)persepsi remaja mengenai keterlibatan dirinya keluarga dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
dalam membicarakan dan memecahkan masalah yang berfokus pada isu-isu mendasar atau kurang
yang dihadapi keluarga 3) Persepsi remaja berfokus pada isu dasar. Isu sentral atau mendasar
mengenai keterbukaan sikap orangtua, yang seperti misalnya terkait dengan agama, kepemilikan
mengandung indikator-indikator sebagai berikut anak, agama dan pendidikan. Sedangkan konflik
4)Persepsi remaja mengenai toleransi orangtua yang tidak berfokus pada isu utama adalah hal-hal
terhadap perbedaan pendapat.5)Persepsi remaja yang terkait dengan aktivitas sehari hari seperti
tmengenai kemampuan orangtua untuk memberikan keputusan untuk berlibur atau pembagian tugas
alasan yang masuk akal terhadap suatu perbuatan pekerjaan. Beberapa jenis konflik yang terkait
atau keputusan yang diambil.6)Persepsi remaja dengan isu diatas ada yang dapat diselesaikan ada
mengenai keterbukaan orangtua terhadap minat yang tidak sampai pada tahap penyelesaian.
yang luas.7)Persepsi remaja mengenai upaya Kondisi terparah jika konflik tidak mencapai tahap
orangtua untuk mengembangkan komitmen penyelesaian adalah terjadinya perpisahan atau
terhadap tugas 8)Persepsi remaja mengenai hubungan yang diakhiri.
kehadiran orangtua dirumah dan keakraban
hubungan antar orangtua dan remaja. Dalam pandangan beberapa pakar penganut
kerangka pemikiran yang mengkaji keluarga,
Bentuk komunikasi keluarga akan berubah pada konflik dalam keluarga umumnya dianggap sebagai
saat anak mulai beranjak besar. Anak biasanya ancaman sebagai stabilitas keluarga. Berlainan
mulai memiliki pendapat sendiri dan bahkan bisa halnya dengan pendekatan konflik karena diangga
memberikan saran pada orang tuanya. Konsep sebagai suatu akibat yang wajar, alamiah dari
keterbukaan dalam satu keluarga dengan keluarga terjadinya interaksi manusia.Karena pandangan
lainnya bisa berbeda. yang semacam itu, maka dalam kajian keluarga
yang menggunakan pendekatan ini terdapat
2.3. Konsep Konflik penekanan pada manajemen konflik dan alokasi
kekuasaan dan sumberdaya dalam keluarga
Konflik memiliki berbagai macam elemen (Ihromi:2004)
diantaranya bahwa konflik memiliki afek negatif
dan positif, konflik dapat berfokus pada isi Asumsi yang lain adalah bahwa konflik dalam
pembicaraan atau materi permasalahan namun keluarga dapat membawa akibat positif dan
konflik juga dapat terkait dengan pribadi negatif dan bila onflik ditekan, maka hal demikian
pelakunya. Konflik memiliki beberapa bentuk atau dapat menimbulkan akibat yang buruk pada
gaya dan konflik juga ditentukan oleh faktor anggota keluarga. Bila konflik tidak muncul, maka
budaya (DeVitto: 2007). Sehingga pembahasan tidak berarti bahwa kebahagiaan sudah terjamin.
mengenai konflik dapat ditinjau dari berbagai
macam aspek dan yang lebih menarik adalah Konflik terjadi dalam keluarga dalam rangka
mengetahui dampak konflik serta mengaitkannya upaya-upaya para angota keluarga untuk
dengan penyebab konflik. memperebutkan sumber-sumber daya yang langka
yaitu hal-hal yang diberi nilai, seperti uang,
Konflik sendiri tidak dapat dihindari ketika perhatian, kekuasaan dan kewenangan dalam
seseorang berhubungan dengan orang lain. Bahkan memainkan peranan tertentu. Para anggota keluarga
konflikpun dapat terjadi dengan individu tanpa dapat juga merundingkan atau mengadaka proses
melibatkan orang lain. Terkait dengan pemahaman tawar menawar dalam mencapai tujuan yang saling
konflik luas dan terintegrasi baik De Vitto (2007) berkompetisi. Interaksi yang bersifat konflik
maupun Galvin dan Brommel (1986) keduanya berkisar dari interaksi yang bersifat verbal sampai
memberikan uraian mengenai tahapan tentang kepada yang bersifat fisik. Interaksi yang penuh
terjadinya konflik sampai dengan cara mengelola masalah terjadi bila tidak ada aturan-aturan
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 1, Maret 2013 53

semacam itu, atau bila aturan aturan tidak puasan dalam sebuah sistem. Konflik juga
ditetapkan secara konsekuen, atau bila aturan- membantu mengindikasikan sebuah
aturan itu itu hanya diterima oleh satu pihak saja. ketidaksetujuan.
Untuk memahami konflik salah satu konsep yang
menurut penulis relevan untuk dipahami adalah Dalam mengelola konflik setiap keluarga memiliki
konsep tentang konflik secara keseluruhan atau cara yang berbeda-beda. Danial Canaraya dan
sistemik. Konsep yang dikemukakan oleh Papp, Melissa Tafoya seperti dikutip oleh Littlejohn dan
Silberstein dan Carter dalam Wilmot & Hocker Domenici (2007) membagi dua kondisi konflik
(2001) adalah sebagai berikut : yaitu perilaku konflik yang bersifat langsung dan
tidak langsung serta bentuk perilaku yang dapat
1. Konflik dalam sebuah sistem muncul karena bekerjasama dan tidak dapat bekerjasama. Dari
adanya reaksi yang sifatnya berantai. Dalam hal skema tersebut diperoleh empat pola yaitu
ini setiap reaksi yang timbul dari sebuah negosiasi, perlawanan langsung, tidak ada
konflik adalah merupakan reaksi dari suatu konfrontasi dan perlawanan tidak langsung.
tindakan. Disisi lain tindakan seseorang dapat
diprediksi akan mengakibatkan reaksi pada
orang lain. Dalam sebuah sistem setiap bagian III. METODOLOGI PENELITIAN
akan mengakibatkan dampak terhadap orang
lain. Metode penelitian yang digunakan dalam
2. Setiap orang sebagai anggota memiliki label penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan
atau diprogramkan untuk menjalankan sebuah mengandalkan wawancara sebagai sumber data
peran dalam suatu sistem. Label atau cap pada primer. Metode ini dipilih karena dalam
seseorang menjelaskan apa fungsi dari setiap melakukan penelitian mengenai komunikasi untuk
orang dikelompoknya. Setiap peran dari penyelesaian konflik dibutuhkan gambaran yang
seseorang dapat membatasi aktivitas atau cukup mendalam tentang proses, pendapat dan
tindakan orang lain dan hal ini yang tindakan yang dilakukan oleh informan. Sehingga
menimbulkan konflik. metode wawancara yang biasanya digunakan
3. Kerjasama yang merupakan bagian penting dari dalam penelitian kualitatif menurut peneliti
sebuah sistem membuat konflik tetap ada. Pada merupakan metode yang sesuai untuk memperoleh
bagian ini konflik ang timbul memungkinkan temuan yang diharapkan. Dengan metode ini
terjadinya perubahan dalam sistem. Dengan peneliti berharap bahwa temuan yang diperoleh
adanya perubahan maka sistem akan bukan sekedar gambaran yang bersifat umum
bertumbuh. namun dapat memperoleh hasil yang lebih
4. Bentuk hubungan segitiga dapat terbentuk komprehensif mencakup penyebab, proses dan
dalam suatu hubungan yang siftnya dekat dan hasil. Strategi penelitian yang digunakan yaitu
intens. Orang cenderung untuk mengajak orang phenomenology yang memberikan penekanan pada
lain memiliki posisi yang sama dengan dirinya, persoalan pengalaman pribadi (personal
terlebih jika posisinya merupakan posisi yang experience) dari komunikasi orang tua dan anak
rendah dibdandingkan anggota sistem yang dalam penyelesaian konflik.
lain. Bentuk hubungan seperti ini seringkali
mengakibatkan adanya destruksi hubungan dan Wawancara kepada beberapa informan dilakukan
menimbulkan konflik. secara terpisah, dengan beberapakali pertemuan.
5. Sebuah sistem memungkinkan timbulnya Umumnya informan telah mengenal tim peneliti
aturan dalam proses sebuah konflik dan sebelumnya sehingga terbangun kedekatan dan
cenderng dikuti meskipun dalam kondisi yang rasa percaya ketika dilakukan wawancara.
buruk . Ada turan tertentu yang disepakati Menurut peneliti hal ini penting agar informan saat
ketika mengalami konflik, misalnya dalam diwawancarai dapat terbuka dan mampu
sebuag rumah tangga ada aturan bahwa ketika mengungkapkan apa yang dirasakan.
orang tua berkonflik tidak dilakukan dihadapan
anak-anak. Pada usia anak-anak orang tuan Konfirmasi jawaban dilakukan dengan teman atau
perlu menghindari wuara keras atau tatapan sahabat dekat informan sehingga dapat diperoleh
wajah yang marah. validitas penelitian. Selain itu tim peneliti juga
6. Dalam beberapa hal konflik memberikan suport melakukan pengamatan terhadap aktivitas
bagi sebuah sistem. Seringkali konflik informan sehari-hari seperti lingkungan rumah
membantu memberikan sinyal adanya ketidak
54 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 2, No.1, Maret 2013

tempat tinggal informan bersama keluarga serta 4.2. Jenis Konflik Remaja Dengan Orang Tua
lingkungan dan teman-teman sekolah.
Informan dalam penelitian ini adalah remaja pria Dari hasil wawancara diperoleh hasil bahwa hampir
dan wanita yang tinggal di Jakarta dari kelas SES semua konflik yang dihadapi remaja dengan orang
A dan B. Informan duduk dibangku sekolah tua seputar masalah aktivitas remaja sehari hari
menengah atas dan tinggal bersama orang tua. seperti tentang kegiatan belajar remaja, disiplin
Remaja juga memiliki sahabat atau teman sekolah, hubungan dengan saudara kandung,
kelompok Pemilihan informan tentang konflik aktivitas remaja bersama teman yang ingin keluar
yang dialami dengan orangtuanya adalah bentuk malam. Bagi remaja sendiri banyak yang menyadari
konflik yang dialami sehari hari, dengan frekuensi bahwa konflik tersebut timbul akibat ulah mereka
konflik yang tidak tinggi dan relatif dapat yang tidak patuh, tidak disiplin, salah memilih
diselesaikan. teman bergaul, konflik remaja dengan sudara
kandung dan sebagainya. Remaja menyadari hal
ini sebagai bentuk ketidak disiplinan mereka atau
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN penegakan peraturan di keluarga.

Informan dalam penelitian ini adalah remaja Tidak ditemukan konflik yang sangat berarti antara
berusia antara 14-20 tahun. Adapun deskripsi informan remaja dan orangtua, karena remaja
informan dalam penelitian ini adalah sebagai 4 memahami bahwa konflik yang muncul lebih
orang remaja, masing-masing 2 orang putra dan 2 benyak karena kesalahan remaja. Hanya satu
orang putri. Berusia antara 16-19 tahun,duduk informan yang menganggap bahwa konflik yang
dibangku SLTA, memiliki beberapa orang saudara timbul akibat pemaknaan orangtua yang kurang
kandung, memiliki teman kelompok dan sebagian tepat terhadap komunikasi yang disampaikan oleh
diantaranya memiliki teman dekat atau pacar. remaja.

4.1. Komunikasi Sehari-hari Antara Remaja Persoalan remaja terkait dengan teman dekat atau
dan Orang Tua pacar cenderung jarang dibahas dengan orangtua,
karena sebagian besar orang tua tidak memberikan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa waktu yang pernyataan setuju jika anak-anaknya berpacaran.
paling sering digunakan orang tua berkomunikasi Orangtua hanya menanyakan hal-hal yang standar
dengan anak adalah pada malam hari. Bagi remaja seperti tentang pacar-pacar mereka atau bahkan
yang kedua orang tuanya bekerja, umumnya tidak menanyakan sama sekali. Disisi lain remaja
orangtua pulang bekerja pada malam hari, dan juga merasa segan mengangkat topik tentang pacar
melewati waktu magrib sehingga waktu atau teman dekat dengan orang tua.
berkomunikasi bahkan dilakukan sambil
menyaksikan tayangan televisi. 4.3. Penyelesaian Konflik Dengan Orientasi
Percakapan
Sedangkan bagi remaja yang ibunya tidak bekerja,
maka remaja memiliki waktu lebih banyak untuk Keempat informan remaja umumnya memiliki
berkomunikasi dengan ibu daripada ayah, dan hubungan yang cukup baik dengan orangtuanya,
komunikasi dilakukan lebih banyak pada siang atau baik ibu maupun ayah. Meskipun dalam prakteknya
sore hari sepulang dari sekolah. komunikasi lebih banyak dilakukan dengan ibu
daripada ayah. Untuk percakapan sehari-hari anak-
Hampir semua informan beranggapan bahwa ibu anak selain memiliki waktu yang lebih banyak
lebih sering melakukan percakapan dibandingkan dengan ibu, bagi yang ibunya bekerjapun pada
ayah. Komunikasi antara remaja dan orang tua, waktu senggang mereka cenderung melakukan
biasanya bukan saja membicarakan tentang percakapan dengan ibu. Karena Ibu dianggap
aktivitas remaja saja, namun sebaliknya orang tua sebagai tempat mencurahkan masalah dan tempat
membicarakan tentang kegiatan atau permasalahan bertanya.Ibu dianggap lebih cerewet, perhatian dan
orang tua. Dalam hal ini peneliti menanyakan lebih banyak bertanya kepada remaja. Ketika orang
apakan orangtua sering atau pernah melakukan tua terutama Ibu melontarkan ketidaksetujuan atau
komunikasi yang terkait dengan aktivitas atau kemarahan remaja dapat memahami, bahkan ketika
permasalahan orang tua. Remaja juga memiliki hal ini terjadi berulangkali terjadi.Namun demikian
teman-teman bermain diluar waktu bersama teman- tidak semua hal remaja menyampaikan masalahnya,
teman disekolah. mereka umumnya juga memiliki orang terdekat
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 1, Maret 2013 55

selain orang tua, seperti suadara kandung , teman 4.4. Penyelesaian Konflik Dengan Orientasi
dekat (sering disebut pacar), atau sahabat dalam Kepatuhan
permainan.
Meskipun pada umumnya remaja dalam penelitian
Pada keluarga yang menggunakan pendekatan ini memiliki hubungan yang harmonis dengan
percakapan remaja cenderung menyatakan orang tuanya, namun dalam beberapa hal remaja
kepuasan terhadap cara orang tua menyelesaikan enggan mengemukakan secara terbuka mengenai
konflik. Orangtua memberikan kesempatan remaja konflik atau hal-hal yang menjadi beban pikiran.
untuk mengemukakan pendapat dan Terdapat beberapa hal yang remaja cenderung
berargumentasi. Remaja merasa kesempatan untuk patuh walaupun sebenarnya mereka merasa tidak
mengemukakan pendapat juga berarti sebuah suka, atau lebih baik menghindari percakapan
bentuk penerimaan orangtua terhadap dengan topik tertentu misalnya mengenai teman
anak.Meskipun remaja memahami bahwa kondisi dekat mereka.
percakapan yang mengandung unsur argumentasi
akan sering terulang antara orangtua dan remaja, Remaja bahkan membedakan perlakuan yang
namun remaja cukup menyadari bahwa orangtua berbeda dari pasangan orang tua, yaitu antara ayah
melakukan hal yang benar dan bagi kepentingan dan ibu. Jika orangtua tidak memiliki perilaku yang
anak. sama maka remaja akan memilih pihak yang mau
mendengarkan atau memberi kesempatan
Pada keluarga dimana remaja merasakan bahwa berargumentasi. Pada keluarga remaja yang
orangtuanya menyelesaikan konflik dengan cenderung menggunakan orientasi kepatuhan
pendekatan percakapan remaja merasa puas dengan dalam pandangan remaja mereka merasa kurang
penyelesaian konflik yang dilakukan. Remaja diberi kesempatan untuk menyampaikan keinginan,
memahami pada batas mana orangtua akan menyampaikan pendapat, mengungkapkan
menerima pendapat mereka dan pada batas mana ketidaksetujuan, atau memiliki pilihan lain yang
orangtuanya akan tidak setuju dengan tindakan berbeda dengan pilihan orangtuanya. Dalam
yang dilakukan oleh remaja selaku anak. kondisi komunikasi yang demikian konflik yang
terjadi seringkali bersifat terpendam, bahkan remaja
Tidak semua pasangan orangtua menggunakan pun enggan mengemukakan konflik yang
orientasi percakapan. Jika anak merasa salah satu dirasakan. Pada akhirnya remaja cenderung
dari orangtuanya lebih dominan dan menggunakan menjalin kedekatan dengan orang lain sebagai
orientasi kepatuhan maka anak akan memilih teman berbicara. Pada umumnya pilihan remaja
orangtua yang satu (bisa ayah atau ibu) yang jatuh pada orang-orang yang bukan merupakan
dianggap lebih berorientasi pada percakapan. anggota keluarga inti.
Remaja sangat memperhatikan hal ini dan mereka
akan mencari solusi atau mendekati orangtua yang Sebagian besar remaja pada keluarga yang
menggunakan orientasi percakapan. Dengan meneyelesaikan konflik dengan orientasi kepatuhan
orangtua yang menggunakan orientasi percakapan merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan teman-
anak lebih merasa mudah untuk diterima, dipahami, teman sebaya sekaligus teman bermain, pacar atau
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat teman dekat atau orang dewasa lainnya seperti
dan memiliki argument yang berbeda dengan orangtua pacar. Pihak-pihak ini dirasakan oleh
orangtua. Disisi lain remaja juga memahami jika remaja dapat memahami apa yang menjadi
pada hal-hal tertentu orangtuanya tidak dapat keresahan remaja meskipun tidak selalu
mentolerir tindakan mereka misalnya untuk memberikan solusi bagi persoalan yang dialami
tindakan kriminal. Pada orientasi percakapan oleh remaja. Berkomunikasi dengan teman
remaja juga dapat memahami bahwa terdapat jenis dianggap oleh remaja lebih nyaman karena tidak
konflik yang ringan maupun yang lebih berat kuatir salah dalam mengemukakan pendapat, hal ini
sehingga bentuk penyelesaiannya juga berbeda- berbeda jika berkomunikasi dengan orangtua.
beda. Jika pada konflik yang ringan maka orangtua
tidak akan membahas terlalu dalam datau konflik Sebagian remaja bahkan beranggapan bahwa
dianggap selesai begitu saja. Dalam hal ini remaja sebagai anak mereka hanya berhak untuk
juga dapat memahami ketika konflik tidak pernah mendengarkan pendapat orangtuanya, sehingga
disinggung lagi atau diperpanjang oleh mereka malas untuk berargumentasi, enggan
orangtuanya. menyatakan rasa tidak suka atau tidak setuju
terhadap pendapat orangtua. Padahal mereka
56 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 2, No.1, Maret 2013

merasa bahwa dalam beberapa hal konflik pendapatnya dengan anggota keluarga lain,
dirasakan belum selesai karena tidak adanya membangun suasana yang aman, menekan
kesepakatan anatara remaja dan orangtua, atau perbedaan, tidak sering mengangkat tentang
remaja merasa orangtua membiarkan masalah yang perbedaan dan memperuncing konflik.
terjadi berlalu begitu saja tanpa ada penyelesaian. Pada keluarga yang berorientasi kepatuhan
cenderung bersifat authoritarian atau berpola
4.5. Interpretasi tertutup. Sedangkan pada keluarga yang
berorientasi percakapan keluarga cenderung
Remaja dalam penelitian ini selain sebagai anggota beriklim longgar memungkinkan keberagaman
dari keluarga juga merupakan anggota dari peran serta dan interaksi, luwes dan terbuka.
lingkungannya yaitu lingkungan sekolah, Remaja lebih merasa nyaman dengan penyelesaian
pertemanan dan tempat tinggal. Orang-orang yang konflik yang dilakukan dengan orientasi
berinteraksi dengan remaja pada lingkungan percakapan.
tersebut juga ikut menentukan bagaimana remaja
bersikap dan berperilaku termasuk ketika Meskipun mereka sering menghadapi konflik
menghadapi konflik dengan orangtuanya. dengan orangtuanya, namun ketika pada saat
konflik terjadi dan remaja memperoleh kesempatan
Dalam penelitian ini ditemukan dua tipe pola untuk mengungkapkan pendapat maka penyelesaian
komunikasi dalam keluarga yaitu keluarga dengan konflik dianggap memuaskan. Remaja diberi
tipe pluratistis dimana setiap anggota keluarga kesempatan untuk mengungkapkan argumentasi
sangat sering melakukan percakapan satu sama lain dan pendapatnya, bahkan diantaranya memperoleh
namun memiliki kepatuhan yang rendah. Bentuk apa yang menjadi keinginanya setalah dilakukan
yang kedua adalah tipe konsensual, yaitu anggota komunikasi berulangkali. Remaja merasa nyaman
keluarga yang satu dengan lainnya sangat sering karena kedua orangtuanya atau salah satu
melakukan percakapan, namun juga memiliki orangtuanya mau mendengarkan.
kepatuhan yang tinggi.
Sebaliknya bagi remaja yang orangtuanya
Konflik yang ditemukan relatif merupakan konflik melakukan komunikasi dengan orientasi kepatuhan
yang masih dapat diatasi. tidak ditemukan remaja cenderung menyatakan tidak puas dengan
yang mengalami konflik dengan frekuensi yang penyelesaian konflik. Remaja sebagai anak merasa
yang tinggi, atau sampai meninggalkan rumah. hanya dalam posisi mendengarkan, argumentasi
Dalam salah satu konsep komunikasi yang yang disampaikan akan membuat suasana konflik
mengemukakan bahwa komunikasi memiliki menjadi semakin buruk dan diantara remaja
dimensi konteks dan hubungan, maka remaja pada merasa konflik tidak selesai karena cenderung
umumnya dalam dapat memahami konflik yang dibiarkan. Dalam proses konflik remaja cenderung
muncul antara orangtua dan remaja masih seputar enggan untuk berargumentasi karena merasa
hal-hal yang berkaitan dan kepentingan remaja orangtua menghendaki agar sepenuhnya mereka
sebagai anak seperti misalnya disiplin dalam patuh. Remaja berusaha melakukan pendekatan
belajar, kegiatan sekolah, hunungan dengan saudara pada salah satu orangtua yang dianggap masih
kandung, pergaulan remaja dan rencana menggunakan pendekatan penyelesaiaan konflik
melanjutkan sekolah. Remaja memahami bahwa yang berorientasi pada percakapan. Orientasi pada
konflik yang terjadi dengan orangtua adalah demi kepatuhan ini sesuai dengan konsep dalam bentuk
kepentingannya. . konflik yang dikemukakan secara tidak langsung
(indirect fighting), sifatnya tampak pasif
Pada keluarga yang berorientasi komunikasi yang dipermukaan, namun sesungguhnya tidak terlalu
memfokuskan pada percakapan anggota keluarga kooperatif dalam rangka mencoba menyesuaikan
memiliki keleluasaan untuk menyampaikan dengan situasi yang ada.
pendapatnya. Setiap anggota keluarga tidak
memiliki kekhawatiran terhadap timbulnya Pada remaja lain yang orangtuanya berorientasi
perbedaan, berani menyampaikan pendapat dan kepatuhan sikap diam menjadi pilihan ketika
ketidaksetujuannya serta memiliki argumentasi argumentasinya tidak diterima dan remaja memilih
yang diperdebatkan. Sebaliknya pada orientasi patuh meski bertentangan dengan keinginannya.
kesesuaian, maka setiap anggota keluarga memiliki Remaja yang melakukan perlawanan pada
aktivitas komunikasi yang rendah. Anggota komunikasi yang berorientasi kepatuhan adalah
keluarga cenderung diarahkan untuk menyesuaikan remaja pria sedangkan remaja yang memilih diam
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 1, Maret 2013 57

dan tidak melakukan perlawanan adalah remaja pembelajaran atau cerita orangtua terhadap
putri. pekerjaan orang tua. Remaja cukup
memperhatikan dan membandingkan perilaku
orang tua kepada anak anaknya dalam
V. KESIMPULAN berkomunikasi dan menyelesaikan konflik. Bagi
keluarga yang komunikasinya menggunakan
1. Remaja dalam penelitian ini semuanya tinggal orientasi kepatuhan, remaja cenderung lebih
bersama orangtua serta saudara kandung. Waktu menyukai berkomunikasi dengan teman
yang lebih banyak digunakan untuk daripada dengan orangtua.
berkomunikasi antara remaja dan orangtua
adalah pada malam hari biasanya sambil 6. Dalam penyelesaian konflik remaja cenderung
menonton televisi atau pada hari libur dalam merasa lebih nyaman dengan komunikasi
aktivitas seperti bermain bersama, menonton, menggunakan orientasi percakapan daripada
mengunjungi keluarga atau ketempat belanja dan menggunakan pendekatan kepatuhan. Ungkapan
berlibur keluar kota. terus terang remaja pada orang tua atau
ungkapan aktivitas sehari-hari kadangkala
2. Ibu dianggap lebih banyak berkomunikasi disalahartikan oleh orang tua dan akhirnya
kepada remaja dibanding ayah dan Ibu lebih menimbulkan konflik.
memperhatikan aktivitas sehari-hari anak seperti
tentang belajar, waktu sekolah, bermain dsb. Ibu 7. Konflik yang ditemukan dalam penelitian
juga lebih dipilih untuk menyelesaikan masalah cenderung masih dapat diatasi, remaja sebagai
remaja daripada ayah. anak memahami konflik yang timbul, tidak
ditemukan remaja yang sampai pergi dari rumah
3. Hanya sebagian dari orangtua membicarakan sebagai dampak konflik dengan orangtuanya.
tentang masalah orang dewasa kepada remaja. Hal ini juga terjadi pada keluarga yang
Masalah yang dibicarakan orangtua kepada orangtuanya menggunakan komunikasi dengan
anak antara lain tentang pekerjaan dan teman- orientasi kepatuhan daripada percakapan. Pada
teman orangtua. Orientasi komunikasi dengan orangtua dengan orientasi penyelesaian konflik
menggunakan pendekatan percakapan atau dengan kepatuhan masalah yang sering muncul
kepatuhan dapat ditinjau bukan saja pada saat adalah seputar masalah pendidikan
terjadi konflik namun juga ditinjau dari aktivitas remaja.Meskipun pada beberapa keluarga
komunikasi sehari hari yang dilakukan antara komunikasi cenderung terbuka namun pada
anak dan orangtua.Tidak semua orangtua yang umumnya remaja merasa enggan membicarakan
berorientasi pada percakapan menggunakan tentang pacar atau teman dekat lawan jenis
orientasi percakapan dalam semua masalah. kepada orang tua, atau saudara kandungnya
meskipun keluarga mengetahui remaja memiliki
4. Remaja dapat memahami hal-hal yang tidak pacar.
disukai orangtua tentang dirinya dan menjadi
sumber konflik, seperti tentang kebiasaan
belajar, bermain dan bergaul dengan teman, DAFTAR PUSTAKA
serta konflik dengan sudara kandung. Remaja
yang lebih sering berkomunikasi dengan orang Buku :
tua cenderung tidak memiliki idola lain. Orang- [1] Brommel , Bernadr J & Galvin, Kathleen M,
orang terdekat remaja selain orangtua adalah, 1986, Family Communication, Cohesion and
saudara kandung, teman teman sekolah, teman Change, Foresman & Company, USA.
teman bermain, paman, pacar atau orang tua [2] Wilmot, William W & Hocker, Joyce L, 2001,
pacar. Bagi remaja yang memiliki orang terdekat Interpersonal Conflict 6th edition New York.
orang dewasa selain orangtuanya (paman atau [3] DeVito, Joseph, 2007, The Interpersonal
orangtua pacar) biasanya memiliki frekuensi Communications Book, Pearson Education,
konflik yang cukup sering dibandingkan remaja USA.
yang tidak sering berkonflik dengan [4] Littlejohn, Stephen W, & Domenici, Kathy,
orangtuanya. 2007, Communication, Conflict and The
Management of Different, Waveland Press,
5. Sebagian orangtua yang meminta pendapat anak Inc, united States of America.
tentang persoalan orang dewasa sebagai bahan
58 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol. 2, No.1, Maret 2013

[5] Ihromi, T.O, 2004, Berbagai Kerangka Artikel :


Konseptual dalam Pengkajian Keluarga, [9] Kompas 15 Februari 2012, artikel: Kekerasan
Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Yayasan Indikasi Buruknya Kesehatan Mental
Obor Indonesia, Jakarta. Masyarakat
[6] Muntaha, Ahmad, 2011, Berpisah-Menyatu [10] Kompas 15 November 2012, artikel : Jangan
dan Berbagi Ruang Rindu di Media Baru Lupa Manusianya
dalam Ilmu Komunikasi : Sekarang dan [11] Kompas 2 Oktober 2012, artikel Kompleksitas
Tantangan Masa Depan, Prenada Media Tawuran Pelajar
Group, Jakarta. [12] Kompas 15 Oktober 2012., artikel Tawuran
[7] Hammond, Scot C, Anferson, Rob, Cissna, Pelajar : Orangtua dan Guru Diminta Awasi
Kenneth N. 2003, The Problematics of Siswa.
Dialogue and Power in J. Kalbfleisch, Pamela [13] Kompas 13 Oktober 2012, artikel Pemerkosa
Communication Yearbook, Lawrence Anak Marak
Erlbaum, Associates Publishers, New Jersey
London.
[8] Littlejohn, Stephen W, & Karen A Foss, 2001,
Theories of Human Communication,
Wadsworth/Thomson Learning, USA.

Anda mungkin juga menyukai