Anda di halaman 1dari 12

1

Nama : Novita G Girsang

Nim : 180203003

1. Apa yang dimaksud dengan limbah industry


Jawab :
hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, atau bubur yang berhasil dari suatu
proses pengolahan.
2. Sebutkan jenis jenis limbah industry
Jawab :
 Municipal, yaitu limbah perkotaan dihasilkan oleh perumahan dan
perkantoran, biasa disebut sebagai “sampah” (trash), berupa; kertas, sampah
taman, gelas, logam, plastik, sisa makanan, serta bahan lain seperti karet,
kulit, dan tekstil
 Non-municipal, yaitu limbah yang berasal kegiatan industri, pertanian,
pertambangan, dengan jumlah yang jauh lebih besar dari pada sampah
perkotaan.

3. Jelaskan masing masing pengolahan limbah industri


Jawab :

 Pengolahan limbah cair


Pengolahan limbah cair dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa
proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan atau faktor finansial. Adapun pengolahan limbah cair diindustri adalah:
1.    Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara
fisika.
a.    Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji
saring.Metode ini disebut penyaringan.  Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
b.    Pengolahan Awal  (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif
2

besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara
air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
c.    Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak
pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak
digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair
didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke
dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan
dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal
juga metode pengapungan (Floation).
d.   Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses
pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung-
gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan
membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian
dapat disingkirkan.  
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses
pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer tersebut
dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung
polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab
penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke
proses pengolahan selanjutnya.
2.    Pengolahan Sekunder (Secondary  Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode
penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode
kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .
a.    Metode Trickling Filter
3

Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat
dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan
dengan ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan
dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang
terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke
dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan
ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk
memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang
terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan
dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan
b.    Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki
dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi
berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung
udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi
limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi.
Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke
lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
c.    Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah
namun prosesnya berlangsung relatif lambat.Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam
kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis
menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga
diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan.
Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka
untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut. 
3.    Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
4

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat
zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat.Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan
kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat
anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman. 
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).
Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan
tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan
osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah.
Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung
tinggi sehingga tidak ekonomis.  
4.    Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair.Meknisme desinfeksi dapat secara kimia,
yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam
menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a.    Daya racun zat
b.    Waktu kontak yang diperlukan
c.    Efektivitas zat
d.   Kadar dosis yang digunakan
e.    Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
f.     Tahan terhadap air
g.    Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai,
yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
5

5.    Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)


Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tersebut tidak dapat dibuang
secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah
biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian
disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated) (Budiono,2012).
 Limbah gas
Selain limbah cair dan limbah padat, ada pula jenis limbah industri lainnya yakni limbah
gas.Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas dan pada umumnya memberikan
dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di Bumi.Limbah gas ini tentu saja
berbentuk gas.Oleh karena bentuknya gas, maka limbah pabrik gas ini biasanya mencemari
udara. Beberapa contoh limbah gas ini antara lain adalah kebocoran gas, pembakaran  pabrik,
asap pabrik sisa produksi dan lain sebagainya.
 Pengolahan limbah gas
Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Mengontrol emisi gas buang
2. Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan
 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Selain limbah padat, cair dan juga gas, ada satu lagi jenis limbah yang dikategorikan sebagai
limbah B3, yakni limbah bahan berbahaya dan beracun.Menurut UU RI No./23/1997 tentang
pengelolaan lingkugan hidup, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan- bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya,
konsentrasinya, maupun jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan, merusak, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia dan juga makhluk hidup lainnya.Khusus untuk limbah B3 ini dilakukan upaya-
upaya pengelaolaan secara khusus, mengingat jenis limbah ini merupakan limbah yang
berbahaya yang dapat merugikan berbagai macam pihak.
Adapaun pengelolaan limbah B3 ini meliputi rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah
6

B3 tersebut.Pengolahan limbah B3 ini tentu saja mempunyai tujuan untuk mencegah,


menanggulanagi pencemaran dan juga kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan
yang telah tercemar, serta meningkatkan kemampuan dan juga fungsi dan kualitas lingkungan.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi :
1.Primary sludge 
Yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal danbanyak mengandung
biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
- Chemical sludge 
Yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
- Excess activated sludge 
Yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpuraktif sehingga banyak
mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil prosestersebut.
- Digested sludge 
Yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobicmaupun anaerobic di
mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyakmengandung padatan organik.
 Macam Limbah Beracun
 Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapatmenghasilkan gasdengan
suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapatmerusak lingkungan.
 Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,gesekan
atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyalaakan terus
terbakar hebat dalam waktu lama.
 Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan ataumenerima
oksigen atau limbah organikperoksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
 Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia danlingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke
dalam tubuhmelalui pernapasan, kulit atau mulut.
 Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit
ataulimbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang
diamputasidan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
7

 Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit
ataumengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yangbersifat
asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
 Pengolahan limbah B3
Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan,pemanfatan,
pengolahan dan penimbunan.Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan
perizinan dariKementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan
limbah B3harus dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah,
aktivitaskegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda
setempat.Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan
PengendalianDampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5
September1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
 Lokasi pengolahanPengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar
lokasipenghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
1.daerah bebas banjir;
2. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalanlainnya;
3.jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum300 m;
4. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;
5.dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung)minimum 300 m
 Fasilitas pengolahanFasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:
1.sistem kemanan fasilitas;
2.sistem pencegahan terhadap kebakaran;
3.sistem pencegahan terhadap kebakaran;
4.sistem penanggulangan keadaan darurat;
5.sistem pengujian peralatan;
6.dan pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang takterpisahkan
dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalahlimbah yang dalam
volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.
8

 Penanganan limbah B3 sebelum diolahSetiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji
analisis kandungan gunamenetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut.
Setelah uji analisiskandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna
pengolahanlimbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.
 Pengolahan limbah B3Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan
kandunganlimbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi,pengendapan, stabilisasi, adsorpsi,
penukaran ion dan pirolisa
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan danpenyisihan komponen-
komponen spesifik dengan metode kristalisasi,dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensiracun dan kandungan
limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,penyebaran, dan daya racun sebelum limbah
dibuang ke tempatpenimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbahmenggunakan alat khusus
insinerator dengan efisiensi pembakaran harusmencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu
materi limbah B3 ingindibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran
tidakboleh melebihi 0,01 kg atau 10 grTidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap
satu jenis limbah B3, tetapiproses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai
dengan jenis danmateri limbah.
 Hasil pengolahan limbah B3Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah
diolah dandilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka
waktu30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.Perlu
diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasillimbah B3, harus
melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulansekali)
 Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yangpaling populer
di antaranya ialahchemical conditioning,solidification/Stabilization, danincineration
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialahchemical conditioning.Tujuan
utamadarichemical conditioning ialah:
 menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
9

 mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur


 mendestruksi organisme pathogen
 memanfaatkan hasil samping proseschemical conditioning yang masihmemiliki nilai ekonomi
seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
 mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaanaman dan dapat
diterima lingkungan
 Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
b. Concentration thickening
 Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolahdengan cara
meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnyadigunakan pada tahapan ini ialahgravity
thickener dan solid bowlcentrifuge.Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal
sebelumlimbah dikurangi kadar airnya pada tahapande-wateringselanjutnya.Walaupun tidak
sepopulergravity thickener dancentrifuge,beberapa unitpengolahan limbah menggunakan
prosesFlotationpada tahapan awal ini.
b. Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik danmenghancurkan
patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui prosespengkondisian secara kimia, fisika, dan
biologi. Pengkondisian secara kimiaberlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan
bahan-bahankimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsungdengan jalan
memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan carapencucian dan destruksi. Pengkondisian
secara biologi berlangsung denganadanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi
oksidasi. Proses-proses yangterlibat pada tahapan ini ialahLagooning,anaerobic digestion,aerobic
digestion,heat treatment,polyelectrolite flocculation,Chemicalconditioning, danelutriation.
c. De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangikandungan air
dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yangterlibat pada tahapan ini umumnya ialah
pengeringan dan filtrasi. Alat yangbiasa digunakan adalahdrying bed, filter press,
centrifuge,vacuum filterdanbelt press.
d. Disposal 
10

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yangterjadi
sebelum limbah B3 dibuang ialahpyrolysis,wet air oxidation, dancomposting. Tempat
pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialahsanitarylandfill ,crop land atauinjection well .
2. Solidification/Stabilization
Di sampingchemical conditiong, teknologisolidification/stabilization juga dapatditerapkan
untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikansebagai proses
pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuanmenurunkan laju migrasi
bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitaslimbah tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatubahan berbahaya dengan penambahan
aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkaitsehingga sering dianggap mempunyai arti yang
sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6
golongan, yaitu:
 Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbahdibungkus dalam
matriks struktur yang besar
 Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapibahan pencemar
terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
 Precipitation
 Adsorpsi , yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimiapada bahan pemadat
melalui mekanisme adsorpsi.
 Absorbsi , yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannyake bahan padat
 Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadisenyawa lain yang tingkat
toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilangsama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2),dan
bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metodain-drummixing, in-situ
mixing, danplant mixing.Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diaturoleh BAPEDAL
berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration) adalah alternatif yang menarik dalamteknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hinggasekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final darisistem pengolahan
limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah daribentuk padat yang kasat
11

mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasimenghasilkan energi dalam bentuk
panas. Namun, insinerasi memiliki beberapakelebihan di mana sebagian besar dari komponen
limbah B3 dapat dihancurkan danlimbah berkurang dengan cepat.Selain itu, insinerasi
memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (Heating Value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnyaproses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapatdiperoleh dari sistem
insinerasi. Jenis insinerator yangpaling umum diterapkan untukmembakar limbah padat B3
ialahrotary kiln,multiple hearth,fluidized bed,open pit ,single chamber ,multiple
chamber ,aqueous waste injection danstarved air unit . Darisemua jenis insinerator tersebut,rotary
kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebutdapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara
simultan (Agustina,2006).
4. Sebutkan dampak kesehatan limbah industri
Jawab : Pengaruh langsung terhadap kesehatan, banyak disebabkan oleh kualitas air bersih
yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengingat sifat air yang
mudah sekali terkontaminasi oleh berbagai mikro organisme dan mudah sekali
melarutkan berbagai materi.Dengan kondisi sifat yang demikian air mudah sekali
berfungsi sebagai media penyalur ataupun penyebar penyakit. Peran air sebagai
pembawa penyakit menular bermacam-macam, antara lain:

 air sebagai media untuk hidup mikroba patogen;


 air sebagai sarang insekta penyebar penyakit;
 jumlah air bersih yang tersedia tak cukup, sehingga
manusia  bersangkutan tak dapat membersihkan dirinya, atau;
 air sebagai media untuk hidup vector penyebar penyakit. Ada beberapa
penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau
penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak dijumpai di
berbagai daerah .
Penyakit - penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat
masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air ada cukup
banyak, antara lain, bakteri, protozoa dan metazoan dan mudah sekali melarutkan
12

berbagai materi. Dengan kondisi sifat yang demikian air mudah sekali berfungsi
sebagai media penyalur ataupun penyebar penyakit. Peran air sebagai pembawa
penyakit menular bermacam-macam, antara lain:

 air sebagai media untuk hidup mikroba patogen;


 air sebagai sarang insekta penyebar penyakit;
 jumlah air bersih yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan
tak dapat membersihkan dirinya, atau;
 air sebagai media untuk hidup vector penyebar penyakit.

Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air ada cukup banyak, antara lain,
bakteri, protozoa dan metazoa.

5. Sebutkan dampak lingkungan dari limbah industri


Jawab :

Semakin banyaknya jumlah limbah yang masuk ke lingkungan tanpa


pengolahanmenyebabkan semakin beratnya beban lingkungan untuk menampung
danmelakukan degradasi (self purification) terhadap limbah tersebut. Jika
kemampuanlingkungan penerima limbah sudah terlampaui, maka akan mengakibatkan
pencemaran danterjadi akumulasi materi di lingkungan bersangkutan. 

Penumpukan materi yang tak terkendali akan menimbulkan berbagai dampak seperti
baumenyengat, pemandangan yang kotor dan menimbulkan masalah estetika lain yang
tidak diharapkan. Kondisi jalan yang kotor, saluran drainase pembuangan limbah yang
tampak kotor, penuh dengan belatung dan tumpukkan limbah padat yang di letakkan  di
pinggir saluran sehingga menyebabkan bau busuk yang sangatmenyengat dan
pemandangan yang kotor.

Anda mungkin juga menyukai