Anda di halaman 1dari 5

Sumber-sumberHukumIslam

Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar yang utama dalam pengambilan
hukum Islam. Ia menjadi pokok ajaran Islam sehingga segala sesuatu haruslah bersumber atau berpatokan
kepadanya. Ia menjadi pangkal dan tempat kembalinya segala sesuatu. Ia juga menjadi pusat tempat
mengalirnya sesuatu. Oleh karena itu, sebagai sumber yang baik dan sempurna, hendaklah ia memiliki
sifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah al-Qur’ān dapat berlaku di mana saja, kapan
saja, dan kepada siapa saja.
Benar artinya al-Qur’ān mengandung kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang yang
sebenarnya. Mutlak artinya al-Qur’ān tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan terbantahkan.
1. Al Qur’an
a. Pengertian
Secara bahasa artinya bacaan.
Menurut istilah adalah wahyu Allah yang merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril , ditulis dalam mushaf yang disampaikan kepada kita secara
mutawatir serta membacanya merupakan ibadah.
Al Qur’an meiliki banyak nama antara lain :
a. Al Furqon artinya pembeda antara yang haq dan yang batil
b. Al Kitab artinya yang ditulis
c. Adz Dzikr artinya peringatan
d. An Nur artinya cahaya.
b. Kemukjizatan Al Qur’an
Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi nabi Muhammad Saw. Mukjizat artinya melemahkan.
Dalam Al Qur’an mukjizat dinamakan ayat atau burhan yang berarti tanda bukti atau keterangan yang
jelas. Mukjizat juga berarti tanda sebagai bukti kenabian.
Mukjizat juga berarti sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa manusia membuatnya karena hal itu
adalah diluar kesanggupannya. Diantara kemukjizatan Al Qur’an antara lain :
1) Ditinjau dari segi bahasa kemukjizatan Al Qur’an terletak pada fashahah dan balaghahnya,
keindahan susunan dan gaya bahasanya yang tidak ada tandingannya dan tidak ada seorangpun
yang dapat membuatnya.
2) Kemukjizatan ditinjau dari segi isinya dapat dicontohkan :
- Di dalam Al Qur’an terdapat berita-berita dan janji-janji mengenai masa yang akan datang dan
ternyata terbukti di kemudian hari.Contohnya berita Al Qur’an akan kemenangan bangsa Rum
atas Persia.
- Di dalam Al Qur’an terdapat fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manusia saat
itu, tetapi fakta itu dapat dijelaskan dengan tepat dan sekarang diakui kebenarannya.
c. Kedudukan Al Qur’an sebagai sumber hukum Islam.
Adapun kedudukan Al Qur’an adalah sebagai berikut :
1) Sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW.
Al Qur’an adalah mukjizat terbesar bagi Rasulullah SAW baik kalau kita tinjau dari segi
bahasanya maupun isinya.
2) Sebagai pedoman hidup.
Al Qur’an sebagai pedoman hidup yang lengkap dan terjamin kebenarannya membawa
kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia maupun akhirat.
3) Sebagai sumber dari segala sumber hukum dalam Islam.
Dia adalah hukum tertinggi , sehingga dalam memutuskan segala sesuatu atau persoalan yang
dihadapi manusia harus selalu berpedoman pada Al Qur’an.
4) Sebagai pembenar kitab terdahulu.
Al Qur’an membenarkan, melengkapi, mengoreksi dan menyempurnakan kitab-kitab terdahulu
yang belum sempurna dan yang sudah dipalsukan manusia.
d.Kandungan Al Qur’an
Al Qur’an memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama serta
petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Secara garis besar Al Qur’an mangandung tiga pokok hukum
yang mengatur kehidupan manusia yaitu :
1) Akidah ( I’tiqadiyah )
Yaitu dasar-dasar keyakinan ( aqidah ) terhadap Allah dan keyakinan lainnya.
2) Al Khuluqiyah.
Yaitu mengatur sikap dan tata karma perilaku manusia yang berhubungan dengan budi
pekerti, agar manusia memiliki akhlaqul karimah, hati yang suci, dan jiwa yang bersih.
3) Al Ahkamul Amaliyah.
Yaitu yang mengatur segala tindakan manusia termasuk perkataan dan perbuatannya.
Hukum ini terdiri atas dua bagian yaitu :
*Yang mengatur tindakan manusia dalam berhubungan dengan Allah , dinamakan ibadah.
*Yang mengatur tindakan manusia dalam bermasyarakat baik secara individu ataupun
bermasyarakat, dinamakan muamalah. Hukum yang berkaitan dengan hukum amaliah antara
lain :
a) Hukum ibadah, yaitu hukum yang berkaitan antara hubungan manusia dengan Allah Swt.
Contoh: salat, zakat, puasa, haji dan sebagainya;
b) Hukum muamalah, yaitu hukum yang berkaitan antara hubungan sesama manusia
mengenai harta benda dan segala hak milik yang berupa materi. Contoh jual beli, gadai,
riba dan lainnya;
c) Hukum perkawinan (munakahat), yaitu hukum yang berkaitan dengan keluarga, seperti
penikahan, perceraian, adopsi anak, dan lain sebagainya;
d) Hukum waris, yaitu hukum yang berkaitan dengan harta benda yang disebabkan oleh
kematian;
e) Hukum jinayat (pidana), yaitu hukum yang berkaitan dengan jiwa, akal, dan kehormatan
manusia, seperti pembunuhan, zina, menuduh zina, pencurian, perampokan, kudeta, dan
murtad; dan
f) Hukum siyasah, yaitu hukum yang berkaitan dengan negara, seperti imamah (negara),
wizarah (kementerian), hubungan luar negeri, dan sumber keuangan negara.

Disampingitu Al Qur’an juga berisi tentangTarikh/sejarah/kisah-kisah umat khususnya umat umat


terdahulu, dan juga berisi tentang ilmu pengetahuan.

2. AL HADIS
a. Pengertian
Menurut bahasa artinya baru atau berita. Bisa juga berarti perkataan atau ucapan.
Menurut istilah adalah segala perilaku nabi baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapannya.
Beberapa istilah hadis yang perlu diketahui antara lain :
1. Sanad yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis dari Rasulullah saw.
sampai kepada kita sekarang
2. Matan yaitu materi/isi hadis yang disampaikan.
3. Rawi atau perawi adalah yang meriwayatkan hadis spt Imam Bukhari.

b. Fungsi Hadis terhadap Al Qur’an antara lain :


1. Memperkuat hukum yang telah ditetapkan dalam Al Qur’an ( Bayan Taqrir )
2. Sebagai penjelas atau perincian ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat umum ( Bayan Tafsir )
Contoh : dalam Al Qur’an perintah sholat , puasa, haji dll masih bersifat umum, maka hadis
menjelaskan dan memberi perincian lengkap mengenai tata cara pelaksanaannya.
3. Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan dalam Al Qu’an ( Bayanut Tasyri’).
Contoh : Misalnya, bagaimana hukumnya seorang laki-laki yang menikahi saudara perempuan
istrinya. Maka hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah saw :
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang seseorang mengumpulkan
(mengawini secara bersama) seorang perempuan dengan saudara dari ayahnya serta seorang
perempuan dengan saudara perempuan dari ibunya.” (H.R. Bukhari)
4. Penerapan Akhlak Nabi Muhammad SAW untuk diteladani umat manusia.

c. Macam-macam Hadis
1) Berdasar bentuknya hadis ada tiga macam :
a) Hadis Qauliyah yaitu segala ucapan Nabi SAW yang didengar oleh sahabatnya lalu
dsampaikan kepada orang lain.Ciri-cirinyadiantaranyamemakai kata( )
b) Hadis Fi’liyah yaitu segala perilaku Nabi SAW yang dilihat oleh sahabatnya lalu
disampaikan kepada orang lain melalui ucapan sahabat tersebut.Ciri-
cirinyadiantaranyamemakai kata ( )
c) Hadis Taqririyah yaitu hadis atas dasar persetujuan nabi terhadap apa yang dilakukan
oleh sahabatnya.Ciri-cirinya antara lain memakai kata
Contoh suatu ketika nabi dan sahabatnya dalam sebuah jamuan disuguhi daging sejenis
biawak, dan sahabatnya memakannya tetapi melihat itu nabi tidak memberi komentar
tentang apa yang dilakukan sahabatnya. Ini menunjukkan bolehnya makan daging sejenis
biawak tersebut
d) Hadis Hammiyah, yaitu sesuatu yang dikehendaki Rasulullah Saw. akan tetapi belum
sempat terlaksana. Contohnya adalah puasa pada tanggal 9 Muharram.
2) Berdasarkan matan, perawi, dan jumlah sanadnya , ada tiga macam :
a) Hadis Mutawatir yaitu hadis yang memiliki tingkat kualitas kebenaran yang tinggi,
karena memiliki banyak sanad, banyak yang meriwayatkannya, sehingga mustahil
perawinya berdusta.
b) Hadis Masyhur yaitu hadis yang diriwayatkan dari tiga sanad yang berlainan dan tingkat
keotentikannya satu tingkat di bawah hadis mutawatir.
c) Hadis Ahad yaitu hadis yang diceritakan oleh seorang, dua atau lebih yang tidak
memenuhi persyaratan hadis mutawatir.

3) Ditinjau dari segi kualitas diterima atau ditolak ada tiga macam :
a) Hadis Sahih yaitu hadis yang cukup sanadnya dari awal sampai akhir dan orang-
orangnya sangat sempurna hafalannya.
b) Hadis Hasan yaitu hadis yang memiliki semua persyaratan hadis sahih tetapi hafalan
perawinya sebagian atau seluruhnya kurang kuat.
c) Hadis Da’if yaitu hadis yang tidak bersambung sanadnya, atau diantara sanadnya ada
orang yang cacat.Hadis da’if disebut juga hadis mardud ( ditolak ) dan tidak bisa dijadikan
dasar.
d) Hadis maudhu’ yaitu hadis yang bukan bersumber kepada Rasulullah saw. atau hadis
palsu.

d. Sikap dan perilaku yang mencerminkan memahami hadis sebagai sumber hukum Islam yang
kedua antara lain :
1. Membaca dan mempelajari hadis khusunya yang shahih untuk diterapkan sebagai sumber
hukum Islam yang kedua dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menghafal hadis-hadis pendek.
3. Menghindari hadis-hadis palsu agar tidak salah dalam beribadah.
4. Menjauhi perilaku ingkar terhadap hadis sebagai sumber hukum Islam.

3. IJTIHAD
a. Pengertian
Menurut bahasa bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, menggunakan tenaga dan bekerja
seoptimal mungkin.
Menurut Istilah yaitu kegiatan para ulama mencurahkan pikiran dalam mencari dan menentukan hukum
syara’ yang bersifat amaliyah dari dalil-dalil yang terperinci, penuh kehati-hatian dengan berbagai metode
dan tetap merujuk pada Al Qur’an dan hadis. Orang yang berijtihad disebut mujtahid.
Hasil ijtihad digunakan sebagai sumber hukum Islam yang ketiga sesudah Qur’an dan hadis, jika
keduanya belum menetapkan.Bila Qur’an dan hadis telah menetapkan secara tegas dan tuntas maka tidak
termasuk ijtihad.

b. Syarat-syarat mujtahid.
Ada beberapa syarat bagi orang yang akan melaksanakan ijtihad yaitu :
1) Menguasai ilmu alat yaitu paham bahasa Arab ( nahwu, syaraf, mantiq, balaghah ) atau paham
tata karma membaca, menterjemahkan, memahami Al Qur’an dan melaksanakannya sesuai
petunjuk Al Qur’an itu sendiri.
2) Memahami dan menguasai hadis dengan segala persoalannya.
3) Mengetahui ilmu ushul fiqih secara luas.
4) Memahami ijma’, qiyas dan lainnya yang berkaitan dengan wawasan hokum.
5) Mengetahui filosofi Islam sebagai agama yang diridlai Allah.
6) Menguasai ilmu pengetahuan dan berwawasan global.
7) Bertaqwa dan beramal soleh.

c. Bentuk-bentuk Ijtihad

Ada beberapa bentuk atau metode ijtihad yaitu :


1).Ijma’, yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu masalah dengan cara bersidang
( musyawarah ).Contoh ijma’ di jaman sahabat untuk mengumpulkan ayat-ayat Al
Qur’an yang masih berserakan kemudian membukukannya sebagai mushaf seperti
sekarang ini.
2).Qiyas, yaitu manganalogikan hukum atau masalah yang lain dengan masalah yang sudah ada
ketetapan hukumnya yang jelas karena keduanya memiliki kesamaan sifat. Contoh :
a). keharaman minuman keras yang mengandung alcohol ( Bir, Wisky dll ) bahkan
termasuk ganja, heroin, narkoba dll meskipun tidak tertulis dalam Al Qur’an tetap
haram seperti haramnya khomr karena sama-sama memabukkan.
b) mempersamakan padi dengan gandum, karenasama-sama makananpokok
c) mempersamakan kerbau dengan sapi (sebab di Arab tidak ada kerbau); dan lain
sebagainya.
3).Istihsan, yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasar prinsip-prinsip umum ajaran
Islam atau didasarkan atas kepentingan umum atau demi keadilan. Misal seseorang yang
harus memilih dua hal yang sama-sama buruknya, maka ia memilih yang paling ringan
keburukannya.
4).Maslahah Mursalah, yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan/kemanfaatan
sesuai tujuan syariat.Misal seseorang wajib mengganti atau membayar kerugian kepada
pemilik barang karena kerusakan di luar kesepakatan yang ditetapkan.
5).Urf, yaitu menetapkan sesuatu perbuatan yang sudah dikenal dan tetap menjadi kebiasaan
segolongan masyarakat. ( kebiasaan )
6).Zara’i, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan untuk mencapai maslahah atau jalan
untuk menghilangkan madlarat.

e. Fungsi ijtihad.
1) Ijtihad merupakan sumber hukum Islam ketiga.
2) Merupakan sarana untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru yang muncul .
3) Sebagai cara yang disyariatkan untuk menyesuaiakan perubahan sosial dengan ajaran
Islam.
4) Sebagai wadah pencurahan pemikiran kaum muslimin dalam mencari jawaban atas
persoalan yang dihadapi.

f. Tokoh-tokoh Ijtihad
Ada empat orang yang sangat terkenal yang hasil ijtihadnya dijadikan pedoman dalam
pengamalan ibadah yaitu :
1) Abu Hanifah ( 80 – 150 H / 669 – 767 M ) terkenal dengan sebutan Imam Hanafi, hasil
ijtihadnya disebut madzhab Hanafi.
2) Malik bin Anas ( 93 – 170 H / 713 – 795 M) terkenal dengan sebutan Imam Malik, hasil
ijtihadnya disebut madzhab Maliki.
3) Muhammad bin Idris bin Syafi’i ( 150 – 204 H / 767 – 812 M) terkenal dengan sebutan Imam
Syafi’I, hasil ijtihadnya disebut Madzhab Syafi’i.
4) Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal ( 164 – 241 H / 788 – 865 M ) terkenal dengan
sebutan Imam Ahmad, hasil ijtihadnya disebut madzhab Hambali.

4. Hukum Taklifi
a. Pengertian
Yaitu peraturan atau ketentuan sebagai tuntunan dari Allah yang berkaitan dengan perintah-
perintah untuk melaksanakan sesuatu perbuatan atau meninggalkannya.
Ada lima macam hokum taklifi yaitu :

1) Wajib (Al Ijabah )yaitu tuntunan yang pasti dari Allah untuk dilaksanakan, jika dikerjakan
mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Perbuatannya disebut wajib atau fardhu.
Coba cari contoh-contonya !
2) Sunah ( An Nadb ) yaitu tuntunan untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak pasti, jika
perbuatan itu dilakukan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Hukum sunah
dibagi ke dalam beberapa bagian :
a) Sunah muakkad adalah sunah yang sangat dianjurkan, seperti shalat tarawih dan ied.
b) Sunah ghairu muakkad yaitu sunah biasa, spt. Memberi salam pada orang lain, puasa
Senin Kamis, shalat sunah Rawatib dll.
c) Sunnah haiat yaitu perbuatan-perbuatan atau ucapan dalam gerakan shalat spt.
mengangkat kedua tangan , mengucapkan takbir ketika hendak ruku’,sujud dll.
d) Sunah ab’ad yaitu perbuatan yang harus dikerjakan dalam shalat dan jika terlupa maka
harus melakukan sujud syahwi, spt. membaca tasyahud awal.
3) Haram ( At Tahrim ) yaitu tuntunan untuk meninggalkan suatu perbuatan karena sudah
pasti, jika dikerjakan berdosa dan jika tidak dikerjakan berpahala.
4) Makruh ( Al Karaha ) yaitu tuntunan untuk meninggalkan suatu perbuatan yang tidak pasti,
makruh menurut bahasa artinya perbuatan yang tidak disukai/dibenci. Jika ditinggalkan berpahala
dan jika dikerjakan tidak apa-apa.
5) Mubah ( Al Ibahah ) yaitu suatu perbuatan yang tidak dituntut untuk dikerjakan dan tidak
pula dituntut untuk ditinggalkan.spt. makan,minum, tidur dll.
b. Kedudukan Hukum Taklifi dalam Hukum Islam.
Para ulama , hukum taklifi tersebut sering disebut hukum yang lima atau Al Ahkam AlKhamis .
Kedudukannya dalam hukum Islam dijadikan dasar untuk mengidentifikasi segala macam perbuatan
atau tindakan di dalam kehidupan sehari-hari.

4 .PENERAPAN SIKAP DAN PERILAKU

Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap hukum taklifi al :


1) Senantiasa berhati-hati dalam bertindak atau melakukan sesuatu, apakah boleh atau tidak.
2) Melaksanakan ibadah sesuai dengan syariat yang telah ditentukan oleh Al Qur’an maupun hadis.
3) Berusaha mengerjakan hal-hal yang disunahkan.
4) Menjauhi perbuatan-perbuatan yang dimakruhkan lebih-lebih yang diharamkan.
5) Senantiasa berkonsultasi kepada ahli agama jika ragu untuk berbuat sesuatu.

Memilih Islam sebagai keyakinan mengandung konsekuensi, yaitu keharusan menjadikan Islam
sebagai pedoman dalam menjalani aktivitas sehari-hari, yang sumbernya adalah al-Qur’an, hadis dan
ijtihad. Ada beberapa hikmah menjadikan al-Qur’an, hadis dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam,
antara lain :

a. tidak tersesat dalam berperilaku sesuai tuntunan agama Islam;


b. menjadikan diri sebagai orang yang taat beribadah dengan penuh ketulusan;
c. terbiasa membaca dan mengkaji al- Qur’an serta hadis;
d. selamat dari azab dan laknat Allah Swt. karena sudah mengikuti aturanaturan yang sudah
ditetapkan Allah Swt. dan Rasul-Nya;
e. memperoleh kebahagiaan hidup dunia karena sudah mengikuti aturanaturan yang sudah
ditetapkan oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya dan tentunya juga memperoleh kebahagiaan di akhirat;
danterwujudnya perilaku akhlakulkarimah dalam kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai