Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 6

HUKUM DAGANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah : Pengantar Hukum Indonesia
Dosen : Sabarudin Ahmad, S.Sy.,

Disusun Oleh

Dessy Sulistyawati
2112140553

Said Pullah
2112140578

INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM TATA NEGARA
1443 H/2021 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A. Pengertian Hukum Dagang.................................................................................
...........................................................................................................................2
B. Sejarah Hukum Dagang...................................................................................... 3
C. Hubungan Hukum Perdata dengan Hukum Dagang........................................... 4
D. Berlakunya Hukum Dagang................................................................................ 5
E. Hubungan Pengusaha dan Kewajibannya........................................................... 5
F. Bentuk-bentuk badan usaha................................................................................. 7
BAB II PENUTUP................................................................................................. 12
A.    Kesimpulan...................................................................................................... 12
B.     Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
           

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan dalam bidang ekonomi, baik yang bergerak di sektor mikro maupun
makro. Merupakan Pembangunan yang ada di dalam negeri yang tidak dapat terpisahkan
daripada intervensi pemerintah Inti permasalahan dari keterlibatan negara dalam aktivitas
ekonomi bersumber pada politik perekonomian suatu negara. Munculnya corak sosial
ekonomi dalam konsep Kedaulatan berkaitan dengan munculnya hukum yang mengatur
transaksi di dalamnya. Dalam kaitan dengan cabang-cabang hukum yang beragam maka
negara membuat hukum yang mengatur urusan tersebut. KUHD adalah produk yang
dijadikan pedoman dasar untuk memutuskan suatu hukum yang berkembang di masyarakat.
Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata dan Hukum Dagang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Kesimpulan ini sekaligus menunjukkan
bagaimana hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata. Hukum perdata merupakan
hukum umum (lex generalis) dan hukum dagang merupakan hukum khusus (lex specialis).
Dengan diketahuinya sifat dari kedua kelompok hukum tersebut, maka dapat disimpulkan
keterhubungannya sebagai lex specialis derogat lex generalis, artinya hukum yang bersifat
khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum.
Sehingga dapat disimpulkan dari pasal 1 Kitab undang-Undang Hukum Dagang yang
pada pokoknya menyatakan bahwa: “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata seberapa jauh
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus diadakan penyimpangan-
penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami makalah ini, kami mencoba
merumuskan bebarapa topik atau masalah seputar hukum dagang, yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Hukum Dagang ?
2. Apa Sumber Hukum Dagang ?
3. Kenapa diberlakukannya Hukum dagang ?
4. Apa hubungan dari dari Pengusaha dan Kewajibannya ?
5. Bagaimana Bentuk-bentuk badan usahanya?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Dagang


Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang yang satu
dan lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah hukum perdata khusus, KUH
Perdata merupakan lex generalis (hukum umum), Perdagangan atau Perniagaan pada
umumnya adalah pekeerjaan membeli barang dari suatu tempat dan suatu waktu dan menjual
barang tersebut di tempat dan waktu lainnya untuk memperoleh keuntungan. Hukum dagang
adalah hukum yang mengatur soal-soal perdagangan, yang timbul karena tingkah laku
manusia dalam perdagangan.
Menurut salah satu ahli yaitu R. Soekardono Memberikan pengertian bahwa Hukum
Dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang mengatur masalah
perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buku III Burgerlijke Wetboek (BW).
Dengan kata lain, Hukum Dagang adalah himpunan peraturan-peraturan yang mengatur
seseorang dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam
kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Hukum dagang dapat pula dirumuskan sebagai serangkaian kaidah yang mengatur
tentang dunia usaha atau bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan1.
Sistem hukum dagang menurut arti luas dibagi 2 yaitu tertulis dan tidak tertulis
tentang aturan perdagangan :
1. Hukum tertulis yang dikofifikasikan :
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel
Indonesia (W.v.K)
3. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek Indonesia (BW)
4. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan khusus yang
mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan hukum tertulis yang
belum dikodifikasi, yaitu peraturan perundangan khusus yang mengatur tentang hal-hal
yang berhubungan dengan perdagangan, misal UU Hak Cipta2.
Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian. Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun,

1
Soekardono, R. 1983. Hukum Dagang Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers. h. 17
2
Kansil, C.S.T.. 1994. Pokok pokok pengetahuan hukum dagang indonesia: Hukum dagang menurut menurut
Kitab undang-undang hukum dagang (KHUD) dan Kitab undang hukum perdata (KUHPer). buku kesatu.
Jakarta : Sinar Grafika. h. 7
seiring berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi (mengumpulkan) aturan-aturan
hukumnya sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ) yang
sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer). Antara KUHperdata dengan KUHdagang mempunyai hubungan yang erat.
Hal ini dapat dilihat dari isi Pasal 1KUhdagang, yang isinya sebagai berikut:
Adapun mengenai hubungan tersebut adalah special derogate legi generali artinya
hukum yang khusus (KUHDagang ) mengesampingkan hukum yang umum (KUHperdata).
Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang ini
dianggap tidak pada tempatnya. Hal ini dikarenakan hukum dagang relative sama dengan
hukum perdata. Selain itu “dagang” bukanlah suatu pengertian dalam hukum melainkan suatu
pengertian perekonomian. Pembagian hukum sipil ke dalam KUHD hanyalah berdasarkan
sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi belum terkenal peraturan-peraturan seperti
yang sekarang termuat dalah KUHD, sebab perdagangan antar Negara baru berkembang
dalam abad pertengahan.
KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda, berdasarkan
asas konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka
berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 kedua kitab tersebut berlaku di
Indonesia. KUHD terdiri atas 2 buku, buku I berjudul perdagangan pada umumnya, buku II
berjudul Hak dan Kewajiban yang timbul karena perhubungan kapal.
B. Sejarah Hukum Dagang
Pembagian hukum privat sipil ke dalam hukum perdata dan hukum dagang
sebenarnya bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian yang berdasarkan sejarah
hukum dagang. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan yang tercabtum dalam pasal 1 KUHD
yang menyatakan bahwa peraturan-peraturan KUHS dapat juga dijalankan dalam
penyelesaian soal yang disinggung dalam KUHD kecuali dalam penyelesaianya, soal-soal
tersebut hanya diatur dalam KUHD itu. Kenyataan lain yang membuktikan bahwa pembagian
itu bukan pembagian asasi adalah :
1. Perjanjian jual beli yang merupakan perjanjian terpenting dalam bidang perdagangan
tidak ditetapkan dalam KUHD tapi diatur dalam KUHS.
2. Perjanjian pertanggungan (asuransi) yang sangat penting juga bagi soal keperdataan
ditetapkan dalam KUHD.
Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad pertengahan
eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan pada zaman itu di Italia
dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence,

3
vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya) . tetapi pada saat itu hokum
Romawi (corpus lurus civilis) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan ,
maka dibuatlah hokum baru di samping hokum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16
& ke- 17 yang berlaku bagi golongan yang disebut hokum pedagang (koopmansrecht)
khususnya mengatur perkara di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum
pedagang ini bersifat unifikasi.
KUHD Indonesia diumumkan dengan publikasi tanggal 30 April 1847 (S. 1847-23),
yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. KUHD Indonesia itu hanya turunan belaka dari
“Wetboek van Koophandel” dari Belanda yang dibuat atas dasar asas konkordansi (pasal 131
I.S.). Wetboek van Koophandel Belanda itu berlaku mulai tanggal 1 Oktober 1838 dan 1
Januari di Limburg. Selanjutnya Wetboek van Koophandel Belanda itu juga mangambil dari
“Code du Commerce” Perancis tahun 1808, tetapi anehnya tidak semua lembaga hukum yang
diatur dalam Code du Commerce Perancis itu diambil alih oleh Wetboek van Koophandel
Belanda. Ada beberapa hal yang tidak diambil, misalnya mengenai peradilan khusus tentang
perselisihan-perselisihan dalam lapangan perniagaan (speciale handelsrechtbanken).3
Pada tahun 1906 Kitab III KUHD Indonesia diganti dengan Peraturan Kepailitan yang
berdiri sendiri di luar KUHD. Sehingga sejak tahun 1906 indonesia hanya memiliki 2 Kitab
KUHD saja, yaitu Kitab I dan Kitab I. Karena asas konkordansi juga maka pada 1 Mei 1948
di Indonesia diadakan KUHS. Adapun KUHS Indonesia ini berasal dari KUHS Nederland
yang dikodifikasikan pada 5 Juli 1830 dan mulai berlaku di Nederland pada 31 Desember
1830. KUHS Belanda ini berasal dari KUHD Perancis (Code Civil) dan Code Civil ini
bersumber pula pada kodifikasi Hukum Romawi “Corpus Iuris Civilis” dari Kaisar
Justinianus (527-565).
C. Hubungan Hukum Perdata dengan Hukum Dagang
Didalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang
pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan tersebut
dalam skala besar. Oleh karena itu diperlukan bantuan orang/pihak lain untuk membantu
melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut. Pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat
dibagi menjadi 2 fungsi :4
1. Membantu didalam perusahaan.
2. Membantu diluar perusahaan

3
Purwosutjipto, H. M. N.. 1978. Pengertian pokok hukum dagang Indonesia: Hukum pertanggungan. Jakarta :
Djambatan. h. 9
4
Martha Eri Safira, M.H. 2017. Hukum Dagang Dalam Sejarah dan Perkembangannya di Indonesia. Ponorogo :
CV. Nata Karya. h. 11

4
Hubungan hukum yang terjadi diantara pembantu dan pengusahanya, yang termasuk
dalam perantara dalam perusahaan dapat bersifat :
1. Hubungan perburuhan, sesuai pasal 1601 a KUH Perdata.
2. Hubungan pemberian kuasa, sesuai pasal 1792 KUH Perdata.
3. Hubungan hukum pelayanan berkala, sesuai pasal 1601 KUH Perdata
D. Berlakunya Hukum Dagang
C Para sarjana tidak satu pun memberikan pengertian tentang perusahaan, pengertian
dapat dipahami dari pendapat antara lain 5
1. Menurut Hukum, Perusahaan adalah mereka yang melakukan sesuatu untuk mencari
keuntungan dengan menggunakan banyak modal (dalam arti luas), tenaga kerja, yang
dilakukan secara terus menerus dan terang -terangan untuk memperoleh penghasilan
dengan cara memperniagakan barang -barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.
2. Menurut Mahkamah Agung (Hoge Read), perusahaan adalah seseorang yang mempunyai
perusahaan, jika secara teratur melakukan perbuatan -perbuatan yang bersangkutpaut
dengan perniagaan dan perjanjian. Menurut Molengraff, mengartikan perusahaan (dalam
arti ekonomi) adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus – menerus,
bertindakkeluar, untuk memperoleh penghasilan dengan cara memperdagangkan
perjanjian -perjanjian perdagangan.
3. Menurut Undang -undang Nomor 3 Tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha
yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus, dan yang
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia untuk
tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
E. Hubungan Pengusaha dan Kewajibannya
Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut undang-
undang, ada 2 macam kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha yaitu :6
1. Membuat pembukuan.
2. Mendaftarkan perusahaannya.
Pengusaha adalah seseorang yang melakukan atau menyuruh melakukan
perusahaannya, Dalam menjalankan perusahannya pengusaha dapat:
1. Melakukan sendiri, Bentuk perusahaannya sangat sederhana dan semua pekerjaan
dilakukan sendiri, merupakan perusahaan perseorangan.

5
Ibid h. 10
6
Ibid h. 15

5
2. Dibantu oleh orang lain, Pengusaha turut serta dalam melakukan perusahaan, jadi dia
mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin perusahaan dan
merupakan perusahaan besar.
3. Menyuruh orang lain melakukan usaha sedangkan dia tidak ikut serta dalam melakukan
perusahaan, Hanya memiliki satu kedudukan sebagai seorang pengusaha dan merupakan
perusahaan besar.
Sebuah perusahaan dapat dikerjakan oleh seseorang pengusaha atau beberapa orang
pengusaha dalam bentuk kerjasama. Dalam menjalankan perusahaannya seorang pengusaha
dapat bekerja sendirian atau dapat dibantu oleh orang-orang lain disebut “pembantu-
pembantu perusahaan”. Orang-orang perantara ini dapat dibagi dalam dua golongan.
Golongan pertama terdiri dari orang-orang yang sebenarnya hanya buruh atau pekerja saja
dalam pengertian BW dan lazimnya juga dinamakan handels-bedienden. Dalam golongan ini
termasuk, misal pelayan, pemegang buku, kassier, procuratie houder dan sebagainya.
Golongan kedua terdiri dari orang-orang yang tidak dapat dikatakan bekerja pada seorang
majikan, tetapi dapat dipandang sebagai seorang lasthebber dalam pengertian BW. Dalam
golongan ini termasuk makelar, komissioner.
Namun, di dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang
pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan tersebut
dalam skala besar. Oleh karena itu diperlukan bantuan orang/pihak lain untuk membantu
melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut.
Pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 fungsi :
1. Membantu didalam perusahaan
2. Membantu diluar perusahaan
Adapun pembantu-pembantu dalam perusahaan antara lain:
1. Pelayan took
2. Pekerja keliling
3. Pengurus filial.
4. Pemegang prokurasi
5. Pimpinan perusahaan
Hubungan hukum antara pimpinan perusahaan dengan pengusaha bersifat :
1. Hubungan perburuhan, yaitu hubungan yang subordinasi antara majikan dan buruh, yang
memerintah dan yang diperintah. Manager mengikatkan dirinya untuk menjalankan
perusahaan dengan sebaik-baiknya, sedangkan pengusaha mengikatkan diri untuk
membayar upahnya (pasal 1601 a KUHPER).

6
2. Hubungan pemberian kekuasaan, yaitu hubungan hukum yang diatur dalam pasal 1792
dsl KUHPER yang menetapkan sebagai berikut ”pemberian kuasa adalah suatu
perjanjian, dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang
menerimanya untuk atas nama pemberi kuasa menyelenggarakan suatu urusan”.
Pengusaha merupakan pemberi kuasa, sedangkan si manager merupakan pemegang
kuasa. Pemegang kuasa mengikatkan diri untuk melaksakan perintah si pemberi kuasa,
sedangkan si pemberi kuasa mengikatkan diri untuk memberi upah sesuai dengan
perjanjian yang bersangkutan.
Dua sifat hukum tersebut di atas tidak hanya berlaku bagi pimpinan perusahaan dan
pengusaha, tetapi juga berlaku bagi semua pembantu pengusaha dalam perusahaan, yakni:
pemegang prokurasi, pengurus filial, pekerja keliling dan pelayan toko. Karena hubungan
hukum tersebut bersifat campuran, maka berlaku pasal 160 c KUHPER, yang menentukan
bahwa segala peraturan mengenai pemberian kuasa dan mengenai perburuhan berlaku
padanya. Kalau ada perselisihan antara kedua peraturan itu, maka berlaku peraturan
mengenai perjanjian perburuhan (pasal 1601 c ayat (1) KUHPER.
Adapun pembantu-pembantu luar perusahaan antara lain:
1. Agen perusahaan, Hubungan pengusaha dengan agen perusahaan adalah sama tinggi dan
sama rendah, seperti pengusaha dengan pengusaha. Hubungan agen perusahaan bersifat
tetap. Agen perusahaan juga mewakili pengusaha, maka ada hubungan pemberi kuasa.
Perjanjian pemberian kuasa diatur dalam Bab XVI, Buku II, KUHPER, mulai dengan
pasal 1792, sampai dengan 1819. Perjanjian bentuk ini selalu mengandung unsur
perwakilan (volmacht) bagi pemegang kuasa (pasal 1799 KUHPER). Dalam hal ini agen
perusahaan sebagai pemegang kuasa, mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga atas
nama pengusaha.
2. Perusahaan perbankan
3. Pengacara
4. Notaris
5. Makelar
6. Komisioner
F. Bentuk-Bentuk Badan Usaha
Secara garis besar dapat diklasifikasikan dan dilihat dari jumlah pemiliknya dan
dilihat dari status hukumnya yaitu :
1. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari jumlah pemiliknya tediri dari perusahaan
perseorangan dan perusahaan persekutuan.

7
2. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari status hukumnya terdiri dari perusahaan
berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum.
Sementara itu, didalam masyarakat dikenal 2 macam perusahaan, yakni :
1. Perusahaan Swasta, terbagi dalam 3 bentuk perusahaan swasta :
2. Perusahaan Swasta Nasional.
3. Perusahaan Swasta Asing
4. Perusahaan Patungan / campuran
5. Perusahaan Negara Atau Perusahaan disebut dengan BUMN, yang terdiri menjadi 3
bentuk :
6. Perusahaan Jawatan.
7. Perusahaan Umum.
8. Perusahaan Perseroan.
Usaha bisnis dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Di Indonesia kita mengenal 3
macam bentuk baan yaitu :
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2. Badan Usaha Milik Swasta
3. Koperasi
Pembagian atas tiga bentuk Badan Usaha tersebut bersumber dari Undang – Undang
1945 khususnya pasal 33. Dalam pasal tersebut terutang adanya Konsep Demokrasi Ekonomi
bagi perekonomian Negara. Di mana dalam Konsep Demokrasi Ekonomi ini terdapat adanya
kebebasan berusaha bagi seluruh warga negaranya dengan batas – batas tertentu. Hal ini
berati bahwa segenap warga negara Republik Indonesia diberikan kebebasan dalam
menjalankan untuk kegiatan bisnisnya. Hanya saja kebebasan itu tidaklah tak ada batasnya,
akan tetapi kebebasan tersebut ada batasanya.
Adapun batas – batas tertentu itu meliputi dua macam jenis usaha, dimana tehadap
kedua jenis usaha ini pihak swasta dibatasi gerak usahanya. Kedua jenis usaha itu adalah :
1. Jenis- jenis usaha yang vital yaitu usaha -usaha yang memiliki peranan yang sangat
penting bagi perekonomian negara. Misalnya saja minyak dan gas bumi, baja, hasil
pertambngan, dan sebgainya.
2. Jenis – jenis usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak. Misalnya saja usaha
perlistrikan, air minum, Kereta api, pos dan telekomunikasi dan sebagainya.
Terhadap kedua jenis usaha tersebut pengusahaannya dibatasi yaitu bahwa usaha –
usaha ini hanya boleh dikelola Negara.
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

8
2. Badan Usaha Milik Swasta
Bentuk badan usaha ini adalah badan usaha yang pemiliknya sepenuhnya berada
ditangan individu atau swasta. Yang bertujuan untuk mencari keuntungan sehingga ukuran
keberhasilannyajuga dari banyaknyakeuntungan yang diperoleh dari hasil usahanya.
Perusahaan ini sebenarnya tidakalah selalu bermotif mencari keuntungan semata tetapi ada
juga yang tidak bermotif mencari keuntungan. Contoh : perusahan swasta yang bermotif
nirlaba yaitu Rumah Sakit, Sekolahan, Akademik, dll.
Bentuk badan usaha ini dapat dibagi kedalam beberapa macam :7
1. Perseorangan
Bentuk ini merupakan bentuk yang pertama kali muncul di bidang bisnis yang
paling sederhana, dimana dalam hal ini tidak terdapat pembedaan pemilikan antara hal
milik pribadi dengan milik perusahaan. Harta benda yang merupakan kekayaan pribadi
sekaligus juga merupakan kekayaan perusahaan yang setiap saat harus menanggung utang
-utang dari perusahaan itu.Bentuk badan usaha semacam ini pada umumnya terjadi pada
perusahaan – perusahaan kecil, misalnya bengkel kecil, toko pengecer kecil, kerajinan,
serta jasa dll.
2. Firma
Bentuk ini merupakan perserikatan atau kongsi ataupun persatuan dari beberapa
pengusaha swasta menjadi satu kesatuan usaha bersama. Perusahaan ini dimiliki oleh
beberapa orang dan pimpin atau dikelola oleh beberapa orang pula. Tujuan perserikatan
ini adalahuntuk menjadikan usahanya menjadi lebih besar dan lebih kuat dalam
permodalannya.
Bentuk ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang sama dengan bentuk
Perseorangan, akan tetapi karena Firma ini adalah gabungan dari beberapa usaha
perseorangan maka kontinuitas akan lebih lama, kemampuan permodalannya akan lebih
menjadi besar. Akan tetapi tidak jarang dengan bergabungnya dua orang pengusaha itu
justru mengakibatkan perselisihan yang kadang – kadang usahanya menjadi tak terkontrol
dengan baik karena sering terjadi konflik antar keduanya.
3. Perserikatan Komanditer (CV)
Bentuk ini banyak dilakukan untuk mempertahankan kebaikan – kebaikan dari
bentuk perseorangan yang memberikan kebebasan dan penguasaan penuh bagi
pemiliknya atas keuntungan yang diperoleh oleh perusahan. Disamping itu untuk
menghilangkan atau mengurangi kejelekan dalam hal keterbatasan modal yang

7
Ibid h. 31

9
dimilikinya maka diadakanlah penyertaan modal dari para anggota yang tidak ikut aktif
mengelola bisnisnya, yang hanya menyertakaan modalnya saja dalam bisnis itu.
Bentuk ini memiliki dua macam anggota yaitu :
a. Anggota aktif (Komanditer Aktif) adalah anggota yang aktif menjalankan usaha
bisnisnya dan menanggung segala utang-utang perusahaan.
b. Anggota tidak aktif (Komanditer Diam) adalah anggota yang hanya menyertakan
modalnya saja. Maka dari itu kertabatas modal perusahaan dapat dihindarkan,
sehingga perusahaan akan dapat mencari dan mendapatkan modal yang lebih besar
untuk keperluan bisnisnya. Hal ini merupakan salah satu kebaikan dari bentuk
Perserikatan Komanditer, dibandingkan dengan bentuk – bentuk lain yang sudah
dibicarakan diatas.
4. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas merupakan bentuk yang banyak dipilih, terutama untuk bisnis
– bisnis yang besar. Bentuk ini memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk
menyertakan modalnya kedalam bisnis tersebut dengan cara membeli saham yang
dikeluarkan oleh Perusahaan itu. Dengan membeli saham suatu perusahaan masyarakat
akan menjadi ikut serta memiliki perusahaan itu atau dengan kata lain mereka menjadi
Pemilik Perusahaan tersebut. Atas pemilikan saham itu maka mereka para pemegng
saham itu lalu berhak memperoleh pembagian laba atau Deviden dari perusahaan
tersebut. Para pemegang saham itu mempunyai tanggung jawab yang terbatas pada modal
yang disertakan itu saja dan tidak ikut menanggunng utang -utang yang dilakukan oleh
perusahaan.
Perseroan Terbatas ini akan menjadi suatu Badan Hukum tersendiri yang berhak
melakukan tindakan – tindakan bisnis terlepas dari pemegang saham. Bentuk ini berbeda
dengan bentuk yang terdahulu yang memiliki tanggung jawab tak terbatas bagi para
pemiliknya, yang artinya para pemilik akan menanggung seluruh utang yang dilakukan
oleh perusahaan. Berarti apabila kekayaan perusahaan maka kekayaan pribadi dari para
pemiliknya ikut menanggung utang tersebut. Dengan semacam itu tanggung jawab
renteng. Lain halnya dengan bentuk PT dimana dalam bentuk ini tanggung jawab pemilik
atau pemegang saham adalah terbatas, yaitu sebatas modal yang disetorkannya. Kekayaan
pribadi pemilik tidak ikut menanggung utang – utang perusahaan. Oleh karena itu bentuk
ini disebut Perseroan Terbatas (Naamlose Venootschaap/NV).
5. Koperasi

10
Koperasi adalah usaha bersama yang memiliki organisasi berdasarkan atas azaz
kekeluargaan . Koperasi bertujuan untuk menyejahterahkan anggotanya. Dilihat dari
lingkunganyya koperasi dabat dibagi menjadi:
a. Koperasi Sekolah
b. Koperasi Pegawai Republik Indonesia
c. KUD
d. Koperasi Konsumsi
e. Koperasi Simpan Pinjam
f. Koperasi Produksi
6. Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang tidak mempunyai anggota yang dikelola oleh
pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2001, yayasan merupakan suatu badan yang hukum wajib memenuhi kriteria dan
persyaratan tertentu, yakni :
a. Yayasan terdiri atas kekayaan yang terpisahkan.
b. Kekayaan yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan yayasan.
c. Yayasan mempunyai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
d. Yayasan tidak mempunyai anggota.
Yang termasuk sebagai organ yayasan adalah :
a. Pembina, yaitu organ yayasan yang mempunyai kewenangan dan
memegangkekuasaan tertinggi.
b. Pengurus, yaitu organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan. Seorang
pengurus harus mampu melakukan perbuatan hukum dan diangkat oleh pembina
berdasarkan keputusan rapat Pembina.
c. Pengawas, yaitu organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi
nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan.
7. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
BUMN adalah semua perusahaan dalam bentuk apapun dan bergerak dalam
bidang usaha apapun yang sebagian atau seluruh modalnya merupakan kekayaan Negara,
kecuali jika ditentukan lain berdasarkan Undang-undang. BUMN adalah bentuk bentuk
badan hukum yang tunduk pada segala macam hukum di Indonesia. Karena perusahaan
ini milik negara, maka tujuan utamanya adalah membanguun ekonomi sosial menuju
beberapa bentuk perusahaan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
BUMN digolongkan menjadi 3 jenis yaitu :

11
a. Perusahaan Jawatan (Perjan) Perusahaan ini bertujuan pelayanan kepada masyarakat
dan bukan semata-mata mencari keuntungan.
b. Perusahaan Umum (Perum) Perusahan ini seluruh modalnya diperoleh dari negara.
Perum bertujuan untuk melayani masyarakat dan mencari keuntungan
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Perusahaan ini modalnya terdiri atas saham-saham.
Sebagian sahamnya dimiliki oleh negara dan sebagian lagi dimilik oleh pihak swasta
dan luar negeri.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hukum
dagang terdapat peraturan-peraturan yang mengatur jalannya suatu aktivitas dagang yang
tertulis dalam KUHD dan pelaku-pelaku dalam usaha dagang masing- masing memiliki hak
dan kewajiban yang dimana harus dilaksanakan demi kelancaran dalam berdagang. Peraturan
dalam berdagang diterapkan guna untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran yang terkadang
terjadi dalam persaingan produsen dalam meningkatkan kualitas barang dan merebut pasar.
B. Saran
Demikianlah yang dapat penulis paparkan sedikit tentang Hukum Dagang. Setelah
mengetahuinya, semoga menjadikan khazanah keilmuan bagi mahasiswa Hukum Tata Negara
dan tidak hanya cukup sampai di sini tentu sangat banyak informasi yang perlu digali terkait
topik ini, penulis hanya menyampaikan pengantar dalam topik ini secara singkat dan padat.
DAFTAR PUSTAKA
Soekardono, R. 1983. Hukum Dagang Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.

Kansil, C.S.T.. 1994. Pokok pokok pengetahuan hukum dagang indonesia: Hukum dagang
menurut menurut Kitab undang-undang hukum dagang (KHUD) dan Kitab
undang hukum perdata (KUHPer). buku kesatu. Jakarta : Sinar Grafika.

Purwosutjipto, H. M. N.. 1978. Pengertian pokok hukum dagang Indonesia: Hukum


pertanggungan. Jakarta : Djambatan.

Martha Eri Safira, M.H. 2017. Hukum Dagang Dalam Sejarah dan Perkembangannya di
Indonesia. Ponorogo : CV. Nata Karya.

Anda mungkin juga menyukai