BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
banyaknya remaja hamil diluar nikah, dan masih banyak lainnya. Perubahan ini
seksual tidak mau membuka ruang pembicaraan mengenai hal ini, bertanya,
remaja mencari solusi atas persoalan seksualitas lewat dunia maya. Semua
media, masih memiliki karakter yang sama mengenai hal ini, perspektif yang
jenis pemuasan laki-laki, terutama pemuasan seksual. Ciri khas iklan-iklan yang
ada dan disajikan untuk kita, semua kategori masih menampilkan citra bahwa
1
2
(Nurohmah,2013).
seks yang pasif dan objek pelengkap penderita. Padahal perempuan sebagai
manusia sama halnya dengan laki-laki. Tidak banyak ruang yang diberikan bagi
(Nurohmah, 2013).
Amerika yang kaya) mengalami persoalan yang disebut sebagai “problem has no
name”. Mereka tidak mengerti apa yang mereka alami kecuali merasa tidak puas
tujuan’ itu para pemasar memanfaatkan dan mengkomodifikasi rasa tidak puas
itu. Problem yang tidak dimengerti itu dimanipulasi dengan mengarahkan dan
dalam iklan adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Sementara sebagian orang
potongan tanda-tanda (signs) yang satu per satu menjadi komoditas melalui
media iklan. Meski demikian, banyak perempuan yang terlibat dalam iklan justru
bagian tubuhnya merupakan sebuah pilihan yang otonom atas diri dan tubuhnya
wanita, bagian-bagian tubuh wanita atau fungsi seksualnya dipisahkan dari diri
wanita itu sendiri dan digunakan semata-mata sebagai instrumen atau tubuhnya
tubuh dilihat semata-mata sebagai objek seksual untuk diamati, dievaluasi serta
ditentukan nilai dan maknanya oleh pihak lain, sehingga aspek tubuh yang lebih
mudah teramati bagi pengamat atau evaluator menjadi aspek yang lebih
dipentingkan. Aspek tersebut adalah aspek penampilan fisik, seperti warna kulit,
sensualitas atau ukuran bagi badan tertentu (pinggang, pinggul, payudara, dan
lain-lain).
dalam diri remaja putri, karena menurut Davidoff (1988) dalam Andriani (2004)
sempurnaan tubuh mereka, sehingga mereka lebih sering berdiri didepan muka
kaca untuk melihat pertumbuhan dirinya dan jika tubuhnya tidak menarik dapat
dialami. Remaja putri tersebut sering kali merasa tidak percaya diri dengan apa
yang mereka miliki terutama pada remaja awal (12-17 tahun) karena pada masa
itu remaja cenderung masih mudah terpengaruh dengan stimulasi yang berupa
objektifikasi seksual.
dengan konsep diri yang positif akan memiliki kepercayaan diri, mampu melihat
diri secara realistis dan memiliki harga diri yang tinggi. Ketika remaja putri
mudah terpengaruh oleh stimulasi tersebut. Remaja putri dapat berdiri teguh
dalam keyakinan-keyakinannya pada diri sendiri dan konsep diri positif yang
seksual sebagai hal yang negatif dikarenakan tubuhnya bukan sekedar sebagai
Remaja putri yang memiliki konsep diri negatif akan memandang dirinya
sebagai pribadi yang tidak mampu, rendah diri, ragu-ragu, dan kurang percaya
orang lain sebelum memiliki suatu dasar tindakan. Akibatnya remaja putri
positif karena merasa keinginan orang lain sama dengan keinginan dirinya
(Kurniawan, 2005).
dari agama yang tampak formal dan resmi. Religiusitas bukan peraturan atau
hukum yang bicara, akan tetapi keikhlasan, kesukarelaan, kepasrahan diri kepada
6
dengan Tuhan yang melibatkan perasaan pasrah, sukarela, ikhlas, dan juga
hormat serta takjub yang pada akhirnya diteruskan dalam sikap hidup dan
perilakunya.
Remaja putri yang memiliki kepercayaan yang kuat terhadap Tuhan maka
sedangkan pada remaja yang memiliki tingkat religiusitas yang lemah maka
Negeri 1 Curup Timur data yang didapat dari kepala sekolah yaitu total jumlah
keseluruhan remaja putri atau siswi SMK Negeri 1 Curup Timur adalah 395
orang pada bulan Oktober tahun 2013. Ada pula data yang didapatkan oleh guru
Negeri 1 Curup Timur pada tanggal 18 Maret 2014, dari 10 orang remaja putri 5
Menurut keterangan dari salah satu siswi tersebut dia sering merasa tidak
percaya diri dengan penampilannya sehingga sering mengikuti trend atau gaya
objektifikasi seksual pada remaja putri. Semakin positif konsep diri dan
remaja putri, sebaliknya semakin negatif konsep diri dan religiusitas, maka
B. Rumusan Masalah
permasalahan yaitu: apakah ada hubungan antara konsep diri dan religiusitas
dengan persepsi terhadap objektifikasi seksual pada remaja putri di SMK Negeri
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Curup Timur.
8
2. Tujuan Khusus
remaja putri
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi yang lebih
luas dalam bidang keperawatan dan psikologi tentang hubungan antara konsep
seksual, religiusitas, dan konsep diri. Dan bagi institusi tempat penelitian,
9
objektifikasi seksual.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk penelitian lain yang
lebih lanjut mengenai hubungan antara konsep diri dan religiusitas dengan
E. Keaslian Penelitian
Di SMK Negeri 1 Curup Timur Tahun 2014” belum pernah di teliti sebelumnya
terletak pada variabel independen (konsep diri: Gambaran diri dan religiusitas)