DISUSUN OLEH :
1. UMRAH
2. RISKA WULANDARI
3. NURUL HIDAYATI KASIM
4. TRY SEPTY ASTUTY
5. VILSYAH RF
6. FITRAH RAMADAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat
rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Hak Asasi Manusia”
dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dalam mata kuliah
Ppkn semester 1 jurusan kesehatan masyarakat
08 Oktober 2021
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….
A. Kata Pengantar………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...
A. Pengertian HAM…………………………………….……….………….
B. Sejarah Perkembangan HAM…………………………
C. HAM Dalam Perspektif Global ………………………………………..
D. Pengaturan HAM DiIndonesia…………………………
E. HAM dalam perspektif islam…………………………………………..
A. Kesimpulan………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hak asasi manusia (HAM) sebagai hak dasar yang dimiliki manusia,
eksistensinya melekat pada kodrat manusia sejak dilahirkan. Hal tersebut
juga sebagai tanda bahwa ia adalah “manusia". Manusia yang dimaksud
dalam hal ini ialah, pertama “manusia seutuhnya” yang merupakan ciptaan
Tuhan YME dilengkapi dan dianugerahi seperangkat hak kodrati yang
bersifat sangat asasi, karenanya tidak boleh diabaikan dan dimarjinakan
oleh siapa pun. HAM dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia,
bukan karena diberikan oleh negara, hukum ataupun pemberian manusia
lainnya. Oleh karena itu, eksistensinya pun sama sekali tidak bergantung
pada pengakuan dari negara, hukum atau manusia lainnya. Kedua, manusia
yang dimaksud adalah "semua manusia” bukan hanya manusia-manusia
tertentu, dan tetap harus diakui bahwa "semua manusia" memiliki hak asasi
yang dianugerahi oleh Sang Penciptanya, yakni Tuhan YME, sehingga
"semua manusia" karena hak yang dimilikinya itu mempunyai martabat
tinggi dan keberadaannya harus diakui, dihormati serta dijunjung tinggi oleh
"semua manusia” di dunia. Dengan demikian HAM bersifat universal,
artinya keberlakuannya tidak dibatasi oleh ruang atau tempat (berlaku di
mana saja), tidak dibatasi oleh waktu (berlaku kapan saja), tidak terbatas
hanya pada orang-orang tertentu (berlaku untuk siapa saja), serta tidak dapat
diambil, dipisahkan dan dilanggar oleh siapa pun.
Kesadaran akan HAM yang dimiliki oleh setiap manusia demi menjaga
harkat dan martabat kemanusiaannya telah diawali sejak manusia ada di
muka bumi. Hal itu disebabkan hak-hak kemanusiaan sudah ada sejak
manusia itu dilahirkan 2 Bah (bersifat ipso facto dan ab initio) dan
merupakan hak kodrati yang melekat pada diri setiap manusia. Sejarah
mencatat telah terjadi berbagai peristiwa besar di dunia sebagai suatu usaha
untuk memperjuangkan dan menegakkan HAM, baik melalui suatu sistem
pemikian filosofikal, maupun secara langsung melalui perjuangan fisik oleh
rakyat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HAM?
2. Bagaimana sejarah perkembangan HAM?
3. Bagaimana HAM dalam perspektif global?
4. Bagaimana pengaturan HAM di Indonesia?
5. Bagaimana HAM dalam perspektif islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HAM
Mengacu pada pengertian di atas, menjadi dapat disadari bahwa HAM itu
sesungguhnya adalah hak-hak absolut yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia (inherent dignity) yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan diproteksi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang. Ini
mengandung konsekuensi, bahwa hak-hak yang melekat secara absolut
tersebut tidak dapat dicabut (inalienable), tidak boleh dikesampingkan
(inderogable) dan tidak boleh dilanggar (inviolable) oleh siapa pun.
Pencabutan dan pelanggaran secara sengaja dan melawan hukum terhadap
hak-hak dasar kemanusiaan merupakan “kejahatan berat terhadap HAM”.
Sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat pada setiap diri manusia yang
ada di muka bumi ini, maka HAM bersifat universal dan langgeng (eternal).
Tidak boleh ada penindasan terhadap HAM, apa pun rasnya, warna kulitnya,
jenis kelaminnya, bahasanya, agama atau kepercayaannya, pendapat
politiknya, kebangsaan atau nasionalitasnya, dan suku bangsanya. Justru
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapa pun. (Widiada gunakaya, 2017)
1. Pengertian HAM
Mengacu pada proposisi di atas, HAM yang pada dewasa ini termasuk
rezim Hukum HAM Internasional, kendatipun pada mulanya merupakan
bagian dari Hl karena dalam perjuangan dan perkembangannya tidak lepas
dari peran HI, sesungguhnya Hukum HAM Internasional telah
mendekonstruksi sifat tradisional dari Hl. Jadi Hukum HAM Internasional
berbeda dengan HI yang hanya mengakui hak-hak negara, rezim Hukum
HAM Internasional mengakui hak-hak individu dan klaim individu atas hak-
hak tersebut. Dalam Hi tradisional, suatu negara memegang sepenuhnya
kebebasan bertindak dalam hubungannya dengan warga dan wilayahnya,
termasuk domain publik seperti laut, atmosfer, dan angkasa luar. Kebebasan
demikian ini dikoreksi oleh rezim Hukum HAM Internasional yang
memungkinkan dilakukannya intervensi oleh rezim Hukum HAM
Internasional terhadap negara pihak yang melakukan pelanggaran HAM di
wilayahnya.(Widiada gunakaya, 2017)
Hak asasi manusia adalah komponen yang integral dari kekuatan politik,
ekonomi, dan budaya dalam globalisasi. Perlindungan hak asasi manusia tidak
lagi dipandang sebagai isu nasional, tapi juga lingkup global. Beberapa faktor
yang berkontribusi terhadap ekspansi dan komitmen dalam agenda-agenda
global hak asasi manusia yaitu:
Dalam Islam, posisi manusia amat penting dan mulia. Hubungan dengan
Allah, alam semesta, dan manusia bahkan menjadi tema utama dalam
keseluruhan pembicaraan al-Qur'an. Ini menunjukkan bahwa trikotomi
hubungan dengan Allah, alam semesta, dan manusia menempatkan hubungan
yang sinergis dan harmonis. Dilihat dari kacamata HAM, trikotomi hubungan
itu menunjukkan bahwa alam semesta dan manusia harus saling bekerjasama
untuk memenuhi sunnatullah dan memperoleh Ridho Allah Swt. (Atqiya,
2014)
Karena itu, nilai-nilai HAM dengan prinsip-prinsipnya yang universal
adalah bagian dari semangat dan nilai-nilai Syari’ah. Keduanya tidak perlu
dipertentangkan. Keduanya justru membentuk sebuah sinergitas yang
harmonis. Dengan mengamati potensi-potensi nilai HAM dalam Syari’ah.
(Atqiya, 2014)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Mengacu pada pengertian di atas, menjadi dapat disadari bahwa HAM itu
sesungguhnya adalah hak-hak absolut yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia (inherent dignity) yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan diproteksi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang. Ini
mengandung konsekuensi, bahwa hak-hak yang melekat secara absolut
tersebut tidak dapat dicabut (inalienable), tidak boleh dikesampingkan
(inderogable) dan tidak boleh dilanggar (inviolable) oleh siapa pun.
Pencabutan dan pelanggaran secara sengaja dan melawan hukum terhadap
hak-hak dasar kemanusiaan merupakan “kejahatan berat terhadap HAM”.
Sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat pada setiap diri manusia yang
ada di muka bumi ini, maka HAM bersifat universal dan langgeng (eternal).
Tidak boleh ada penindasan terhadap HAM, apa pun rasnya, warna kulitnya,
jenis kelaminnya, bahasanya, agama atau kepercayaannya, pendapat
politiknya, kebangsaan atau nasionalitasnya, dan suku bangsanya. Justru
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapa pun.
HAM dalam Islam sebenarnya bukanlah suatu hal yang asing, karena
wacana tentang HAM dalam Islam lebih awal jika dibandingkan
dengan konsep atau ajaran lainnya. Dengan kata lain, Islam datang
secara inheren membawa ajaran tentang HAM. Ajaran Islam tentang
HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam yaitu al-Qur`an
dan Hadis yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat
dalam praktik kehidupan umat Islam. Selain Hak Asasi Manusia
(HAM) ada pula Kewajiban Asasi Manusia (KAM) yang menjadi
penyeimbang dan penyelaras guna mencapai kemaslahatan umat.
DAFTAR PUSTAKA
Saitya, I. B. S. (2017). Pengaturan Hak Asasi Manusia. Jurnal Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik, 8.
https://perpustakaan.komnasperempuan.go.id/web/index.php?p=show_detail&id
=681