Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang
disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu
digunakan untuk membantu pencernaan lemak di usus dua belas jari. Dalam
manusia, setiap hari sekitar 400-800cc cairan empedu disekresikan oleh hati di
mana sekresinya berjalan terus menerus. Jumlah yang disekresikan akan
meningkat jika sedang mencerna lemak.

Saluran empedu (bile duct) adalah struktur-struktur berbentuk tabung


panjang yang membawa empedu. Empedu diperlukan untuk pencernaan makanan
dan disekresikan oleh hati melalui duktus hepatikus (hepatic duct). Saluran ini
akan bergabung dengan duktus sistikus (cystic duct - membawa empedu keluar
masuk kantung empedu) untuk membentuk suatu saluran empedu besar menuju
usus.

Obstruksi saluran empedu adalah keadaan dimana empedu tidak dapat


melepaskan cairan empedu ke duodenum, sehingga muncul gangguan hati yang
dapat menyebabkan gagal hati. Saluran empedu yang tersumbat dapat disebabkan
oleh banyak faktor seperti batu empedu, infeksi, jaringan parut, atau bahkan
kanker. Masalah saluran empedu lainnya yang tidak begitu umum terjadi namun
biasanya menyerang anak-anak adalah penyakit atresia bilier.

B. Anatomi dan Fisiologi

Vesica Biliaris (Kantung Empedu) Vesica biliaris adalah sebuah kantong


berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan bawah hepar. Vesica biliaris
mempunyai kemampuan menampung empedu sebanyak 30-50 ml dan
menyimpannya, serta memekatkan empedu dengan cara mengabsorbsi air. Vesica
biliaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum

1. Fundus Vesica Biliaris Berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah


margo inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus
bersentuhan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung cartilago
costalis IX dextra.
2. Corpus Vesica Biliaris Terletak dan berhubungan dengan facies visceralis
(permukaan bawah) hepar, dan arahnya keatas, belakang, dan kiri.
3. Collum Vesica Biliaris Melanjutkan diri sebagai ductus cysticus yang
berbelok ke dalam omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan
ductus hepaticus communis untuk membentuk ductus choledocus.

Empedu melakukan dua fungsi penting, yaitu :

1. Berperan dalam pencernaan dan absorpsi lemak Pencernaan lemak


disebabkan oleh asam empedu melakukan dua hal
a. Asam empedu membantu mengemulsi partikel-partikel lemak yang
besar menjadi kecil, sehingga lipase bisa mencerna lemak
b. Asam empedu membantu mengabsorpsi produk akhir lemak yang
telah dicerna oleh membran mukosa intestinal
2. Sebagai alat untuk mengeksresi beberapa produk buangan yang penting
dari darah,seperti bilirubin dan kelebihan kolesterol

Ada dua jenis saluran empedu di hati yaitu saluran intrahepatik dan ekstrahepatik.

1. Saluran intrahepatik: Saluran intrahepatik adalah sistem tabung kecil di


dalam hati yang mengumpulkan dan mengangkut empedu ke saluran
ekstrahepatik.
2. Saluran ekstrahepatik: Saluran ekstrahepatik dimulai sebagai dua bagian,
satu di sebelah kanan hati dan yang lainnya di sebelah kiri. Saat mereka
turun dari hati, mereka bersatu untuk membentuk saluran hati yang umum.
Ini berjalan langsung menuju usus kecil.

Duktus biliaris, atau duktus dari kandung empedu, juga bermuara ke


duktus hepatikus komunis. Saluran empedu dari titik ini dan seterusnya dikenal
sebagai saluran empedu umum atau choledochus. Sebelum mengosongkan ke usus
kecil, saluran empedu melewati pankreas.

C. Etiologi
Garam Empedu dibentuk di dalam sel – sel hepatik menggunakan
kolesterol yang ada di plasma darah. Pada proses sekresi empedu sekitar 1-2 gram
kolesterol dipindahkan dari plasma darah ke dalam kantung empedu.
Garam empedu dan lesitin dalam empedu bergabung secara fisik dengan
kolesterol untuk membentuk misel ultramakroskopis dalam bentuk suatu lautan
koloid. Jika empedu sudah menjadi pekat di dalam kantung empedu, garam-garam
empedu dan lesitin akan menjadi pekat bersama dengan kolesterol. Pada kondisi
abnormal, kolesterol dapat mengendap di dalam kantung empedu dan
menyebabkan pembentukan batu empedu kolesterol. Jumlah kolesterol
dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang di konsumsi, karena
sel hepatik menyintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak
dalam tubuh. Orang yang melakukan diet tinggi lemak akan mudah mengalami
pembentukan batu empedu. Peradangan epitel empedu yang sering kali berasal
dari infeksi kronis derajat rendah juga dapat mengubah karakteristik absorpsi
mukosa kantung empedu, kadang-kadang memungkinkan absorpsi air dan
garam – garam empedu berlebihan tetapi meninggalkan kolesterol di dalam
kantung empedu dalam konsentrasi yang meningkat secara progresif. Lalu,
kolesterol akan mulai mengendap, pertama akan membentuk banyak kristal
kolesterol kecil pada permukaan mukosa yang mengalami peradangan , tapi
berlanjut menjadi batu empedu yang besar.

D. Tanda dan Gejala

Gangguan saluran empedu mungkin atau mungkin juga tidak memiliki


gejala apapun. Sebagai contohnya, batu empedu biasanya muncul tanpa gejala
apapun dan umumnya hanya ditemukan selama pemeriksaan medis periodik atau
ketika pasien diperiksa melalui sinar-X atau USG untuk beberapa kondisi lainnya.
Namun, jika batu empedu menyebabkan munculnya gejala, biasanya akan muncul
rasa sakit pada bagian atas perut yang menjalar pada bagian tubuh lainnya, seperti
dada dan bahu. Jika menyebar ke dada, penderita gangguan ini mungkin merasa
dirinya terkena serangan jantung. Gejala lain yang terlihat adalah sakit perut
(terutama di kuadran kanan atas), mual, muntah, kurangnya nafsu makan, berat
badan menurun dan demam.
E. Patofisiologis
1. Batu empedu
2. Radang saluran empedu
3. Trauma
4. Striktur bilier, yang merupakan penyempitan saluran yang tidak normal
5. Kista
6. Pembesaran kelenjar getah bening
7. Pankreatitis
8. Cedera yang berhubungan dengan kandung empedu atau operasi hati
9. Tumor yang telah mencapai hati, kantong empedu, pankreas, atau saluran
empedu
10. Infeksi, termasuk hepatitis
11. Parasit
12. Sirosis, atau jaringan parut hati
13. Kerusakan hati yang parah

14. Kista koledokus (ada pada bayi saat lahir)

F. Manifestasi Klinis

Obstruksi saluran empedu memiliki gejala tertentu yang menonjol ketika


terjadi bersamaan, tetapi sulit untuk didiagnosis secara terpisah. Beberapa tanda-
tanda obstruksi saluran empedu meliputi:

1. Jaundice, atau menguningnya kulit,


2. urin berwarna gelap yang disebabkan oleh bilirubin yang melewati ginjal,
dan

3. tinja berwarna pucat yang disebabkan oleh kurangnya bilirubin dalam


tinja.

G. Pemeriksaan Penunjang

Tes darah untuk memeriksa adanya kenaikan pada:

1. Bilirubin
2. fosfatase alkali
3. Enzim pankreas seperti amilase dan lipase
4. Enzim hati seperti gamma-glutamyltransferase

Jika hasil tes darah menunjukkan obstruksi bilier, maka dilanjutkan dengan
menggunakan:

1. USG
2. Computed Tomografi (CT)
3. Pemeriksaan Radiologis
4. Magnetic resonancecholangiopancreatography (MRCP)
5. Endoscopic Retrograde Cholangiopnacreatography (ERCP)

6. Percutaneous transhepatic cholangiogram

H. Komplikasi

Jika obstruksi saluran empedu tidak diobati, dapat mengakibatkan:

1. Infeksi
2. Penyakit hati
3. Penyakit kuning
4. Diabetes
5. Pankreatitis
6. Kekurangan vitamin
7. Masalah pencernaan
8. Pembengkakan kandung empedu atau kolesistitis

9. Sirosis bilier atau kolangitis

I. Pengkajian

1. Identitas pasien

Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat tanggal lahir,
pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis biasanya ditemukan pada 20 -50 tahun dan
lebih sering terjadi anak perempuan pada dibanding anak laki – laki. (Cahyono,
2014)

2. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran
kanan atas, dan mual muntah.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,


paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu
nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan
klien merasakan nyeri tersebut.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah memiliki
riwayat penyakit sebelumnya.

3) Riwayat kesehatan keluarga (genogram)

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis.
Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok
manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang
dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding
dengan tanpa riwayat keluarga.

4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda vital
yaitu tekanan darah, nadi, RR, dan suhu.
b. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Kulit. Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi,
bintik–bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya
ada cairan atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak..
2) Kepala. Simetris Pada anak dengan glomelurus nefritis akut biasanya
ubun-ubun cekung, rambut kering.
3) Wajah..
4) Mata. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak
edema pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan
skelera anemis.
5) Telinga. Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada
serumen atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak, palpasi adanya
nyeri tekan atau tidak.
6) Hidung. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi, sumbatan,
perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung atau
tidak dan nyeri tekan.
7) Mulut

Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis. Langit-
langit keras (palatum durum) dan lunak, tenggorokan, bentuk dan
ukuran lidah, lesi, sekret, kesimetrisan bibir dan tanda–tanda sianosis.

8) Dada. Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah bunyi


napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels), adakah bunyi
jantung tambahan seperti (mur mur), takipnea, dispnea, peningkatan
frekuensi, kedalaman (pernafasan kusmaul).
9) Abdomen. Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya
nyeri tekan, palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan bunyi
bising usus, palpasi seluruh kuadran abdomen. Biasanya pada
Kolelitiasis terdapat nyeri pada perut bagian kanan atas.
10) Genitalia dan rectum
o Lubang anus ada atau tidak
o Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis apakah terjadi hipospadia
atau epispadia, adanya edema skrotum atau terjadinya hernia serta
kebersihan preputium.
o Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau massa,
labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah secret
atau bercak darah.
11) Ekstremitas. Inspeksi pergerakan tangan dan kaki, kaji kekuatan otot,
palpasi ada nyeri tekan, benjolan atau massa.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses inflamasi, prosedur
bedah, infeksi.
2. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
4. Hipertermi b.d infeksi pada kandung empedu.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
6. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan.
K. Perencanaan

No Diagnosa Intervensi Rasional


1 Nyeri akut 1. Melakukan 1. untuk mengetahui
berhubungan pengkajian secara tingkat nyeri yang di
dengan komprehensif, rasakan sangat
obstruksi/spasme observasi dan catat penting karena dapat
duktus, proses lokasi, beratnya membantu
inflamasi, prosedur (skala 1-10) dan menentukan
pembedahan. karakteristik nyeri intervensi yang tepat.
(menetap, hilang 2. untuk mengetahui
timbul). perubahan tanda-
2. Observasi tanda - tanda vital terutama
tanda vital tiap 8 suhu dan nadi
jam. merupakan salah
3. Ciptakan lingkungan satu indikasi
yang nyaman dan peningkatan nyeri
tenang. yang di alami oleh
4. Beri posisi yang klien.
nyaman. 3. lingkungan yang
5. Anjurkan pasien nyaman dapat
untuk melakukan membuat klien
teknik relaksasi beristirahat dengan
6. Kolaborasi dengan tenang.
dokter pemberian 4. posisi yang nyaman
terapi secara dapat
farmakologis. menghindarkan
penekanan pada area
nyeri.
5. teknik relaksasi
dapat membuat klien
merasa nyaman dan
distraksi dapat
mengalihkan
perhatian klien
terhadap nyeri
sehingga dapat
mengurangi nyeri
yang di rasakan
6. obat-obat analgesik
akan memblok
reseptor nyeri
sehingga nyeri tidak
dapat dipersepsikan.
2 Kekurangan 1. Kaji input dan output 1. pengkajian tersebut
volume cairan cairan menjadi dasar
tubuh berhubungan 2. Timbang BB setiap rencana askep dan
dengan kehilangan hari. evaluasi.
cairan aktif. 3. Beri cairan intravena 2. penurunan BB dapat
yang terdiri dari terjadi karena
glukosa, elektrolit muntah berlebihan.
dan vitamin 3. mencegah
4. Anjurkan untuk kekurangan cairan
minum air dengan dan memperbaiki
perlahan. keseimbangan asam
basa.
4. pemberian cairan
sesuai dengan
toleransi klien
3 Ketidakseimbangan 1. Catat status nutrisi 1. dapat menentukan
nutrisi kurang dari pasien, BB, integritas intervensi yang tepat.
kebutuhan tubuh mukosa oral, 2. membantu
b/d kemampuan mengidentifikasi
ketidakmampuan menelan, tonus otot, kebutuhan/kekuatan
makan mual muntah. khusus.
2. Perhatikan diet. 3. mengukur
3. Awasi masukan serta keefektifan nutrisi
BB secara periodik. dan cairan.
4. Beri makanan dalam 4. merangsang nafsu
porsi sedikit pada makan.
awalnya. 5. meningkatkan
5. Beri makanan keinginan untuk
dengan cara yang makan
menarik
4 Hipertermi b.d 1. Lakukan kompres 1. untuk melepaskan
proses infeksi pada hangat pada area panas melalui
kandung empedu ketiak atau lipatan konveksi.
paha. 2. agar panas dapat
2. Anjurkan pasien dilepaskan melalui
mengenakan pakaian evaporasi.
tipis. 3. agar mengganti
3. Anjurkan pasien cairan yang hilang
minum sebanyak karena panas.
mungkin air jika 4. agar dapat
tidak di kontra meyakinkan
indikasikan. perbandingan data
4. Pantau suhu tubuh yang akurat
setiap 30 menit – 1
jam, nadi frekuensi
napas, dan tekanan
darah.
Kurang 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk mengetahui
pengetahuan klien tentang tingkat pemahaman
berhubungan penyakitnya. klien tentang
kurang terpapar 2. Jelaskan proses penyakitnya.
informasi penyakit (tanda dan 2. agar klien dapat
gejala). mengerti proses
3. Jelaskan program penyakit yang di
pengobatan alaminya.
alternatif. 3. agar klien dapat
4. Instruksikan kapan mengetahui
harus ke pelayanan pengobatan yang
kesehatan dapat di lakukan.
5. Tanyakan kembali 4. agar klien dapat
pengetahuan klien pergi ke fasilitas
tentang penyakit, pelayanan kesehatan.
prosedur perawatan 5. mengevaluasi
dan cara pengobatan kembali pemahaman
klien.
Resiko infeksi b.d 1. Kaji adanya tanda- 1. untuk mengetahui
prosedur tanda infeksi adanya gejala awal
pembedahan 2. Observasi tanda- dari proses infeksi.
tanda vital 2. perubahan tanda-
3. Observasi kulit yang tanda vital
mengalami merupakan satu
kerusakan(luka, garis indikator dan
jahitan), alat invasif terjadinya proses
(infus, kateter). infeksi dalam tubuh.
4. Kolaborasi dengan 3. deteksi dini
tim medis untuk perkembangan
pemberian obat infeksi
antibiotik. 4. antibiotik dapat
menghambat
pembentukan sel
bakteri sehingga
proses infeksi tidak
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai